Anda di halaman 1dari 12

Rangkuman Seni Tari dan Drama

Bab 3 dan Bab 4


Dosen Pengampu: Nur Luthfi Rizqa H, S.Pd. M.Pd

Disusun Oleh:
Reni Nuraeni (131810003)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Sekolah Tinggi Pelita Bangsa
Cikarang – Bekasi
Pendidikan Seni Tari dan Drama
Sebagai Panduan Pembelajaran Seni Tari dan Drama di Sekolah Dasar
Penulis: Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Yayan Alpian, M.Pd

Bab 3
Tari Anak Sekolah Dasar

A. Karakteristik Tari
1. Karakteristik Gerak Anak
Sunaryo (1984) mengungkapkan bahwa dalam perkembangan pada
umumnya anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan bergerak sebagai
berikut:
a) Menirukan, anak-anak akan menirukan apa yang mereka amati.
b) Manipulasi, anak-anak secara spontan akan menampilkan berbagai
gerakan dari obyek yang diamatinya dan yang disukainya.
c) Keseksamaan (precision), meliputi kemampuan anak didik dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi
dan memproduksi suatu kegiatan tertentu.
d) Artikulasi, anak didik dapat mengkoordinasikan serentetan action
dengan menetapkan urutan/sikuen tepat diantara pada action yang
berbeda-beda.
e) Naturalisasi, tingkat akhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila
anak telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah
action yang urut.
Menurut Kamtini dan Husni Wardhi Tanjung (2016) dalam
bukunya yang berjudul Bermain Melalui Gerak dan Lagu bahwa
karakteristik gerak fisik anak adalah:
a) Sederhana,
b) Bersifat maknawi dan bertema, artinya tiap gerak mengandung tema
tertentu,
c) Gerak anak menirukan gerak keseharian orang tua dan orang-orang
sekitarnya,
d) Anak juga menirukan gerakan binatang.

2. Karakteristik Tari Anak


a) Tema, diharapkan kepekaan rasa, kematangan sikap dan perilaku,
mengambil keputusan, serta aspek-aspek lainnya dapat terasah dan
termotivasi untuk dapat diungkapkan melalui pembelajaran tari.
Contohnya tingkah laku binatang seperti kucing, burung, tingkah laku
manusia seperti ayah, ibu, dan lainnya.
b) Bentuk Gerak, gerakan yang dilakukan pada anak tidaklah sulit dan
sangat sederhana, gerak-gerak yang lincah, cepat, dan bergembira.
Misalnya bentuk gerak jalan ditempat dengan tepuk tangan.
c) Bentuk Iringan, biasanya musik yang menggambarkan kesenangan dan
bergembira. Misalnya lagu anak-anak kelinciku, kebunku, dan lainnya.
d) Jenis Tari, yang bersiat kegembiraan atau kesenangan, geraknya yang
lincah dan sederhana, dan iringan musiknya mudah dipahami, misalnya
tari gembira, kelinci, kupu-kupu dan lainnya.
e) Masalah Waktu Menari, rentang waktu yang digunakan cukup 5-10
menit untuk menghindari kebosanan dan kelelahan.
f) Pola Lantai Sederhana, tujuannya memberi kesempatan dalam kegiatan
yang kompleks yakni bergerak sambil melakukan perubahan posisi
tempat menari dan melakukan perubahan arah.

B. Karakteristik Gerak Motorik Anak


1. Keterampilan Koordinasi Gerakan Motorik Kasar
Gerakan ini meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh
yang berupa ketahan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan
dan kekuatan. Jenis-jenis keterampilan motorik kasar, sebagai berikut:
a) Keterampilan Lokomotorik: berlari, melompat, menderap, meluncur,
berguling, berhenti, berjalan setelah berhenti sejenak, menjatuhkan diri
dan mengelak.
b) Keterampilan Non Lokomotorik: menggerakkan anggota tubuh dengan
posisi tubuh diam ditempat, berayun, berbelok, mengangkat, bergoyang,
melengkung, memeluk, memutar, dan mendorong.
c) Keterampilan Memproyeksi: menangkap, menerima, menendang,
menggiring, melambung, memukul dan menarik.

2. Keterampilan Koordinasi Gerakan Motorik Halus


Gerakan ini meliputi gerakan jari-jari tangan dengan menirukan,
manipulasi, dan bersahaja. Unsur gerakan ini terdiri dari:
a) Tenaga, meliputi intensitas, aksen/tekanan, kualitas.
b) Waktu, digunakan dalam melakukan suatu gerak cepat/lambatnya
(tempo), panjang pendek ketukan (ritme), lamanya melakukan gerakan
(durasi).
c) Ruang (space), unsur pokok penting yang ada dalam ruang terdiri dari:
 Garis, kesan garis timbul karena penari menggerakkan tubuhnya
sedemikian rupa hingga membentuk garis tubuh diluar garis
tubuh yang dialami.
 Volume, kapasitas gerak atau jangkauan gerak yang tergantung
dari besar kecilnya ruangan yang digunakan untuk menari.
 Arah, yaitu arah hadap penari ketika melakukan gerak baik ke
depan, ke belakang, ke samping, dan ke arah lainnya.
 Level, yaitu berhubungan dengan tinggi rendahnya penari pada
saat melakukan gerakan.
 Fokus, yaitu sudut pandang suatu perspektif penonton yang
diperlukan dalam melakukan tarian.

C. Perkembangan Kemampuan Anak Dalam Belajar Menari


Tahapan perkembangan anak dalam belajar menari sebagai berikut:
1. Usia Bermain (4-6 tahun)
Syarat materi untuk usia bermain ialah:
o Sederhana, artinya materi tari diambil dari gerakan anak yang biasa
dilakukan dalam kesehariannya.
o Praktis, artinya materi tari yang dipilih adalah gerakan yang
mudah, murah, aman, umum, dan fleksibel (bebas dilakukan diman
dan kapan saja, serta sopan).
o Dinamis, artinya gerak-gerak yang disusun harus bervariasi dan
tidak membosankan.
2. Usia Transisi (7-9 tahun)
Usia transisi dimana anak-anak mulai bertanggungjawab, disiplin,
berlatih, sudah dapat menghapal dan peka terhadap iringan menari. Syarat
materi untuk usia transisi ialah
o Praktis, dinamis,
o Ritmis, artinya materi tari dituntut adanya permainan ritme gerak
maupun ritme irama musik penggiring tarinya.
3. Usia Belajar (10-12 tahun)
Kelompok ini anak-anak sudah mampu menghafal, peka terhadap
iringan, dapat membentuk diri/tubuhnya dengan sadar (dapat merasakan dan
menjiwai) tentang keindahan gerak yang dibawakannya. Syarat materi usia
belajar ialah:
o Praktis, dinamis, ritmis,
o Estetis, artinya syarat tari dengan teknik keindahannya (berekspresi
dalam latihan yang merangsang).

D. Pembelajaran Menari pada Usia Bermain


Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran menari pada usia
bermain yaitu:
1. Persiapan Mental Guru
a. Yakin mampu, yaitu guru harus yakin dan percaya diri bahwa guru
dapat mempengaruhi anak-anak belajar menari.
b. Kreatif, artinya guru mampu menciptkan sendiri gerakan-gerakan
sederhana tetapi praktis dan dinamis untuk diperagakan oleh anak-
anak. Tidak hanya menjiplak karya tari orang lain.
c. Inovatif, artinya guru dapat mencari sesuatu (ide, gagasan, model,
gaya) yang baru.
d. Variatif, artinya guru mampu mengeksplorasi gerak-gerak musik
iringan tari denga beraneka ragam gerak.
e. Motivatif, artinya guru harus dapat mendorong semangat anak agar
mau berpatisipasi secara suka rela, atas kemauannya sendiri, tidak
terpaksa.
f. Simpatik, guru dapat menarik perhatian anak baik dari peringai, sikap,
cara berbusana yang baik agar mudah mempengaruhi anak untuk
belajar.
g. Improvisatif, artinya guru dapat mengangkat kejadian/perilaku anak
yang dapat dijadikan sebagai materi/pengalaman yang dapat
dipelajari.
h. Persiapan fisik pembelajaran, meliputi pembelajaran jasmani dan seni.
2. Media, guru dapat mempersiapkan media belajar yang dipergunakan untuk
menarik perhatian anak ke arah/sasaran tema yang diharapkan oleh tujuan
belajar.
3. Metode, artinya guru diperlukan memakai metode beraneka secara serasi,
proporsional dan dapat mendukung proses belajar yang menyenangkan.
4. Fasilitas, guru dapat memfasilitasi ataupun menjadi fasilitator bagi
pembelajaran tari, bukan menuntuk sarana/prasarana yang tidak mungkin
dikabulkan oleh pihak sekolah.
5. Organisasi pembelajaran, untuk mengatasi tempat, waktu, dan tenaga yang
terbatas, dengan jumlah anak yang cukup besar.
6. Fleksibel, guru bersikap fleksibel terhadap pembelajaran tidak tampak
kaku dan anak-anak tidak merasa terpaksa dan terkejut.
Bab 4
Tari Tradisional

A. Pengertian Tari Tradisional


Tradisional merupakan cara berfikir serta bertindak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat istiadat yang ada secara turun temurun.
Dalam tari tradisional tersirat pesan berupa pengetahuan, gagasan,
kepercayaan, nilai, dan norma. Berdasarkan nilai artistik garapannya, tari
tradisional dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Tari Primitif
Tari primitif adalah tarian yang sangat sederhana dalam arti belum
mengalami koreografis secara baik mulai dari bentuk geraknya maupun
iringannya, serta busana dan tata riasnya kurang diperhatikan. Tari ini
berkembang di ruang lingkup masyarakat primitiffyang belum memiliki
peradaban (20.000 SM – 400 M).
a. Ciri-ciri Tari Primitif
1) Gerak perulangan dan iringan sangat sederhana berupa hentakan
kaki, tepukan tangan/simbool suara/gerak-gerak saja yang
dilakukan.
2) Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya menirukan gerak
binatang karena berburu, proses inisiasi, kelahiran, perkawinan,
panen.
3) Instrumen sangat sederhana hanya dipukul secara tetap bahkan
tanpa memperhatikan dinamika.
4) Tata rias sederhana bahkan bisa berakulturasi dengan alam sekitar.
5) Bersifat sakral karena upacara keagamaan.
6) Tumbuh dan berkembang pada masyarakat zaman prasejarah yaitu
zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai
pemimpin secara formal.
7) Dasar geraknya adalah maksud dan kehendak hati dan pernyataan
kolektif.
8) Atribut pakaian menggunakan bulu-buluan dan daun-daunan,
9) Formasinya berbentuk lingkaran karena menggambarkan kekuatan.
Contoh tari primitif ialah tari balita dan tari dayang modan.
b. Fungsi Tari Primitif
Tarian sederhana yang berfungsi untuk upacara/ritual yang bersifat
sakral/magis. Contohnya tarian meminta hujan, tarian untuk
mempengaruhi binatang buruan.
c. Jenis Tari Primitif
1) Tari religius, adalah tarian yang digunakan sebagai sarana upacara,
misalnya tari pemujaan kepada roh, kesuburan.
2) Tari dramatik, adalah tarian yang menggambarkan peristiwa dalam
kehidupan mereka, misalnya tari perang, tari cinta.
3) Tari imitatif, adalah tarian yang diciptakan dengan meniru alam
sekitarnya dan menirukan sesuatu yang sedang diburu, misalnya
tari binatang.
2. Tari Klasik
Tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton,
hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara turun-
temurun di kalangan bangsawan. Ciri khas tari ini antara lain berpedoman
pada pakem tertentu (ada standarisasi), memiliki nilai estetis, disajikan
dalam penampilan mewah (gerak, riasan, kostum). Contohnya tari bedaya,
srimpi, lawung ageng, lawung alit, Gatotkaca Gandrung, Bondabaya,
Bandayuda, Palguna-Palgunadi, Retna Tinanding, dan Srikandi Bisma.
3. Tari Rakyat
Tari rakyat adalah jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan
masyakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan
diturunkan secara turun-temurun sampai sekarang. Tari rakyat dikenal
dengan tari folklasik yang memiliki ciri khas antara lain kental dengan
nuansa sosial, merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat, memiliki
gerak, rias, dan kostum sederhana. Contoh tari rakyat ialah tari Lengger,
Tayub, Orek-orek, Piring, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren,
Angguk, dan Rodat.

B. Perkembangan Seni Tradisional Karawang


Indonesia memiliki beragam seni khususnya seni tari daerah salah satu
adalah tari jaipong tari jaipong atau yang sering disebut dengan jaipongan
adalah sebuah tarian tradisional yang menampilkan suatu jenis tarian dan
musik yang ceria rancak merunjuk dari kekayaan Seni Indonesia khususnya
kesenian Jawa Barat seni khususnya seni tari daerah salah satu adalah tari
jaipong tari jaipong atau yang sering disebut dengan jaipongan adalah sebuah
tarian tradisional yang menampilkan suatu jenis tarian dan musik yang ceria
rancak merujuk dari kekayaan Seni Indonesia khususnya kesenian Jawa Barat.
Seni tari jaipong adalah sebuah fenomena menarik dan penting dalam
perkembangan tari Sunda akhir tahun 1970 an sebagai awal kemunculannya
jaipongan menjadi tren yang mencengangkan lahirnya tarian jaipong tidak
lepas dari fenomena di tahun 1961 Presiden Soekarno pada saat itu mulai
membatasi budaya asing termasuk musik barat beliau justru mendorong
seniman tradisional untuk mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-
daerah di Indonesia dengan bekal pengetahuan seni tradisional inilah gerak tari
jaipong akhirnya tercipta namun jaipong yang diciptakan adalah sebuah tarian
modern sekalipun gerakan dasarnya adalah gerakan dari beberapa tari
tradisional.
Kehadiran jaipongan di area tari di Jawa Barat tak bisa dipisahkan
penciptanya yaitu Gugum Gumbira beliau sangat rajin mempelajari tari rakyat
Jawa Barat ini pada pertengahan tahun 1970 berhasil menciptakan sebuah tari
hiburan pribadi yang terinspirasi dari tari Ketuk Tilu dan gerak gerak pencak
silat.
Menurut koentjaraningrat 1997 300 di samping bahasa Sunda sebagai
identitas kesundaan ciri kepribadian orang Sunda yang lain adalah orang Sunda
sangat mencintai dan menghayati keseniannya dari bahasa kesenian dan
sikapnya sehari-hari dapat kita Gambarkan tipe ideal orang Sunda sebagai
manusia yang optimis suka dan mudah gembira yang memiliki watak terbuka
tetapi sering bersifat terlalu perasa.
Pola hidup masyarakat Sunda adalah berladang masyarakat
mengandalkan hidupnya dari hasil alam atau dari hasil perkebunan dan
persawahan komunitas peladang ini hidup yang cenderung berpindah-pindah
dengan masa tinggal mereka disesuaikan dengan masa berladang yang relatif
singkat maka itu mereka tak perlu untuk membangun tempat tinggal untuk
didiami selamanya.
Kepercayaan kepada cerita cerita mite atau mitos dan ajaran-ajaran
Agama sering diliputi kekuatan kekuatan Ghaib yang berhubungan dengan
salah satu fase dalam kehidupan seperti mendirikan rumah menanam padi yang
bukan ajaran agama Islam masih sering dilakukan koentjaraningrat (1997:315).

C. Kategori Dalam Penyajian Jaipong


Dalam penyajiannya, Jaipong terdiri dari sebagai berikut.
1. Diberi Pola (Ibing Pola)
Penyajian ini terdiri dari kelompok seniman yang ditata secara
khusus untuk kebutuhan sajian tontonan atau pertunjukan (entertainment).
Dilakukan oleh penari melalui proses latihan secara intensif dan biasanya
ditampilkan di Kota Bandung sebagai ajang promosi tarian Jaipong asli
Jawa Barat.
2. Tidak Diberi Pola (Ibing Saka)
Penyajian kedua ini di pentaskan di daerah Karawang dan Subang,
dikenal dengan Bajidor dari akronim Barisan Jelema Doraka (barisan
orang berdosa). Dalam arti lain ialah sekelompok penonton/penggemar
yang turut meramaikan suasana secara bersama yang ingin berpatisipasi
didalam hiburan Jaipongan yang sifatnya menghibur.
3. Penari
Dalam penampilannya penari Jaipongan terdiri dari:
1) Rampak sejenis (kelompok laki-laki atau perempuan)
2) Rampak berpasangan (kelompok berpasangan laki-laki dan
perempuan)
3) Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
4) Berpasangan laki-laki dan perempuan.

1. Fungsi Tarian Jaipong


Awal diciptakannya Jaipong menurut Gugum Gumbira mempunyai dua
fungsi, yaitu:
a) Sebagai tarian pergaulan, menjadikan tarian pergaulan para remaja
yang tercermin dari gerakan-gerakan Jaipong yang mewajibkan mata
para penarinya harus focus dan selalu memandang ke depan.
b) Sebagai tarian pertunjukan.
2. Sifat yang Terkandung dalam Tarian Jaipong
a) Heroik, sifat ini terdapat dalam kesenian Pencak Silat yang
digunakan sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing.
b) Demokratis, dalam melakukan tari dengan bebas tanpa terikat
aturan-aturan normative yang baku.
c) Erotis, dalam tarian Ketuk Tilu selalu ada ronggeng yakni
primadona yang biasanya menari dan menyanyi. Ronggeng inilah
yang mengekspolitasi gerak tubuh yang erotis.
d) Akrobatik, merupakan aspek olah raga sebagai penyesuaian pesilat
antara pikiran dan olah tubuh.
3. Daya Tari dari Gerakan Jaipong
a) Gerakannya mengadopsi dari gerakan pencak silat dan ketuk tilu.
Jaipong Gugum mempunyai kekhasan gerak, yakni dituntut
kebebasan, sikap tangan dengan posisi keatas, banyak gerakan
menendang, serta arah pandangan ke penonton yang menandakan
kewaspadaan.
b) 3G (Geol, Gitek, Goyang), Geol (Gerakan pinggul berputar) – Gitek
(Gerakan pinggul bagaikan arah lonceng jam, ke kanan ke kiri
dengan hentakan) – Goyang (Gerakan pinggul arah lonceng jam,
gerakan sesuai irama tanpa hentakan).
4. Alat Musik dalam Pertunjukan Tari Jaipong
Alat musik khas tarian Jaipong ialah Degung. Degung diibaratkan
“Orkestra” dalam musik Eropa/Amerika. Berikut alat-alat musik yang
merupakan bagian dari degung:
a) Kendang,
b) Saron
c) Bonang
d) Gender
e) Gambang
f) Gong
g) Suling

Anda mungkin juga menyukai