Anda di halaman 1dari 5

13_Gde Deny Larasdiputra, S.E., M.

Si

Ket : 1. Tugas dikumpul sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan pada
sistem Pekerti!

2. Tugas diisi dengan identitas lengkap!

Mata Kuliah Kewirausahaan yang diawali dengan pemahaman “dependent”, yaitu


menggantikan waktu dan tenaga yang kita gunakan dengan uang nama lainnya
bekerja. Mulai dari bekerja di level yang paling bawah ”non-skill labor”, sampai “high
caliber professional” semuanya sama. Selama kita bekerja dengan orang lain, selama
kita bekerja membangun kerajaan orang lain, status kita adalah “dependent” atau
bergantung dengan sesuatu. Disebut “dependent” karena kita bergantung dengan
perusahaan dimana kita bekerja.

Bergantung kepada keputusan top manajemen strategi. Jika strategi tepat,


perusahaan akan bertumbuh dan apabila strategi gagal, perusahaan akan bangkrut.
Ada hal yang membedakan diantara para dependent, yaitu mereka yang punya
“proven track record” akan mudah mendapatkan pekerjaan baru dikala perusahaan
lama tutup, bangkrut atau pindah corporate action. Mereka dengan cepat bisa
mendapatkan “income” lagi, walau masih bergantung juga, tetapi cepat terselamatkan,
nganggurnya nggak lama.

Disisi lain, yang “un-skill” dan “un-educated” ditambah lagi mereka dependent maka
kelompok ini sangat sulit untuk survive jangka panjang. Kompetisi mereka banyak,
lapangan kerja terbatas sekali di level ini, jadi sekarang bagaimana kunci suksesnya?

Jika seseorang berada di strata terbawah, maka lakukan hal berpindah strata, menjadi
skill, educated dan “independent”. Yang harus diingat, keberpindahan strata ini, dari
bawah ke atas, jangan bergantung kepada siapapun. Do what you can to improve
yourself, make yourself worth and valuable.

“Well, advice that I can give, maybe the first thing you can do is master the basic
knowledge that you are studying at your campus and understand English, because we
live on a tourism island where foreigners not only travel here. They also compete with
you to find money here. It’s a free open world.”

Saat usiamu sudah lebih dari 23 tahun, kamu sebagai anak-anak muda yang sudah
sarjana akan melihat teman-temannya sudah menyebarkan undangan pernikahan
mereka, beberapa diantaranya sudah punya karir yang mapan, seolah-olah
kesuksesan berpihak kepada mereka. Ada juga yang sedang melanjutkan kuliah
entah itu di dalam negeri atau di luar negeri yang bisa kamu lihat dari foto-foto di
media social mereka. Ada juga yang sudah punya bisnis dengan cabang dimana-
mana, sudah punya ini itu yang tampak dengan mudah didapatkannya. Sedangkan
kamu merasa seolah tertinggal. Belum ada apa-apanya. Kamu merasa minder dan
terlambat dan perasaan lainnya yang membuatmu tidak percaya diri.

Tenanglah, kamu tidak sedang berlomba dengan orang lain. Setiap orang punya
waktunya masing-masing dan punya jalan hidup yang berbeda. Tugasmu saat ini
adalah menjadi yang terbaik menurut versimu sendiri, bukan versi orang lain. Fokus
dan lakukan apa yang sudah kamu pilih. Jangan pernah terlintas di hatimu untuk
mengalahkan orang lain. Cuma bikin kamu capek sendiri.

“Hope for the best and plan for the worst”

“Build and make yourself valuable, invest some skill and make that your passion, then
seek an opportunity from every direction.“
Pemahaman Income dalam keluarga

Dalam ekonomi versi keluarga, ada dua type keadaan ekonominya, yaitu economic
bust dan economic boom.

Kalau di dalam sebuah keluarga sumber pemasukannya hanya dari suami yang
sebagai pegawai, hutang banyak, rumah ngontrak, maka keluarga itu punya masalah
atau disebut economic bust.

Ditambah lagi mereka ngredit rumah belum lunas, dan pendapatan hanya bergantung
dari seorang suami atau kepala rumah tangga yang hanya seorang pegawai kantoran
tadi, nekat kredit mobil. Sebentar lagi jebol fondasi keuangan mereka.

Bakal terbukti kata-kata “jatuh cinta pakai perasaan, mempertahankannya pakai


penghasilan” dan tidak lama lagi bubar itu perasaan, mau dikasi makan apa
keluarganya? Cinta dan perasaan doang nggak cukup. Ini kehidupan nyata bukan
sinetron.

Itu adalah contoh keluarga dengan economic bust. Teori klasik dalam membangun
fondasi ekonomi rumah tangga adalah menambah cash flow atau uang masuk.
Sebaiknya mahasiswa mempelajari ini dari sekarang, karena sebentar lagi mereka
akan menempuh hidup baru, yaitu terbebas dari lingkungan dunia pendidikan (sekolah
& kuliah) dan terjun ke dunia bebas. Jangan mikir ke nikah dulu, kejauhan, inilah
salah satu pemahaman yang diusahakan diberikan dalam matakuliah
kewirausahaan sebagai standar isi materi dan proses kuliah.

Sebuah contoh, kalau suami bekerja misalnya. Kemudian istri berbisnis warung. Hal
ini membuat 1 rumah tangga memiliki 2 macam pendapatan.

Lalu, sang suami yang karyawan tersebut setiap weekend membuka semacam les
misalnya, les bela diri atau bahasa asing. Sehingga menambah pendapatan suami
menjadi 2 sumber income.

Kemudian dana terkumpul, dibelikan tanah untuk beternak ayam petelur. Dimana
anak-anak bisa membantu setiap hari merawat dan beternak. 2 income suami, 1
income istri dan 1 lagi dari usaha ayam petelur. Dan asset tanah buat kandang ayam
yang bisa naik terus nilainya. Ini adalah sebuah rumah tangga dengan 5 macam
pendapatan atau multiple streaming of income.

Kalau ditambah, rumah yang ditinggali ada kamar lebih dipakai juga buat kos atau
penginapan. Kemudian dipasarkan melalui media social, maka keluarga ini benar-
benar memanfaatkan setiap jengkal lahannya. Setiap centi asetnya dan setiap sumber
daya untuk bermanfaat at the fullest, mereka menjadi pemilik kemakmuran yang
sustain.

Ketika rezeki mereka bertambah, mereka membeli lahan dan membangun kos-kosan.
Bulanan dan asset tanahnya membuat 2 pendapatan dari 1 aset. Keluarga ini dalam
keadaan multiple income, tidak bergabung dalam satu keranjang. Mereka bisa terus
berinvestasi dan cepat atau lambat akan menuju kemakmuran.

Pengajar akan berusaha memberikan pemahaman agar mahasiswa dapat melihat diri
mereka pada saat ini. Kita coba meng-audit diri kita dan keluarga kita. Saya yakin
setelah kita meng-audit singkat, kita sudah bisa menentukan masuk di kaum “bust”
atau kaum “boom”. Kita tidak perlu bahas berapa digit pemasukan kita, tidak
diperlukan. Pengajar hanya ingin memastikan, bahwa jika dengan jujur anda
mengatakan bahwa anda “economic bust”, maka akan saya katakan, anda bisa
mengubahnya.

Cara mengubahnya? Dalam mata kuliah ini pengajar akan mengajak mahasiswa
membahas dan mendalami diri mekera masing-masing. Passion dan skill apa yang
mereka sadari ada dalam dirinya. Bagaimana cara memanfaatkannya menjadi sebuah
bisnis. Bagaimana cara membuat fondasi bisnis yang baik. Jatuh bangun sebuah
bisnis itu merupakan hal yang biasa, hal yang luar biasa adalah bagaimana
mempertahankan konsisten yang dimiliki untuk mewujudkan bisnis tersebut, karena
tidak ada bayi yang baru lahir langsung bisa loncat. Bahasa gampang dan simple ini
berusaha dimanfaatkan pengajar dalam penjelasan materi dalam mata kuliah
kewirausahaan agar mahasiswa dapat memahaminya. Dan diharapkan mahasiswa
selanjutnya dapat mempresentasikan proposal bisnis yang dibuatnya di dalam kelas.
Dalam menentukan nilai akhir akan digunakan pembobotan sebagi berikut:

 Absensi : 10%

 Tugas (presentasi proposal) : 50%

 UTS : 20%

 UAS : 20%

 Kehadiran minimal 75% sebagai syarat ikut UAS dan tidak ada toleransi bagi
mahasiswa jika tidak memenuhi kriteria tersebut tidak dapat mengikuti UAS.

Anda mungkin juga menyukai