Anda di halaman 1dari 38

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Geometrik Jalan Dr. Ratulangi sebagai jalan nasional

Disusun oleh:

RONALD SEVEN NUGROHO

20.023.22.201.175

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO

2023

pg. 1
Daftar Isi

BAB I ....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 8

BAB II ...................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 9

2.1. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................................... 9

2.2. Kerangka Teoritik .................................................................................... 13

2.2.1. Geometrik Jalan .............................................................................. 13

2.2.2. Kondisi Geometrik ........................................................................... 15

2.2.3. Alinyemen Horizontal ...................................................................... 16

2.2.4. Alinyemen Vertikal .......................................................................... 18

2.2.5. Volume (Q) ...................................................................................... 22

2.2.6. Kecepatan (V) .................................................................................. 23

2.2.7. Pengertian Jalan .............................................................................. 24

2.2.8. Kinerja Ruas Jalan............................................................................ 24

pg. 2
2.2.9. Kapasitas Jalan ................................................................................ 26

2.2.10. Klasifikasi Jalan Raya.................................................................... 27

2.2.11. Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer .............................................. 29

2.2.12. Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service).................................... 31

BAB III ................................................................................................................... 34

METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 34

3.1. Metode Penelitian .................................................................................. 34

3.2. Jenis Data Penelitian ............................................................................... 34

3.2.1. Data Primer ..................................................................................... 34

3.2.2. Data sekunder ................................................................................. 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 35

3.4. Variabel Penelitian .................................................................................. 35

pg. 3
ABSTRAK

Naskah ini merupakan proposal awal penelitian yang di

lakaukan di program studi Teknik Sipil,Fakultas Teknik Universitas

Andi Djemma.

Kata Kunci : Penelitian,Lalu lintas,Jalan raya

pg. 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan raya merupakan prasarana perhubungan darat yang

sangat penting dalam menunjang kegiatan pembangunan di Indonesia

khususnya di Kota Palopo. Jalan raya digunakan untuk melakukan

kegiatan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan. (Ady Sutrisno, Slamet Widodo, dan Eti Sulandari).

Jalan raya mempunyai ketentuan penggunaan yang telah diatur

sedemikian rupa, mulai dari kapasitas berat beban, hingga batas

kecepatan maksimum. Selain itu jalan juga diklasifikasikan berdasarkan

status dan kelas jalannya. Perkembangan jalan raya merupakan

merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan kemajuan

teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, kemajuan

teknologi yang sangat cepat dapat mempermudah pekerjaan-pekerjaan

dibidang manapun, salah satunya yaitu bidang teknik sipil. Dalam

bidang teknik sipil salah satunya yaitu adanya perencanaan jalan

dimana salah satunya yaitu perencanaan geometrik jalan.

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari

perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinyemen horizontal dan

alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan

yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas

sesuai dengan kecepatan yang direncanakan. Secara umum

perencanaan geometrik terdiri dari aspek-aspek perencanaan trase

jalan, badan jalan yang terdiri dari bahu jalan dan jalur lalu lintas,

pg. 5
tikungan, drainase, kelandaian jalan serta galian dan timbunan. Tujuan

dari perencanaan geometrik jalan menghasilkan infrastruktur yang

aman, efisieni pelayanan arus lalu lintas dan maksimalkan rasio tingkat

penggunaan atau biaya pelaksanaan. (Sukirman Silvia, 1999)

Hal yang menjadi dasar perencanaan geometri adalah sifat

gerak dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan

gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal tersebut

haruslah menjadi bahan pertimbangan perencanaan sehingga

dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang

memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan. (Silvia

Sukirman, 1999).

Pada penelitian ini, diambil lokasi di jalan Dr. Ratulangi Kota

Palopo, yang merupakan jalan nasional. Walaupun jalan tersebut sudah

memenuhi standar, tetapi jalan tersebut masih rawan terhadap

kecelakaan. Untuk itu diperlukan tinjauan terhadap geometrik dan

kinerja jalan tersebut untuk mengetahui hal apa yang harus dilakukan

sebagai langkah penyelesaian masalah yang terjadi pada jalan dr.

Ratulangi Kota Palopo khususnya di daerah Batu, kecamatan

Telluwanua KM 9.

Disepanjang ruas jalan dr. Ratulangi terdapat sarana

pemerintahan, dan sekitarnya juga terdapat kawasan pemukiman,

perdagangan dan jasa, serta pendidikan, sehingga pada saat jam

puncak di sekitar jalan tersebut sering terjadi konflik dari bergeraknya

arus lalu lintas yang menyebabkan terjadinya kemacetan dan

ketidakteraturan di sepanjang ruas jalan.

pg. 6
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakahjalan Dr. Ratulangi sebagai jalan

Nasional sudah memenuhi standar dalam klasifikasi jalan arteri primer

jika ditinjau dari geometrik dan kinerjanya?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui standar geometrik dan kinerja jalan arteri primer pada

ruas jalan Dr. Ratulangi, Batu, kecamatan Telluwanua KM 9 Kota

Palopo.

1.4. Batasan Masalah

Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka batasan

masalah yang diambil adalah:

Tinjauan geometrik dan kinerja jalannya hanya dilakukan pada area

yang ingin di teliti.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari tinjauan ini diharapkan mampu memberikan solusi

untuk Pemerintahan khususnya Kota Palopo, dan digunakan sebagai

acuan untuk mengevaluasi kondisi geometrik jalan. Khususnya jalan

arteri primer.

pg. 7
1.5. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar yang

kuat dalam melakukan penelitian ini. Selain itu, pembahasan teori

tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam memahami konsep yang

digunakan dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut dapat berupa

penelitian-penelitian sebelumnya seperti jurnal, tesis, dan literature

lainnya.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang langkah-langkah atau kegiatan dalam pelaksanaan

penelitian yang mencerminkan alur berpikir dari awal hingga selesai,

dari proses pengambilan data-data menunjang pengerjaan.

pg. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Ady Sutrino, Slamet Widodo, Eti Sulandari. Tinjauan Geometrik

Jalan Nasional Pada KM 215+000 Sampai 259+500, kabupaten

Sanggau Kalimantan Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengevaluasi kinerja jalan akibat aktivitas terminal bayangan

Cileunyi sebagai bentuk hambatan samping dengan menghitung

kinerja jalan yaitu kecepatan, kapasitas, derajat kejenuhan, dan

tingkat pelayanan jalan.

2. Komala Erwan, Elsa Tri Mukti, Rudi S. Suyono. Tinjauan

Geometik Jalan dan Kinerja Jalan Dalam Penentuan Rute

pergerakan Angkutan Barang (Studi Kasus : Kota Pontianak).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kendaraan

angkutan barang (kendaraan berat) yang sesuai dengan kondisi

geometrik serta kinerja jalan Kota Pontianak. Hasil penelitian:

a. Untuk masing-masing gudang yang disurvey, diperlukan waktu 4

sampai 6 hari. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh jumlah rata-rata kendaraan angkutan per hari,

karena untuk setiap harinya jumlah kendaraan angkutan yang

beroperasi tidaklah tetap tetapi bervariasi. Dari hasil survey asal

tujuan yang telah dilakukan mulai tanggal 6 Agustus 2007

sampai dengan tanggal 3 September 2007.

b. Dari survey yang telah dilakukan di lapangan, jenis/merk truk

yang digunakan untuk mendistribusikan barang di Kota

pg. 9
Pontianak sebagian besar merupakan jenis/merk Mitsubishi dari

type 110 PS. 125 PS dan 136 PS. Sedangkan untuk merk

lainnya lebih jarang atau sedikit digunakan. Untuk truk-truk

tronton yang membawa peti kemas dan berdimensi lebih besar

didominasi dari jenis/merk Hino dan Mitsubishi Fuso serta

sejumlah kecil dari jenis/merk Nissan dan Hyundai.

3. M.Azmi Maulana, Komala Erwan. Eti Sulandari. Studi Kelayakan

Geometrik Jalan Pada Ruas Jalan Sanggau – Sekadau. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi eksisting geometrik

tikungan pada Kabupaten Sanggau apakah masih memenuhi syarat

atau standar PGJR tahun 1997, UU jalan No.38 tahun 2004 dan

peraturan mentri PU Nomor 19 tahun 2011 tentang jalan dan

memberikan solusi perbaikan geometrik tikungan. Hasil penelitian:

a. Berdasarkan UU Nomor 34 tahun 2006 jalan Provinsi Sanggau

– Sekadau Kalimantan Barat termasuk jalan Nasional

b. Berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2009 jalan kolektor primer

termasuk jalan kelas III.

c. Pada tikungan 6 kondisi eksisting tikungan ini jenis tikungan

spiral – circle - spiral dengan sudut tangen 117.204 kecepatan

30 km/jam dan memiliki lebar jalan 5.00 m, dengan superelevasi

maksimum 2.13% dan kecepatan mengemudi kendaraan 34401

km/jam.

4. Dwijayanto Pribadi, M.J. Paransa, T.K. Sendow, L.J. Undap.

Tinjauan Geometrik Jalan pada Ruas Jala Airmadidi-Tondano

Menggunakan Alat Bantu GPS. Tujuan dari penelitian ini adalah

pg. 10
untuk mendapatkan data elevasi dan titik koordinat jalan dalam

waktu yang singkat menggunakan GPS (Global Positioning System),

sehingga dapat mengetahui dengan cepat lokasi-lokasi yang

nantinya akan dijadikan sebagai lokasi penigkatan ruas jalan.

Hasil penelitian : pada lokasi penelitian yaitu ruas jalan Airmadidi-

Tondano, dengan menggunakan mobil peneliti melakukan tracking

pada pagi hari dimana kondisi cuaca cerah yang juga berpengaruh

pada banyaknya penangkapan satelit. Tracking yang dilakukan

sepanjang ruas jalan Airmadidi-Tondano diupayakan berada pada

as jalan eksisting. Dari hasil tracking diperoleh informasi data

koordinat dan elevasi sepanjang ruas jalan Airmandidi-Tondano

hanya dalam waktu satu jam dimana dari kedua data ini peneliti bisa

menarik kesimpulan dengan cepat apakah ruas jalan ini sudah

memenuhi standar criteria perencanaan sehubungan dengan

kecepatan rencana, dengan catatan bahwa panjang segmen jalan

yang menjadi lokasi penelitian adalah ≥ 3,00 km yang artinya bahwa

penelitian hanya membutuhkan waktu sebesar 10 menit untuk

mendapatkan data koordinat dan elevasi menggunakan GPS (rata-

rata kecepatan kendaraan peneliti adalah 30 km/jam). Selanjutnya

data hasil tracking ini akan diolah menggunakan program

mapsource yang hasilnya kemudian diimpor kedalam program

Autocad Land Desktop 2007 untuk menentukan lokasi yang akan

menjadi titik awal dan titik akhir dari penelitian, dimana daerah

tinjauan dipilih yang banyak memiliki tikungan.

pg. 11
5. Arif Yanto, Waode Rezki Ummayah Rizikan, Muh. Husni Maricar, Ali

Mallombasi, Watono. Tinjauan Perencanaan Geometrik Jalan

Menggunakan Peta Google Earth dan Pengukuran Langsung.

Tujuan Penelitian :

a. Memperoleh perbedaan pemetaan topografi yang diperoleh dari

google earth dengan data ukur langsung pada geometrik ruas

jalan Passobbo-Matangli-Masuppu. Kabupaten Tana Toraja.

b. Menganalisis jumlah pengukuran biaya, waktu, dan tenaga

dalam proses pengukuran Geometrik jalan menggunakan Google

Earth dibandingkan dengan pengukuran langsung.

6. Joko Sumarsono Masloman. Tinjauan Perencanaan Geometrik

Jalan Nasional “Ruas Strategis Nasional Tolinggula-Marisa IV”.

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. Menentukan bentuk trase yang ideal dengan mempertimbangkan

sisi ekonomis dan kenyamanan dengan ditunjang nilai

strukturalnya yang baik.

b. Tinjauan geometrik jalan yang sesuai untuk ruas strategis

nasional Tolinggula – Marisa IV terutama perencanaan alinemen

vertikal dan alinemen hotizontal.

c. Menghitung kelandaian berdasarkan perbandingan elevasi tanah

asli dan elevasi rencana.

7. Wira Sakti Kusuma, Lalu Hardi Wijaya, Aminullah. Tinjauan

Perencanaan Geometrik Jalan Studi Kasus Pada Ruas Jalan

Provinsi Rembiga (Batas Kota) – Pemenang. Tujuan Penelitian :

pg. 12
a. Mengevaluasi perencanaan geometrik pada ruas jalan Provinsi

Rembiga (Batas Kota) – Pemenang sesuai dengan

perencanaan.

b. Mengevaluasi besarnya alinemen horizontal pada ruas jalan

Provinsi Rembiga (Batas Kota) – Pemenang.

2.2. Kerangka Teoritik

2.2.1. Geometrik Jalan

Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan

yang menitikberatkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen

vertikal, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yang

memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas sesuai

dengan kecepatan yang direncanakan.

Secara umum perencanaan geometrik terdiri dari aspek-aspek

perencanaan trase jalan, badan jalan yang terdiri dari bahu jalan

dan jalur lalu lintas, tikungan, drainase, kelandaian jalan, serta

galian dan timbunan. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan

adalah dihasilkannya infrastruktur yang aman, efisien dalam

meayani arus lalu lintas, serta memaksimalkan rasio tingkat

penggunaan/biaya pelaksanaan. (Silva Sukirman, 2010).

Adapun Karakteristik Geometrik diantaranya:

a. Tipe Jalan

Menurut MKJI 1997, berbagai tipe jalan akan

menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalu

lintas tertentu, misalnya jalan terbagi, jalan tak terbagi,

dan jalan satu arah. Tipe jalan dibagi menjadi:

pg. 13
- Jalan dua lajur dua arah (2/2UD)

- Jalan empat lajur dua arah tanpa median (4/2UD)

- Jalan empat lajur dua arah dengan median (4/2D)

- Jalan enam jalur dua arah dengan median (6/2D)

- Jalan satu arah (1-3/1)

Gambar 2.1 tipe jalan

b. Lebar Jalur

Menurut MKJI 1997, lebar jalur lalu lintas adalah lebar

jalan untuk keperluan lalu lintas berupa perkerasan dan

dapat dibagi beberapa lajur.

Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan

jalan ynag diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan.

Lebar jalur lalu lintas merupakan bagian jalan yang paling

menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan.

Sukirman (1994).

c. Bahu Jalan

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan

dengan jalur lalu lintas. Kecepatan dan kapasitas jalan

pg. 14
akan meningkatkan bila lebar bahu semakin lebar.

Sukirman (1994).

d. Trotoar dan Kereb

Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan

jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan

kaki. Sedangkan kereb menurut MKJI (1997) merupakan

batas antara jalur lalu lintas dan trotoar yang

berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada

kapasitas dan kecepatan. Kapasitas jalan dengan kereb

lebih kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas

berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat tepi jalur

lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb

atau bahu.

2.2.2. Kondisi Geometrik

Menurut Tamin (2008), Rincian data inventartisasi prasarana jalan

meliputi:

a. Desain Geometrik, meliputi:

1. potongan melintang yang terperinci, termasuk lebar jalan,

daerah milik jalan, jumlah dan lebar lajur, jalur lambat,

median, bahu jalan ynag diperkeras, fasilitas pejalan kaki,

kerb, dan lain-lain.

2. persimpangan, meliputi geometrik dan radius membelok

3. Alinyemen Horizontal, meliputi panjang ruas, bagian jalan

yang lurus dan lengkung, jari-jari tikungan dan

superelevasi.

pg. 15
4. Alinyemen Vertikal, meliputi jalan yang mendatar,

kelandaian naik turun.

b. Pengendalian Lalu Lintas meliputi:

1. rambu lalu lintas dan marka jalan, meliputi lokasi, jenis

dan ukuran.

2. lampu lalu lintas dan lampu penerangan, meliputi lokasi

dan jenis.

3. persimpangan, meliputi dimensi, radius membelok, lokasi

dan jenis pengendalian, dan lampu penerangan.

4. parkir dan akses, meliputi lokasi setiap akses, parkir

dibahu jalan dan bukan dibadan jalan, dan cara

pengendalian parkir.

c. Tata Guna Lahan, meliputi; informasi jenis bangunan,

penghalang terhadap jarak pandang bebas serta objek ynag

menghalangi kelancaran lalu lintas dan pejalan kaki seperti

warung, pedagang kaki lima, pot bunga, dan lain-lain.

d. Fasilitas jalan lainnya, meliputi; drainase, saluran air limbah,

kabel, dan lain-lain.

2.2.3. Alinyemen Horizontal

Alinyemen Horizontal adalah trase suatu jalan yang

merupakan garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang

peta. Trase jalan tersebut biasanya dinamakan gambar situasi jalan

atau denah jalan yang menunjukkan arah dari jalan yang

bersangkutan. Trase merupakan susunan dari potongan-potongan

pg. 16
garis lurus (tangen) yang satu sama lain dihubungkan dengan

lengkungan (curva) sehingga membentuk tikungan.

Untuk merancang suatu alinyemen horizontal, yang pertama

kali dilakukan ialah penentuan fungsi dan kelas jalan, yang

didasarkan pada sifat dan volume lalu lintas yang lewat pada jalan

tersebut serta keadaan medannya. Akan tetapi perlu juga

memperhatikan dana yang tersedia.

Terdapat bentuk bagian lengkung pada tikungan yakni:

1. Spiral – Circle – Spiral (SCS)

Lengkung SCS merupakan lengkung yang terdapat lengkung

peralihan (spiral) pada kedua sisi lingkaran (circle).

Berdasarkan gambar diatas, diketahui titik LS atau lengkung

peralihan yang berada di antara bagian jalan yang lurus dengan

bagian lingkaran.

Nilai lengkung peralihan (LS) dapat dihitung dengan persamaan

berikut:

𝑉𝑅
𝐿𝑠 = 𝑥𝑇
3,6

Dimana:

LS = Panjang lengkung peralihan (m)


VR = Kecepatan kendaraan rencana (km/jam)
T = Waktu tempuh, ditetapkan 2 detik

pg. 17
2. Full Circle (FC)
Full Circle merupakan jenis tikungan yang hanya terdiri dari

suatu bagian lingkaran saja. Penggunaan tikungan full circle

hanya pada tikungan yang memiliki jari-jari tikungan (R) yang

besar saja. Jari-jari tikungan yang kecil akan mengakibatkan

bagian tepi perkerasan sebelah luar terjadi patahan.

Persamaan yang digunakan pada tikungan full circle.

𝑇𝑐 = 𝑅𝑐 tan 1⁄ Δ
2
𝐸𝑐 = 𝑇𝑐 tan 1⁄ Δ
4

Δ2πRc
𝐿𝑐 =
360

3. Spiral – Spiral

Gambar 2.4. Spiral-Spiral

Lengkung SS merupakan jenis tikungan yang hanya terdiri dari

spiral saja tanpa adanya circle.

2.2.4. Alinyemen Vertikal

pg. 18
Alinyemen Vertikal adalah perpotongan bidang vertikal

dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan

untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing

perkerasan untuk jalan dengan median. Sering kali disebut juga

sebagai penampang memanjang jalan.

Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya

biaya pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang

mengikuti muka tanah asli akan mengurangi pekerjaan tanah, tetapi

mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak

mempunyai tikungan.

Gambar 2.5. Alinyemen vertikal

Lengkung Vertikal dalam hal ini adalah lengkung vertikal

cekung dan lengkung vertikal cembung. Lengkung vertikal cekung

merupakan kelandaian yang berada di bawah permukaan tanah,

sedangkan lengkung vertikal cembung merupakan kelandaian yang

berada di atas permukaan tanah. Penggunaan lengkung vertikal

digunakan untuk mengurangi gerakan akibat perubahan kelandaian

pg. 19
dan memberikan jarak pandang henti yang cukup. Berdasarkan

peraturan Bina Marga (1997), nilai lengkung vertikal cekung dan

cembung berdasarkan jarak pandang henti dapat ditentukan

dengan persamaan berikut:

1. Lengkung vertikal cembung.

Gambar 2.6.lenkung vertikal untuk Jh < L

Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung

vertikal, maka Jh <L

𝐴 𝑥 𝐽ℎ 2
𝐿=
399

Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal,

maka Jh > L

399
𝐿 = 2𝐽𝐻 −
𝐴

2. Lengkung vertikal cekung

pg. 20
Gambar 2.7 lenkung vertikal untuk Jh > L

Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal,

maka Jh < L

𝐴 𝑥 𝐽ℎ 2
𝐿=
120 + 3,5 𝐽ℎ

Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal,

maka Jh > L

120 + 3,5 𝑗ℎ
𝐿 = 2JH
𝐴

Dimana :

L = Panjang lengkungvertikal (m)

A = Perbedaan aljabar landai (%)

Jh =Jarak pandanghenti (m)

Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh

berbagai pertimbangan seperti:

a. Kondisi tanah dasar

b. Keadaan medan

c. Fungsi jalan

d. Muka air banjir

e. Muka air tanah

f. Kelandaian yang masih memungkinkan

VR (km/h) 100 90 80 70 60 50
pg. 21
A Kelandaian
5 5 6 6 7 8
Maksimum(%)
l

inyemen vertikal disebut juga penampang jalan yang terdiri dari

garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut

dapat datar, mendaki, atau menurun, biasa disebut berlandai

Table 2.1.Kelandaian Maksimum

2.2.5. Volume (Q)

Menurut MKJI (1997), volume adalah jumlah kendaraan

ynag melewati satu titik pengamatan selama periode waktu tertentu.

Dalam mengukur jumlah arus lalu lintas, biasanya dinyatakan dalam

kendaraan per hari, SMP per jam, dan kendaraan permenit.

Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetap

pada jam dalam satuan waktu, volume lalu lintas dapat dihitung

dengan menggunakan rumus (Morlok, E.K.c 1991) berikut:


𝑛
V= 𝑡

Keterangan:

V = volume lalu lintas yang melalui satu titik

n = jumlah kendaraan yang melalui titik itu dalam interval waktu

pengamatan

t = waktu pengamatan

penggolongan tipe kendaraan untuk jalan dalam kota berdasarkan

MKJI (1997) adalah sebagai berikut:

pg. 22
a. Kendaraan ringan/ light vehicle (LV)

Kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar

berjarak 2,0 m – 3,0 m (termasuk kendaraan penumpang,

opelet, makro bis, angkot, mikro bis, pick-up, dan truk kecil).

b. Kendaraan berat/heavy vehicle (HV)

Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m,

biasanya beroda lebih dari empat, (meliputi: bis, truk dua as,

truk tiga as, dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi Bina

Marga).

c. Sepeda motor/Motor cycle (MC)

Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda (termasuk

sepeda motor, kendaraan roda tiga sesuai sistem Bina Marga).

d. Kendaraan tak bermotor/Unmotorised (UM)

Kendaraan bertenaga manusia atau hewan (meliputi sepeda,

becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi

Bina Marga).

NILAI NORMAL UNTUK KOMPOSISI LALU LINTAS


persentase jenis kendaraan
Ukuran Kota
kendaraan ringan kendaraan berat sepeda motor
1 2 3 4
<0,1 45 10 45
0,1 - 0,5 45 10 45
0,5 - 1,0 67 9 38
1,0 - 3,0 60 8 32
>3,0 69 7 24
Tabel 2.2. Komposisi lalu lintas pada ruas jalan

2.2.6. Kecepatan (V)

pg. 23
Menurut MKJI (1997), kecepatan tempuh didefinisikan

sebagai kecepatan rata-rata dari kendaraan ringan (LV) sepanjang

segemen. Dimana:

V = L/TT

V = kecepatan sesaat (km/jam)

L = panjang segemen

TT = waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen

2.2.7. Pengertian Jalan

Menurut UU No. 38 tahun 2004, jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, dibawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali

jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Tabel 2.3.Kelas jalan, fungsi, ukuran kendaraan, dan muatan sumbu terberat.

2.2.8. Kinerja Ruas Jalan

pg. 24
Kinerja ruas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk

melayani kebutuhan arus lalu lintas sesuai dengan fungsinya yang

dapat diukur dan dibandingkan dengan standar tingkat pelayanan

jalan. nilai tingkat pelayanan jalan dijadikan sebagai parameter

kinerja ruas jalan.

Menurut Tamin (2008) beberapa kinerja yang dibutuhkan dapat

diterangkan sebagai berikut:

a. NVK/DS, menunjukkan kondisi ruas jalan dalam melayani

volume lalu lintas yang ada.

b. Kecepatan Perjalanan Rata-rata, dapat menunjukkan waktu

tempuh dari titik asal ke titik tujuan di dalam wilayah pengaruh

yang akan menjadi tolak ukur dalam pemilihan rute perjalanan

secara analisa ekonomi.

c. Tingkat pelayanan, indikator yang mencakup gabungan

beberapa parameter, baik secara kuantitatif maupun kualitatif,

dari ruas jalan dan persimpangan. Penentuan tingkat pelayanan

ini akan disesuaikan dengan kondisi arus lalu lintas yang ada di

Indonesia.

Nilai NVK/DS untuk ruas jalan dan persimpangan di

dalam “daerah pengaruh” akan didapatkan berdasarkan hasil

survey volume lalu lintas di ruas jalan dan persimpangan serta

survey geometrik untuk mendapatkan besarnya kapasitas pada

saat ini. Perhitungan besarnya kapasitas suatu ruas jalan dapat

menggunakan rumus menurut Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI, 1997).

pg. 25
Selanjutnya, besarnya volume lalu lintas pada masa

mendatang akan dihitung berdasarkan analisa peramalan lalu

lintas. Besarnya faktor pertumbuhan normal dan tingkat

pertumbuhan bangkitan yang ditimbulkan oleh pembangunan.

Parameter kecepatan perjalanan didapatkan dari hasil survey

kecepatan dengan mengikuti kendaraan bergerak. Bersamaan

dengan itu akan didapatkan nilai waktu perjalanan rata-rata

antar titik-titik asal-tujuan di dalam “daerah pengaruh” serta nilai

tundaan selama perjalanan tersebut. Besarnya kecepatan

perjalanan rata-rata pada saat sekarang maupun yang akan

datang dari setiap ruas jalan akan menjadi masukan bagi

analisis ekonomi dalam kaitannya dengan perhitungan benefit

(keuntungan) berdasarkan besarnya nilai waktu yang berlaku.

Indikator Tingkat Pelayanan (ITP) pada saat ruas jalan

menunjukkan kondisi secara keseluruhan ruas jalan tersebut.

Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif

seperti NVK, kecepatan perjalanan, dan faktor lain yang

ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti kebebasan

pengemudi dalam memilih kecepatan, derajat hambatan, lalu

lintas, serta kenyamanan.

2.2.9. Kapasitas Jalan

Defenisi kapasitas jalan yaitu arus maksimum melalui suatu

titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi

tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk

arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan

pg. 26
banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per

lajur.

Berikut persamaan dasar untuk menentukan kapasitas.

C = C0 x FCW x FCSF x FCCS

Dimana :

C = kapasitas (smp/jam)

C0 = kapasitas dasar (smp/jam)

FCW = faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = faktor penyesuaian pembagian arah

FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping dan kerb

FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota

2.2.10. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali

harus diidentifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan.

karena kriteria desain suatu rencana jalan yang ditentukan dari

standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan raya. Klasifikasi jalan

raya dibagi dalam beberapa kelompok (TPGJAK

Np.038/T/BM/1997), yaitu:

a. Klasifikasi menurut fungsi jalan

3. Jalan Arteri

Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama

dengan cirri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata

tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

pg. 27
4. Jalan kolektor

Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan

pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak

sedang. Kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah masuk

dibatasi secara efisien.

5. Jalan Lokal

Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat

dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata

rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

b. Klasifikasi menurut kelas jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan

kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas yang

dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST), dalam

klasifikasi menurut fungsi,

kelas beban, dan medan. Disusun pada tabel berikut:

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat (ton)

I >10
arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB
Lokal IIIC tidak ditentukan

jenis medan Notasi kemiringan medan (%)

Datar D <3
Perbukitan B 3-25
Pegunungan G <25

pg. 28
Tabel 2.4. Ketentuan klasifikasi: fungsi, kelas beban, medan

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Administratif)

sesuai PP.

No.26/1985 : Jalan Nasional, Jalan Provinsi

Jalan Kabupaten/Kotamadya

Jalan Desa dan Jalan Khusus

Keterangan : Datar (D), Perbukitan (B) dan Pegunungan (G)

c. Klasifikasi jalan menurut volume lalu lintas

Menurut peraturan perencanaan geometrik jalan raya

(PPGJR) No.13 tahun 1970, klasifikasi jalan dikelompokkan

menurut kapasitas lalulintas harian rata-rata (LHR) yang dilayani

dalam satuan SMP.

No Fungsi Kelas Lalulintas Harian (smp)


1 Jalan Arteri I >20000
IIA 6000-20000
2 Jalan Kolektor IIB 1500-8000
IIC <2000
3 Jalan Lokal III -

Tabel 2.5. Klasifikasi jalan dalam LHR

2.2.11. Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jarigan jalan

sebagaimana tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia

Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan dan peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan.

pg. 29
Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer merupakan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan

semua wilayah di tingkat Nasional dengan menghubungkan semua

simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

Sistem Jarigan Jalan Arteri Primer adalah sistem jaringan

jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak

terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan. Pusat-

pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai

jangkauan pelayanan Nasional, Wilayah, dan Lokal.

Adapun kriteria jalan arteri primer adalah sebagai berikut:

a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana

paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam (km/jam).

b. Lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 (sebelas)

meter.

c. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara

efisien, yakni jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak

boleh lebih pendek dari 500 meter.

d. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan

pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.

e. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari

volume lalu lintas rerata.

f. Besarnya volume lalu lintas harian rerata pada umumnya lebih

besar dari fungsi jalan yang lain.

pg. 30
g. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti

rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan

jalan, dan lain-lain.

h. Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan

untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

i. Jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan media jalan.

Ciri-ciri jalan arteri primer adalah sebagai berikut:

a. Jalan arteri primer dalam Kota merupakan terusan jalan arteri

primer luar Kota.

b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.

c. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas

regional; untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh

lalu lintas ulang alik, dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal.

d. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus

dapat diijinkan melalui jalan ini.

e. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.

f. Jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat pada

setiap jarak 25 km.

2.2.12. Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)

Menurut Tamin (2008), terdapat dua defenisi tingkat pelayanan

pada ruas jalan yang perlu dipahami antara lain:

a. Tingkat pelayanan tergantung arus lalu lintas

Berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan yang

tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas.

Mempunyai 6 buah tingkatan:

pg. 31
1. Tingkat pelayanan A : arus bebas

2. Tingkat pelayanan B : arus stabil (untuk merancang

jalan antar kota)

3. Tingkat pelayanan C : arus stabil (untuk merancang

jalan perkotaan)

4. Tingkat pelayanan D : arus mulai tidak stabil

5. Tingkat pelayanan E : arus tidak stabil (tersendat –

sendat)

6. Tingkat pelayanan F : terhambat (berhenti, antri, macet)

b. Tingkat pelayanan tergantung fasilitas

Hal ini sangat tergantung pada tingkat fasilitas, bukan

pada arusnya. Jalan bebas hambatan mempunyai tingkat

pelayanan yang tinggi, sedangkan jalan yang sempit

mempunyai tingkat pelayanan ynag rendah.

Tingkat Layanan Karekteristik Batas Lingkup

(LOS) (V/C)

Kondisi arus bebas dengan kecepatan

A tinggi, pengemudi memilih kecepatan 0,0 – 0,20

yang diinginkan tanpa hambatan

Arus stabil tetapi kecepatan operasi

mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas.

B Pengemudi memiliki kebebasan yang 0,21 – 0,44

cukup untuk memilih kecepatan.

pg. 32
Arus stabil tetapi kecepatan dan gerak

C kendaraan masih dikendalikan. 0,45 – 0,74

Pengemudi dibatasi dalam memilih

kecepatan.

Arus mendekati tidak stabil,

D kecepatan masih dikendalikan, Q/C 0.75 – 0,84

masih dapat ditolerir.

Volume lalu lintas mendekati/berada

E pada kapasitas arus tidak stabil, 0,85 – 1,00

terkadang berhenti.

Arus yang dipaksakan/macet,

kecepatan rendah, V diatas kapasitas,

F antrian panjang dan terjadi hambatan-

hambatan yang besar.

Tabel 2.6. Karakteristik tingkat pelayanan (MKJI, 1997)

pg. 33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dapat dipergunakan berbagai

macam metode yang sejalan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk

penyusunan suatu laporan atau penelitian itu sendiri. Berdasarkan judul

yang diangkat, metode penelitian yang akan digunakan adalah metode

penelitian gabungan. Tujuan penelitian gabungan yaitu untuk

lebihmemahami masalah penelitian dengan mengonversi (atau

mentriangulasi) data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data

kualitatif yang berupa rincian-rincian deskriptif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan meneliti dan melihat kondisi

ruas jalan eksisting menggunakan data yang telah ada. Dilanjutkan

dengan mengevaluasi kondisi ruas jalan eksisting tersebut

menggunakan metode Bina Marga 1997. Selanjutnya, menghitung

kecepatan, kepadatan, dan volume.

3.2. Jenis Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis

yakni data primer dan data sekunder.

3.2.1. Data Primer

Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan

dari sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti.

Sederhananya, sumber data primer adalah wawancara dengan

subjek penelitian baik secara observasi ataupun pengamatan

langsung.

pg. 34
3.2.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain

yang telah ada, sehingga peneliti tidak mengumpulkan data

langsung dari objek yang diteliti.

Data-data ini diambil ketika observasi atau jika ada

permintaan data yang dibutuhkan kepada sumber data. Data-data

ini berupa:

1. Buku-buku yang berkaitan dengan geometrik jalan raya dan

rekayasa lalu lintas.

2. Data geometrik dan data lalu lintas di ruas jalan tersebut.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan melakukan Survei lapangan dan juga pengambilan data

dilakukan secara observasi ke lembaga-lembaga terkait untuk

pemenuhan data geometrik dan data lalu lintas yang diperlukan untuk

mengevaluasi ruas dan lalu lintas jalan yang akan ditinjau. Selain itu,

teknik wawancara dan pengambilan dokumentasi juga akan dilakukan

untuk menunjang penelitian.

3.4. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Data Penunjang Geometrik

Data penunjang geometrik ini terdiri dari data kelas jalan, klasifikasi

jalan, kecepatan rencana, volume rencana dan kepadatan rencana.

b. Data Alinyemen Horizontal

pg. 35
Alinyemen horizontal didefinisikan sebagai proyeksi sumbu jalan

pada bidang horizontal. Yang termasuk data yang dimaksud disini

adalah panjang bagian lurus, tikungan, jari-jari tikungan, lengkung

peralihan, superelevasi, pelebaran di tikungan dan tikungan

gabungan.

c. Data Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal didefinisikan sebagai perpotongan bidang vertikal

dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan.

yang termasuk data yang dimaksud disini adalah landai maksimum,

panjang kritis, lengkung vertikal, panjang lengkung vertikal, lajur

pendakian dan koordinasi alinyemen.

d. Data Lalu Lintas

Data lalu lintas diperlukan untuk menghitung Metode Greenshield

dan data yang dibutuhkannya adalah data kecepatan, kepadatan

dan volume.

pg. 36
DAFTAR PUSTAKA

Ady Sutrisno, Slamet Widodo, Eti Sulandari. Tinjauan Geometrik Jalan

Nasional Pada KM 215 + 000 Sampai 259 + 500, Kabupaten Sanggau

Kalimantan Barat.

Komala Erwan, Elsa Tri Mukti, Rudi S. suyono. Tinjauan Geometrik

Jalan dan Kinerja jalan Dalam Penentuan Rute Pergerakan Angkutan Barang

(Studi Kasus: Kota Pontianak.

Hetty Fadriani, Novalita, Andrew Ghea Mahardika, Ika Sartika, Asep

Suhana (2021). Evaluasi kinerja jalan arteri primer akibat aktivitas terminal

bayang.

M. Azmi Maulana, Komala Erwan, Eti Sulandari. Studi kelayakan

geometrik jalan pada ruas jalan sanggau – sekadau.

Dwijayanto Pribadi, M.J. Paransa, T.K. Sendow, L.J. Undap. Tinjauan

Geometrik Jalan pada Ruas Jala Airmadidi-Tondano Menggunakan Alat Bantu

GPS.

Joko Sumarsono Masloman. Tinjauan Perencanaan Geometrik Jalan

Nasional “Ruas Strategis Nasional Tolinggula-Marisa IV”

Arif Yanto, Waode Rezki Ummayah Rizikan, Muh. Husni Maricar, Ali

Mallombasi, Watono. Tinjauan Perencanaan Geometrik Jalan Menggunakan

Peta Google Earth dan Pengukuran Langsung.

Sudarmanto, B. (2016). Manajemen Lalu Lintas di Jalan Raya.

Penerbit Andi.

Mulyono, S. (2018). Teknik Perencanaan Jalan Raya. CV. Mandar

Maju.

pg. 37
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2017). Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI) 2017. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Fisu, A. A. (2018). Analisis Lokasi Pada Perencanaan Terminal

Topoyo Mamuju Tengah. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 3(1),

1-12.

Fisu, A. A. (2016). Potensi Demand Terhadap pengembangan Kanal

Jongaya & Panampu Sebagai Moda Transportasi (Waterway) di Kota

Makassar. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 3(3), 285-298.

Fisu, A. A. (2016). Analisis dan Konsep Perencanaan Kawasan

Pelabuhan Kota Penajam Sebagai Pintu Gerbang Kab. Penajam Paser Utara

kalimantan Timur. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 1(2), 125-

136.

Fisu, A. A. (2019). Merawat Nilai Membangun Kota

Fisu, A. A., & Didiharyono, D. (2020, April). Economic & Financial

Feasibility Analysis of Tarakan Fishery Industrial Estate Masterplan. In IOP

Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 469, No. 1, p.

012002). IOP Publishing.

Hafid, Z., Fisu, A. A., Humang, W. P., & Natsir, R. (2022). Application

of The PPP Scheme on The Tourism-Transportation, Case Study: The Concept

Of Palopo City Tourism. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 7(1),

35-52.

pg. 38

Anda mungkin juga menyukai