Anda di halaman 1dari 4

1.

Tari Ambek-ambek Koto Anau

Sudah dijelaskan di atas, kalau nama Tari Ambek Ambek


dulunya disebut Tari Mancak Ambek-Ambek.
Nama ini memiliki makna-makna tertentu yang sesuai
dengan asal usul sejarah tarian, utamanya terkait
dengan istilah “Mancak”.
Mancak adalah istilah yang memiliki makna gelut atau
pura-pura berkelahi. Dulunya untuk menyebut orang
yang pura-pura berkelahi disebut “Bermancak” atau
“Berpancak” dari kata “pancak”.
Sedangkan para budayawan berbeda pendapat terkait
dengan asal usul ini.
Justru mereka menyatakan kalau Mancak tidak berarti orang yang pura-pura bergelut tetapi memiliki arti lain yaitu
kebaikan dan keindahan.
Hal ini didasarkan pada dasar kata “Mancak” yang dianggap lahir dari asal kata “Ancak” yang berarti, baik, bagus atau
indah.
Jika dilihat secara komprehensif, sesungguhnya kedua pengertian bisa disimpulkan menjadi hal yang berdampingan.
Tari Mancak Ambe Ambe bermakna tari yang mengusung filosofis keakraban anak-anak muda yang bagus dan indah.
Karena sejatinya gelut yang dimaksud hanyalah perkelahian yang pura-pura.

2. Tari Piring

Sejarah Tari Piring


Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa konon
secara tradisional tari piring berasal dari Solok,
Sumatera Barat. Sejarah ini kami kutip dari
Kemendikbud bahwa diperkirakan tari piring sudah
ada sejak zaman abad ke-12. Sangat lama bukan?
Dahulu masyarakat Minangkabau masih memiliki
kepercayaan kepada dewa-dewa. Awal mulanya tari
piring digunakan sebagai tari pemujaan masyarakat
kepada Dewi Padi setiap musim panen tiba,
masyarakat melakukan hal tersebut untuk sebagai
ucapan terima kasih atas berhasilnya panen mereka.

Tari piring juga menjadi bentuk tarian tradisional yang kaya akan nilai-nilai estetis yang tinggi dan juga
memiliki nilai kebudayaan dari leluhur yang dalam sehingga tari bisa menjadi bentuk ucapan terima kasih serta
gambaran rasa syukur masyarakat yang mendalam kepada dewa-dewa yang sudah menyuburkan dan membuat
hasil panen mereka menjadi tidak gagal.

3. Tari Pasambahan Minang

Sejarah Tari Pasambahan


Tarian ini awalnya hanya dimainkan oleh kaum pria
saja. Namun seiring berjalannya waktu, kini lebih
didominasi oleh penari wanita. Sebelum adanya
Tari Pasambahan Minang, Tari Galombang lebih
dulu ada dan difungsikan untuk menyambut tamu-
tamu yang berkunjung ke Sumatera Barat.
itu diciptakannya pada 1976, sebagai
ekspresi ketidakpuasan terhadap
4. Tari Indang Badindin tarian Minang, yang dinilainya terlalu
gemulai.

Sejarah dan asal-usul Tari Indang


Tari Indang di populerkan oleh Syekh Buharuddin
pada abad ke-13 di Sumatera Barat yang merupakan
jalur perdagangan antara pedagang arab dan pesisir
Tanah Minangkabau. Pada awalnya, Tari Indang
difungsikan sebagai media dakwah penyebaran
Islam.

5. Tari Rantak

Sejarah Tari Rantak Minangkabau


Tari Rantak yang diajarkan di GIK
adalah tari karya mendiang Gusmiati
Suid, seorang maestro tari kelahiran
Batusangkar, Sumatera Barat. Tari
1. Tari Tortor

Sejarah tari Tortor


Di masa penjajahan, tari Tortor menjadi sebuah
hiburan kesenian bagi para raja sebagai bentuk
perlawanan terhadap tentara Belanda. Para raja
memanfaatkan bunyi-bunyi pada tari Tortor sebagai
isyarat bagi masyarakat pada masa itu. Bunyi yang
ditabuh mengisyaratkan bahwa tentara Belanda
telah tiba.

Tarian Sumatera Utara pertama adalah tari Tortor.


Konon, tari tradisional ini sudah menjadi bagian dari budaya dan kesenian Batak sejak ratusan tahun lalu.
Ini membuat tarian tersebut kerap dibawakan dalam berbagai ucapara adat hingga festival kesenian
internasional.
Saat dibawakan, para penari Tortor biasanya menggunakan ulos dan menari dengan iringan gondang.
2. Tari Serampang Dua Belas
Sejarah tari serampang dua belas
Sebelum dikenal dengan nama Tari Serampang
XII, dahulunya tarian ini dikenal dengan Tari Pulau
Sari. Pada mulanya, tarian tradisional ini diiringi
musik yang berjudul Pulau Sari. Sehingga,
penamaan awal tarian mengikuti judul lagu yakni
tari Pulau Sari.

Tari Serampang Dua Belas adalah tarian khas Sumatera Utara yang kerap dibawakan saat ada upacara dat.
Umumnya, tarian ini berisikan pesan untuk anak muda yang ingin membangun sebuah rumah tangga.
Sesuai namanya, ada 12 orang penari laki-laki dan perempuan yang akan mengenakan pakaian serbak merah
muda saat menari.
Diiringi oleh musik rebana dan kecapi, penari akan menggerakkan badannya hingga 12 gerakan.

3. Tari Piso Surit

Sejarah.

Piso Surit merupakan perpaduan lagu dan tarian


Suku Karo. Bermula dari diciptakannya lagu Piso
Surit oleh Djaga Depari, seorang komponis putra
Karo, di tahun 1960-an. Seiring lagu tersebut sering
diperdengarkan pada acara-acara adat, selanjutnya
masyarakat Karo berinisiatif untuk menciptakan
gerak-gerak tari.

Tari Piso Sulit adalah tarian tradisional Sumatera Utara yang berasal dari suku Batak Karo.
Kisah yang ditampilkan pada tarian ini mengisahkan seorang gadis yang tengah menantikan kedatangan
kekasih.

Penantian tersebut digambarkan sangat menyedihkan layaknya burung Piso Surit yang memanggil-manggil.

Biasanya, tari suku batak ini digelar secara berkelompok untuk menyambut tamu kehormatan dalam sebuah
upacara.
4. Tari Toping-Toping

Sejarah
Tari topingtoping adalah tarian tradisional
masyarakat Batak Simalungun. Tari ini pada
awalnya diilakukan untuk menghibur keluarga
kerajaan yang sedang berduka cita, namun dalam
perkembangannya, tari topingtoping dilakukan
sebagai sarana hiburan masyarakat.

Tari Toping Toping


Tari topingtoping dilakukan oleh beberapa orang dengan mengenakan kostum berupa topeng dan akan diiringi
oleh alat-alat musik tradisional. Adapun penggunaan topeng pada tari topingtoping ini terdiri dari 3 macam,
yaitu Topeng dalahi (topeng yang menyerupai wajah pria yang dikenakan oleh penari pria), Topeng
Daboru (topeng yang menyerupai wajah wanita dan dikenakan oleh penari wanita), dan Topeng Huda-
Huda (Topeng yang menyerupai paruh burung enggang, dibentuk dari jalinan kain). Topeng huda-huda ini
dipercaya oleh masyarakat Simalungun sebagai pengantar roh orang yang sudah meninggal kehadapan Dibata
(Dewa atau Tuhan).

Tarian khas Sumatera Utara ini biasanya digelar pada acara duka cita untuk kalangan keluarga kerajaan.
Kerap disebut dengan huda-huda, tarian dilakukan beberapa orang yang memakai kostum berupa topeng yang
diiringi alat musik tradisional.
Ada tiga topeng yang digunakan oleh penari, yakni topeng dalahi, topeng daboru, dan topeng huda-huda.
5. Tari Gubang

sejarah.
Tari Gubang merupakan salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Asahan, dan Tanjung Balai, yang
berkembang dalam masyarakat Melayu. Kesenian ini berpatokan kepada tradisi, dan menjadi tari hiburan yang
tidak diketahui siapa penciptanya. serta merupakan tari rakyat yang berasal dari kalangan nelayan suku Melayu
Asahan.
Tari Gubang merupakan salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Asahan, dan Tanjung Balai, yang
berkembang dalam masyarakat Melayu. Kesenian ini berpatokan kepada tradisi, dan menjadi tari hiburan yang
tidak diketahui siapa penciptanya. serta merupakan tari rakyat yang berasal dari kalangan nelayan suku Melayu
Asahan.
Menurut pemahaman masyarakat, ada beberapa versi dalam terciptanya kesenian Gubang atau Tari Gubang.
Versi pertama tari Gubang diperkirakan berasal dari Sungai Paham, Kecamatan Sungai Kepayang.

Tarian tradisional Sumatera Utara lainnya adalah tari Gubang.


Dalam penyelenggaraannya, seni tari ini memiliki beragam fungsi.
Fungsi dari tari Gubang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan.
Dulu, tarian tersebut berfungsi sebagai sarana memanggil angin untuk aktivitas nelayan.
Kini, seni tari tradisional ini kerap digelar sebagai hiburan pelepas penat masyarakat pesisir setelah seharian
mengarungi lautan lepas.

Anda mungkin juga menyukai