Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Irigasi : istilah irigasi adalah kegiatan2 yg brkaitan dengan usaha

mndapatkan air dri sumber air, mengalirkan kedalam saluran, membagikan ke petak sawah,
memberikan air pada tanaman, dan mmbuang kelebihan air yg tidak diperlukan lagi utk
memenui tujuan pertanian. Dngn demikian irigasi adalah upya pnyediaan dan pngaturan
air utk menunjang prtanian.

Tujuan irigasi :

a. Secara langsung : membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman dan hubungannya dengan presentase kandungan air dan udara
diantara butir-butir tanah. Pemberian air sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk
perbaikan tanah.
b. Secara tidak langsung : mengatur suhu tanah, membersihkan tanah, memberantas hama
penyakit, mempertimbangkan permukaan tanah, penggelontoran, dan kolmatasi.
c. Membersihkan tanah, memberantas hama panyakit, mempertimbangkan
permukaan tanah, penggelontaran, dan kolmatasi

Satuan air dalam irigasi


- Tebal Air
Tebal air dinyatakan dalam mm, cm, atau m. Misalnya suatu jenis tanaman pada suatu
daerah membutuhkan 20 kali penyiraman sampai saat dipanen dan tiap kali penyiraman
5 mm, hal ini berarti bahwa sampai saat panen air yang dibutuhkan untuk 20 kali
penyiraman tersebut setebal 20 x 5 mm = 100 mm= 0,10 m. untuk tiap ha ( 100 m x 100
m ) tanaman dibutuhkan air 0,10 m x 10.000 m² = 1.000 m³.
- Volume Air
Volume air untuk satu jenis tanaman tertentu selama masa tanam. Misalnya untuk satu
tanaman selama masa tanam dibutuhkan air a m³, maka apabila kita mempunyai waduk
lapangan berisi air V m³ dan kehilangan air diperhitungkan b m³ berarti jumlah tanaman
yang bisa diairi dari waduk itu yaitu:
(𝑉−𝑏)
= batang………………………………………………………….. (1.1)
𝑎

- Satuan Debit Air


Satuan debit air yang menyatakan debit air untuk melayani suatu satuan luas. Umumnya
dinyatakan dalam satuan liter/detik/hektar atau dalam satuan m³/detik/hektar. Cara ini
hampir selalu dipakai dalam perhitungan-perhitungan untuk menetapkan dimensi saluran
baik saluran pemberi maupun saluran drainase.
Seringkali perhitungan kebutuhan air dengan satuan-satuan lain perlu diubah ke dalam
satuan ini, supaya rumus-rumus yang menggunakan debit sebagai parameter dapat
diselesaikan dengan mudah.
- Duty Of Water
Merupakan luas area yang dialiri oleh debit tertentu. Satuan ini dinamai “duty of water”.
Misalnya untuk suatu jenis tanaman tertentu pada suatu area duty of water A acres dan
negara yang sering menggunakan satuan ini adalah USA. Debit umumnya dinyatakan
dalam second foot atau cusec. Duty of water A acres berarti debit aliran 1 cusec dapat
melayani area seluas A acres.
Untuk merubah ke dalam satuan metrik 1 cusec = 28,3 liter/detik dan 1 acres = 4047 m²
= 40,47 are. Yang dimaksud 1 cusec adalah debit sebesar 1 ft³/detik.

Peranan Air Bagi Tanaman


Sebagai senyawa utama pembentukan protoplasma, Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya
mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan
diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolic,
Sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, Sebagai
penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, Menjaga Turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga
mekanik dalam pembesaran sel, Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan
menutup stomata, membuka dan mutup bunga serta menutupnya daun-daun tanaman tertentu,,
Berperan dalam perpanjangan sel, Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi,
Digunakan dalam proses respirasi.

Peranan Tanah dalam Irigasi


- Komposisi tanah:
Utk usaha pertanian berupa tanah mineral dngn kndungan bhn orgaanik (humus)
relatif sedikit. Tanah sbtulnya trdiri dari 3 yaitu butir tanah (mineral dan organik),
air dan udara. Air dan udara berubah2 tapi butir tanah tetap. Butir2 tanah
diklasifikasikan sbg air, lumpur atau lempung mnrt besarny ukrn butir.

Gambar komposisi tanah


- Jenis2 tanah
Tersusun dari bahan mineral dan organik. Kalau sbgian trsusun dri bahan mineral disebut tanah
mineral (bgtpun sbliknya). Ditinjau dri asalnya tanah brsal dri plapukan kuli bumi baik secara
khemis maupun phisis dan slma masa pmbentukannya mndpt pngruh tanaman.
- Lengas tanah
Bentuk lengas tanah (air gravitasi, air kapiler, air higroskropis)
Konstanta lengas tanah (Kapasitas Kejenuhan, Kapasitas Lapang, Lengas Ekivalen, Titik
Layu Permanen, Titik Layu Akhir, Koefisien Higroskopis)

Kesuburan Tanah (bab 2)

Hubungan tanah dengan tanaman selain dipengaruhi tekstur dan struktur perlu pula
memperhatikan kesuburan tanah dan reaksi kimiawi yang dapat terjadi. Kesuburan fisik memang
ditentukan oleh struktur tanah tapi kesuburan duniawi ditentukan oleh kemampuan tanah
menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Dikenal 16 unsur utama yaitu
C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, B, Zn, Modan, Cl. Unsur-unsur C, H, dan O diambil
oleh tanaman dari udara dan air sedangkan unsur N, S, P, K, Ca, dan Mg biasa disebut unsur-
unsur makro dan sisanya merupakan unsur-unsur mikro. Apabila tanaman kekurangan beberapa
unsur tertentu yang dibutuhkan tanaman, berarti hidup dan tumbuhnya tanaman terganggu. Cara
untuk mengatasi kekurangan unsur-unsur tertentu umumnya dengan pemupukan. Pupuk dalam
hal ini bertujuan menambah unsur hara, tetapi pemupukan juga memiliki tujuan lain seperti
memperbaiki struktur tanah. Jelas di sini bahwa pupuk yang digunakan perlu disesuaikan pada
kebutuhan sesuai analisa kesuburan tanah. Kesuburan tanah saja belum cukup menjamin
berhasilnya usaha pertanian tanpa memperhatikan kemasaman tanah yang sesuai. Kemasaman
tanah dinyatakan dengan nilai pH dan pH pada tanah umumnya antara 3,50 – 8,00.
Untuk keperluan-keperluan praktis harga pH ialah 6,5 -7,5 dikatakan sebagai tanah netral,
lebih rendah dari 6,5 disebut masam dan lebih tinggi dari 7,5 disebut alkalis. Harga pH di bawah
4 maupun di atas 10 jelas berpengaruh sangat buruk bagi tanaman, mengakibatkan terjadi
kerusakan.
Selang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah padi (5,00 - 6,50), jagung (5,50
- 7,50), ubi kayu dan ubi jalar ( 5,80 - 6,00), kentang (4,80 - 6,50), pisang (6,00 - 7,50), nanas
(5,00 - 6,50), tebu (6,00 - 8,00), tembakau (5,50 - 7,50), kelapa (5,50 - 7,50), karet (3,50 - 8,00),
kacang tanah (5,30 - 6,60), kedelai (6,00 - 7,50).

Unsur mikro dan makro


unsur makro : nitrogen (N),f osfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). (dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak )
unsur mikro : besi (Fe), tembaga (Cu), Boron (B), besi (Fe), dan seng (Zn). ( dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sedikit )

Satuan kebutuhan air ( bab 5&6 )


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untukmemenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi tanah
(Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi di suatu tempat, perlu dilakukan analisis
untuk menghitung kebutuhan air irigasi di tempat tersebut dengan tujuan mendapatkan
prediksi nilai kebutuhan air irigasi maksimum dan minimum. Air untuk kebutuhan irigasi
disamakan dengan kebutuhan evapotranspirasi (ET) dengan satuan mm/hari. Satuan ET
adalah mm/hari mudah di ubah menjadi satuan volume untuk tiap-tiap hektar (ha) dan tiap-
tiap waktu.
Contoh :

Untuk 1 (satu) mm air untuk areal 1 (satu) ha ekuivalen dengan 1 mm x 10.000 m2, atau
0.001 m x 10.000 m2 = 10 m3, yang berarti pula 1 (satu) mm air untuk luasan areal 1 (satu)
ha ekuivalen= 10 m3. Dengan demikian, bila untuk besaran evapotranspirasi (ET) = 6
mm/hari, maka memerlukan 10 m3 x 6/hari = 60 m3/hari untuk 1 ha areal irigasi. Dengan
demikian, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi (ET) sebagai kebutuhan air irigasi
besaran ET = 6 mm/hari untuk 1 ha areal irigasi = 60 m3/(hari.ha) = 60.000 dm3/(hari.ha)
= 60.000 ltr/(24.60.60 detik.ha)
= 0.6944 ltr/(detik.ha).
Satuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air pada berbagai macam, tetapi
semuanya dapat diubah menjadi satuan debit air untuk suatu satuan luas.

Kebutuhan air nyata

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untukmemenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi tanah
(Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi di suatu tempat, perlu dilakukan analisis
untuk menghitung kebutuhan air irigasi di tempat tersebut dengan tujuan mendapatkan
prediksi nilai kebutuhan air irigasi maksimum dan minimum. Air untuk kebutuhan irigasi
disamakan dengan kebutuhan evapotranspirasi (ET) dengan satuan mm/hari. Satuan ET
adalah mm/hari mudah di ubah menjadi satuan volume untuk tiap-tiap hektar (ha) dan tiap-
tiap waktu.
Contoh :

Untuk 1 (satu) mm air untuk areal 1 (satu) ha ekuivalen dengan 1 mm x 10.000 m2, atau
0.001 m x 10.000 m2 = 10 m3, yang berarti pula 1 (satu) mm air untuk luasan areal 1 (satu)
ha ekuivalen= 10 m3. Dengan demikian, bila untuk besaran evapotranspirasi (ET) = 6
mm/hari, maka memerlukan 10 m3 x 6/hari = 60 m3/hari untuk 1 ha areal irigasi. Dengan
demikian, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi (ET) sebagai kebutuhan air irigasi
besaran ET = 6 mm/hari untuk 1 ha areal irigasi = 60 m3/(hari.ha) = 60.000 dm3/(hari.ha)
= 60.000 ltr/(24.60.60 detik.ha)
= 0.6944 ltr/(detik.ha).

Satuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air pada berbagai macam, tetapi
semuanya dapat diubah menjadi satuan debit air untuk suatu satuan luas.
Efisiensi Irigasi

Tanaman memerlukan air untuk pertumbuhannya, tetapi air yang diambil dari
sumber/sungai dan dialirkan ke areal irigasi tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan oleh
tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air berupa penguapan dari saluran irigasi,
rembesan dari saluran keluar saluran dan bahkan diambil orang untuk kebutuhan rumah
tangga.

Pengaturan air sejak pengambilan pada bangunan sadap sampai pemakaian oleh
tanaman berpengaruh pada nilai efisiensi irigasi. Jadi efisiensi irigasi yaitu perbandingan
antara air yang keluar dalam irigasi dan air yang masuk dalam irigasi. Apabila kehilangan air
sangat besar, nilai efisiensi irigasi menjadi rendah dan sebaliknya kehilangan air sangat kecil,
nilai efisiensi irigasi menjadi tinggi. Secara prinsip untuk suatu masalah irigasi yang ditinjau
adalah nilai efisiensi dari irigasi.

CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI

pemberian air irigasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) cara, yaitu : pemberian air
melalui permukaan, pemberian air melalui bawah permukaan tanah (cara resapan), dan
pemberian air dengan cara penyiraman.

- Pemberian Air Melalui Permukaan Tanah


Cara pemberian air melalui permukaan tanah meliputi :

a. Peluapan Penggenangan Bebas

Cara pemberian air irigasi dengan peluapan penggenangan bebas, telah lama
digunakan. Misalnya sistem irigasi kuno yang dilaksanakan di Mesir. Dalam hal ini, air
diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk penggenangan meliputi daerah luas,
yaitu daerah pada kanan kiri sungai yang relatif mempunyai permukaan datar.

Efisiensi pemberian air dengan cara peluapan penggenangan bebas adalah rendah,
maka untuk keadaan dengan air yang tersedia tidak berlimpah, orang sering masih memakai
cara peluapan penggenangan, tetapi penggenangan itu dikendalikan.
Gambar 4.1 Cara Peluapan dan Penggenangan Bebas
Sumber : Sudjarwadi 1989.
b. Peluapan Penggenangan Terkendali

Cara yang umum dipakai dalam hal ini adalah penggunaan parit (got) pemberi,
kemudian dari parit pada satu sisi petak sawah, air dimasukkan ke petak tersebut melalui
peluapan-peluapan khusus yang telah ditentukan letaknya maupun ukurannya.

Gambar 4.2 Peluapan Penggenangan Terkendali

Sumber : Sudjarwadi 1989.

c. Sistem Kalenan

Dalam hal ini, penggenangan hanya diberikan pada kalenan-kalenan yang umumnya
dibuat dengan arah sejajar dengan lajur-jalur tanaman, air diberikan pada parit pemberi dengan
menggunakan pipa.
Gambar 4.3 Sistem Kalenan
Sumber : Sudjarwadi 1989.
d. Pembuatan Cekungan-cekungan Penggenangan
Sistem pemberian air ini umumnya dipakai untuk tanaman buah-buahan dengan
membuat cekungan di bawah tanaman yang akan diairi. Proses pemberian air ke
cekungan tersebut dengan sistem pengairan terbuka.

Gambar 4.4 Pemberian Air Pada Cekungan


Sumber : Sudjarwadi 1989.
4.1.2 Pemberian Air Melalui Bawah Permukaan Tanah (cara resapan)
Cara ini sering juga disebut pemberian air dengan cara resapan. Memang pada
tempat-tempat tertentu keadaan tanah asli dan keadaan topografi sesuai pemakaian cara ini.
a. Peresapan dengan Sistem Terbuka

Pada sistem ini, air dialirkan pada saluran-saluran yang telah mengelilingi suatu petak
sawah, sehingga air dapat meresap ke kiri dan ke kanan. Umumnya diberikan di bawah zone
perakaran dan di atas muka air tanah. Dengan adanya daya kapiler, maka air dapat naik ke atas
sehingga air dapat di serap dan di manfaatkan oleh tanaman.
Gambar 4.5 Cara Resapan dengan Sistem Berbuka
Sumber : Sudjarwadi 1989.
b. Peresapan dengan Saluran Tertutup

Pada sistem ini, pipa yang digunakan adalah pipa berpori atau pipa-pipa yang di beri
lubang-lubang kecil tertentu, selanjutnya kedalaman letak pipa diatur sesuai jenis tanah dan
jenis tanaman, demikian pula jarak pipa disesuaikan dengan keperluan bagi masing-masing
tempat.

Gambar 4.6 Cara Resapan dengan Saluran Tertutup


Sumber : Sudjarwadi 1989.
4.1.3 Pemberian air dengan cara penyiraman

a. Pemberian Air dengan Cara Pancaran

Cara ini dipancarkan ke udara dengan menggunakan pipa atau alat pancar yang bisa
berputar untuk memperoleh pemerataan, sehingga air jatuh di atas tanaman yang menyerupai
hujan.
(a) (b)

Gambar 4.7 Pemberian Air dengan Cara Pancaran


Sumber : Sudjarwadi 1989.
b. Pemberian Air dengan Cara Tetesan

Pemberian air dengan cara ini yaitu air dialirkan dengan menggunakan pipa-pipa
yang pada tempat tertentu diberi perlengkapan jalur keluarnya (lubang-lubang). Lubang
tersebut diletakkan sedikit di atas tanah tetapi tidak terlalu tinggi, sehingga air dapat
menetes terus-menerus.

Gambar 4.8 Pemberian Air dengan Cara Tetesan


Sumber : Sudjarwadi 1989.

Pemberian Air dengan Sistem Golongan

Sistem golongan permulaan tidak serentak, tetapi bergiliran menurut jadwal yang
ditentukan dengan maksud lebih efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan dan saat
permulaan pengerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing.
4.4.1 Sistem Giliran Bebas

Di Indonesia sistem pengusahaan sawah menunjukkan adanya sistem giliran yang terjadi
secara tidak sengaja, misalnya karena kurang alat dan tenaga pengolah sawah. Giliran terjadi
dengan sendirinya disebut dengan giliran bebas, dimana anggota golongan sebetulnya tidak
diketahui dengan pasti, tetapi giliran permulaan pengerjaan sawah memang terjadi seolah-olah
secara alamiah. Sistem ini sering disebut giliran alam, yaitu suatu sistem giliran yang terjadi tanpa
direncanakan.

4.4.2 Sistem Giliran Teknis

Giliran yang terjadi karena memang direncanakan yang sering disebut giliran teknis, giliran
ini ada tiga cara, yaitu :

• Giliran diadakan pada petak tersier


• Giliran dengan petak tersier utuh sebagai anggota golongan (dalam petak tersier tidak ada
sistem giliran)
• Giliran dengan penggolongan, dimana anggota suatu golongan adalah sekelompok petak
tersier.
Gambar kedudukan air dalam tanah

Anda mungkin juga menyukai