Anda di halaman 1dari 11

Salah satu masalah yang sedang berkembang akhir-akhir ini

adalah perdebatan mengenai bentuk bumi kita, apakah bulat


ataukah datar. Pengetahuan yang selama ini diketahui umumnya
orang adalah bahwa bumi itu bulat, namun berkembang juga
pemahaman bahwa bumi itu datar atau disebut juga pemahaman
flat earth. Beberapa ulama sebenarnya telah membahas hal ini,
mereka membahas masalah bentuk bumi dari perspektif syariat. Tentunya mereka berdalil dengan yang
tersirat dalam auat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang mengabarkan
tentang alam semesta ini.

Klaim ijma bumi itu bulat

Perlu diketahui bahwa ada klaim ijma’ dari sebagian ulama bahwa bumi itu bulat. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata,

‫وقال اإلمام أبو الحسين أحمد بن جعفر بن المنادي من أعيان العلماء المشهورين بمعرفة اآلثار والتصانيف الكبار في فنون العلوم الدينية من‬
‫ ال خالف بين العلماء أن السماء على مثال الكرة‬: ‫…… الطبقة الثانية من أصحاب أحمد‬

‫ ويدل عليه أن الشمس والقمر والكواكب ال يوجد‬: ‫ قال‬. ‫ وكذلك أجمعوا على أن األرض بجميع حركاتها من البر والبحر مثل الكرة‬: ‫قال‬
‫ بل على المشرق قبل المغرب‬، ‫طلوعها وغروبها على جميع من في نواحي األرض في وقت واحد‬

“Telah berkata Imam Abul Husain Ibnul Munadi rahimahullah termasuk ulama terkenal dalam
pengetahuannya terhadap atsar-atsar dan kitab-kitab besar pada cabang-cabang ilmu agama, yang
termasuk dalam thabaqah/tingkatan kedua ulama dari pengikut imam Ahmad: “Tidak ada perselisihan di
antara para ulama bahwa langit itu seperti bola

Beliau juga berkata: “Demikian pula mereka telah bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh
pergerakannya baik itu di daratan maupun lautan, seperti bola

Beliau berkata lagi: “Dalilnya adalah matahari , bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan tenggelam
pada semua penjuru bumi dalam satu waktu, akan tetapi terbit di timur dahulu sebelum terbit di bara”1.
Demikian juga Ibnu Hazm rahimahullah berkata,

‫ بالعلم رضي هللا عنهم لم ينكروا تكوير األرض وال يحفظ ألحد منهم في دفعه كلمة بل‬R‫أن أحد من أئمة المسلمين المستحقين إلسم اإلمامة‬
‫البراهين من القرآن والسنة قد جاءت بتكويرها‬

“Para Imam kaum muslimin yang berhak mendapar gelar imam radhiallahu anhum tidak mengingkari
bahwa bumi itu bulat. Tidak pula diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-
bukti dari Al-Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat”2.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

‫ ضوء القمر‬R‫في كون األفالك كروية الشكل واألرض كذلك وأن نور القمر مستفاد من نور الشمس وأن الكسوف القمرى عبارة عن انمحاء‬
‫بتوسط األرض بينه وبين الشمس‬

“Bahkan alam semesta dan bumi betuknya adalah bola, demikian juga penjelasan bahwa cahaya bulan
berasal dari pantulan sinar matahari dan gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi
yang terletak antara bulan dan matahari”3.

Demikian juga pendapat bahwa beberapa ulama kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.

Perlu diketahui juga bawa ada beberapa ulama ada yang menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-
Qahthaniy Al-Andalusy dalam kitab Nuniyah-nya,

‫ لعلم هللا مدعيان‬R‫كذب المهندس والمنجم مثله … فهما‬

‫األرض عند كليهما كروية … وهما بهذا القول مقترنان‬

‫واألرض عند أولي النهى لسطيحة … بدليل صدق واضح القرآن‬


“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal … mereka mengklaim atas ilmu Allah”

“Bumi menurut mereka bulat … mereka bergandengan dengan pendapat ini”

“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar … dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”4.

Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika menafsirkan ayat

ِ ْ‫َوإِلَى اأْل َر‬


ْ ‫ض َك ْيفَ ُس ِط َح‬
‫ت‬

“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).

ْ ‫“ ) ُس ِط َح‬sutihat” menunjukkan bumi itu (‫“ )سطحية‬sathiyyah” yaitu


Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu ( ‫ت‬
bulat, dalam tafsir dijelaskan,

‫سطحت ظاهر في أن األرض سطح وعليه علماء الشرع ال كرة كما قاله أهل الهيئة‬

“Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat
sebagaimana dikatakan oleh ahli astronom”5.

Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,

ْ ‫ض َم َد ْدنَاهَا َوأَ ْلقَ ْينَا فِيهَا َر َوا ِس َي َوأَ ْنبَ ْتنَا فِيهَا ِم ْن ُكلِّ ش‬
‫َي ٍء َموْ ُزو ٍن‬ َ ْ‫َواأْل َر‬

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan
padanya segala sesuatu menurut ukuran” (Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,

‫وهو يرد على من زعم أنها كالكرة‬

“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi itu seperti bola”6.

Dari sini kita ketahui bahwa ada ulama yang menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas.

Masing-masing pendapat yang ada berdalil dengan Al Quran dan Sunnah dan saling membantah. Jika
membahas dalil-dalil mereka maka cukup panjang, maka kita beri beberapa contoh saja:

1) Dalil bahwa bumi itu bulat menurut pro bumi bulat, surat Az Zumar ayat 5

Allah berfirman,

‫ار َعلَى اللَّ ْي ِل‬ ِ َ‫يُ َك ِّو ُر اللَّي َْل َعلَى النَّه‬
َ َ‫ار َويُك َِّو ُر النَّه‬

“Dia menutupkan/menggilirkan (takwrir) malam atas siang dan menutupkan/menggilirkan siang atas
malam” (Az-Zumar : 5).

Pro bumi bulat berkata bahwa takwir itu bermakna lingkaran atau melingkari, misalnya melingkari
penutup kepala imamah, karenanya bumi itu bulat-bola bergantian siang dan malam.

Pro bumi datar membantah bahwa justru itu dalil bahwa bumi itu datar dan berbentuk lingkaran (piring
bulat), matahari dan bulan berputar melingkar di atas bumi dan menggantikan siang dan malam.
2) Dalil bumi itu datar menurut pro bumi datar, surat At Thur ayat 6

Yaitu posisi baitul makmur (ka’bah penduduk langit) yang berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di
Mekkah

ِ ‫ َو ْالبَحْ ِر ْال َم ْسج‬. ‫وع‬


‫ُور‬ ِ ْ ُ‫ف ْال َمرْ ف‬ ِ ْ ‫ت ْال َم ْع ُم‬
ِ ‫ور َوال َّس ْق‬ ِ ‫َو ْالبَ ْي‬

“dan demi Baitul Ma’mur , dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”
(QS. At-Thur: 4-6)

Al-Baghawi rahimahullah berkata,

” ‫ وهو بيت في السماء حذاء العرش بحيال الكعبة‬،‫ بكثرة الغاشية واألهل‬،“ ‫والبيت المعمور‬

“Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan
sejajar dengan Ka’bah bumi” 7.

Pro bumi datar berkata: “Bagaimana mungkin bumi bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur
sejajar dengan baitullah di Mekkah, bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti baitul
makmur mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau bumi datar maka masuk akal
jika sejajar”.

Pro bumi bulat membantah: “bisa jadi, ini hal ghaib yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal
ghaib yang tidak masuk akal kita sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan wajahnya
dalam Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi ke tempat yang jauh dalam
semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan pesawat super cepat”.

3) Dalil bumi datar menurut pro bumi datar, surat Al Ghasyiyah ayat 20
Ayat yang menjelaskan bahwa bumi itu dihamparkan. Allah berfirman,

ِ ْ‫َوإِلَى اأْل َر‬


ْ ‫ض َك ْيفَ ُس ِط َح‬
‫ت‬

“Dan (apakah manusia tidak mau memikirkan) bagaimana bumi itu dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20).

Pro-datar berkata: “ini sangat jelas mengatakan bumi dihamparkan, menghamparkan permadani
misalnya, tentu pada benda yang datar”.

Pro-bulat membantah: “silahkan lihat penjelasan ulama semisal syaikh Al-Utsaimin8 dan fatwa Al-Lajnah
Ad-Daimah9 yang menjelaskan bahwa bumi itu datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan
bentuk sebenarnya adalah bulat-bola”.

4) Dalil bumi bulat menurut pro bumi bulat, klaim ijma’ dari Syaikhul Islam, Ibnu Hazm dan beberapa
ulama lain.

Namun klaim ijma’ ini perlu dikritik karena adanya pendapat lain dari ulama terdahulu seperti Al
Qurthuby dan penulis Tafsir Jalalain yang telah di sebutkan di atas.

Sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil lainnya yang menjadi pembahasan dua kubu dan kita cukupkan
saja contohnya sebagaimana di atas.

Setelah kita melihat pendalilan dua kelompok yang berbeda pendapat, maka kita dapatkan dalam satu
dalil yang sama, bisa mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka masing-masing yang
bertentangan padahal dalilnya sama. Memang dalam Al-Quran dan Sunnah tidak didapatkan dalil yang
tegas dan jelas mengenai hal ini yang menyebut dengan tegas “bumi bulat-bola” atau “bumi datar”.

Kita bisa lihat yang pro-bulat menggunakan penjelasan syaikh Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu
bulat dengan dalil dan penjelasan oleh Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh Al-Ustaimin dan juga Syaikh
Bin Baz berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata surya dan tidak berputar sedangkan matahari yang
mengelilingi bumi. Tentu ini bertentangan dengan sebagian orang yang pro bumi bulat, yang mereka
menyakini bahwa bumi itu bulat dan mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi
dengan penjelasan dalil dalam Al-Quran dan Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,

‫ فإننا مستمسكون بظاهر الكتاب والسنة من أن الشمس تدور‬،‫ الليل والنهار‬R‫أما رأينا حول دوران الشمس على األرض الذي يحصل به تعاقب‬
‫على األرض دورانا‬

“Pendapat kami, matahari yang mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam, kami
berpegang teguh dengan dzahir Al-Quran dan Sunnah bahwa matahari itu yang benar-benar
mengelilingi bumi”10.

Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa bumi berputar (berarti matahari yang berputar mengelilingi agar
terjadi siang dan malam), beliau berkata,

ُ ‫أما دورانها فقد أنكرته وبي‬


‫َّنت األدلة على بطالنه‬

“Adapun perputaran bumi maka aku ingkari dan aku telah jelaskan dalil tidak benarnya (perputaran
bumi)”11.

Dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan “matahari mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya
yang menurut mereka cukup jelas bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits riwayat
Bukhari dan Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala sampai di bawah Arsy maka
matahari bersujud.

َ ِ‫ى تَ ْنتَ ِه َي إ‬
َ‫لى ُم ْستَقَرِّ هَا تَحْ ت‬ َ َ‫ ق‬.‫ هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ ُم‬:‫ أَتَ ْدرُوْ نَ أَ ْينَ ت َْذهَبُ َه ِذ ِه ْال َّش ْمسُ ؟ قَالُوْ ا‬: ‫ال يَوْ ًما‬
َّ ‫ ِإ َّن هَ ِذ ِه تَجْ ِريْ َحت‬:‫ال‬ َ َ‫ي ق‬ َّ ِ‫ع َْن أَبِ ْي َذ ٍّر أَ َّن ْالنَّب‬
ْ ‫ فَتُصْ بِ ُح طَالِ َعةً ِم ْن َم‬,ُ‫ت فَتَرْ ِجع‬
َ‫ ثُ َّم تَجْ ِريْ ال‬,‫طلِ ِعهَا‬ ِ ‫ْث ِج ْئ‬ ُ ‫ اِرْ ِج ِع ْي ِم ْن َحي‬,‫ اِرْ تَفِ ِع ْي‬:‫ال لَهَا‬ َ َ‫ى يُق‬َّ ‫ك َحت‬ َ ِ‫ فَالَ تَ َزا ُل َك َذال‬,ً‫ فَتَ ِخ َّر َسا ِج َدة‬,‫ش‬ ِ ْ‫ْال َعر‬
ً َ ُ
‫ فَتصْ بِ ُح طالِ َعة ِم ْن‬,‫ك‬ ْ ً َ َ َ
ِ ِ‫ أصْ بِ ِح ْي طالِ َعة ِم ْن َمغ ِرب‬,‫ اِرْ تَفِ ِع ْي‬:‫ش فَيُقَا ُل لهَا‬ ْ
ِ ْ‫ك تَحْ تَ ال َعر‬ َ
َ ِ‫َلى ُم ْستَقَرِّ هَا ذل‬
َ ‫ى تَنتَ ِه َي ع‬ْ ً َّ ْ
َّ ‫يَ ْستَ ْن ِك ُرهَا الناسُ ِمنهَا َش ْيئا َحت‬
ْ
)158 :‫ت فِ ْي إِ ْي َمانِهَا َخ ْي ًرا) (األنعام‬ ْ َ‫َت ِم ْن قَ ْب ُل أَوْ َك َسب‬ ْ ‫ك ِح ْينَ (الَ يَ ْنفَ ُع نَ ْفسًا إِ ْي َمانُهَا لَ ْم تَ ُك ْن َءا َمن‬ َ ‫ أَتَ ْدرُوْ نَ َمت َى َذا ُك ْم؟ َذا‬:ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ فَق‬.‫َم ْغ ِربِهَا‬

Dari Abu Dzar bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tahukah
kalian ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau
bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah
Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah!
Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya,
kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia
tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau
datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia
tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy,
lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?
Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman
sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”12.

Akan tetapi yang mengatakan bahwa “bumi mengelilingi matahari” bisa membantah juga: matahari itu
memang bergerak dan mengelilingi pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa ulama yaitu
Syaikh Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan dalil dan
penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:

‫نحن في الحقيقة ال نشك في أن قضية دوران األرض حقيقة علمية ال تقبل جدال‬

“Kami sejatinya tidak ragu bahwa perputaran bumi merupakan fakta yang ilmiah dan tidak bisa
dibantah”13.

Demikianlah, kesimpulannya mengenai apakah bumi datar atau bulat-bola, maka tidak kita dapatkan
dalil yang tegas menyebutkan “bumi itu bulat” atau “bumi itu datar”.

Apakah bumi datar atau bulat maka kita kembalikan lagi kepada penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini
dicerminkan dari sikap Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua
ilmu yaitu fakta ilmu dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran dan Sunnah.

Simak tanya jawab beliau dan kehati-hatian beliau dalam berfatwa,

‫ هل في رأيكم أن العالم كروي أو مستقيم ؟‬/ ‫سؤال من مسلم بريطاني‬

‫ هذا السؤال جغرافي وإال ديني ؟‬: ‫ج الشيخ‬

‫ كالهما‬/ ‫س‬

‫ كروي‬: ‫ج الشيخ‬

‫ هل أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة‬/ ‫س‬

‫ ؟‬R‫ مستقيمة أو مسطحة‬/ ‫ج الشيخ‬


‫ مسطحة‬/ ‫س‬

‫ ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية‬/ ‫ج الشيخ‬

Pertanyaan untuk syaikh Al-Albani dari seorang muslim di Inggris:

Penyana: Apa pendapatmu, apakah bumi itu bulat atau datar?

Syaikh: Apakah ini pertanyaan geografi atau pertanyaan agama?

Penyanya: Keduanya

Syaikh: Bumi itu bulat-bola

Penanya: Jika demikian syaikh Bin Baz salah mengatakan bumi lurus (ingat ada klarifikasi bahwa syaikh
Bin Baz mengatakan bumi itu bulat, pent)

Syaikh: Lurus atau datar?

Penanya: Datar

Syaikh: Saya berharap itu adalah kesalahan geografi (Syaikh Al-Albani yakin Syaikh bin Baz cerdas
masalah agama sehingga, sehingga beliau berharap Syaikh bin Baz menjawab dengan pengetahuan
beliau dari ilmu geografi, pent)14.

Dari tanya jawab ini kita dapat dua pelajaran penting:


Pertama: Syaikh Al-Albani sangat hati-hati berfatwa sehingga beliau bertanya apakah bumi bulat atau
datar tersebut, apakah ditinjau dari segi ilmu agama atau ilmu geografi dan penanya menjawab
“keduanya”. Maka syaikh Al-Albani menjawab bahwa bumi itu bulat, karena ditinjau dari ilmu geografi
beliau bahwa bumi itu bulat, sedangkan dari ilmu agama, beliau lebih condong dengan dalil yang tersirat
(bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi itu bulat

Beliau menjelaskan setelah tanya jawab tadi bahwa tidak ada dalil tegasnya, beliau berkata,

‫ليس هناك نص قاطع يؤيد أحد الوجهين المختلفين …بعض اآليات من القرآن الكريم التي تتعلق بهذا الموضوع يمكن أن يفهم منها ثبات‬
‫ والبعض اآلخر يمكن أن يفهم منها حركتها ودورانها‬، ‫األرض وسطحيتها‬

“Tidak ada dalil tegas yang mendukung dua pendapat yang berbeda ini… sebagian ayat Al-Quran yang
berkaitan dengan hal ini bisa jadi dipahami bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian ayat lainnya
bisa saja dipahami bumi bergerak dan berputar.”

Bahkan beliau menegaskan selanjutnya, permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan
aqidah, beliau berkata

‫ولهذا قلنا أن هذه ليست مسألة اعتقادية‬

“Karenanya kami katakan bawa masalah ini bukanlah masalah i’tiqadiyah”15.

Tentunya jika memang masalah aqidah tentu sudah dibahas dan menjadi penekanan utama oleh banyak
ulama dalam berbagai kitab mereka.

Kedua: Lihat sikap Syaikh Al-Albani yang bersebrangan dengan Syaikh Bin Baz, beliau sangat berharap
Syaikh Bin Baz hanya salah dalam ilmu geografi saja dan ini wajar karena Syaikh Bin Baz bukan ahli
geografi dan hanya ikut saja dari apa info yang sampai ke beliau.
Patut direnungi oleh sebagian kecil saudara kita muslim yang mungkin saling berdebat apakah bumi itu
bulat atau datar sampai tahap mencela, menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini, padahal
mereka bersaudara dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah permasalahan aqidah.

Anda mungkin juga menyukai