DI
Oleh :
KELAS VI : VI
Sejarah dan Asal Usul Tari SamanSejarah dan Asal Usul Tari Saman - Di antara
beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori
seni tari yang sangat menarik. Keunikan Tari Saman ini terletak pada kekompakan
gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak
mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang
dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati
para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara.
Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
1. Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua
segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
2. Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang
putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait,
baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.
3. Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan
warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna
menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan
kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.
2. Sejarah dan Asal Usul Tari Piring
Asal Usul dan Sejarah Tari Piring Tari piring dipercaya telah ada sejak sekitar abad
ke 12 Masehi, terlahir dari kebudayaan asli masyarakat Minangkabau di Sumatera
Barat. Tarian ini dulunya merupakan tarian persembahan bagi para dewa yang telah
mengkaruniakan hasil panen yang berlimpah selama setahun. Perlu diketahui bahwa
sebelum masuknya Islam, masyarakat Minangkabau mayoritas masih memeluk
agama Hindu, Budha, dan sebagian Animisme. Masuknya Islam ke tanah Sumatera
pada abad ke 14 secara tidak langsung ikut mempengaruhi perkembangan tari
piring. Semenjak ajaran Islam mulai dianut oleh mayoritas masyarakat, peruntukan
tari piring pun berubah. Tari piring bukan lagi ditujukan sebagai tari persembahan
bagi para dewa, melainkan hanya sebagai tontonan bagi masyarakat. Tarian ini
dipertunjukan setiap kali ada acara hajatan sebagai hiburan semata. Dalam
perjalanan sejarahnya, tari piring kontemporer mengalami banyak pembaruan, mulai
dari musik yang mengiringinya, gerakan, koreografi, hingga komposisi pemain.
Adalah Huriman Adam, seorang seniman tanah Minang yang telah berkontribusi
besar pada kepopuleran tari ini di masa kini.
Baju kurung yang terbuat dari kain beludru dan kain satin. Kain songket. Selandang
songket yang dipasang di badan bagian kiri. Tikuluak tanduak balapak yaitu penutup
kepala khas wanita Minangkabau yang terbuat dari bahan songket dengan bentuk
menyerupai tanduk kerbau. Aksesoris lain berupa anting, kalung gadang, dan kalung
rambai.
3. Tarian Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah
Tarian tradisional daerah yang pertama yaitu Bedhaya Ketawang. Nama tarian ini
berasal dari dua suku kata yangberbeda. Setiap kosakatanya juga mengandung arti
yang berbeda yakni “bedhaya” yang memiliki arti penari wanita sedangkan ketawang
artinya langit. Apabila dua suku kata tersebut disatukan maka makna yang dimaksud
adalahpenari wanita yang berasal dari istana langit. Biasanya tarian bedhaya
ketawang di pertunjukkan hanya untuk acararesmi dengan tujuan menghibur pada
hadirin.
Menurut beberapa sumber, Tari Serampang Dua Belas diperkenalkan dengan nama
“Tari Pulau Sari”. Tari ini diciptakan pada tahun 1940 oleh seorang seniman bernama
Sauti. Saat pertama kali ditampilkan, tari tradisional ini diiringi dengan lagu berjudul
Pulau Sari, sehingga tariannya pun diberi nama Tari Pulau Sari.
Tari Pulau Sari mengalami beberapa perubahan di tahun 1950 hingga 1960. Nama
Tari Pulau Sari dianggap kurang sesuai, didukung beberapa pertimbangan lainnya,
nama tarian ini pun diganti menjadi Tari Serampang Dua Belas. Penari yang
menarikan tari tradisional ini awalnya hanya kaum laki-laki saja, tetapi akhirnya
diubah menjadi berpasangan dengan wanita. Karena ada perubahan pada bagian
penari, maka gerakan-gerakan dalam Tari Serampang Dua Belas juga mengalami
perubahan.
Kostum dalam tari tradisional ini adalah busana adat Melayu pesisir pantai timur
Sumatera. Penari laki-laki memakai kemeja panjang dan celana panjang. Adapun
atribut tambahan untuk penari laki-laki adalah peci dan kain yang dipakai dari
pinggang hingga lutut. Penari wanita memakai kemeja lengan panjang dan kain yang
menutupi pinggang hingga mata kaki. Atribut tambahan untuk penari wanita cukup
beragam, mulai dari hiasan kepala, penutup dada, dan kain tambahan sepanjang
pinggang hingga lutut. Selain kostum, ada properti utama yang dibawa oleh penari,
yaitu sapu tangan warna cerah. Sapu tangan yang dipakai saat babak akhir tarian ini
melambangkan kesetiaan, pengharapan, dan keabadian.
Sebagaimana fungsinya, Tari Caci merupakan media bagi para laki-laki Manggarai
untuk membuktikan kejantanan mereka, baik itu dalam segi keberanian maupun
ketangkasan. Walaupun tarian ini terkandung unsur kekerasan didalamnya, kesenian
ini memiliki pesan yang damai didalamnya seperti semangat sportivitas, saling
menghormati, dan juga diselesaikan tanpa dendam diantara mereka. hal tersebut
menunjukan bahwa mereka memiliki semangat dan juga jiwa kepahlawanan didalam
diri mereka.
Dalam pertunjuakan Tari Caci ini, para penari akan menggunakan kostum layaknya
para prajurit yang akan maju ke medan perang. kostum para penari ini biasanya
hanya menggunakan penutup kepala (pangkal) dan juga pakaian pada bagian
bawah saja, sehingga tubuh pada bagian atas tanpa busana. Pada penutup kepala
para penari menggunakan topeng yang terbuat dari kulit binatang kerbau yang keras
dan digunakan untuk melindungi wajah dari serangan lawan.
Sedangkan pada bagian tubuh bagian bawah akan menggunakan celana panjang
berwarna putih dan sarung songket khas dari Manggarai berwarna hitam. Sebagai
aksesoris biasanya diberi giring-giring yang berbunyi mengikuti gerakan para penari.
Selain itu para penari membawa cambuk dan perisai sebagai senjata, yang terbuat
dari kulit kerbau atau sapi yang telah dikeringkan.