Anda di halaman 1dari 5

Menata dan membelajarkan tari untuk AUD

Bidang seni di PAUD diatur dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang tingkat
pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun dengan ruang lingkup perkembangan seni
yaitu anak mampu menikmati berbagai lagu dan suara seperti senang mendengarkan.
terhadap berbagai macam musik atau lagu kesukaannya, memainkan alat atau benda
musik. yang dapat membentuk ritme yang teratur. Kegiatan artistik seperti menyanyi sendiri,
membedakan peran fantasi dan kenyataan, mengekspresikan gerakan dengan ritme yang
bervariasi. Seni tari dapat menjadikan anak aktif dengan lincah dan dapat melatih emosi
siswa sehingga meningkatkan rasa percaya diri.

Tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan media ekspresi bagian tubuh
manusia dalam ruang yang didukung dengan musik pengiring, serta kostum dan
perlengkapan lainnya sehingga dapat menarik perhatian penonton dan memberikan
gambaran yang jelas. Seni tari pada umumnya mempunyai aspek gerak, irama, keindahan
dan ekspresi. Selain itu, tari juga mempunyai unsur ruang, tenaga, dan waktu. Kegiatan
menari di taman kanak-kanak merupakan bagian dari proses pembentukan individu
seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan seni di taman
kanak-kanak bukan untuk membentuk siswa menari, melainkan membentuk individu yang
kreatif, apresiatif, percaya diri, peka dan mempunyai rasa keindahan. Menurut Kamtini dan
Tanjung (2005), ciri-ciri gerak fisik anak usia dini adalah sebagai berikut:
(1) sederhana,
(2) bermakna dan bertema
(3) meniru gerak sehari-hari orang tua dan orang disekitarnya, serta meniru gerak binatang.
gerakan.
Seorang guru dalam menyelenggarakan tarian untuk anak harus memperhatikan dua hal,
yaitu harus memperhatikan bagian tubuh yang dapat dilatih berdasarkan ciri-ciri gerak anak.

Tarian kreatif meliputi proses individu dan pemilihan kumpulan gerak, aturan gerakan untuk
menghasilkan tema dan mempersembahkan tarian untuk diri atau untuk orang lain (Desfina,
2010:237). Strategi penciptaan tari pada anak dapat dilakukan dengan cara;
(1) pelatihan penguasaan postur motorik;
(2) latihan memanfaatkan gerakan-gerakan yang terdapat di alam sekitar;
(3) latihan meniru benda-benda alam di lingkungan sekitar, latihan mengembangkan motif
gerak yang terdapat pada gerak dasar kaki;
(4) pelatihan kesadaran gerak;
(5) berlatih mengarang dan mencipta tari yang bersumber dari gerak kreasi dan peniruan
benda-benda alam sekitar, sehingga tercipta rangkaian tari yang utuh sesuai tingkat
kemampuan anak (Astuti, 2016).
Kelima metode ini dapat dijadikan sumber kreasi tari yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan anak. Sejalan dengan ungkapan (Salmurgianto et.al, 1983) menyatakan bahwa
susunan gerak yang dijalin menjadi rangkaian alur tari juga dapat memberikan variasi pada
bagian-bagian motif yang dikembangkan, sehingga memberikan variasi pada rangkaian tari
tersebut. dianggap sebagai suatu kesatuan karya tari yang diciptakan.

Menurut Margareth (1970), dimasukkannya tari dalam pendidikan formal adalah sebagai
sarana untuk memberikan kesempatan bebas kepada setiap anak, untuk mengalami dan
merasakan sikap seni yang dikembangkan dari tari, sebagai kontribusi bagi setiap individu.
Bird (1981) berpendapat bahwa mengajarkan tari kepada anak adalah untuk
(1) membimbing anak dalam berbagai aktivitas fisik dan mengenalkan anak secara sadar
melalui fungsi dan hubungan bagian-bagian tubuhnya,
(2) mengenalkan konsep ruang-waktu dan energi dalam kaitannya dengan gerak tubuh
anak baik secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain,
(3) mendorong rasa bangga dalam upaya mengembangkan keterampilan kontrol dan gerak,
(4) mengembangkan imajinasi dalam hubungan dengan teman, serta mampu merasakan
dan bereaksi,
(5) mendorong kreativitas anak dalam mengeksplorasi dan mendiskusikan gagasan,
sekaligus meningkatkan nilai pengendalian diri dan apresiasi terhadap gagasan orang lain
atau prestasi orang lain,
(6) merangsang munculnya sikap kritis dan pengendalian diri.

Karakteristik gerak anak usia dini sangat sederhana, misalnya:


(a) gerak dasar kepala. Anak berlatih menggerakkan kepala, seperti menggelengkan kepala,
mengangguk, memutar, dan melakukannya dengan berbagai arah menghadap tubuh,
(b) gerakan dasar tubuh. Anak berlatih menggerakkan bagian tubuhnya, seperti
membungkuk, menghentakkan kaki, menggoyangkan, atau memutar dan melakukannya
dengan berbagai arah menghadap tubuh,
(c) gerakan dasar tangan. Anak melatih gerakan-gerakan tangan seperti melambai,
mengayunkan tangan ke atas, mengayunkan tangan ke bawah, memutar tangan dan
sebagainya,
(d) gerak kaki dasar. Anak berlatih menggerakkan kakinya, seperti melompat, meloncat,
meluncur, berjinjit, atau berlari.

Ciri-ciri tari anak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk dapat memberikan tarian
yang sesuai dengan karakter anak usia dini, antara lain:
(1) Tema, pada umumnya anak menyukai apa yang dilihatnya, dan terkadang tanpa
disadari ia menirukan gerak-gerik benda tersebut.
(2) bentuk geraknya. Gerakan anak usia dini biasanya sederhana atau tidak terlalu sulit,
lincah dan ceria. Realitas gerak dalam tari dapat diwujudkan misalnya dengan bertepuk
tangan atau melompat.
(3) bentuk iringan. Anak-anak menyukai musik pengiring yang ceria, menggambarkan
keceriaan, bertema sederhana, dan terutama musik pengiring yang menggunakan lagu-lagu
yang mudah diingat,
(4) Jenis tari, Jenis tari untuk anak usia dini paling tidak mempunyai kesan gembira atau
gembira. seru. Gerakannya lincah dan sederhana, iringannya mudah dipahami.

Tahapan proses pembelajaran gerak lagu atau tari pada anak usia dini antara lain:
(1) Menyesuaikan kondisi psikis anak, kemudian memilih tema gerak lagu, jika
memungkinkan untuk dinyanyikan sebaiknya ajak anak untuk bernyanyi. bernyanyi terlebih
dahulu,
(2) Pilih lagu atau gerakan tari yang bertemakan alam atau bertemakan kehidupan sehari-
hari, misalnya tema berkebun, tema binatang,
(3) Pilih gerakan yang tingkat kesulitannya rendah sehingga mampu diikuti oleh anak-anak,
(4) Pilihlah gerakan lagu atau tari yang mempunyai gerak yang comical yaitu gerakan yang
mengandung sesuatu yang lucu, hal ini akan menunjang suasana gembira dalam proses
pembelajaran,
(5) Pilihlah aliran dinamis yang sedang, lembut dan cepat karena variasi yang dinamis akan
melatih variasi emosi anak. ,
(6) Membuat gerakan lagu/tari pola lantai sesederhana mungkin dengan tetap
memperhatikan nilai daya tarik suatu sajian,
(7) memilih gerakan lagu atau tarian yang dapat dilakukan secara berkelompok
(8) Pendidik harus benar-benar menguasai materi gerak lagu/tari sebelum diajarkan.
(9) Memberikan bentuk-bentuk gerakan secara bertahap, dimulai dengan satu jenis pola
gerakan, tidak sekaligus, karena satu jenis gerakan memerlukan koordinasi motorik yang
memerlukan waktu untuk berlatih.
(10) Membuat selingan berupa cerita yang relevan dengan tema lagu/gerakan tari yang
akan diajarkan.
(11) Apabila materi variasi gerakan telah tercapai, maka harus dilakukan pengulangan
gerakan agar bentuknya menjadi optimal.
(12) Pendidik anak usia dini harus pandai dalam menyebarkan materi gerak lagu dalam
beberapa pertemuan. Yang perlu diperhatikan adalah kondisi fisik dan psikis anak.
Prinsipnya, jangan memaksa anak jika kondisi anak sudah tidak memungkinkan lagi.
(13) Setelah materi selesai dibuatkan panggung kecil di arena pembelajaran agar anak
dapat berperan atau memamerkan kemampuannya di depan teman-temannya.
(14) Jika materi lagu/gerakan tari menggunakan sifat-sifat tari, hendaknya selalu diulang-
ulang dalam proses pembelajaran agar anak terbiasa dengan sifat-sifat tari.
(15) Apabila ingin mengadakan pertunjukan, pilihlah pakaian yang mendukung tema gerak
tari atau lagu, asalkan pakaian tersebut tidak mengganggu gerak anak.
(16) Tata rias tidak boleh berlebihan, apalagi untuk mengeksploitasi anak harus disesuaikan
dengan tema gerak tari/lagu.

Fungsi pembelajaran gerak tari dan lagu bagi anak usia dini (Hidajat: 2004) adalah sebagai
berikut;
(1) Pertumbuhan fisik, kegiatan menari apabila dilakukan secara terus menerus dapat
membantu pertumbuhan, pembentukan tubuh dan juga menjaga kebugaran tubuh anak.
Dalam kegiatan menari seluruh bagian tubuh mulai dari kepala, tangan, jari tangan, bahu,
leher, mata, lengan, tungkai, jari kaki semuanya akan bergerak agar peredaran darah
lancar, badan sehat dan terjadi tumbuh kembang. semoga lekas membaik.
(2) pembentukan sikap. Menari merupakan aktivitas fisik yang memadukan gerakan dan
musik. Membiasakan melakukan berbagai tarian dengan berbagai sikap akan membantu
anak mudah beradaptasi dengan lingkungan.
(3) pengenalan keindahan. Setiap perubahan gerakan dapat memberikan sentuhan
keindahan yang berbeda. Keindahan tersebut tidak hanya dapat ditangkap melalui
keindahan mata (sensorik), namun juga melalui indra gerak (kinestetik), sehingga secara
tidak langsung anak akan dikenalkan dengan berbagai gerak indah hewan dan akan lebih
peka terhadap ragam gerak tersebut
(4) pengetahuan ilmu alam. Pada dasarnya ilmu pengetahuan alam didasarkan pada ruang
dan waktu.
(5) pembentukan kreativitas anak. Anak yang melakukan gerak tari pada dasarnya
mengekspresikan ide dan imajinasinya baik dari faktor internal maupun eksternal. Stimulasi
yang diperoleh melalui audio visual, taktil, kinestetik memerlukan kreativitas untuk
mengekspresikannya.
(6) pembentukan kepribadian. Keberanian tampil percaya diri di depan umum akan
membentuk anak menjadi pribadi yang matang, tidak minder dan mampu mengembangkan
potensinya. Secara tidak langsung pertumbuhan psikologis anak akan terbentuk sesuai
dengan karakter dan potensi individunya.
(7) Fungsi tari dalam kaitannya dengan alat komunikasi adalah tidak semua anak mampu
menyampaikan gagasan, pikiran, dan keinginannya melalui bahasa lisan atau tulisan.
Kegiatan menari dapat digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan segala keinginan,
gagasan, melalui bahasa gerak.
(8) Peran seni dapat sebagai media ekspresi, media komunikasi, media berpikir kreatif, dan
media pengembangan bakat.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya, A. (2023). Pengembangan Kemampuan Kinestetik Anak Di Paud Bustanul Ulum Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember. Childhood Education: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 18-37.

Yulianti, R. (2016). Pembelajaran tari kreatif untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada
anak usia dini. JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni), 1(1).

Astuti, F. (2021). Pengenalan Pendidikan Seni Tari Pada Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal
Sendratasik, 10(4), 9-15.

Wulandari, R. T. (2017). Pembelajaran olah gerak dan tari sebagai sarana ekspresi dan apresiasi seni
bagi anak usia dini. Jurnal Pendidikan, 27(1), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai