Anda di halaman 1dari 6

5 TARIAN INDONESIA DENGAN PENJELASANNYA

DI

Oleh :

NAMA : RIZQI MAULANA

KELAS VI : VI

SD NEGERI ULEE KAREUNG


TAHUN AJARAN 2020/2021
5 TARIAN INDONESIA DENGAN PENJELASANNYA

1. Sejarah dan Asal Usul Tari Saman

Sejarah dan Asal Usul Tari SamanSejarah dan Asal Usul Tari Saman - Di antara
beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori
seni tari yang sangat menarik. Keunikan Tari Saman ini terletak pada kekompakan
gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak
mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang
dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati
para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara.

Mengapa tarian ini dinamakan tari


Saman? Tarian ini di namakan
Saman karena diciptakan oleh
seorang Ulama Gayo bernama Syekh
Saman pada sekitar abad XIV
Masehi, dari dataran tinggi Gayo.
Awalnya, tarian ini hanyalah berupa
permainan rakyat yang dinamakan
Pok Ane. Namun, kemudian
ditambahkan iringan syair-syair yang
berisi puji-pujian kepada Allah SWT,
serta diiringi pula oleh kombinasi
tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:

1. Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua
segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.

2. Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang
putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait,
baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.

3. Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan
warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna
menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan
kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.
2. Sejarah dan Asal Usul Tari Piring

Asal Usul dan Sejarah Tari Piring Tari piring dipercaya telah ada sejak sekitar abad
ke 12 Masehi, terlahir dari kebudayaan asli masyarakat Minangkabau di Sumatera
Barat. Tarian ini dulunya merupakan tarian persembahan bagi para dewa yang telah
mengkaruniakan hasil panen yang berlimpah selama setahun. Perlu diketahui bahwa
sebelum masuknya Islam, masyarakat Minangkabau mayoritas masih memeluk
agama Hindu, Budha, dan sebagian Animisme. Masuknya Islam ke tanah Sumatera
pada abad ke 14 secara tidak langsung ikut mempengaruhi perkembangan tari
piring. Semenjak ajaran Islam mulai dianut oleh mayoritas masyarakat, peruntukan
tari piring pun berubah. Tari piring bukan lagi ditujukan sebagai tari persembahan
bagi para dewa, melainkan hanya sebagai tontonan bagi masyarakat. Tarian ini
dipertunjukan setiap kali ada acara hajatan sebagai hiburan semata. Dalam
perjalanan sejarahnya, tari piring kontemporer mengalami banyak pembaruan, mulai
dari musik yang mengiringinya, gerakan, koreografi, hingga komposisi pemain.
Adalah Huriman Adam, seorang seniman tanah Minang yang telah berkontribusi
besar pada kepopuleran tari ini di masa kini.

Ketika menari, para penari wajib


mengenakan kostum khusus. Kostum
tari piring untuk pria dan wanita ini
dijelaskan seperti pada tabel berikut.

Busana rang Mudo, berupa baju


berlengan lebar yang dihiasi dengan
renda emas. Saran galembong, celana
berukuran besar di bagian tengahnya
khusus untuk tari piring. Sisamping,
kain songket yang dililitkan di pinggang
hingga lutut. Cawek pinggang, ikat pinggang yang terbuat dari kain songket. Deta
atau destar, yaitu penutup kepala berbentuk segitiga yang dibuat dari kain songket
khas pria Minangkabau.

Baju kurung yang terbuat dari kain beludru dan kain satin. Kain songket. Selandang
songket yang dipasang di badan bagian kiri. Tikuluak tanduak balapak yaitu penutup
kepala khas wanita Minangkabau yang terbuat dari bahan songket dengan bentuk
menyerupai tanduk kerbau. Aksesoris lain berupa anting, kalung gadang, dan kalung
rambai.
3. Tarian Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah

Tarian tradisional daerah yang pertama yaitu Bedhaya Ketawang. Nama tarian ini
berasal dari dua suku kata yangberbeda. Setiap kosakatanya juga mengandung arti
yang berbeda yakni “bedhaya” yang memiliki arti penari wanita sedangkan ketawang
artinya langit. Apabila dua suku kata tersebut disatukan maka makna yang dimaksud
adalahpenari wanita yang berasal dari istana langit. Biasanya tarian bedhaya
ketawang di pertunjukkan hanya untuk acararesmi dengan tujuan menghibur pada
hadirin.

Untuk sejarah dari tarian


bedhaya ketwang ini bercerita
tentang hubungan Ratu Kidul
atau yang biasa kita
sebutsebagai Nyai Roro Kidul.
Berdasarkan kepercayaan
masyarakat setempat, apabila
ada yang membawakan
tarianbedhaya ketawang maka
Nyai Roro Kidul akan mendatangi tempat dimana tarian tersebut dibawakan serta
ikutmenari.Pada umumnya tarian bedhaya ketawang dibawakn oleh sembilan orang
penari wanita. Dimana angka sembilanyang dipilih ini untuk melambangkan Wali
Songo. Namun ada juga yang berpendapat bahwa sembilan ini berasaldari arah
mata angin. Adapun busana yanng dikenakan para penari adalah menggunakan
busana pengantin AdatJawa. Para penari memakai gelung besar (konde) pada
kepala mereka.Selain konde para penari juga memakai aksesoris Jawa lainnnya
seperti sisir jeram saajar, garudha mungkur,centhung, cundhuk mentul dan tiba
dhadha. Untuk mengikuti tarian ini pun para penari wanita diusahakan tidaksedang
keadaan haid. Apabila tarian bedhaya ketawang sedang show biasanya diiringi
dengan musik gendhing ketawang gede atau bisauga dengan memakai musik
gamelan.
4. Tari Serampang Dua Belas dari Sumatera Utara

Menurut beberapa sumber, Tari Serampang Dua Belas diperkenalkan dengan nama
“Tari Pulau Sari”. Tari ini diciptakan pada tahun 1940 oleh seorang seniman bernama
Sauti. Saat pertama kali ditampilkan, tari tradisional ini diiringi dengan lagu berjudul
Pulau Sari, sehingga tariannya pun diberi nama Tari Pulau Sari.

Masyarakat yang ada pada saat itu


merasa tertarik dengan Tarian Pulau
Sari, karena gerakan-gerakannya indah
sekaligus mengandung arti yang juga
menarik. Tidak hanya masyarakat
Sumatera Utara, Tari Pulau Sari juga
disambut baik oleh pemerintah.

Sebagai bentuk apreasiasi, pemerintah


Sumatera Utara pada saat itu
memberikan penghargaan pada Sauti
selaku pencipta Tari Pulau Sari. Selain itu, Sauti mendapat tugas kehormatan dari
pemerintah untuk menjadi wakil dalam jawatan kebudayaan Sumatera Utara di
Medan. Disana, Sauti dengan giat memperkenalkan Tari Pulau Sari, sehingga
semakin dikenal oleh seluruh masyarakat yang ada disana. Tarian ini pun akhirnya
dikenal hingga ke instansi pendidikan dan kebudayaan.

Tari Pulau Sari mengalami beberapa perubahan di tahun 1950 hingga 1960. Nama
Tari Pulau Sari dianggap kurang sesuai, didukung beberapa pertimbangan lainnya,
nama tarian ini pun diganti menjadi Tari Serampang Dua Belas. Penari yang
menarikan tari tradisional ini awalnya hanya kaum laki-laki saja, tetapi akhirnya
diubah menjadi berpasangan dengan wanita. Karena ada perubahan pada bagian
penari, maka gerakan-gerakan dalam Tari Serampang Dua Belas juga mengalami
perubahan.

Kostum dalam tari tradisional ini adalah busana adat Melayu pesisir pantai timur
Sumatera. Penari laki-laki memakai kemeja panjang dan celana panjang. Adapun
atribut tambahan untuk penari laki-laki adalah peci dan kain yang dipakai dari
pinggang hingga lutut. Penari wanita memakai kemeja lengan panjang dan kain yang
menutupi pinggang hingga mata kaki. Atribut tambahan untuk penari wanita cukup
beragam, mulai dari hiasan kepala, penutup dada, dan kain tambahan sepanjang
pinggang hingga lutut. Selain kostum, ada properti utama yang dibawa oleh penari,
yaitu sapu tangan warna cerah. Sapu tangan yang dipakai saat babak akhir tarian ini
melambangkan kesetiaan, pengharapan, dan keabadian.

5. Tari Caci dari Provinsi Nusa Tenggara timur


Menurut sejarah, Tari Caci ini berawal dari sebuah tradisi masyarakat Manggarai
dimana para laki-laki akan saling bertarung satu lawan satu untuk menguji
keberanian dan juga ketangkasan mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian
berkembang menjadi kesenian dimana ada gerakan tari, lagu, dan juga musik
pengiring dalam memeriahkan acara. Nama Tari Caci ini sendiri berasal dari kata ca
yang berarti satu dan kata ci yang berarti uji. Sehingga caci ini dapat diartikan
sebagai uji ketangkasan dengan cara satu lawan satu.

Sebagaimana fungsinya, Tari Caci merupakan media bagi para laki-laki Manggarai
untuk membuktikan kejantanan mereka, baik itu dalam segi keberanian maupun
ketangkasan. Walaupun tarian ini terkandung unsur kekerasan didalamnya, kesenian
ini memiliki pesan yang damai didalamnya seperti semangat sportivitas, saling
menghormati, dan juga diselesaikan tanpa dendam diantara mereka. hal tersebut
menunjukan bahwa mereka memiliki semangat dan juga jiwa kepahlawanan didalam
diri mereka.

Dalam pertunjuakan Tari Caci ini, para penari akan menggunakan kostum layaknya
para prajurit yang akan maju ke medan perang. kostum para penari ini biasanya
hanya menggunakan penutup kepala (pangkal) dan juga pakaian pada bagian
bawah saja, sehingga tubuh pada bagian atas tanpa busana. Pada penutup kepala
para penari menggunakan topeng yang terbuat dari kulit binatang kerbau yang keras
dan digunakan untuk melindungi wajah dari serangan lawan.

Sedangkan pada bagian tubuh bagian bawah akan menggunakan celana panjang
berwarna putih dan sarung songket khas dari Manggarai berwarna hitam. Sebagai
aksesoris biasanya diberi giring-giring yang berbunyi mengikuti gerakan para penari.
Selain itu para penari membawa cambuk dan perisai sebagai senjata, yang terbuat
dari kulit kerbau atau sapi yang telah dikeringkan.

Anda mungkin juga menyukai