Diab
Diabete
etess bera
berasal
sal dari
dari baha
bahasa
sa Yunan
unanii yang
yang berar
berarti
ti “men
“menga
gali
lirk
rkan
an atau
atau
mengalihkan” ( siphon).
siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikem
hiperglikemia
ia yang ditandai dengan
dengan ketidakadaa
ketidakadaan
n absolute
absolute insulin
insulin atau penurunan
penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes
Diabetes melitus
melitus merupakan
merupakan sekelompok
sekelompok kelainan heterogen
heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth,
2002).Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.Jika
telah
telah berkem
berkemban
bang
g penuh
penuh secara
secara klinis
klinis,, maka
maka diabet
diabetes
es melitu
melituss ditand
ditandai
ai dengan
dengan
hipe
hiperg
rgli
like
kemi
miaa puasa
puasa dan
dan post
postpr
pran
andi
dial
al,, atero
aterosk
skler
lerot
otik
ik dan
dan peny
penyak
akit
it vask
vaskul
ular
ar
mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006).
Diabet
Diabetes
es mellit
mellitus
us merupa
merupakan
kan suatu
suatu kelomp
kelompok
ok penyak
penyakit
it metabo
metabolik
lik dengan
dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Soegondo, 2002).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun
maupun relati
relatiff yang
yang dapat
dapat menimb
menimbulk
ulkan
an berbag
berbagai
ai kompli
komplikasi
kasi kronik
kronik pada
pada mata,
mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah.
2. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
a. Penyeb
Penyebab
ab Diab
Diabete
etess Mellit
Mellitus
us Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi
bereaksi terhadap
terhadap jaringan
jaringan tersebut
tersebut yang dianggapnya
dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan
insuli
insulin
n endoge
endogen
n (intern
(internal)
al) terdet
terdeteks
eksii pada
pada saat diagno
diagnosis
sis dibuat
dibuat dan bahkan
bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth,
2001). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Fakt
Faktor
or Gene
Geneti
tik
k
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecend
Kecenderu
erunga
ngan
n geneti
genetik
k ini ditemu
ditemukan
kan pada
pada indivi
individu
du yang
yang memili
memiliki
ki tipe
tipe
antigen HLA
2) Fakt
Faktor
or imun
imunol
olog
ogii
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
terse
tersebu
butt yang
yang dian
diangg
ggap
apny
nyaa seola
seolah-o
h-olah
lah sebag
sebagai
ai jarin
jaringa
gan
n asing
asing.. Yaitu
aitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Fakt
Faktor
or Ling
Lingku
kung
ngan
an
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
Penyelidik
Penyelidikan
an masih dilakukan
dilakukan untuk menyelidiki
menyelidiki kemungkin
kemungkinan
an faktor-
faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus, atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
b. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain:
1) Fakt
Faktor
or-fa
-fakt
ktor
or gene
geneti
tik
k
Faktor
Faktor geneti
genetik
k diperk
diperkirak
irakan
an memega
memegang
ng perana
peranann dalam
dalam proses
proses terjadi
terjadinya
nya
resistensi insulin.
2) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
3) Obesitas
4) Riwa
Riwayayatt kelua
keluarrga
5) Kelo
Kelomp
mpok ok etni
etnik
k
Di Amerik
Amerikaa Serikat
Serikat,, golong
golongan
an hipson
hipsonik
ik serta
serta pendud
penduduk
uk asli Amerika
Amerika
tertent
tertentu
u memili
memiliki
ki kemung
kemungkin
kinan
an yang
yang lebih
lebih besar
besar untuk
untuk terjadi
terjadinya
nya diabet
diabetes
es
mellitus tipe II
I I dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika.
Afro-Amerika.
3. Epidem
Epidemiol
iologi
ogi/In
/Insid
siden
en Kasus
Kasus
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada
tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi
dewasa.
dewasa. Amerika
Amerika Serika
Serikatt jumlah
jumlah pender
penderita
ita Diabet
Diabetes
es Mellit
Mellitus
us pada
pada tahun
tahun 1980
1980
mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total
penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada
tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi
nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional
Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17
provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan
sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi
kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik
pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok
setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol
dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara
terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor
termasuk swasta.Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur
di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan
kegiatan yang penting dilakukan.Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat
penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program,
pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Suyono, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Ed.3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.