Anda di halaman 1dari 31

Tafsir Surat An-Naba’

Surat An-Naba’
Surat pertama dari juz ‘amma yang akan kita selami kandungannya adalah
surat an-Naba’ yaitu surat ke 78. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫) َع َّم َيَتَس اَء ُلوَن‬1


“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?” (QS An-Naba’ : 1)

Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrikin, yang


mengakui adanya Allah Subhanallahu wata’ala namun mereka mengingkari
adanya hari kiamat. Orang-orang musyrikin mengakui akan adanya pencipta,
mereka mengenal Allah Subhanallahu wata’ala. Dalil-dalil bahwasanya
orang-orang musyrikin mengakui adanya Allah Subhanallahu wata’ala
sangatlah banyak. Seperti firman Allah Subhanallahu wata’ala:

‫َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َلَيُقوُلَّن ُهَّللا‬
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”. (QS
Luqman : 25)

‫َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َو َس َّخ َر الَّش ْمَس َو اْلَقَم َر َلَيُق وُلَّن ُهَّللا‬
‫) ُهَّللا َيْبُس ُط الِّر ْز َق ِلَم ْن َيَش اُء ِم ْن ِعَباِدِه َو َيْقِد ُر َل ُه ِإَّن َهَّللا ِبُك ِّل‬61( ‫َفَأَّنى ُيْؤ َفُك وَن‬
‫) َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َن َّز َل ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َفَأْح َي ا ِب ِه اَأْلْر َض ِم ْن‬62( ‫َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
)63( ‫َبْع ِد َم ْو ِتَها َلَيُقوُلَّن ُهَّللا ُقِل اْلَحْم ُد ِهَّلِل َبْل َأْك َثُر ُهْم اَل َيْع ِقُلوَن‬

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang


menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan?” Tentu
mereka akan menjawab: “Allah”, maka mengapa mereka (dapat) dipalingkan
(dari jalan yang benar). Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang
menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. Dan jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah
matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji
bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS
al-‘Ankabut : 61-63)

)9( ‫َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َلَيُقوُلَّن َخ َلَقُهَّن اْلَع ِزيُز اْلَعِليُم‬

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya
diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS Az-Zukhruf :
9)

)87( ‫َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َم ْن َخ َلَقُهْم َلَيُقوُلَّن ُهَّللا َفَأَّنى ُيْؤ َفُك وَن‬

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan mereka, niscaya mereka akan menjawab: “Allah”, maka
mengapa mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)? (QS Az-
Zukhruf : 87)

‫) َسَيُقوُلوَن ِهَّلِل ُق ْل َأَفاَل َت َذَّك ُروَن‬84( ‫ُقْل ِلَمِن اَأْلْر ُض َو َم ْن ِفيَها ِإْن ُكْنُتْم َتْع َلُم وَن‬
‫) َسَيُقوُلوَن ِهَّلِل ُق ْل‬86( ‫) ُقْل َم ْن َر ُّب الَّس َم اَو اِت الَّسْبِع َو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَعِظ يِم‬85(
‫) ُقْل َم ْن ِبَيِدِه َم َلُك وُت ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُه َو ُيِج يُر َو اَل ُيَج اُر َع َلْي ِه ِإْن‬87( ‫َأَفاَل َتَّتُقوَن‬
)89( ‫) َسَيُقوُلوَن ِهَّلِل ُقْل َفَأَّنى ُتْس َح ُروَن‬88( ‫ُكْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Katakanlah (Muhammad), “Milik siapakah bumi, dan semua yang ada di


dalamnya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan
Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah
Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ´Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah
kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang
dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan
menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari
jalan manakah kamu ditipu?” (Al-Mukminun : 84-89)

Oleh karena itu, banyak diantara orang-orang musyrikin yang bernama


Abdullah yang artinya hamba Allah Subhanallahu wata’ala. Demikian juga
orang-orang musyrikin dahulu mereka berhaji sebagaimana kaum muslimin
berhaji, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist-hadist yang shahih
tentang bagaimana kaum musyrikin melaksankaan ibadah haji dan umrah.
Hanya saja mereka mencampurkan haji mereka dengan syirik dan bid’ah
tidak sebagaimana haji yang dilakukan oleh leluhur mereka yaitu Nabi
Ibrahim dan Nabi Isma’il ‘alaihimas salaam.

Dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata,

‫ َفَيُق وُل َر ُس وُل ِهللا َص َّلى ُهللا‬: ‫ َق اَل‬، ‫ َلَّبْيَك اَل َش ِريَك َلَك‬: ‫َك اَن اْلُم ْش ِر ُك وَن َيُقوُلوَن‬
، ‫ َتْمِلُك ُه َو َم ا َم َل َك‬، ‫ ِإاَّل َش ِريًك ا ُه َو َل َك‬: ‫ َق ْد َق ْد » َفَيُقوُل وَن‬، ‫ «َو ْيَلُك ْم‬: ‫َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َيُقوُلوَن َهَذ ا َو ُهْم َيُطوُفوَن ِباْلَبْيِت‬
“Kaum musyrikin berkata, “Labbaika laa syarika laka” (Ya Allah kami
memenuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu). Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Celaka kalian, cukuplah, cukupkanlah!).
Maka mereka (kaum musyrikin) berkata (dengan menambah), “illa syarikan
huwa laka, tamlikuhu wamaa malaka” (Kecuali sekutu milikMu yang Engkau
memilikinya dan ia tidak memiliki). Mereka mengucapkan hal ini sambil
thawaf di ka’bah.” (HR. Muslim No. 1185)

Intinya adalah orang-orang musyrikin mengakui adanya Allah Subhanallahu


wata’ala, hanya saja mereka mengingkari adanya hari kebangkitan.
Sehingga tatkala Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam diutus oleh Allah
Subhanallahu wata’ala dan mengingatkan kepada kaum musyrikin akan
adanya hari kebangkitan seakan-akan beliau berkata, “Hai kalian kaum
musyrikin yang terjerumus kedalam berbagai macam kemaksiatan,
yang terjerumus kedalam berbagai macam kesyirikan, dan praktek-
praktek perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala
kalian akan dibangkitkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala dan
kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah kalian
lakukan” maka ini menjadi buah bibir diantara mereka, mereka saling
berbicara ada apa gerangan? Muhammad telah mengabarkan akan terjadinya
hari kiamat. Seketika menjadi buah bibir yang hangat di kalangan mereka.
Mereka bertanya-tanya mengapa hari kiamat bisa terjadi? Seakan-akan otak
mereka tidak menerima akan adanya hari kiamat, mereka mengingkari
bagaimana bisa manusia yang sudah meninggal dunia kemudian menjadi
tulang-belulang bahkan tulang belulang tersebut sudah melumat dengan
tanah tetapi masih bisa dibangkitkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala?
Keheranan ini menimbulkan tanya diantara mereka. Inilah yang Allah
Subhanallahu wata’ala sebutkan dalam Al Quran,
‫“ َع َّم َيَتَس اَء ُلوَن‬Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?”

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َع ِن الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬2


“mereka bertanya tentang berita yang besar.” (QS An-Naba’ : 2)

An-Naba’ dalam bahasa arab artinya berita, yaitu berita yang penting yang
sedang mereka bicarakan. Bahkan Allah Subhanallahu wata’ala sifatkan
dalam hal ini dengan ‫ اْلَعِظ يِم‬yaitu berita yang besar. Para ahli tafsir masa salaf
memiliki 3 pendapat tentang makna firman Allah Subhanallahu wata’ala ‫الَّنَبِإ‬
‫“ اْلَعِظ يِم‬tentang berita yang besar”

Apa yang dimaksud dengan berita yang besar ini? Sebagian salaf
mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan berita yang besar tersebut
adalah al–Qur‘an al-‘Adzim. Ini pendapat sebagian salaf bahwasanya yang
mereka perselisihkan dan ingkari adalah Al-Qur’an al-Karim, karena Al-Quran
adalah berita yang agung sebagaimana firman Allah:

‫ُقْل ُهَو َنَبٌأ َع ِظ يٌم‬


Katakanlah: “Berita itu (yaitu al-Qur’an) adalah berita yang besar. (QS
Shad : 67)

Mereka berselisih tentang al-Qur’an. Diantara mereka ada yang mengatakan


bahwa al-Qur’an adalah sihir, ada pula yang mengatakan sya’ir, dan ada juga
yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah dongeng-dongeng orang-orang
terdahulu.

Sebagian salaf yang lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ‫الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬
adalah kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka
sangat mengingkari kenabian Muhammad. Meskipun mereka mengenal dan
menggelari Nabi sebagai al-Amiin (orang yang sangat amanah dan
terpercaya), akan tetapi mereka kaget dan tidak menduga bahwa
Muhammad akan menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah.

Pendapat ketiga dari para salaf bahwa yang mereka ingkari dan mereka
perdebatkan adalah hari kiamat atau hari kebangkitan setelah
kematian. Kaum musyrikin mengingkari bahwa orang yang telah meninggal
dunia akan dibangkitkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Adapun kematian
maka kaum musyrikin tidaklah mengingkarinya, karena mereka telah melihat
langsung bahwasanya orang hidup akan meninggal. Yang membuat mereka
heran adalah bagaimana yang mati bisa dihidupkan kembali? Inilah yang
mereka pertanyakan ‫ َع ِن الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬yaitu tentang hari kiamat.

Apabila dicermati, konteks ayat yang Allah Subhanallahu wata’ala sebutkan


setelah ayat ini berbicara tentang hari kebangkitan. Sehingga pendapat yang
lebih kuat dari 3 pendapat ini bahwa yang dimakskud dengan ‫“ الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬berita
yang besar” adalah berita dahsyat tentang hari kebangkitan pada hari
kiamat. Pendapat ketiga ini dipilih oleh Ibnu Jarir At-Thabari (lihat : Tafsir
At-Thabari 7/24), al-Baghawi (lihat Tafsir Al-Baghawi 8/309), Ibnu Katsir
(lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/302), dan Asy-Syaukani (lihat Fathul Qodir).
Meskipun sebagian ulama mengkompromikannya dengan menyatakan bahwa
yang dimaksud denga ‫ الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬adalah Al-Quran al-Karim yang di dalamnya
disebutkan tentang adanya hari kebangkitan.

Diantara dalil yang menguatkan bahwasanya ‫ الَّنَبِإ اْلَعِظ يِم‬adalah hari kebangkitan,
yaitu ayat setelahnya dimana Allah Subhanallahu wata’ala mengatakan :

‫) اَّلِذ ي ُهْم ِفيِه ُم ْخ َتِلُفوَن‬3


“yang mereka perselisihkan tentang hal ini” (QS An-Naba’ : 3)

Diantara mereka (penduduk kota Mekah) terjadi perdebatan tentang suatu


berita besar yang membuat mereka berselisih. Ada yang
sekedar menyangka akan adanya hari kebangkitan namun tidak meyakini,
ada yang meyakini akan adanya hari kebangkitan mereka itulah kaum
muslimin, ada pula yang benar-benar mengingkari akan adanya hari
kebangkitan yaitu dari kaum musyrikin arab. Kaum musyrikin arab lalu
membodoh-bodohkan orang yang mengatakan akan adanya hari kiamat.
Mereka berpendapat bagaimana bisa manusia yang sudah meninggal dunia
kemudian menjadi tulang belulang, lalu lumat bercampur dengan tanah yang
terkadang tidak bisa dibedakan mana tulang mana tanah saking hancurnya,
kemudian dibangkitkan kembali oleh Allah Subhanallahu wata’ala?

Allah Subhanallahu wata’ala membantah persangkaan mereka dengan


firmanNya :

‫) ُثَّم َك اَّل َسَيْع َلُم وَن‬5 ‫) َك اَّل َسَيْع َلُم وَن‬4


“sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui. Dan kemudian
sekali-kali tidak, mereka akan mengetahui (kebenaran dari hari
kebangkitan tersebut)” (QS An-Naba’ : 4)

Sekarang mereka mengingkari, tetapi kelak mereka akan melihat dengan


mata kepala sendiri bagaimana mereka dibangkitkan. Mereka akan
menyaksikan dahsyatnya hari kiamat tersebut. Seakan-akan Allah
Subhanallahu wata’ala menyatakan : “Mana akal kalian wahai kaum
musyrikin? Apakah kalian menyangka bahwa kehidupan ini akan
sirna begitu saja? Tidak ada hari kebangkitan dan tidak ada
pembedaan? Kalian mengakui adanya Tuhan, kalian mengakui
adanya Allah Subhanallahu wata’ala, kalian percaya adanya
pencipta, lantas kalian mengatakan pencipta tersebut hanya
menciptakan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban di hari
akhirat? Sehingga kalian menyangka tidak ada yang membedakan
antara mana yang dzalim dan didzalimi, semua sama saja menjadi
tanah tulang belulang, tidak ada hari pertanggung jawaban, tidak
dibedakan antara kafir dan beriman, tidak akan dibedakan antara
yang mendustakan dan yang membenarkan?” Sesungguhnya ini adalah
pemikiran yang konyol, sikap seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh
pencipta alam semesta yang Maha Hikmah dan Maha Bijak. Jika sikap seperti
ini tidak layak dilakukan oleh seorang pemimpin dunia terhadap bawahannya
apalagi Allah Subhanallahu wata’ala terhdap ciptaanNya.

Beriman kepada akhirat merupakan perkara yang sangat penting. Karena ini
akan mempengaruhi perjalanan hidup manusia. Seorang yang beriman
kepada Allah Subhanallahu wata’ala dan beriman bahwasanya dia akan
dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah
Subhanallahu wata’ala, akan nampak dampaknya dalam kehidupannya. Dia
tahu bahwa setiap lafal yang dia ucapkan, setiap perbuatan yang dia
kerjakan, akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanallahu
wata’ala. Berbeda dengan seseorang yang tidak beriman akan hal ini, dia
merasa bahwa dia tidak akan dibangkitkan. Sehingga dia akan melakukan
segala kegiatan seenaknya karena dia merasa tidak akan dimintai
pertanggung jawaban oleh Allah Subhanallahu wata’ala.

Kemudian setelah itu Allah Subhanallahu wata’ala mulai menyebutkan


tentang kenikmatan-kenikmatan yang Dia berikan kepada manusia untuk
mengingatkan kaum musyrikin bahwasanya Allah Subhanallahu wata’ala
adalah ‫“ َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َق ِد ْيٌر‬Maha Kuasa atas segala Sesuatu”, bahwasanya Allah
Subhanallahu wata’ala mampu untuk membangkitkan para hamba. Allah
Subhanallahu wata’ala menjelaskan bahwa penciptaan manusia adalah
perkara yang ringan. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫َلَخ ْلُق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َأْك َبُر ِم ْن َخ ْلِق الَّناِس َو َلِكَّن َأْك َثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar (dahsyat) daripada
penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Ghafir : 57)

Alam semesta ini luar biasa luasnya, luar biasa megahnya. Allah
Subhanallahu wata’ala menciptakan ini semua dengan mudahnya, maka
mudah pula bagi Allah Subhanallahu wata’ala untuk sekedar membangkitkan
manusia yang sudah menjadi tulang belulang. Bukankah Allah Subhanallahu
wata’ala telah menciptakan mereka sebelumnya dari ketiadaan?

Perkara ini (yaitu Allah menciptakan alam semesta) merupakan perkara yang
diyakini oleh orang-orang musyrikin. Orang-orang musyrikin
bukanlah dahriah -yaitu orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan-, akan
tetapi kaum musyrikin mengakui adanya Allah Subhanallahu wata’ala, hanya
saja mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, sehingga Allah
Subhanallahu wata’ala menjelaskan kepada mereka :“jika kalian mengakui
bahwasanya Allah Subhanallahu wata’ala lah yang telah menciptakan
kalian, maka mengulangi penciptaan kalian lebih mudah
perkaranya”. Diantara bentuk penjelasan Allah Subhanallahu wata’ala
kepada mereka adalah Allah menjelaskan bahwa yang menciptakan alam
semesta ini adalah Allah Subhanallahu wata’ala, dan penciptaan alam
semesta lebih dahsyat daripada penciptaan manusia.

Oleh karena itu, dari ayat yang ke-enam dan seterusnya Allah Subhanallahu
wata’ala akan menyebutkan perkara-perkara yang berkaitan dengan
penciptaan alam, diantaranya kenikmatan-kenikmatan yang Allah diberikan
kepada orang-orang musyrikin. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫) َأَلْم َنْج َعِل اَأْلْر َض ِمَهادًا‬6

“bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?” (QS


An-Naba’ : 6)

Sebagian ahli tafsir menafsirkannya dengan ‫( ُم َم َّه ًدا‬dipersiapkan), yaitu


bukankah kami menjadikan bumi itu dalam kondisi telah dipersiapkan
sehingga manusia mudah menempatinya, mudah untuk bercocok tanam,
mudah untuk menjalani kehidupan?. Dalam sebagian qira’ah dibaca ‫ َم ْهًدا‬yaitu
kasur yang disiapkan untuk bayi agar bayi tersebut tidur di atasnya.
Demikian pula Allah menyiapkan bumi ini dengan segala fasilitasnya agar
mudah untuk ditempati oleh manusia.

Menciptakan bumi dalam kondisi dipersiapkan adalah perkara yang sangat


mudah bagi Allah Subhanallahu wata’ala. Ini adalah nikmat yang luar biasa
dari Allah Subhanallahu wata’ala kepada kalian wahai kaum musyrikin! Jika
menciptakan bumi yang sedemikian hebat untuk kalian adalah mudah, maka
membangkitkan kalian tentu juga mudah.

Lalu mulailah Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan karunia-karunia-Nya


kepada mereka, sehingga tampaklah kekuasaan Allah dan kemaha mampuan
Allah Subhanallahu wata’ala serta kemaha Esaan Allah Subhanallahu
wata’ala.

‫) َو اْلِج َباَل َأْو َتادًا‬7

“Dan gunung-gunung sebagai pasak” (QS An-Naba’ : 7)

‫ َأْو َتادًا‬dalam bahasa arab adalah bentuk jamak (plural) dari ‫ الَو َتُد‬yang artinya
adalah pasak. Jika kita ingin mendirikan kemah, maka kita perlu
menancapkan semacam paku baik dari besi maupun dari kayu. Kita
tancapkan terlebih dahulu dengan kuat kemudian kita ikat tali penyangga
kemah tersebut. Kalau perlu kita memasang lima atau enam pasak/paku
tersebut, atau minimal empat pasak sehingga kemah tersebut tegak dan
tidak jatuh. Gunung yang Allah Subhanallahu wata’ala tancapkan ke bumi ini
semacam pasak. Kabar ini diucapkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala 1400
tahun yang lalu. Di jaman sekarang yang semakin modern ini, setelah orang-
orang melakukan penggalian-penggalian, mereka kemudian mengetahui
bahwasanya gunung itu sangat tinggi, baik yang menjulang ke atas maupun
yang menjulang ke bawah. Dari sini diketahui bahwasanya gunung itu
bukanlah tumpukan tanah di atas permukaan bumi, akan tetapi dia
tertancapkan ke bawah ibarat paku/pasak yang ditanamkan. Sehingga akan
kita dapati kawah gunung itu berada di bawah permukaan tanah dan terus
ke bawah. Akar gunung itu menjulang ke dalam jauh bahkan sebagian ahli
dalam hal ini mengatakan bahwa bagian gunung yang muncul di atas
permukaan bumi hanyalah 1/3 bagian. Jika kita menancapkan paku untuk
membuat ikatan dari kemah, maka kita akan menancapkannya dengan
dalam, yang kita sisakan hanya sebagian kecil agar paku tersebut kuat
mengikat tali. Seperti itulah gunung-gunung yang ditancapkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala di atas muka bumi agar bumi ini tidak bergetar. Hal
ini diucapkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala 1400 tahun yang lalu dan
baru diketahui akan kebenarannya bahwasanya gunung itu tidak
terhamparkan seperti tanah yang dihamburkan ke atas kemudian
menggunung melainkan tertancapkan. Bukan seperti gunung di padang pasir
yang bisa berpindah-pindah karena ditiup angin. Hal ini disebabkan karena
gunung yang ada di padang pasir tidak tertancapkan di dalam bumi, tetapi ia
hanyalah sekedar kumpulan pasir yang berada di atas daratan. Karenanya
jika seseorang masuk ke dalam gurun/padang pasir, susah baginya untuk
keluar, karena tidak ada gunung yang bisa dijadikan patokan, disebabkan
gunung-gunung tersebut bisa berpindah-pindah tertiup angin. Adapun
gunung bumi maka ia tertancap kuat di bawah tanah, makanya Allah
Subhanallahu wata’ala mengatakan ‫“ َأْو َت ادًا‬gunung-gunung yang kami
pasakkan.”

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala mengingatkan kenikmatan yang lain


yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya. Allah Subhanallahu wata’ala
berfirman:

‫) َو َخ َلْقَناُك ْم َأْز َو اجًا‬8

“dan kami jadikan kalian berpasang-pasangan”

Ini merupakan nikmat dari Allah Subhanallahu wata’ala, Allah menjadikan


setiap makhluk berpasang-pasangan. Hal ini sebagaimana firman Allah
dalam ayat yang lain

‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخ َلْقَنا َز ْو َج ْيِن َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن‬


“dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan” (QS Adz-Dzariyat :
49)

Para ulama mengatakan tentang faidah Allah Subhanallahu wata’ala


menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.

Yang pertama, Allah Subhanallahu wata’ala ingin menjelaskan bahwa Dia


Maha Esa tidak butuh dengan pasangan.
‫ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد‬

“Dialah Allah yang maha esa” (QS Al-Ikhlas : 1)

‫َبِد يُع الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َأَّنى َيُك وُن َلُه َو َلٌد َو َلْم َتُك ْن َلُه َص اِحَبٌة َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء‬
)101( ‫َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬

Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai
anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu;
dan Dia mengetahui segala sesuatu (QS Al-An’aam : 101)

)3( ‫َو َأَّنُه َتَع اَلى َج ُّد َر ِّبَنا َم ا اَّتَخ َذ َص اِحَبًة َو اَل َو َلًد ا‬

Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan
tidak (pula) beranak (QS Al-Jinn : 3)

Allah Subhanallahu wata’ala tidak butuh dengan sesuatu pun, Allah


Subhanallahu wata’ala tidak butuh kepada anak dan juga tidak butuh kepada
pasangan. Semua makhluk yang Allah ciptakan adalah berpasang-pasangan.
Contohnya manusia, ada Adam dan Hawa, ayah dan ibunda kita, kemudian
setiap manusia pun demikian ada laki-laki dan ada pula perempuan, hewan-
hewan pun demikian ada jantan dan ada betina, bahkan dalam hal listrik pun
ada positif dan ada negatif. Hampir semua perkara ada pasangannya,
menunjukkan bahwasanya Maha Esa lah yang menciptakan pasangan-
pasangan tersebut. Ini adalah nikmat luar biasa yang Allah Subhanallahu
wata’ala berikan. Bagaimana Allah Subhanallahu wata’ala menjadikan lelaki
dan wanita berpasangan yang saling membutuhkan diantara mereka yang
tidak mungkin seorang lelaki bisa tenteram dan merasa nyaman kecuali ada
wanita/istri yang mendampinginya. Bahkan Allah Subhanallahu wata’ala
menjadikan pasangan tersebut sebagai tanda-tanda kebesaran Allah
Subhanallahu wata’ala, tanda-tanda bahwa Allah adalah Sang Pencipta,
sebagaimana dalam firman-Nya :

‫َو ِم ْن َآَياِت ِه َأْن َخ َل َق َلُك ْم ِم ْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِلَتْس ُكُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَع َل َبْيَنُك ْم َم َو َّد ًة‬
‫َو َر ْح َم ًة ِإَّن ِفي َذ ِلَك َآَلَياٍت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Ruum : 21)

Fungsinya adalah ‫ ِلَتْس ُكُنوا ِإَلْيَها‬yaitu agar kalian merasa tenang bersama istri-istri
kalian tersebut. Mustahil seorang lelaki normal bisa hidup dengan tenang
tanpa ada pasangan di dalam hidupnya. Diantara nikmat dari Allah
Subhanallahu wata’ala ialah Dia menumbuhkan kebutuhan seorang lelaki
dengan pasangannya tersebut. Allah Subhanallahu wata’ala pula lah yang
menumbuhkan rasa kasih sayang diantara pasangan tersebut.

Demikian juga dengan menciptakan segala sesuatu secara berpasangan,


menunjukkan akan kekuasaan Allah karena bisa menciptakan dua hal yang
saling berlawanan dan kontradiktif. Allah menciptakan surga, namun Allah
juga menciptakan lawannya yaitu neraka. Allah menciptakan malaikat Jibril,
namun Allah juga menciptakan Iblis. Allah menciptakan Fir’aun, namun Allah
juga menciptakan Musa ‘alaihis salam.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو َج َعْلَنا َنْو َم ُك ْم ُسَباتًا‬9

“dan kami jadikan tidur kalian untuk istirahat”

‫ ُس َباتًا‬dalam bahasa arab artinya istirahat. Ini juga merupakan anugerah dari
Allah Subhanallahu wata’ala. Seandainya seseorang bekerja terus-menerus
tanpa istirahat niscaya dia akan binasa. Oleh karena itu, Alah menjadikan
seseorang lelah sehingga dia butuh dengan istirahat.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو َج َعْلَنا الَّلْيَل ِلَباسًا‬10

“dan kami jadikan malam sebagai pakaian dari kalian”

Sebagian ahli tafsir mengatakan, seseorang yang memasuki malam hari,


maka malam tersebut yaitu gelapnya malam akan meliputi dia. Pada zaman
dahulu tatkala lampu belum ada begitupun penerangan lainnya, manusia
sering berada dalam keadaan gelap. Seseorang tidak akan membuka
pakaiannya kecuali di malam hari ketika dia sudah tertutupi oleh gelapnya
malam, karenanya dia tidak malu untuk membuka pakaiannya. Sehingga
seakan-akan Allah Subhanallahu wata’ala menjadikan malam-malam
tersebut sebagai ganti dari pakaiannya.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو َج َعْلَنا الَّنَهاَر َم َعاشًا‬11

“dan kami jadikan siang hari sebagai tempat mencari


kehidupan (untuk mencari ma’isyah)”

Para ulama menyebutkan sunnatullah (aturan Allah Subhanallahu wata’ala)


bahwa malam adalah waktu istirahat dan siang adalah waktu mencari nafkah
dan mencari kehidupan. “barang siapa yang merubah tatanan ini maka dia
akan ditimpa dengan berbagai macam gangguan”. Seseorang yang harusnya
menjadikan malamnya sebagai waktu istirahat dan siang sebagai waktu
bekerja namun dia balik menjadi siang untuk tidur dan malam untuk
kelayapan maka dia akan terganggu, tubuhnya tidak akan segar meskipun
waktu tidurnya di siang hari lebih banyak. Tetap saja dia tidak akan
merasakan kelezatan sebagaimana yang dia rasakan ketika dia tidur pada
malam hari selama 8 jam, meskipun pada siang hari tidurnya lebih panjang.
Hal ini terjadi karena dia mengubah tatanan, yang seharusnya malam
menjadi tempat istirahat, namun dia ubah malamnya menjadi tempat untuk
mencari penghidupan dan siangnya menjadi tempat untuk istirahat. Orang
seperti ini kehidupan yang dia jalani tidak akan berjalan dengan normal, dia
akan merasakan gangguan kesehatan, gangguan dalam pikirannya, dan
berbagai hal lainnya.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman lagi tentang anugerah yang


Dia berikan :

‫) َو َبَنْيَنا َفْو َقُك ْم َسْبعًا ِش َد ادًا‬12

“dan kami bangun di atas kalian 7 langit yang kokoh”

Langit yang berada di atas kita ada sebanyak 7 lapis, jarak antara langit satu
dengan langit lainnya membutuhkan perjalanan yang sangat jauh. Ini
menunjukkan bagaimana luasnya ke-Maha kuasaan Allah Subhanallahu
wata’ala. Langit yang kita saksikan ini tidak diketahui dimana
penghujungnya. Allah Subhanallahu wata’ala menegakkannya tanpa pasak
dari bumi dan langit juga lebih luas daripada bumi ini. Padahal kita tahu pada
umumnya yang berada di atas itu lebih kecil daripada yang di bawah.
Kemudian yang di atas itu lebih butuh daripada yang di bawah, apabila yang
di bawah jatuh maka yang di atas juga akan jatuh, sehingga butuh pasak
untuk menahan. Inilah yang sering kita lihat dalam praktek kehidupan
sehari-hari, yang di atas lebih kecil daripada yang di bawah, yang di bawah
menaungi yang di atas, dan yang di atas butuh dengan pasak agar dia tidak
terjatuh. Namun hal ini tidak berlaku pada langit. Langit jauh lebih tinggi
daripada bumi dan jauh lebih luas daripada bumi. Sementara itu tidak ada
pasak yang tertancap dari bumi menuju langit padahal langit yang dengan
kokohnya berada di atas kita bukan hanya satu lapis melainkan 7 lapis.
Seseorang yang merenungkan hal ini akan menyadari bahwa dia adalah
makhluk yang sangat kecil yang tidak ada tandingannya dengan bumi ini.
Lantas bagaimana dengan kedahsyatan langit yang Allah Subhanallahu
wata’ala bangun 7 lapis di atas bumi ini.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو َج َعْلَنا ِسَر اجًا َو َّهاجًا‬13

“dan kami jadikan pelita yang amat terang (yaitu matahari)”

Barangsiapa yang memperhatikan Al Quran, dia akan mengetahui


bahwasanya Al Quran diturunkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Al Quran
datang dengan lafal-lafal yang detail dan tidak mungkin keliru.

‫اَل َيْأِتيِه اْلَباِط ُل ِم ْن َبْيِن َيَد ْيِه َو اَل ِم ْن َخ ْلِفِه َتْنِزيٌل ِم ْن َحِكيٍم َحِم يٍد‬
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Terpuji (QS Fusshilat : 42)

Tidak akan ada kesalahan dari depan maupun belakang, dan dari arah
manapun, karena diturunkan dari Allah Subhanallahu wata’ala.

Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan tentang matahari dimana Dia


mengatakan :
‫“ َوَجَع ْلَن ا ِس َر اجًا َو َّهاجًا‬kami jadikan sinar yang ‫ًا‬U ‫ َو َّهاج‬yaitu mengandung rasa
panas”. Kata para ulama maksudnya adalah matahari. Matahari tidak
disebut oleh Allah Subhanallahu wata’ala dengan Nur, berbeda dengan
rembulan. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫َو َج َعَل اْلَقَم َر ِفيِهَّن ُنورًا‬

“Dan Allah Subhanallahu wata’ala menjadikan pada langit-langit tersebut


terdapat Nur” yaitu cahaya. Matahari oleh Allah Subhanallahu wata’ala
dikatakan sebagai ‫ِس َر اجا‬yang bermakna sinar. Adapun rembulan dikatakan
sebagai cahaya karena pantulan dari sinar tersebut. Ini menunjukkan betapa
detailnya Al Quran yang Allah Subhanallahu wata’ala turunkan 1400 tahun
yang lalu.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو َأْنَز ْلَنا ِم َن اْلُم ْعِصَر اِت َم اًء َثَّج اجًا‬14

“dan kami turunkan dari awan air yang banyak”

Diantara makna ‫اْلُم ْع ِص َر اِت‬dalam bahasa arab adalah awan yang sudah hitam
yang mengandung butiran-butiran air dan siap diturunkan ke langit. Allah
Subhanallahu wata’ala mengatakan ‫“ َو َأْنَز ْلَنا ِم َن اْلُم ْع ِص َر اِت َم اًء َثَّجاجًا‬dan kami turunkan
dari awan tersebut air yang banyak”, yaitu hujan yang deras. ini merupakan
nikmat dari Allah Subhanallahu wata’ala juga. Kemudian apa fungsi dari air
yang turun tersebut? Kata Allah Subhanallahu wata’ala :

‫) ِلُنْخ ِر َج ِبِه َح ّبًا َو َنَباتًا‬15

“agar kami turunkan kami tumbuhkan dari air hujan tersebut”

‫ َح ّب ًا‬adalah biji-bijian sedangkan ‫ َنَباتًا‬adalah tumbuhan-tumbuhan. Biji-bijian


disini mengandung segala bentuk biji-bijian yang merupakan makanan pokok
manusia. Seperti beras, gandum, jagung, adas, fuul (kacang merah).

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan ‫َو َنَباتًا‬. Mengapa Alah


menyebutkan biji-bijian terlebih dahulu? Karena biji-bijian merupakan
makanan pokok yang hampir tidak mungkin hidup tanpa makanan tersebut.
Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan, sayur-mayur, buah-buahan, terkadang
manusia itu tidak butuh terhadap sayur-mayur dan buah-buahan. Sehingga
dalam penyebutannya, Allah Subhanallahu wata’ala pun menyebutkannya
secara berurutan yaitu biji-bijian terlebih dahulu kemudian tumbuh-
tumbuhan yang lainnya.

Setelah itu, Allah Subhanallahu wata’ala mengatakan :

‫) َو َج َّناٍت َأْلَفافًا‬16

“kemudian kebun-kebun yang lebat”

Ayat ini adalah bagian terakhir yang berisi tentang karunia-karunia yang
beraneka ragam yang Allah Subhanallahu wata’ala berikan kepada manusia
sebagai bukti bahwasanya Allah Subhanallahu wata’ala Maha Kuasa. Allah
Subhanallahu wata’ala yang menumbuhkan tetumbuhan, Allah Subhanallahu
wata’ala yang meninggikan langit, Allah Subhanallahu wata’ala yang telah
menciptakan bumi, Allah Subhanallahu wata’ala yang telah memberikan dan
menurunkan hujan ini. Ini semua menunjukkan akan kekuasaan Allah
Subhanallahu wata’ala. Seakan-akan Allah Subhanallahu wata’ala
mengatakan kepada orang-orang musyrikin, “Hai orang-orang musyrikin,
jika kami bisa melakukan itu semua, maka menghidupkan kembali yang
telah menjadi tulang belulang adalah perkara yang mudah”.

Setelah itu Allah Subhanallahu wata’ala mulai menyebutkan tentang hari


kiamat yaitu pembahasan selanjutnya setelah pembahasan sebelumnya yang
menyebutkan berbagai macam kenikmatan yang disebutkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala. Diantara cara belajar ilmu tafsir yang dilakukan oleh
sebagian ulama adalah sebagian surat diklasifikasikan menjadi pokok-pokok
bahasan, mulai dari paragraf pertama berbicara tentang ini, paragraf ke dua
berbicara tentang itu, paragraf ketiga, dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar
kita bisa melihat maknanya secara kompleks atau secara keseluruhan
dengan cara mengetahui masing-masing maksud dari setiap paragrafnya.
Belajar ilmu tafsir memang butuh kesabaran untuk mempelajarinya bagian
per bagian, terutama surat-surat yang sering kita baca. Sebisa mungkin
surat-surat yang ada di juz ‘amma dihafalkan dengan baik dan dipelajari
tafsirnya dengan cermat secara bertahap.

Setelah itu masuk ke dalam pembahasan yang baru, Allah Subhanallahu


wata’ala menjelaskan tentang dahsyatnya hari kiamat. Allah Subhanallahu
wata’ala berfirman:
‫) ِإَّن َيْو َم اْلَفْص ِل َك اَن ِم يَقاتًا‬17

“sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang sudah


ditetapkan”

Yaitu hari kiamat yang pasti datangnya. Barang siapa yang meninggal dunia
maka dia telah memasuki kiamat kecil. Dan selanjutnya dia akan memasuki
alam akhirat. Hari kiamat sudah tegak baginya meskipun kiamat kubra
(kiamat besar, untuk semua makhluk) belum datang. Setiap manusia telah
ditentukan kiamat baginya, berbeda dengan datangnya hari kiamat besar
maka tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali Allah Subhanallahu
wata’ala. Memang benar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassallam telah
mengabarkan bahwa hari kiamat akan terjadi pada hari jumat, tetapi tidak
ada yang mengetahui hari jumat tersebut jatuh pada minggu, bulan, dan
pada tahun yang mana. Dia akan datang dengan tiba-tiba, dan
kedatangannya tersebut adalah sesuatu yang pasti. Allah Subhanallahu
wata’ala berfirman :

‫ِإَّن َيْو َم اْلَفْص ِل َك اَن ِم يَقاتًا‬

“sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang sudah


ditetapkan”

Allah Subhanallahu wata’ala menamakannya dengan hari keputusan/hari


pembeda. Sehingga salah satu nama hari kiamat adalah hari pembeda.
Karena pada hari tersebut Allah Subhanallahu wata’ala akan bedakan antara
kebenaran dengan kebathilan, antara orang yang dzalim dan orang yang di
dzalimi, antara yang mukmin dan yang kafir, semua dibedakan pada hari
tersebut. Allah Subhanallahu wata’ala juga akan membedakan antara
penghuni surga dan penghuni neraka.

Ketahuilah bahwa pada hari tersebut seluruh atribut akan ditinggalkan dan
seluruh pangkat serta jabatan akan ditinggalkan. Di hari kiamat kelak tidak
ada kecuali 2 golongan : sebagian di surga, sebagian di neraka
jahannam. Tidak ada lagi perbedaan kaya dan miskin, si kaya tidak bisa
sombong pada hari tersebut. Si panglima dan jenderal tidak akan bisa
sombong pada hari tersebut. Dia tidak akan menampakkan jabatannya,
tetapi dia akan termasuk ke dalam 2 golongan, apakah masuk surga atau
masuk neraka. Oleh karena itu, hari itu adalah yaumal fashli yaitu hari
pembeda antara hak dan bathil, hari pembeda antara yang beriman dan
yang kafir, hari pembeda antara yang dibenarkan dan yang didustakan.
Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan :

‫) َيْو َم ُيْنَفُخ ِفي الُّص وِر َفَتْأُتوَن َأْفَو اجًا‬18

“pada hari tersebut sangkakala ditiup lalu kalian akan datang


berkelompok-kelompok”

Pada hari kiamat akan terjadi 2 tiupan sangkakala dan hari kebangkitan akan
terjadi pada tiupan yang kedua. Yang akan meniupkan sangkakala adalah
malaikat israfil yang disebut dengan shahibul qarn. Dia akan meniup
sangkakala dengan tiupan yang sangat dahsyat sehingga tatkala tiupan
pertama :

‫َو ُنِفَخ ِفي الُّص وِر َفَص ِع َق َم ْن ِفي الَّس َم اَو اِت َو َم ْن ِفي اَأْلْر ِض ِإاَّل َم ْن َش اَء ُهَّللا‬
“maka seluruh yang hidup di langit dan di bumi akan meninggal/mati tatkala
itu, kecuali yang Allah Subhanallahu wata’ala hendaki.” (QS Az-Zumar : 68)

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman dalam lanjutan ayat


tersebut:

‫ُثَّم ُنِفَخ ِفيِه ُأْخ َر ى َفِإَذ ا ُهْم ِقَياٌم َيْنُظُروَن‬


“kemudian ditiupkan dengan tiupan yang kedua tiba-tiba manusia
seluruhnya bangkit”.

Dalam ayat ini Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan bahwa kebangkitan


terletak pada tiupan yang kedua. Adapun jarak antara tiupan pertama dan
kedua adalah 40. Namun 40 yang dimaksud tidak diketahui secara pasti
apakah 40 hari atau 40 bulan atau 40 tahun karena sang perawi lupa apa
yang didengar dari Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam, hanya saja Nabi Shallahu
‘alaihi wassallam berkata jarak tiupan pertama dan tiupan kedua adalah 40.
Dan tatkala tiupan sangkakala yang kedua “ ‫ ”َفِإَذ ا ُهْم ِقَياٌم َيْنُظ ُروَن‬maka semuanya
pun dibangkitkan. Kata Allah Subhanallahu wata’ala : “‫ ”َفَتْأُتوَن َأْفَو اجا‬kalian akan
datang kepada kami dalam keadaan berkelompok-kelompok. Pada hari
tersebut kata Allah Subhanallahu wata’ala :

‫) َو ُفِتَح ِت الَّس َم اُء َفَك اَنْت َأْبَو ابًا‬19

“maka langit-angit akan dibukakan”

Langit-langit yang kita saksikan sekarang tidak ada lubang dan tidak ada
celahnya sama sekali. Namun pada hari kiamat akan terbuka, akan banyak
pintu-pintu yang Allah Subhanallahu wata’ala bukakan. Karena pada hari
tersebut malaikat akan turun, dan kita tahu bahwa malaikat penghuni langit
amatlah banyak. Oleh karena itu, dalam suatu hadits Nabi berkata :

،‫ َأَّطِت الَّس َم اُء َو َح َّق َلَه ا َأْن َتِئ َّط‬، ‫ َو َأْس َم ُع َم ا اَل َتْس َم ُعوَن‬، ‫ِإِّني َأَر ى َم ا اَل َتَر ْو َن‬
‫َم ا ِفيَها َم ْو ِض ُع َأْر َبِع َأَص اِبَع ِإاَّل َع َلْيِه َم َلٌك َس اِج ٌد‬

“Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar
apa yang kalian tidak mendengarnya. Langit terasa berat dan pantas bagi
langit untuk terasa berat. Tidak ada satu tempat seukuran empat jari kecuali
ada malaikat yang sujud di atasnya” (HR Ahmad no 21516, At-Tirmidzi no
2312 dan Ibnu Maajah no 4190 dengan sanad yang hasan)

‫ َأِط ْيٌط‬asalnya adalah suara yang keluar dari rahil (pelana onta yang terbuat
dari kayu) tatkala diduduki oleh penunggang onta. Atau suara rintihan onta
tatkala dibebani dengan beban yang sangat berat. Maksud dari hadits di atas
adalah langit seakan-akan merasa keberatan karena betapa banyaknya
malaikat yang menempati langit.

Pada hari kiamat kelak langit-langit akan terbelah dan terbuka menjadi
seperti pintu-pintu, para malaikat itu pun turun (lihat Tafsir Al-Baghowi
8/313). Hal ini sebagaimana firman Allah :

‫َو َيْو َم َتَش َّقُق الَّسماُء ِباْلَغ ماِم َو ُنِّز َل اْلَم الِئَك ُة َتْنِزياًل‬

‘’Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih
dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang’’ (QS Al-Furqon : 25)
Pendapat yang lain menyatakan bahwa langit-langit pada hari kiamat
terbelah-belah sehingga menjadi seperti potongan-potongan kayu seperti
pintu-pintu (Lihat Tafsir At-Thobari 24/19).

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو ُسِّيَرِت اْلِج َباُل َفَك اَنْت َسَر ابًا‬20

“dan dijamakkanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah


dia”

Gunung-gunung di akhirat kelak akan diangkat oleh Allah Subhanallahu


wata’ala kemudian diterbangkan di udara lalu dihancurkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala. Dan ini terjadi tatkala tiupan sangkakala yang
pertama dimana bumi ini akan dihancurkan dan digoncangkan dengan
sedahsyat-dahsyatnya. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam banyak
surat. Allah akan menggantikan bumi ini dengan yang lain, bumi di padang
mahsyar yang dijadikan sebagai tempat untuk kita dihisab oleh Allah
bukanlah bukanlah bumi yang sekarang kita pijak. Allah mengatakan:

‫َيْو َم ُتَبَّد ُل اَأْلْر ُض َغْيَر اَأْلْر ض‬

“pada hari dimana Allah akan gantikan bumi dengan bumi yang lain.” (QS
Ibrahim : 48)

Bumi yang akan kita pijak di padang mahsyar nanti berbentuk datar, tidak
ada gunung dan tidak ada lembah. Semua gunung dihancurkan oleh Allah,

‫َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن اْلِج َباِل َفُقْل َيْنِس ُفَها َر ِّبي َنْس ًفا‬

“mereka bertanya kepada engkau tentang gunung-gunung, katakanlah


“Tuhanku akan menghancurkan (pada hari kiamat) sehancur-hancurnya”.
(QS Thaha : 105)

Gunung-gunung besar yang sekarang kita saksikan akan hancur lebur


menjadi seperti fatamorgana, dari kejauhan terlihat seperti air, namun dari
dekat ternyata adalah debu-debu yang berterbangan (lihat Tafsir At-Thobari
24/20).
Kemudian Allah berfirman :

‫) ِإَّن َج َهَّنَم َك اَنْت ِم ْر َص اًد ا‬21

“sesungguhnya neraka jahannam itu sebagai tempat pengintai”.

Setelah Allah menyebutkan tentang dahsyatnya hari kiamat, Allah kemudian


menyebutkan pembahasan selanjutnya yaitu tentang neraka jahannam.
Sesungguhnya para penjaga neraka akan mengintai, terutama mengintai
manusia yang sedang melewati shirath (jembatan yang terbentang di atas
neraka). Neraka mengintai untuk menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Neraka jahannam mengintai siapa? Allah kemudian berfirman :

‫) ِللَّطاِغ يَن َم آًبا‬22

“merupakan tempat kembali bagi orang-orang yang melampui


batas“.

Ini adalah ancaman bagi orang-orang musyirikin, orang-orang kafir, orang-


orang yang melakukan kedzhaliman dan melampui batas di atas muka bumi
ini. Merekalah yang diintai dan ditunggu oleh neraka jahannam.

‫) اَل ِبِثيَن ِفيَها َأْح َقاًبا‬23

“mereka akan tinggal dalam waktu yang lama di neraka jahannam”

Ada khilaf diantara para ulama tentang makna ‫ َأْح َقاًبا‬.‫ َأْح َقاًبا‬adalah bentuk jamak
dari ‫ُح ُقْب‬. Sebagian salaf menafsirkan ‫ ُح ُقْب‬dengan 70 tahun, ada yang
mengatakan 80 tahun, dan ada pula yang mengatakan 300 tahun.

Maksud dari pendapat-pendapat di atas adalah dengan perhitungan setiap


harinya seperti 1000 tahun di dunia. Sehingga yang berpendapat bahwa ‫اْلُح ْقُب‬
adalah 70 tahun berarti setiap tahunnya ada 12 bulan, kemudian setiap
bulannya 30 hari, dan setiap harinya 1000 tahun. Maka satu al-huqub ada
1000 tahun kali 30 (hari) kali 12 (bulan) kali 70 (tahun) sama dengan 25
juta tahun lebih dengan ukuran tahun di dunia. Adapun pendapat yang
mengatakan satu al-huqub adalah 300 tahun tentu lebih banyak lagi.
Namun dalam ayat ini Allah tidak mengatakan satu al-huqub akan tetapi
Allah menyatakan dengan lafal jamak yaitu ‫( َأْح َقاًبا‬banyak huqub) yang intinya
adalah orang-orang yang berbuat bermaksiat melampaui batas akan tinggal
di neraka jahannam dalam waktu yang sangat lama. Jika mereka orang-
orang kafir maka ‫“ َخاِلَد ْيِن ِفيَها‬kekal dalam neraka tidak akan keluar”. Yaitu jika
selesai al-huqub yang pertama akan datang al-huqub yang kedua, begitu
seterusnya sampai tiada penghujungnya.

Jika mereka orang-orang yang berbuat dzhalim, tetapi tidak kafir dan juga
tidak musyirik maka mereka akan tinggal di neraka jahannam dalam waktu
yang lama, boleh jadi ratusan ratusan tahun, ribuan tahun, atau bakan
jutaan tahun, tentu ini adalah waktu yang sangat lama.

Oleh karena itu, hendaknya seseorang itu jangan mengatakan, “meskipun


saya bermaksiat namun saya masih islam, saya akan diadzab oleh Allah dan
suatu saat saya akan dikeluarkan dan dimasukkan kedalam surga.” Apa yang
dikatakannya memang benar karena seorang muslim tidak akan kekal di
dalam neraka, dan ini adalah aqidah ahlussunnah. Yang kekal dalam neraka
jahannam adalah orang-orang musyrik dan orang-orang kafir, adapun orang
muslim dia tidak akan kekal di neraka, dia akan diadzab namun dia akan
dikeluarkan. Tetapi hendaklah diingat bahwasanya jika seorang muslim telah
diadzab maka ingatlah bahwa ‫ َأْح َقاًبا‬sangat lama, bukan waktu yang sebentar.
Jangan sampai seseorang mirip dengan keyakinan orang-orang Yahudi yang
berkata :

‫َو َقاُلوا َلْن َتَم َّسَنا الَّناُر ِإاَّل َأَّياًم ا َم ْعُد وَد ًة ُقْل َأَّتَخ ْذ ُتْم ِع ْن َد ِهَّللا َع ْه ًد ا َفَلْن ُيْخ ِل َف ُهَّللا‬
‫) َبَلى َم ْن َك َسَب َس ِّيَئًة َو َأَح اَطْت ِب ِه‬80( ‫َع ْهَد ُه َأْم َتُقوُلوَن َع َلى ِهَّللا َم ا اَل َتْع َلُم وَن‬
)81( ‫َخ ِط يَئُتُه َفُأوَلِئَك َأْص َح اُب الَّناِر ُهْم ِفيَها َخ اِلُد وَن‬

Dan mereka (Yahudi) berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api
neraka, kecuali selama beberapa hari saja”. Katakanlah: “Sudahkah kamu
menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya,
ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui? (Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia
telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya (QS Al-Baqarah : 80-81)
‫َأَلْم َتَر ِإَلى اَّلِذ يَن ُأوُتوا َنِص يًبا ِم َن اْلِكَت اِب ُي ْد َعْو َن ِإَلى ِكَت اِب ِهَّللا ِلَيْح ُك َم َبْيَنُهْم ُثَّم‬
‫) َذ ِلَك ِبَأَّنُهْم َقاُلوا َلْن َتَم َّسَنا الَّناُر ِإاَّل َأَّياًم ا‬23( ‫َيَتَو َّلى َفِريٌق ِم ْنُهْم َو ُهْم ُم ْع ِر ُضوَن‬
‫َم ْعُد وَد اٍت َو َغَّر ُهْم ِفي ِد يِنِهْم َم ا َك اُنوا َيْفَتُروَن‬
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian yaitu Al
Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu
menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebagian dari mereka
berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah
karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali
beberapa hari yang dapat dihitung”. Mereka diperdayakan dalam agama
mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan . (QS Ali-Imran : 23-24)

Barang siapa yang masuk ke dalam neraka jahannam niscaya dia akan
merasakan kepedihan yang amat sangat dalam waktu yang sangat lama.
Oleh karena itu, kita berlindung kepada Allah dari siksa api neraka
jahannam.

Ibnu Katsir menyebutkan salah satu pendapat yang menyatakan bahwa


firman Allah ‫ َأْح َقاًبا‬berkaitan dengan ayat sesudahnya yaitu (mereka tidak akan
merasakan dalam neraka jahannam kesejukan dan juga tidak ada
minuman), artinya mereka akan disiksa dengan siksaan tersebut (tidak ada
kesejukan dan tidak ada minuman) selama ‫َأْح َقاًب ا‬, setelah itu Allah akan
memberikan jenis-jenis penyiksaan yang lainnya.

Kemudian kata Allah Subhanallahu wata’ala tentang orang-orang yang


masuk kedalam neraka Jahannam :

‫) اَل َيُذ وُقوَن ِفيَها َبْر دًا َو اَل َش َر ابًا‬24

“mereka tidak akan merasakan dalam neraka


jahannam kesejukan dan juga tidak ada minuman”

Yang dirasakan oleh mereka keseluruhannya adalah kepanasan. Tidak ada


air minum yang bisa menghilangkan kehausan mereka. Bayangkan tatkala
orang dikumpulkan di padang mahsyar mereka menunggu di hari yang
sangat panjang yang 1 harinya seperti 50.000 tahun. Matahari pada saat itu
jaraknya satu mil sehingga semua orang dalam kondisi kepanasan pada hari
tersebut. Mereka merasakan dahaga yang sangat dan rasa lapar yang
sangat.
Para penghuni surga akan diberikan minuman, akan diberikan kelezatan
didalam surge. Adapun penghuni neraka, maka rasa lapar yang amat sangat
akan menyerang mereka, rasa haus yang amat sangat akan menyerang
mereka. Mereka tidak akan menemukan rasa dingin sama sekali di
dalamnya, melainkan kepanasanlah yang akan mereka rasakan. Mereka
merasa tidak mendapatkan air minum sama sekali. Karena sebenarnya Allah
Subhanallahu wata’ala menyediakan air untuk mereka, namun air tersebut
sebagaimana firman Allah Subhanallahu wata’ala :

‫) ِإاَّل َح ِم يمًا َو َغ َّس اقًا‬25

“kecuali air yang mendidih dan nanah”

‫ َح ِم يمًا‬adalah air panas yang berada puncak panasnya. ‫ َو َغ َّس اقًا‬kata para ulama
adalah air yang dinginnya luar biasa tetapi bukan berasal dari air melainkan
dari nanahnya penghuni neraka jahannam. Dari luka penghuni neraka,
keringat mereka, dan nanah mereka, dikumpulkan dan didinginkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala kemudian dijadikan air minum untuk mereka.
Sesungguhnya ini sangat menyiksa mereka. Selain itu minuman mereka
tersebut sangat berbau busuk -sebagaimana penjelasan al-Hafiz Ibnu Katsir
dalam tafsirnya-. Jadi di neraka jahannam nanti ada sebagian penghuni
neraka yang disiksa dengan panas yang amat parah dan terkadang pula
disiksa dengan dingin yang amat parah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

، ‫ َف َأِذ َن َلَه ا ِبَنَفَس ْيِن‬،‫ َيا َر ِّب َأَك َل َبْع ِض ي َبْع ًض ا‬: ‫ َفَقاَلْت‬،‫اْش َتَك ِت الَّناُر ِإَلى َر ِّبَها‬
‫ َو َأَش ُّد َم ا‬، ‫ َفْهَو َأَش ُّد َم ا َتِج ُد وَن ِم َن اْلَح ِّر‬، ‫ َو َنَفٍس ِفي الَّصْيِف‬، ‫َنَفٍس ِفي الِّش َتاِء‬
‫َتِج ُد وَن ِم َن الَّز ْمَهِريِر‬
Neraka mengeluh kepada Rabb-nya seraya berkata, “Ya Rabbku, sebagian
dariku memakan sebagian yang lainnya”. Maka Allah memberi izin baginya
dengan dua hembusan, hembusan tatkala musim panas dan hembusan
tatkala musim dingin. Maka itulah panas yang paling parah yang kalian
rasakan dan dingin yang paling parah yang kalian rasakan.” (HR Muslim No.
617)

Kita tahu bahwa orang yang tinggal pada tempat yang bersuhu 1 derajat
atau di bawah minus 1 derajat, maka orang tersebut akan merasa sangat
tersiksa karena dingin yang menusuk ke dalam tulangnya. Jadi neraka
jahannam bukan hanya berbentuk api yang amat panas tapi juga rasa dingin
yang amat parah. Dan ini mudah bagi Allah Subhanallahu wata’ala untuk
menggabungkan dalam satu tempat, ada yang dingin ada yang panas. Kita
saksikan sebagian alat seperti AC atau kulkas. Kulkas dalamnya dingin,
namun belakangnya panas. Demikian juga AC, mesinnya panas tetapi
mengeluarkan udara yang dingin. Sehingga sangat mudah bagi Allah
Subhanallahu wata’ala membuat neraka jahannam memiliki tempat yang
sangat panas dan tempat yang sangat dingin. Ada ‫ َحِم يمًا‬yaitu air yang sangat
panas dan ‫ َو َغَّساقًا‬yaitu nanah darah penghuni neraka jahannam yang sangat
dingin yang jika diminum akan sangat menyiksa orang yang meminumnya.

Mengapa para penghuni neraka tetap meminum minuman seperti ini padahal
mereka tahu bahwa minuman tersebut hanya akan menambah siksaan bagi
mereka, kata para ulama karena saking dahaganya sehingga harus ada
sesuatu yang harus mereka masukkan ke dalam mulut mereka. Mereka
sampai tidak peduli lagi apa yang mereka masukkan ke dalam mulutnya,
meskipun mereka tahu bahwa meminum air panas hanya akan merusak isi
perut mereka. Keadaannya sama seperti orang-orang yang kecanduan
morfinis dan semacamnya, mereka ingin terus menghirupnya bahkan kadang
dijumpai orang yang rela menggoret-goret tubuhnya untuk menghirup
darahnya yang mengandung heroin tersebut. Mereka terpaksa melakukannya
meskipun merasakan penderitaan. Demikian juga orang-orang musyrikin
ketika merasakan dahaga yang amat sangat, mereka harus minum apapun
yang bisa diminum. Meskipun air yang diminum adalah air panas yang bisa
memotong-motong isi perut mereka, mereka tidak peduli yang penting bisa
minum. Bahkan nanah dari para penghuni nereka jahannam yang
terkumpulkan terpaksa diminum karena rasa dahaga yang amat yang
mereka rasakan. Inilah air minum yang disediakan Allah Subhanallahu
wata’ala untuk mereka.

Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

26) ‫َج َزاًء ِوَفاقًا‬

“sebagai balasan yang setimpal”

Allah Subhanallahu wata’ala Maha Adil. Allah Subhanallahu wata’ala


memberikan balasan seperti itu karena keadilan Allah Subhanallahu wata’ala.
Allah membalas sesuai dengan apa yang mereka lakukan selama di dunia
berupa kerusakan.
Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) ِإَّنُهْم َك اُنوا اَل َيْر ُج وَن ِح َس ابًا‬27

“sesungguhnya mereka tidak berharap kepada yaumal hisab (hari


perhitungan)”

Orang-orang musyrikin tidak mau dan dan takut akan adanya perhitungan
terhadap amal perbuatan mereka di dunia. Padahal mereka akan
menemukan hari tersebut.

Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫) َو َك َّذ ُبوا ِبَآَياِتَنا ِكَّذ ابًا‬28

“mereka benar-benar mendustakan ayat kami”

Mereka tahu apa yang mereka kerjakan kebanyakannya adalah maksiat.


Seandainya mereka tahu bahwa mereka akan dihisab niscaya mereka tidak
akan melakukan kemaksiatan. Karenanya mereka tidak meyakini adanya
hisab, bahkan mereka tidak mau adanya hisab dan mereka takut adanya
hisab. Mereka kemudian mendustakan ayat-ayat Allah Subhanallahu wata’ala
yang menjelaskan tentang yaumul hisab, ayat-ayat tentang hari
kebangkitan, dan ayat-ayat tentang hari persidangan. Kemudian Allah
Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َو ُك َّل َش ْي ٍء َأْح َص ْيَناُه ِكَتابًا‬29

“segala sesuatu dicatat oleh Allah Subhanallahu wata’ala”

Tidak ada kemaksiatan apapun yang luput dari catatan Allah Subhanallahu
wata’ala dan akan dihadirkan. Mereka akan melihat apa yang telah mereka
lakukan, tidak ada kemaksiatan yang mereka lakukan kecuali telah dicatat.

Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َفُذ وُقوا َفَلْن َنِز يَد ُك ْم ِإاَّل َع َذ ابًا‬30


ini ayat yang paling mengerikan, kata Allah Subhanallahu wata’ala :

“rasakanlah adzab Allah Subhanallahu wata’ala maka kami


tidak akan menambah pada kalian kecuali adzab”.

Ketika mereka diadzab di nereka jahannam dengan berabagai macam


siksaan, siksaan yang mereka rasakan tidaklah satu jenis melainka setiap
harinya bertambah kadar siksaannya. Orang yang diadzab di neraka
Jahannam, mereka akan diadzab dengan beraneka ragam variasi siksaan
yang semakin bertambah kerasnya.

Ini adalah ayat yang sangat ditakutkan oleh para penghuni neraka
Jahannam. Sampai-sampai Abdullah bin ‘Amr berkata :

‫َم ا ُأْنِزَلْت َع َلى َأْهِل الَّناِر آَيٌة َقٌّط َأَشُّد ِم ْنَها‬

“Tidak pernah turun satu ayatpun yang lebih berat kepada penghuni neraka
dari pada ayat ini” (Fathul Qodiir 5/444)

Setelah Allah Subhanallahu wata’ala menyebutkan tentang kesudahan orang-


orang kafir dan bagaimana siksaan yang akan mereka dapatkan di neraka,
Allah Subhanallahu wata’ala mulai menyebutkan tentang kesudahan kaum
mukminin yang mendapatkan balasan surga. Allah Subhanallahu wata’ala
berfirman :

‫) ِإَّن ِلْلُم َّتِقيَن َم َفازًا‬31

“sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan


kemenangan”

‫ َم َف ازًا‬diambil dari kata al-fauz, yang artinya adalah keselamatan dan


kemenangan. Karenanya padang pasir dinamakan dengan “Mafaazah”
sebagai bentuk tafaa’ul (berharap) kebaikan, agar orang yang melintasi
padang pasir bisa meninggalkannya dengan selamat. Sebagaimana orang-
orang Arab menamakan orang yang sakit dengan “saliim” yang artinya orang
yang sehat, dengan harapan agar ia segera sehat.

Lalu Allah berfirman :


‫) َح َد اِئَق َو َأْع َنابًا‬32

“mereka akan mendapatkan kebun-kebun, taman-taman, dan buah


anggur”,

Allah menjelaskan tentang hakikat kemenangan (mafaazaa) yaitu masuk


surga yang berisi kebun-kebun dan taman-taman. Tidak
dikatakan hadiiqoh kecuali mencakup buah-buahan yang bermacam-macam.
Dan diantara isi taman-taman tersebut adalah buah anggur yang
dikhususkan penyebutannya karena ledzatnya atau karena banyaknya.

Tentunya ini adalah diantara kenikmatan yang Allah Subhanallahu wata’ala


sediakan untuk mereka. Di dalam surga akan disediakan buah-buahan akan
tetapi buah-buahan tersebut tidak akan sama dengan di dunia.

Diantara kenikmatan lainnya adalah Allah Subhanallahu wata’ala akan


memberikan kepada mereka bidadari. Allah Subhanallahu wata’ala
berfirman:

‫) َو َك َو اِعَب َأْتَر ابًا‬33

‫ َو َك َو اِع َب‬dalam bahasa arab adalah para gadis-gadis muda yaitu bidadari yang
memiliki buah dada yang bulat yang tidak renggang dan tidak turun.

‫ َتَك َّع َبْت َثْد ُيُهَّن َو َتَفَّلَك ْت َأْي َص اَر َثْد ُيُهَّن َك اْلَك ْع ِب ِفي ُص ُد ْو ِر ِهَّن‬: ‫ِنَس اٌء َك َو اِع ُب‬

Para wanita kawa’ib : buah dada mereka membentuk seperti ka’ab (mata
kaki) dan membulat, yaitu buah dada mereka seperti mata kaki yang
menempel di dada-dada mereka. (Fathul Qodiir 5/445)

Para bidadari tersebut umurnya rata-rata, tidak tua tidak juga terlalu kecil
yaitu sekitar umur 30 – 35 tahun. Allah Subhanallahu wata’ala menyediakan
bidadari yang sebaya dengan mereka dimana para pemuda mencapai puncak
muda yang paling baik sekitar 33th umur. Dan semua bidadari umurnya
sama sebaya diantara mereka.

Kemudian diantara nikmat yang Allah Subhanallahu wata’ala berikan yaitu :


‫) َو َك ْأسًا ِد َهاقًا‬34

“dan gelas-gelas yang penuh (dengan minuman)”

Kata para ulama, ‫ َك ْأسًا‬dalam bahasa arab digunakan untuk khamr. Maka Allah
Subhanallahu wata’ala akan menyediakan khamr-khamr di dalam gelas-gelas
tersebut sebagai minuman para penghuni surga. Minum khamr di dunia
hukumnya haram mengonsumsinya, tetapi bagi para penghuni surga
hukumnya boleh meminum khamr. Khamr di akhirat juga berbeda dengan
khamr yang ada di dunia.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) اَل َيْس َم ُعوَن ِفيَها َلْغ وًا َو اَل ِكَّذ ابًا‬35

“mereka tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia maupun yang


dusta”

Karena surga adalah darus salam (tempat penuh keselamatan), tidak akan
ada gangguan sama sekali dan tidak pula ada yang sia-sia.

‫) َج َز اًء ِم ْن َر ِّبَك َع َطاًء ِح َس ابًا‬36

“sebagai balasan dan pemberian yang cukup banyak dari Rabbmu”

Hisaaban artinya kaafiyah : cukup dan banyak. Disini terlihat metode Al-
Quran, setelah disebutkan tentang neraka jahannam, Allah Subhanallahu
wata’ala kemudian menyebutkan tentang surga. Sehingga ada metode
targhib wa tarhib. Tarhib yaitu Allah Subhanallahu wata’ala memberi rasa
takut kepada kaum mukminin tentang dahsatnya neraka jahannam. Tetapi
terdapat targhib yaitu Allah Subhanallahu wata’ala juga memotivasi dan
memberi semangat kepada kaum mukminin tentang lezatnya dan indahnya
surga.

Setelah itu Allah Subhanallahu wata’ala berfirman :

‫) َر ِّب الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َم ا َبْيَنُهَم ا الَّرْح َمِن اَل َيْم ِلُك وَن ِم ْنُه ِخ َطابًا‬37
“Tuhan (yang memilihara) langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya yang Maha Pengasih, mereka tidak
mampu berbicara kepada Allah Subhanallahu wata’ala”

Pada hari kiamat semua akan ketakutan tidak berani berbicara kecuali yang
diijinkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala.

‫) َيْو َم َيُقوُم الُّر وُح َو اْلَم اَل ِئَك ُة َص ّفًا اَل َيَتَك َّلُم وَن ِإاَّل َم ْن َأِذ َن َلُه الَّرْح َم ُن َو َق اَل‬38
‫َص َو ابًا‬

“pada hari dimana ruh (malaikat jibril) dan para malaikat


berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang
telah diberi ijin Allah Subhanallahu wata’ala yang maha pemurah dan
Dia yang mengucapkan kata yang benar”

Hari tersebut adalah hari yang paling dahsyat. Tidak ada yang berani
berbicara kepada Allah Subhanallahu wata’ala kecuali dengan izin-Nya.
Jangankan manusia biasa, para Nabi saja takut untuk berbicara kepada Allah
Subhanallahu wata’ala. Tidak ada yang terdengar kecuali desihan-desihan.
Tidak ada yang berani berbicara kenapa karena hari tersebut adalah hari
yang dahsyat. Pada hari tersebut Allah Subhanallahu wata’ala sedang
murka.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:

‫) َذ ِلَك اْلَيْو ُم اْلَح ُّق َفَم ْن َشاَء اَّتَخ َذ ِإَلى َر ِّبِه َم َآبًا‬39

“itulah hari yang pasti terjadi. barang siapa


yang menghendaki niscaya dia akan menempuh jalan kembali
kepada Tuhannya”

Barang siapa yang ingin selamat dari dahsyatnya hari kiamat dan dari
siksaan neraka jahannam maka carilah jalan yang benar menuju Allah
Subhanallahu wata’ala.

Kemudian Allah Subhanallahu wata’ala berfirman di akhir ayat :


‫) ِإَّنا َأْنَذ ْر َناُك ْم َع َذ ابًا َقِر يبًا َيْو َم َيْنُظُر اْلَم ْر ُء َم ا َقَّد َم ْت َيَد اُه َو َيُق وُل اْلَك اِفُر َي ا‬40
‫َلْيَتِني ُك ْنُت ُتَر ابًا‬

“sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian tentang


adzab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah
diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Aduhai
seandainya waktu dulu aku hanyalah tanah”

Bahwasanya adzab itu dekat yang akan dirasakan oleh orang-orang yang
berbuat dzhalim. Para pelaku maksiat akan diadzab di alam barzakh sebelum
diadzab di neraka jahannam. Adapun orang-orang kafir akan didatangkan
kepada mereka adzab pada hari kiamat kelak dengan azab yang lebih pedih
yaitu ketika di neraka jahannam.

Pada hari tersebut semua akan diingatkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala,
apa yang telah mereka lakukan di dunia dan akan diperlihatkan di hadapan
mereka. Catatan amalnya akan dibukakan di hadapan mereka. Mereka akan
melihat secara detail setiap perbuatan yang telah mereka lakukan selama di
dunia.

Pada hari tersebut seorang kafir akan berkata, “Aduhai seandainya waktu
dulu aku hanyalah tanah”. Ini menunjukkan akan penyesalannya di hari
kiamat kelak. Dia tidak ingin menjadi manusia yang disidang kemudian
diadzab oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Lalu dia berangan-angan
seandainya dia dulu hanyalah tanah, yang tidak akan dihisab, tidak akan
disidang, dan tidak akan di adzab. Tetapi menyesal pada hari kiamat tidak
ada manfaatnya.

Pada hari kiamat kelak, Allah Subhanallahu wata’ala akan menegakkan


semua hak. Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

‫ ِم َن الَّش اِة اْلَقْر َناِء‬، ‫ َح َّتى ُيَقاَد ِللَّش اِة اْلَج ْلَح اِء‬،‫َلُتَؤ ُّدَّن اْلُح ُقوَق ِإَلى َأْهِلَها َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
“Sungguh kalian akan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya pada hari
kaimat, sampai hak kambing yang tidak bertanduk akan
diambil/dikembalikan dari kambing yang bertanduk” (HR Muslim No. 2582)

Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu beliau berkata :


‫ “َيا َأَب ا َذ ٍّر َه ْل‬: ‫ َفَقاَل‬، ‫َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر َأى َش اَتْيِن َتْنَتِط َح اِن‬
‫ َو َسَيْقِض ي َبْيَنُهَم ا‬،‫ “َلِكَّن َهللا َيْد ِر ي‬: ‫ َقاَل‬. ‫ اَل‬: ‫َتْد ِر ي ِفيَم َتْنَتِط َح اِن ؟ ” َقاَل‬

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat dua ekor


kambing saling tanduk menanduk, maka Nabi berkata, “Wahai Abu Dzar
apakah engkau tahu kenapa mereka saling tanduk menanduk?”. Abu Dzar
berkata, “Tidak tahu”. Mak Nabi berkata, “Akan tetapi Allahu tahu, dan Allah
akan menghukum diantara kedua kambing tersebut” (HR Ahmad no 21438
dengan sanad yang hasan)

Hendaklah diingat bahwasanya seseorang yang haknya dicuri di dunia akan


dikembalikan oleh Allah Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat. Tidak ada
hak yang benar-benar hilang. Jika kita didzhalimi di dunia maka kita akan
didimenangkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat kelak. Jika
kita menang karena dzhalim di dunia maka kita akan dikalahkan oleh Allah
Subhanallahu wata’ala pada hari kiamat.

Bahkan bentuk adil-Nya Allah Subhanallahu wata’ala, kambing yang tidak


bertanduk akan dimenangkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala atas kambing
yang bertanduk, dan kambing yang bertanduk akan disiksa Allah
Subhanallahu wata’ala. Namun setelah diadakan persidangan diantara
kambing tersebut, mereka akan diubah menjadi tanah oleh Allah
Subhanallahu wata’ala. Tidak seperti manusia diantara mereka ada yang
akan mendapatkan surga dan ada yang mendapatkan neraka. Adapun
hewan, tidak ada surga dan neraka diantara mereka. Meskipun mereka tetap
saja disidang sebagai bentuk menampakkan keadilan Allah.

Tatkala orang-orang kafir melihat bagaimana hewan-hewan tersebut, mereka


pun mengatakan: “seandainya kami adalah para hewan yang disidang
menjadi tanah”. Tetapi perkaranya tidaklah demikian, setelah para manusia
disidang selanjutnya tidak ada pilihan bagi mereka kecuali dimasukkan ke
surga atau ke neraka Jahannam.

Anda mungkin juga menyukai