mndapatkan air dri sumber air, mengalirkan kedalam saluran, membagikan ke petak sawah,
memberikan air pada tanaman, dan mmbuang kelebihan air yg tidak diperlukan lagi utk
memenui tujuan pertanian. Dngn demikian irigasi adalah upya pnyediaan dan pngaturan
air utk menunjang prtanian.
Tujuan irigasi :
a. Secara langsung : membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman dan hubungannya dengan presentase kandungan air dan udara
diantara butir-butir tanah. Pemberian air sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk
perbaikan tanah.
b. Secara tidak langsung : mengatur suhu tanah, membersihkan tanah, memberantas hama
penyakit, mempertimbangkan permukaan tanah, penggelontoran, dan kolmatasi.
c. Membersihkan tanah, memberantas hama panyakit, mempertimbangkan
permukaan tanah, penggelontaran, dan kolmatasi
Hubungan tanah dengan tanaman selain dipengaruhi tekstur dan struktur perlu pula
memperhatikan kesuburan tanah dan reaksi kimiawi yang dapat terjadi. Kesuburan fisik memang
ditentukan oleh struktur tanah tapi kesuburan duniawi ditentukan oleh kemampuan tanah
menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Dikenal 16 unsur utama yaitu
C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, B, Zn, Modan, Cl. Unsur-unsur C, H, dan O diambil
oleh tanaman dari udara dan air sedangkan unsur N, S, P, K, Ca, dan Mg biasa disebut unsur-
unsur makro dan sisanya merupakan unsur-unsur mikro. Apabila tanaman kekurangan beberapa
unsur tertentu yang dibutuhkan tanaman, berarti hidup dan tumbuhnya tanaman terganggu. Cara
untuk mengatasi kekurangan unsur-unsur tertentu umumnya dengan pemupukan. Pupuk dalam
hal ini bertujuan menambah unsur hara, tetapi pemupukan juga memiliki tujuan lain seperti
memperbaiki struktur tanah. Jelas di sini bahwa pupuk yang digunakan perlu disesuaikan pada
kebutuhan sesuai analisa kesuburan tanah. Kesuburan tanah saja belum cukup menjamin
berhasilnya usaha pertanian tanpa memperhatikan kemasaman tanah yang sesuai. Kemasaman
tanah dinyatakan dengan nilai pH dan pH pada tanah umumnya antara 3,50 – 8,00.
Untuk keperluan-keperluan praktis harga pH ialah 6,5 -7,5 dikatakan sebagai tanah netral,
lebih rendah dari 6,5 disebut masam dan lebih tinggi dari 7,5 disebut alkalis. Harga pH di bawah
4 maupun di atas 10 jelas berpengaruh sangat buruk bagi tanaman, mengakibatkan terjadi
kerusakan.
Selang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah padi (5,00 - 6,50), jagung (5,50
- 7,50), ubi kayu dan ubi jalar ( 5,80 - 6,00), kentang (4,80 - 6,50), pisang (6,00 - 7,50), nanas
(5,00 - 6,50), tebu (6,00 - 8,00), tembakau (5,50 - 7,50), kelapa (5,50 - 7,50), karet (3,50 - 8,00),
kacang tanah (5,30 - 6,60), kedelai (6,00 - 7,50).
Untuk 1 (satu) mm air untuk areal 1 (satu) ha ekuivalen dengan 1 mm x 10.000 m2, atau
0.001 m x 10.000 m2 = 10 m3, yang berarti pula 1 (satu) mm air untuk luasan areal 1 (satu)
ha ekuivalen= 10 m3. Dengan demikian, bila untuk besaran evapotranspirasi (ET) = 6
mm/hari, maka memerlukan 10 m3 x 6/hari = 60 m3/hari untuk 1 ha areal irigasi. Dengan
demikian, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi (ET) sebagai kebutuhan air irigasi
besaran ET = 6 mm/hari untuk 1 ha areal irigasi = 60 m3/(hari.ha) = 60.000 dm3/(hari.ha)
= 60.000 ltr/(24.60.60 detik.ha)
= 0.6944 ltr/(detik.ha).
Satuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air pada berbagai macam, tetapi
semuanya dapat diubah menjadi satuan debit air untuk suatu satuan luas.
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untukmemenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi tanah
(Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi di suatu tempat, perlu dilakukan analisis
untuk menghitung kebutuhan air irigasi di tempat tersebut dengan tujuan mendapatkan
prediksi nilai kebutuhan air irigasi maksimum dan minimum. Air untuk kebutuhan irigasi
disamakan dengan kebutuhan evapotranspirasi (ET) dengan satuan mm/hari. Satuan ET
adalah mm/hari mudah di ubah menjadi satuan volume untuk tiap-tiap hektar (ha) dan tiap-
tiap waktu.
Contoh :
Untuk 1 (satu) mm air untuk areal 1 (satu) ha ekuivalen dengan 1 mm x 10.000 m2, atau
0.001 m x 10.000 m2 = 10 m3, yang berarti pula 1 (satu) mm air untuk luasan areal 1 (satu)
ha ekuivalen= 10 m3. Dengan demikian, bila untuk besaran evapotranspirasi (ET) = 6
mm/hari, maka memerlukan 10 m3 x 6/hari = 60 m3/hari untuk 1 ha areal irigasi. Dengan
demikian, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi (ET) sebagai kebutuhan air irigasi
besaran ET = 6 mm/hari untuk 1 ha areal irigasi = 60 m3/(hari.ha) = 60.000 dm3/(hari.ha)
= 60.000 ltr/(24.60.60 detik.ha)
= 0.6944 ltr/(detik.ha).
Satuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air pada berbagai macam, tetapi
semuanya dapat diubah menjadi satuan debit air untuk suatu satuan luas.
Efisiensi Irigasi
Tanaman memerlukan air untuk pertumbuhannya, tetapi air yang diambil dari
sumber/sungai dan dialirkan ke areal irigasi tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan oleh
tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air berupa penguapan dari saluran irigasi,
rembesan dari saluran keluar saluran dan bahkan diambil orang untuk kebutuhan rumah
tangga.
Pengaturan air sejak pengambilan pada bangunan sadap sampai pemakaian oleh
tanaman berpengaruh pada nilai efisiensi irigasi. Jadi efisiensi irigasi yaitu perbandingan
antara air yang keluar dalam irigasi dan air yang masuk dalam irigasi. Apabila kehilangan air
sangat besar, nilai efisiensi irigasi menjadi rendah dan sebaliknya kehilangan air sangat kecil,
nilai efisiensi irigasi menjadi tinggi. Secara prinsip untuk suatu masalah irigasi yang ditinjau
adalah nilai efisiensi dari irigasi.
pemberian air irigasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) cara, yaitu : pemberian air
melalui permukaan, pemberian air melalui bawah permukaan tanah (cara resapan), dan
pemberian air dengan cara penyiraman.
Cara pemberian air irigasi dengan peluapan penggenangan bebas, telah lama
digunakan. Misalnya sistem irigasi kuno yang dilaksanakan di Mesir. Dalam hal ini, air
diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk penggenangan meliputi daerah luas,
yaitu daerah pada kanan kiri sungai yang relatif mempunyai permukaan datar.
Efisiensi pemberian air dengan cara peluapan penggenangan bebas adalah rendah,
maka untuk keadaan dengan air yang tersedia tidak berlimpah, orang sering masih memakai
cara peluapan penggenangan, tetapi penggenangan itu dikendalikan.
Gambar 4.1 Cara Peluapan dan Penggenangan Bebas
Sumber : Sudjarwadi 1989.
b. Peluapan Penggenangan Terkendali
Cara yang umum dipakai dalam hal ini adalah penggunaan parit (got) pemberi,
kemudian dari parit pada satu sisi petak sawah, air dimasukkan ke petak tersebut melalui
peluapan-peluapan khusus yang telah ditentukan letaknya maupun ukurannya.
c. Sistem Kalenan
Dalam hal ini, penggenangan hanya diberikan pada kalenan-kalenan yang umumnya
dibuat dengan arah sejajar dengan lajur-jalur tanaman, air diberikan pada parit pemberi dengan
menggunakan pipa.
Gambar 4.3 Sistem Kalenan
Sumber : Sudjarwadi 1989.
d. Pembuatan Cekungan-cekungan Penggenangan
Sistem pemberian air ini umumnya dipakai untuk tanaman buah-buahan dengan
membuat cekungan di bawah tanaman yang akan diairi. Proses pemberian air ke
cekungan tersebut dengan sistem pengairan terbuka.
Pada sistem ini, air dialirkan pada saluran-saluran yang telah mengelilingi suatu petak
sawah, sehingga air dapat meresap ke kiri dan ke kanan. Umumnya diberikan di bawah zone
perakaran dan di atas muka air tanah. Dengan adanya daya kapiler, maka air dapat naik ke atas
sehingga air dapat di serap dan di manfaatkan oleh tanaman.
Gambar 4.5 Cara Resapan dengan Sistem Berbuka
Sumber : Sudjarwadi 1989.
b. Peresapan dengan Saluran Tertutup
Pada sistem ini, pipa yang digunakan adalah pipa berpori atau pipa-pipa yang di beri
lubang-lubang kecil tertentu, selanjutnya kedalaman letak pipa diatur sesuai jenis tanah dan
jenis tanaman, demikian pula jarak pipa disesuaikan dengan keperluan bagi masing-masing
tempat.
Cara ini dipancarkan ke udara dengan menggunakan pipa atau alat pancar yang bisa
berputar untuk memperoleh pemerataan, sehingga air jatuh di atas tanaman yang menyerupai
hujan.
(a) (b)
Pemberian air dengan cara ini yaitu air dialirkan dengan menggunakan pipa-pipa
yang pada tempat tertentu diberi perlengkapan jalur keluarnya (lubang-lubang). Lubang
tersebut diletakkan sedikit di atas tanah tetapi tidak terlalu tinggi, sehingga air dapat
menetes terus-menerus.
Sistem golongan permulaan tidak serentak, tetapi bergiliran menurut jadwal yang
ditentukan dengan maksud lebih efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan dan saat
permulaan pengerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing.
4.4.1 Sistem Giliran Bebas
Di Indonesia sistem pengusahaan sawah menunjukkan adanya sistem giliran yang terjadi
secara tidak sengaja, misalnya karena kurang alat dan tenaga pengolah sawah. Giliran terjadi
dengan sendirinya disebut dengan giliran bebas, dimana anggota golongan sebetulnya tidak
diketahui dengan pasti, tetapi giliran permulaan pengerjaan sawah memang terjadi seolah-olah
secara alamiah. Sistem ini sering disebut giliran alam, yaitu suatu sistem giliran yang terjadi tanpa
direncanakan.
Giliran yang terjadi karena memang direncanakan yang sering disebut giliran teknis, giliran
ini ada tiga cara, yaitu :