Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, Zat Yang Maha Suci, Yang
Maha Luas Rahmat-Nya. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad saw. Juga
kepada keluarga dan para sahabat beliau.
ٓ ى أ ى ى ى أ ى ى َٰ ى ى ى َٰ ى
Allah SWT be rfirma n
M O D E L D U N I A M E N U R U T T E K S A L - Q U R ’A N
A. A l a m S e m e s t a (Universe) M o d e l D u n i a
Di dalam teks Al-Qur’an tidak disebutkan samasekali tentang adanya
‘alam semesta’, ‘jagad raya’ atau ‘universe’ dan nama benda-benda angkasa
seperti halnya dalam konsep astronomi dan kosmologi moderen, tidak ada
yang disebut planet, satelit, comet, meteor, galaxy, nova, supernova, black
hole, asteroid, nebula, ataupun solar system (sistem tata surya). Semua nama-
nama tadi hanya ada di dalam teori dan konsep bidang ilmu astronomi dan
kosmologi moderen.
Secara sederhana namun sangat jelas, Al-Qur’an hanya menyebutkan
tentang adanya bumi, langit, matahari, bulan, dan bintang. Hanya itu! Dan
penulis menyebutnya sebagai ‘Model Dunia’
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-Baqarah [2], 22). Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.
2) (QS. Al-Furqaan [25], 61). Artinya: Maha Suci Allah yang menjadikan di langit
gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan
bulan yang bercahaya.
3) (QS. An-Nisaa’ [4], 132). Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit
dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
B. T i m u r dan B a r a t, U t a r a dan S e l a t a n
Di dalam teks Al-Qur’an hanya ada arah ‘Timur’ dan ‘Barat’ dan Bintang
sebagai petunjuk arah, tidak ada satu ayatpun yang menyebutkan ‘Utara’, dan
atau ‘Selatan’, ternyata istilah utara-selatan, hanya dipakai di dalam konsep
dan sistem ‘bumi bulat’. Dan Al-Qur’an hanya menyebutkan bahwa Timur
adalah tempat terbit Matahari, Barat tempat terbenam Matahari, Langit di
atas, dan Bumi di bawah.
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-Baqarah [2], 115). Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,
maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
2) (QS. Al-Baqarah [2], 258). Artinya: … Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang lalim.
3) (QS. Ar-Rahmaan [55], 17). Artinya: Tuhan yang memelihara kedua tempat
terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
C. B u m i D u n i a M e n u r u t A l - Q u r ’a n
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-Baqarah [2], 22). Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap…
2) (QS. Al-Baqarah [2], 36). Artinya: Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari
surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
3) (QS. Huud [11], 123). Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di
langit dan di bumi …
4) (QS. Ar-Ra’d [13], 3). Artinya: Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi
dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya …
5) (QS. Al-Hijr [15], 19). Artinya: Dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala
sesuatu menurut ukuran.
6) (QS. An-Nahl [16], 15). Artinya: Dan Dia menancapkan gunung-gunung di
bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu …
Tafs ir I bnu Kats i r
Sa’id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Qais ibnu Ubadah,
bahwa setelah Allah menciptakan bumi, maka bumi terus berguncang, lalu para
malaikat berkata, “Ini tidak layak bagi seorang pun yang bertempat tinggal di
permukaannya.” Kemudian pada keesokan harinya ternyata telah ada
gunung-gunung (yang menstabilkannya).
Dari Ali bin Abu Thalib ra. yang mengatakan bahwa setelah Allah menciptakan
bumi, Dia membiarkannya, kemudian bumi berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau
akan menciptakan di atasku Bani Adam yang gemar mengerjakan dosa-dosa dan
menimbulkan kekotoran di atasku?” Maka Allah menancapkan padanya gunung-
gunung yang dapat kalian lihat dan yang tidak terlihat oleh kalian. Sebelum itu
bumi tidak tetap, selalu berguncang seperti daging yang hidup (berdenyut).
7) (QS. Al-Kahfi [18], 47). Artinya: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami
perjalankan gunung-gunung dan k a m u a k a n d a p a t m e l i h a t b u m i i t u
d a t a r dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan
seorang pun dari mereka.
Tafs ir I bnu Kats i r
Allah SWT berfirman, “Dan kamu akan melihat bumi itu datar” Maksudnya, rata
dan tampak jelas, tidak ada di dalamnya tanda bagi seseorang dan juga tempat
yang dapat menutupi seseorang, tetapi makhluk secara keseluruhan tampak
jelas bagi Rabb mereka dan tidak sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.
Mengenai firman-Nya ini, “Dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar,” Mujahid
dan Qatadah mengatakan: “Tidak ada batu dan semak-semak (hutan) di atas bumi.”
Qatadah juga mengemukakan: “Tidak ada bangunan dan juga pepohonan.”
8) (QS. Al-Anbiya’ [21], 30). Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahw asanya l a n g i t d a n b u m i i t u k e d u a n y a d a h u l u
adalah s uat u yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
k e d u a n y a. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Tafs ir I bnu Kats i r
Tidakkah mereka perhatikan bahwa langit dan bumi itu pada asalnya menyatu.
Dengan kata lain, satu sama lainnya menyatu dan bertumpuk-tumpuk pada
mulanya. Lalu keduanya dipisahkan dari yang lain, maka langit dijadikan-Nya
tujuh lapis, bumi dijadikan-Nya tujuh lapis pula. Dia memisahkan antara langit
yang terdekat dan bumi dengan udara, sehingga langit dapat menurunkan
hujannya dan dapat membuat tanah (bumi) menjadi subur karenanya.
Al-Qur’an tidak menyebutkan samasekali bagaimana bentuk bumi, dan
bagi orang beriman, hal ini wajib diartikan sebagai hal yang ghaib. Al-Qur’an
menyebutkan beberapa sifat bumi, antara lain ‘hamparan’, ‘membentang’,
‘datar’, ‘luas’, dan ‘rata’. Tidak disebutkan bahwa bumi itu bulat, berputar (rotasi)
dan mengelilingi matahari (orbit), justru Allah menancapkan gunung-gunung
sebagai ‘pasak’ agar bumi tidak berguncang. Dan jelas menurut teks Al-Qur’an
bahwasanya bumi adalah ‘datar/rata’, ‘tetap’ dan ‘tidak bergerak’.
Bumi telah disiapkan dan ditetapkan Allah SWT sebagai tempat hidup dan
berdiamnya manusia dengan semua fasilitas yang dibutuhkan. Jadi adalah tidak
mungkin bagi manusia untuk bertempat tinggal dan hidup di luar bumi, dan ini
adalah qadha Allah SWT bagi manusia, hanya orang-orang bodoh dan sombong
yang berfikir untuk dapat hidup di luar bumi. Akan tetapi banyak juga umat
Muslim yang ikut-ikutan berfikir seperti orang yang bodoh lagi sombong itu.
Allah SWT be rfirma n
9) (QS. Al-A’raf [7], 10). Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu
sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
10) (QS. Al-A’raf [7], 25). Artinya: Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan
di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
Di Kerajaan Arab Saudi yang hukumnya berdasarkan kepada Al-Qur’an
dan Al-Hadits telah menetapkan melalui fatwa para ulama bahwa barang
siapa yang meyakini bumi itu berotasi dan mengorbit matahari, maka orang
tersebut dinyatakan “murtad” karena mengingkari Al-Qur’an dan Al-Hadits,
dan wajib baginya untuk segera “bertaubat”. Apabila menolak untuk
bertaubat, maka akan dijatuhi hukuman mati.
D. L a n g i t D u n i a M e n u r u t A l - Q u r ’a n
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-Baqarah [2], 22). Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap …
2) (QS. An-Nahl [16], 10). Artinya: Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari
langit untuk kamu…
3) (QS. Al-Furqaan [25], 61). Artinya: Maha Suci Allah yang menjadikan di langit
gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan
bulan yang bercahaya.
4) (QS. Adz-Dzariyat [51], 22). Artinya: [22] Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.
5) (QS. Al-Mulk [67], 5). Artinya: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat
pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Untuk memahami ayat-ayat tersebut di atas, maka ‘bersihkan pikiran’
tentang gambaran bumi bulat (globe) yang mengambang di ruang angkasa,
berotasi, dan mengorbit matahari, lalu ‘bersihkan hati’ dari pengaruh teori-
teori dan konsep astronomi dan kosmologi yang telah tertanam sejak kanak-
kanak. Jangan berfikir tentang di mana ujung bumi, bila ia datar, karena akan
sama juga halnya dengan ‘di mana ujung alam semesta’ bila bumi itu bulat
dan melayang-layang di alam semesta. Hal itu adalah hal yang ghaib.
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Ar-Rahmaan [55], 33). Artinya: Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
2) (QS. Al-Jinn [72], 26). Artinya: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib,
maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.
Mohonlah pertolongan kepada Allah SWT agar diberi hikmah dalam
memahami firman-Nya, bacalah Al-Qur’an dengan perlahan sampai diperoleh
pengertian yang dalam dan dibenarkan oleh fikiran dan hati, insya Allah Ta’ala.
E. 7 (tujuh) L a n g i t & 7 (tujuh) B u m i M e n u r u t A l - Q u r ’a n
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-Baqarah [2], 29). Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
2) (QS. Fushilat [41], 12). Artinya: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.
3) (QS. At-Thalaq [65], 12). Artinya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah,
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
Tafs ir Ath -Thabari
1) 34500. Amr bin Ali menceritakan kepada kami, dia berkata; Waki menceritakan
kepada kami, dia berkata; Al A’masy menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin
Muhajir, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah, “Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi,” dia berkata; “Kalau aku
menceritakan kepada kalian tafsirnya, maka kalian akan mengingkari, dan
pengingkaran kalian itu berarti pendustaan terhadapnya.” (Disebutkan oleh Ibnu
Hajar dalam Al Fath [6/293] dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya [14/45])
2) 34502. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, dia berkata; Ya’qub bin
Abdullah bin Sa’id Al Qummi Al Asy’ar menceritakan kepada kami dari Ja’far bin
Abu Al Mughirah Al Khuzai, dari Sa’id bin Jubair, dia berkata: Ada seorang laki-laki
bertanya kepada Ibnu Abbas (tentang makna ayat), “Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi,” Ibnu Abbas lalu berkata; “Tidak ada
jaminan bila aku sampaikan kepadamu maka kamu percaya. Aku khawatir kamu
akan kafir.” (Disebutkan oleh Asy-Syaukani dalam Fath Al Qadir [5/248] dan Ibnu Katsir
dalam tafsirnya [14/45])
3) 34506. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata; Yazid menceritakan
kepada kami, dia berkata; Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah, tentang
firman Allah, “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi,”
dia berkata; “Dia menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi. pada setiap langit dan
setiap bumi ada makhluk Allah, perintah-Nya dan keputusan-Nya.” (Disebutkan
oleh Ibnu Al Jauzi dalam Zad Al Masir [8/300,301])
4) 34508. Ibnu Abdil A’la menceritakan kepada kami, dia berkata, Ibnu Tsaur
menceritakan kepada kami dari Ma’mar, dari Qatadah, dia berkata, ‘Ketika Nabi
saw. sedang duduk bersama para sahabat beliau, tiba-tiba ada awan yang lewat.
Nabi saw. lalu bersabda: “Tahukah kalian apa ini? Ini adalah Anan, ini adalah
rawanya bumi. Allah mengirimnya kepada orang-orang yang tidak menyembah-
Nya. Beliau lalu bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian apa langit ini?”
mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Beliau berkata: “Langit yang
ini adalah gelombang yang terhenti dan atap yang terjaga”. Beliau lalu bertanya
lagi: “Tahukah kalian apa yang ada di atasnya lagi?” mereka menjawab, ‘Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau berkata: “Di atas itu ada langit lagi”. Sampai
beliau menyebutkan ada tujuh langit. Beliau kemudian berkata: “Tahukah kalian
bahwa jarak antara langit yang satu dengan yang lainnya adalah lima ratus tahun?”
beliau berkata lagi: “Tahukah kalian apa yang ada di atas itu semua?” mereka
menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau berkata: “Di atas itu ada
Arsy”. Beliau bertanya lagi: “Tahukah kalian apa yang ada di antara keduanya?”
mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau berkata: “Di
antaranya berjarak lima ratus tahun”. Beliau bertanya lagi: “Tahukah kalian apa
sebenarnya bumi ini?” mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Beliau
berkata: “di bawahnya ada bumi lagi. Tahukah kalian berapa jarak bumi yang satu
dengan yang lainnya?” mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’.
Beliau berkata: “Jarak antara keduanya adalah perjalanan selama lima ratus
tahun”. Beliau lalu menyebutkan sampai ada tujuh bumi. Setelah itu beliau
bersabda: “Demi yang jiwaku berada di Tangan-Nya, andai ada seseorang
yang ditenggelamkan ke bagian bawah bumi, niscaya dia akan sampai kepada
Allah”. beliau kemudian membaca ayat, “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir,
Yang Zhahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al-
Hadiid [57], 3). (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya [2/370], Al Haitsami
dalam Majmu’ Az-Zawa’id [1/85], serta Abdurrazzaq dalam tafsirnya [3/317, 319]. Al
Haitsami berkomentar, “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan dalam sanad-nya ada Al
Hakim bin Abdul Malik, matrukul hadits.”)
4) (QS. Al-Mulk [67], 3-4). Artinya: [3] Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang? [4] Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat
dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
5) (QS. Nuh [71], 15). Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?
Dari seluruh teks Al-Qur’an dan tafsir tersebut di atas, dapat diambil
pengertian bahwa Langit ada 7(tujuh) lapis, dan Bumi ada 7(tujuh) lapis. Akan
tetapi harus dipisahkan antara “Langit Dunia dan Bumi Dunia” (yang terdiri
dari ‘langit yang dekat/ lapisan pertama’ dan ‘bumi yang kita diami/ lapisan
pertama’; yang terlihat oleh mata kita), dengan lapisan L a n g i t dan B u m i
yang lain; yang tidak terlihat oleh mata kita (ghaib).
Pada hari kiamat, ketika sangkakala ditiup pertama kali, maka ‘langit
dunia’ terbelah dan dilenyapkan, maka terlihatlah beberapa pintu langit (77:9,
78:19, 81:11), sedangkan ‘bumi dunia’ diangkat dibenturkan dengan gunung,
menjadi seperti bulu berterbangan (69:14, 70:9), maka terlihatlah bahwa
bumi ini datar (18:47, 20:106).
F. S u r g a B e r a d a d i L a n g i t & N e r a k a B e r a d a d i B u m i
Allah SWT be rfirma n
1) (QS. Al-A’raf [7], 40). Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan
dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
2) (QS. Al-Hadid [11], 105-108). Artinya: [105] Di kala datang hari itu, tidak ada
seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka
ada yang celaka dan ada yang berbahagia. [106] Adapun orang-orang yang
Beliau Nabi saw. bersabda, “Maka iapun dikembalikan ke bumi dan dikembali-
kan pula ruhnya ke dalam jasadnya”. Beliau berkata, “Maka sesungguhnya ia
mendengar bunyi derap sendal kawan-kawannya apabila mereka berpaling
membelakang”. Datanglah kepadanya dua orang Malaikat yang sangat keras
bentakannya, lalu keduanya membentaknya dan mendudukkannya, lalu
keduanya berkata kepadanya, “Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku
adalah Allah”. Keduanya berkata kepadanya, “Apakah agamamu?” Ia menjawab,
“Agamaku adalah Islam”. Keduanya berkata kepadanya, “Siapakah pria yang
pernah diutus kepada kalian?” Ia menjawab, “Dia adalah Rasulullah saw.”
Keduanya berkata kepadanya, “Apakah amalmu?” Ia menjawab, “Membaca
kitabullah (yaitu; Al-Qur’an), lalu aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Keduanya membentaknya lalu berkata, “Siapakah Rabb-mu? apakah agamamu?
dan siapakah Nabimu?” Dan ini adalah akhir fitnah (atau ujian) yang disodorkan
kepada orang mukmin. Maka ini adalah ketika Allah Azza wa Jalla berfirman
(Allah telah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang
teguh di dalam kehidupan dunia dan akhirat. – QS. Ibrahim [14], 27). Lalu ia
menjawab, “Rabb-ku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan nabiku adalah
Muhammad saw”. Maka menyerulah Malaikat yang menyeru di langit,
“Bahwasanya hamba-Ku benar, maka hamparkan suatu hamparan dari surga
untuknya, pakaikanlah pakaian dari surga untuknya dan bukakanlah untuknya
satu pintu ke arah surga”.
Beliau berkata, “Maka datanglah kepadanya sebahagian dari wewangi-an dan
harum-haruman surga dan dilapangkan untuknya di dalam kuburnya sejauh
pandangannya”. Beliau berkata, “Datanglah kepadanya [di dalam satu riwayat;
diserupakan baginya] seorang pria yang elok wajahnya, bagus pakaiannya lagi
pula harum baunya”. Ia berkata, “Bergembiralah engkau dengan yang
menyenangkan-mu, bergembiralah engkau dengan memperoleh keridhaan
Allah dan surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan abadi, ini adalah hari
yang telah dijanjikan kepadamu”. Lalu ia berkata kepadanya, “Dan engkau,
maka mudah-mudahan Allah menggembirakanmu dengan kebaikan, siapakah
engkau? wajahmu adalah wajah yang datang membawa kebaikan”. Ia berkata,
“Aku adalah amalmu yang shalih. Maka demi Allah, aku tidaklah mengenalmu
melainkan engkau bersegera di dalam menta’ati Allah lagi pula lambat di dalam
mendurhakai Allah, mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan
kepadamu”. Kemudian dibukalah untuknya satu pintu dari arah surga dan satu
pintu dari arah neraka. Lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu jikalau engkau
dahulu mendurhakai Allah, maka Allah menggantikanmu ini dengannya”. Maka
ketika ia melihat apa yang ada di dalam surga ia berkata, “Wahai Rabb-ku
segerakanlah tegaknya hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan harta
bendaku”. Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau!”
Beliau berkata, “Sesungguhnya hamba yang kafir (di dalam satu riwayat; yang
berbuat dosa) apabila terputus dari dunia dan menghadap kepada akhirat
(maksudnya hendak meninggal), turunlah kepadanya beberapa malaikat dari
langit yang keras lagi bengis. Wajah mereka hitam kelam, bersama mereka ada
semacam karung goni dari neraka. Lalu merekapun duduk sejauh pandangan
darinya, kemudian datanglah malaikat Maut hingga duduk di sisi kepalanya. Lalu
berkata, “Wahai jiwa yang busuk keluarlah engkau menuju kepada kemurkaan
dan kemarahan dari Allah. Beliau berkata, “Lalu ruh tersebut tercerai berai di
dalam jasadnya, lalu malaikat tersebut mencabutnya seperti dicabutnya besi
pembakar daging yang banyak cabangnya dari bulu yang basah, maka
terputuslah urat dan nadi bersamanya. Lalu semua malaikat yang ada di antara
langit dan bumi mengutuknya dan begitu pula semua malaikat yang ada di langit.
Ditutuplah pintu-pintu langit dan tiada penjaga pintu (langit tersebut)
melainkan mereka memohon kepada Allah agar ruh tersebut tidak lewat di
hadapan mereka. Lalu Malaikat Maut mengambilnya, ketika ia telah
mengambilnya maka para malaikat yang bersamanya tidak membiarkannya di
tangannya sekejap matapun sehingga mereka meletakkannya di semacam
karung goni tersebut. Keluarlah dari ruh tersebut seperti sebusuk-busuk bau
bangkai yang terdapat di muka bumi. Lalu merekapun naik membawa ruh
tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok dari malaikat melainkan
mereka bertanya, “Ruh siapakah yang busuk ini”? Mereka menjawab, “Ini
adalah Fulan bin fulan” – dengan sejelek-jelek nama yang mereka menamakannya
di dunia – Hingga sampailah mereka ke langit dunia, lalu mereka minta dibukakan
(pintu langit), tetapi tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah saw.
membaca, (Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak pula mereka masuk surga sehingga unta masuk ke lobang jarum. – QS. Al-
A’raf [7], 40). Allah Azza wa Jalla berfirman, “Catatlah catatan hamba-Ku di
dalam Sijjin di bumi yang paling bawah. Kemudian dikatakan “Kembalikan
hamba-Ku ke bumi karena sesungguhnya Aku telah menjanjikan mereka
bahwasanya dari tanah Aku ciptakan mereka, kepadanya Aku kembalikan
mereka dan darinya pulalah Aku akan bangkitkan mereka pada kali yang lain”.
Lalu ruh itu dilempar dari langit sekali lempar hingga jatuh kepada jasadnya.
Kemudian Beliau membaca, (Dan barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu
dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh
burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. – QS. Al-Hajj [22], 31).
Maka dikembalikan ruhnya ke dalam jasadnya.
Beliau berkata, “Maka sesungguhnya ia mendengar bunyi derap sendal kawan-
kawannya apabila mereka telah berpaling darinya”. Dan datanglah kepadanya dua
malaikat yang sangat keras bentakannya. Lalu keduanya membentaknya dan
mendudukkannya kemudian berkata kepadanya, “Siapakah Rabb-mu?” Ia berkata,
“Ah, ah aku tidak tahu”. Keduanya berkata kepadanya, “Apakah agamamu?” Ia
berkata, “Ah, ah aku tidak tahu”. Keduanya berkata, “Apa yang engkau katakan
tentang pria yang diutus kepada kalian?” Maka ia tidak memperoleh petunjuk bagi
namanya, lalu dikatakan kepadanya, “Dia adalah Muhammad”. Ia berkata, “Ah, ah
aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan itu”. Beliau berkata,
“Maka dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu dan engkau tidak membaca”.
Maka menyerulah malaikat yang menyeru dari langit, “bahwasanya ia berdusta.
Maka hamparkanlah satu hamparan dari neraka dan bukakanlah untuknya satu
pintu menuju neraka!” Maka datanglah kepadanya sebahagian dari panas dan
Adam, berilah salam kepadanya’. Maka aku memberi salam kepadanya dan
Adam as. membalas salamku lalu dia berkata: ‘Selamat datang anak yang shalih
dan nabi yang shalih’. Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua …dst.
Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh lalu Jibril meminta dibukakan pintu
langit kemudian dia ditanya; ‘Siapakah ini’. Jibril menjawab; ‘Jibril’. Ditanyakan
lagi; ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab; ‘Muhammad’. Ditanyakan
lagi; ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab; ‘Ya’. Maka dikatakan; ‘Selamat
datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang’. Maka pintu
dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim as. Jibril
berkata; ‘Ini adalah bapakmu, berilah salam kepadanya’. Maka aku memberi
salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata; ‘Selamat datang
anak yang shalih dan nabi yang shalih’. Kemudian Sidratul Muntaha diangkat/
dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar
dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril as. berkata; ‘Ini adalah
Sidratul Muntaha.’ Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin
dan dua sungai Zhahir’. Aku bertanya: ‘Apakah ini wahai Jibril?’ Jibril menjawab;
‘Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan
dua sungai Zhahir adalah sungai Nil dan Eufrat’. Kemudian aku diangkat ke
Baitul Ma'mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamer, satu gelas berisi susu
dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Maka
Jibril berkata; ‘Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di
atasnya’. Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari.
Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa as. Musa bertanya; ‘Apa yang telah
diperintahkan kepadamu?’ aku menjawab: ‘Aku diperintahkan shalat lima puluh
kali setiap hari’. Musa berkata; ‘Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup
melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari, dan aku, demi Allah, telah
mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah
berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka
kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu’. Maka
aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh
shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang
dikatakan sebelumnya …dst. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan
dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata;
‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Aku jawab: “Aku diperintahkan dengan
lima kali shalat dalam sehari”. Musa berkata; ‘Sesungguhnya ummatmu tidak
akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya
aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku
juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh.
Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu’.
Beliau berkata: “Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga
aku malu. Tetapi aku telah ridha dan menerimanya”. Ketika aku telah selesai,
terdengar suara orang yang berseru: ‘Sungguh Aku telah memberikan
keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku’. (HR.
Shahih Al-Bukhari, 3598)
mendapatkan bahaya ketika melihat matahari di siang hari yang terang tanpa
awan di bawahnya?” Mereka menjawab, ‘Tidak wahai Rasulullah.’ Lalu beliau
bersabda: “Sesungguhnya kalian bisa melihat-Nya seperti itu juga. Allah akan
mengumpulkan manusia pada hari kiamat seraya berkata; ‘Barangsiapa yang
menyembah sesuatu, hendaklah dia mengikuti sesuatu tersebut, barangsiapa
menyembah matahari, maka hendaklah ia mengikuti matahari, barangsiapa
menyembah bulan, maka hendaklah ia mengikuti bulan dan barangsiapa
menyembah thaghut, maka hendaklah ia mengikuti thaghut’, dan tersisalah
ummat ini yang di dalamnya masih terdapat orang-orang munafiknya. Lantas
Allah Tabaraka wa Ta’ala menemui mereka dengan bentuk yang tidak mereka
kenali, kemudian Dia berfirman; ‘Aku adalah Rabb kalian.’ Namun mereka
menjawab; ‘Aku berlindung kepada Allah darimu, ini adalah tempat kami hingga
Rabb kami benar-benar menemui kami, jika Rabb kami menemui kami, maka kami
akan mengenalinya.’ Setelah itu Allah Ta’ala menemui mereka dengan bentuk
yang mereka kenali, Allah berfirman; ‘Aku adalah Rabb kalian.’ Mereka menjawab;
‘Ya benar, Kamu adalah Rabb kami.’ Maka mereka mengikutinya. Dan shirath
(jembatan) pun dibentangkan di dua sisi Jahannam, sementara aku dan
ummatkulah yang pertama kali menyeberanginya, tidak ada seorangpun yang
angkat bicara selain para rasul, sedangkan do’a para rasul waktu itu adalah ‘Ya
Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Dan di neraka jahannam terdapat besi-besi
pengait seperti duri pohon Sa’dan. Tahukah kalian tahu pohon Sa’dan?’ Para
sahabat menjawab; ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda: “Sesungguhnya
pengait-pengait tersebut seperti pohon Sa’dan, hanya tidak ada yang tahu ukuran
besarnya selain Allah. Ia akan menyambar siapa saja menurut amalan mereka,
diantara mereka ada yang mukmin dan selamat karena amalannya, dan diantara
mereka ada yang melampaui batas sampai amalannya yang akan menyelamatkan
dirinya, hingga jika Allah selesai memutuskan nasib para hamba-Nya dan ingin
mengeluarkan penduduk neraka dari neraka dengan rahmat-Nya, maka Dia akan
memerintah-kan para malaikat untuk mengeluarkan penghuni neraka siapa saja
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, yaitu mereka yang Allah
Ta’ala kehendaki untuk merahmati-Nya, dari orang-orang yang mengatakan;
‘Tiada sesembahan yang hak selain Allah.’ Para malaikat akan mengenali mereka
yang ada di neraka dari tanda bekas sujud, sebab neraka akan melahap anak
Adam kecuali tanda bekas sujud. Allah mengharamkan neraka untuk melahap
tanda bekas sujud, sehingga mereka keluar dari neraka dengan badan yang
hangus terbakar, kemudian mereka disiram dengan nahrul hayyah (air
kehidupan), hingga mereka tumbuh sebagaimana biji-bijian tumbuh di aliran
sungai. Setelah Allah selesai memutuskan perkara di antara para hamba-Nya, dan
tersisa diantara mereka seseorang yang menghadapkan wajahnya ke neraka,
dialah penghuni surga yang terakhir kali masuk surga, ia berdo’a; ‘Ya Rabb,
palingkanlah wajahku dari neraka, sebab baunya telah menggangguku dan jilatan
apinya telah membakarku.’ Ia kemudian memohon kepada Allah sesuai yang di
kehendakinya, kemudian Allah berfirman; ‘Apakah kamu akan meminta yang lain
jika aku memenuhi permintaanmu?’ Ia menjawab; ‘Tidak, demi kemuliaan-Mu,
saya tidak akan meminta yang lain.’ Dan Rabbnya pun mengambil janji dan ikrar
sekehendak-Nya, lalu Dia memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika ia
menghadap surga dan melihat keindahannya, ia lantas terdiam beberapa saat dan
memohon; ‘Ya Allah, letakkanlah aku berada di pintu surga.’ Allah bertanya;
‘Bukankah engkau telah menyerahkan janjimu dan ikrarmu untuk tidak meminta-
Ku selama-lamanya selain yang telah Aku berikan?’ wahai Anak Adam, alangkah
senangnya kamu berkhianat. Hamba itu berkata; ‘Ya Rabbku.’ Dan dia masih saja
memohon, hingga Allah bertanya kepadanya: ‘Apakah kamu akan meminta yang
lain, bila aku mengabulkan permintaanmu?’ Ia menjawab; ‘Tidak, demi
kemuliaan-Mu, saya tidak akan meminta-Mu lagi dengan permintaan yang lain.’
Lantas orang itu menyerahkan janji dan ikrarnya sehingga Allah meletakkannya di
pintu surga. Ketika hamba itu telah berdiri di pintu surga, surga terbuka baginya
sehingga ia melihat kenikmatan hidup dan kegembiraan di dalamnya, lalu ia
terdiam sesaat, dan memohon; ‘Ya Rabbku, masukkanlah aku ke dalam surga.’
Allah berfirman; ‘Bukankah telah engkau serahkan janji-Mu untuk tidak
meminta yang lain selain yang telah Aku berikan?’ wahai Anak Adam, alangkah
cepatnya engkau berkhianat.’ Hamba tadi berkata; ‘Wahai Rabbku, janganlah
Engkau menjadikanku termasuk hamba-Mu yang paling sengsara.’ Dan tidak
henti-hentinya dia memohon kepada Allah hingga Allah Tabaraka wa Ta’ala
tertawa karenanya. Dan jika Allah telah tertawa kepada seorang hamba, maka
Allah pasti berkata kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam surga’. Jika seorang
hamba telah memasukinya, Allah mengatakan kepadanya; ‘Berangan-anganlah.’
Maka seorang hamba akan meminta kepada Tuhannya dengan berangan-angan,
hingga Allah mengingatkannya dengan berfirman demikian-demikian hingga
angan-angan seorang hamba sudah sampai puncaknya, Allah berfirman kepadanya;
‘Itu bagimu dan bagimu bahkan bagimu semisalnya lagi.’ (HR. Shahih Muslim, 267)
KESIMPULAN PENULIS
5 PERTANYAAN PENTIN G
Apabila anda seorang yang meyakini bahwa bumi ini adalah seperti apa
yang digambarkan oleh para astronom dan kosmolog modern, maka ada
beberapa hal yang perlu dipikirkan ulang sebelum anda ‘tersesat’ sangat jauh;
1. Bagaimana penjelasan yang paling ilmiah dan masuk akal tentang Hadits
Rasulullah saw. perihal “Matahari terbit dari Barat?”
2. Mengapa waktu tempuh pesawat terbang Medan-Jakarta dan Jakarta-
Medan tidak jauh berbeda (sama), padahal bumi berotasi dari barat ke
timur dengan kecepatan (di ekuator) kira-kira 1.700 kilometer per jam.
3. Bagaimana air sungai Nil (di benua Afrika) bisa mengalir dari hulu ke hilir,
sedangkan hulunya berada di daerah belahan selatan bumi (di bawah)
dan bukankah seharusnya air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah?
4. Bagaimana Apollo XI dapat kembali mendarat ke bumi, padahal selain
berotasi dengan kecepatan 1.700 km/jam, maka bumi juga mengorbit
matahari dengan kecepatan 107.000 km/jam?
5. Mengapa kita tidak merasakan perubahan apapun, ketika berpindah
tempat dari belahan utara atau selatan bumi ke daerah ekuator, padahal
ada perbedaan yang jauh di antara kecepatan rotasi bumi di ekuator
dengan di belahan utara maupun selatan bumi.
Allah SWT be rfirma n
(QS. Al-Fath [48], 23). Artinya: Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak
dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu.
PENUTUP
Memang banyak di antara umat Islam yang mengatakan bahwa ‘tidak
penting’ bagi mereka apakah bentuk bumi itu bulat atau datar, bahkan
beberapa di antara mereka adalah para ustadz yang selayaknya memberikan
contoh dengan ilmunya. Apakah memang demikian halnya?
Wallahu álam…