Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR USAHA TANI

REVIEW
JURNAL
Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK
1. Husna Nur Nabila (215040200111286)

2. Novi Kusuma (215040201111079)

3. Dava Anandia Fahrezi (215040201111107)

4. Fauziah Fajridayana (215040201111128)

5. Aanisabrina Zulfa (215040201111135)


HUMAN-LIVESTOCK
RELATIONSHIPS AND
COMMUNITY SUPPORTED
AGRICULTURE (CSA) IN
THE UK
LATAR BELAKANG
CSA di Inggris Raya adalah sistem pertanian berbagi tanggung
jawab dan hasil produksi makanan yang lebih adil, didefinisikan
pada 1994 oleh Soil Association. Prinsip utamanya adalah berbagi
risiko produksi makanan di antara peserta dengan konsumen yang
berkomitmen secara finansial sebelum panen. Terdapat dua model
utama: yang dipimpin oleh petani dan yang dipimpin oleh
konsumen, dengan perkembangan integrasi ternak. Meskipun
kurang umum dibandingkan alternatif pertanian lainnya, beberapa
pertanian CSA beroperasi di Inggris Raya.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisi kesenjangan ini
dengan memeriksa hubungan antara manusia dan ternak dalam
pertanian CSA, dengan menekankan potensi untuk kontak yang
lebih dekat antara konsumen dan ternak.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan data kualitatif :
Wawancara sebagai pendekatan utama
untuk mengumpulkan data.
Perwakilan CSA: Responden dalam
penelitian ini adalah perwakilan dari
peternakan CSA.
HASIL
Keterlibatan hewan dalam CSA
menghasilkan 'tempat alternatif' dan
juga menghasilkan 'makanan
alternatif'. Bagi banyak CSA, memiliki
ternak bukan hanya sekedar
kemampuan memproduksi dan
mengkonsumsi makanan yang
mempunyai nilai. Sebaliknya, ternak
adalah bagian dari kemampuan
untuk menampilkan imajinasi
geografis tertentu tentang 'sebuah
peternakan', budaya lokal, dan
perubahan yang berhasil.
KESIMPULAN
Perlu kajian lebih lanjut terkait keberadaan ternak dalam proyek CSA (Community
Supported Agriculture) karena dapat memunculkan permasalahan baru dalam
kelompok komunitas yang terlibat. Masalah tersebut meliputi perlunya
keterampilan dalam pemeliharaan hewan, pertimbangan keuangan terkait biaya
pemeliharaan, serta regulasi atau aturan terkait pemeliharaan dan pemotongan
hewan. Dalam konteks pertanian yang akan melibatkan produk-produk hewan,
penting untuk memfokuskan perhatian pada hubungan antara manusia dan
hewan serta elemen-elemen yang melibatkan lebih dari sekadar manusia dalam
produksi pangan.
Penulisan yang jelas dan terstruktur
dengan menggunakan kutipan langsung
dari narasumber yang relevan

KELEBIHAN Pengambilan data dari banyak sumber


sehingga dapat memberikan banyak
prespektif dengan satu kesimpulan

Isi jurnal yang menggabungkan aspek


hortikultura dan peternakan
Penelitian ini memiliki batasan geografis
dengan hanya melibatkan peternakan CSA di
Inggris dan Republik Irlandia, sehingga sulit
menerapkan temuan secara luas pada konteks
peternakan CSA di negara lain.

KELEMAHAN Artikel ini lebih berfokus pada aspek sosial dan ekonomi,
sementara dampak lingkungan dari peternakan CSA
tidak dieksplorasi secara mendalam.

Penelitian ini tidak membandingkan peternakan CSA dengan


model pertanian konvensional, yang bisa memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang kelebihan dan
kelemahan peternakan CSA.
EFEK PENDAPATAN
PENERAPAN SISTEM PADI
TERINTEGRASI PERTANIAN,
PETERNAKAN DAN
PERIKANAN DI DESA
PANGKEMIRI KECAMATAN
TULANGAN KABUPATEN
SIDOARJO
LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki produksi padi yang
besar tetapi mengalami penurunan
kualitas tanah dan produktivitas karena
penggunaan bahan kimia. Selain itu,
keberhasilan Revolusi Hijau belum
diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
petani.

TUJUAN
Mengevaluasiefek penerapan sistem padi
terintegrasi pertanian, peternakan, dan
perikanan terhadap pendapatan petani di
Desa Pangkemiri, Kabupaten Sidoarjo.
METODOLOGI
Pengumpulan data melalui
wawancara anggota
kelompok tani

Menggunakan metode
penarikan sampel jenuh

Responden mengisi kuesioner yang


mengukur tingkat apresiasi sistem
pertanian terintergrasi dengan skala
Likert.

Analisis data mencakup biaya,


penerimaan, pendapatan, dan R/C,
HASIL
KESIMPULAN
Pendapatan usahatani setelah menerapkan padi terintegrasi meningkat dari Rp.
15.104.511,04 menjadi Rp. 20.598.598,5 karena hasil panen tidak hanya berasal dari
padi saja, tetapi juga dari bebek dan lele. Selain itu, padi terintegrasi juga
meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida dengan memanfaatkan kotoran
ternak sebagai pupuk dan bebek sebagai pembasmi hama, sehingga dapat
mengurangi biaya produksi.
Informasi yang diberikan sejalan dengan
data yang ada.

KELEBIHAN Jurnal ini menyajikan hasil penelitian


yang relevan dan informasi terbaru.

Jurnal ini mencakup aspek ekologi,


ekonomi, dan social.
Jurnal ini tidak menyajikan hasil penelitian
yang terkait dengan keberlanjutan sistem
padi terintegrasi dalam jangka panjang,

KELEMAHAN Jurnal ini tidak membahas secara mendalam mengenai


kendala dan tantangan yang dihadapi
menerapkan sistem padi terintegrasi, seperti masalah
dalam

keamanan dan pencemaran air

Jurnal ini tidak menyajikan perbandingan dengan metode


budidaya padi konvensional atau sistem pertanian lainnya,
sehingga sulit untuk mengevaluasi keunggulan relatif dari
sistem padi terintegrasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai