I. Deskripsi Capaian
Memahami hakikat nilai-nilai masa kini Versus nilai-nilai Kristiani. Pada elemen ini,
peserta binaan memahami nilai-nilai masa kini yang mempengaruhi kehidupan orang
beriman, mencermati bentuk-bentuk gaya hidup masa kini dan dampaknya bagi
kehidupan serta membandingkannya dengan nilai-nilai kristiani yang menjadi penuntun
hidup orang beriman.
Pada elemen ini, peserta binaan memahami nilai-nilai masa kini yang
mempengaruhi kehidupan orang beriman, mencermati bentuk-bentuk gaya hidup masa
kini dan dampaknya bagi kehidupan serta membandingkannya dengan nilai-nilai kristiani
yang menjadi penuntun hidup orang beriman.
Alkitab sebagai filter atau penyaring bagi nilai-nilai modern. Mengacu pada nilai-
nilai iman, maka peserta binaan dapat menentukan pilihan, nilai manakah yang dapat
dijadikan pegangan hidup dan nilai apa saja yang harus dikritisi dan ditolak. Pada
pembelajaran materi, penting untuk memberikan penekanan terhadap nilai-nilai yang
sesuai dengan ajaran iman Kristen. Berbagai persoalan yang muncul sebagai akibat
negatif dari nilai-nilai modern juga perlu dipelajari. Misalnya pergaulan bebas beserta
dampak-dampaknya, HIV AIDS, Penggunaan obat- obat terlarang dan dampaknya bagi
kehidupan remaja dan orang dewasa.
III. Pengantar
IV. Pembahasan
1. Gaya Hidup Masa Kini: Workaholic, Berpikir Instan, Pergaulan Bebas, Hedonis,
Anti Sosial, Konsumtif, Individualistis, Materialistis
a. Workaholic
Definisi workaholic menurut Killinger (1997), yaitu pola perilaku di tempat
kerja yang ditandai dengan jam kerja yang lebih panjang, tuntutan kerja yang
berlebihan, dan pengucilan dari sebagian besar aktivitas di bidang kehidupan
selain pekerjaan. Spence & Robbins (1992) menjelaskan bahwa karyawan yang
workaholic adalah Orang yang sangat terlibat di tempat kerja dan merasa
terpaksa bekerja karena tekanan internal, tuntutan pekerjaan, dan kurangnya
kesenangan di tempat kerja. Gaya Hidup yang Workaholik dengan membayar
semua konsekuensinya. 1Seorang Workaholic seringkali mengonsumsi obat-
obat sumplemen yang mempertinggi daya tahan tubuhnya. Atau menikmati
hiburan dan santai sepuasnya. Mereka bergerak bagaikan robot yang mengejar
setoran, baru berhenti bila tubuh mulai merasa mengeluh atau mendapatkan
serangan mendadak (Sudden death). Masih muda, tetapi sudah kena stroke
atau pikun.2
b. Berpikir Instan
Berpikir instan adalah berpikir yang serba cepat, mudah dan tidak mau
mengikuti proses demi proses. Budaya instan ini sebuah keinginan serba cepat
yang tidak bisa dipisahkan, dari semakin suntuknya orang dijebak oleh
kesibukan dan rutinitas yang melelahkan. Gaya hidup ini telah biasa dimiliki
oleh masyarakat pada umumnya terutama masyarakat urban yang
menginginkan sesuatu yang serba cepat, praktis dan efektif. Budaya instan
dapat menimbulkan sifat malas karena dilakukan dengan proses yang cepat
dan tidak perlu usaha yang banyak untuk memperoleh apa yang diinginkan
secara instan. Kehidupan yang serba cepat, instan dan bebas didasarkan nilai
materi menjadi awal bencana dalam kehidupan kemanusiaan masa kini. 3
1 Rhenald Kasali, Menyerang Pasar dan Mengambil Manfaat Krisis Ekonomi, (Jakarta: PT Gramedia
2009), h. 183
2 Alzheimer, Gaya Hidup Penghambat, (Jakarta, PT Gramedia, 2008), h.10
3 Misbah Fikrianto, Pemuda Maju Bangsa Sejahtera, (Jawa Tengah, 2023), h.15
c. Pergaulan Bebas
Pergaulan Bebas Merupakan salah satu gambaran yang menyimpang atau
bebas. Bebas disini yaitu melakukan atau melanggar norma yang ada. 4 menurut
Khodijah ada beberapa ciri-ciri pergaulan bebas, a). Kurang bertanggung jawab
terhadap tugas yang sudah diberikan. Karena orang yang cenderung pada
pergaulan bebas itu lebih suka terhadap hal-hal yang negative. b) melakukan
seks bebas, pada saat remaja seorang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,
beberapa diantara mereka sering kali mengambil keputusan yang beresiko
hanya untuk memecahkan rasa penasaran mereka terhadap hubungan seksual.
c) Mengalamai tekanan emosi dan gagguan kesehatan mental, karena
pergaulan bebas sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. D) tidak
menghargai orangtua. karena mereka biasa sendiri jadi cenderung tidak
menghargai orangtua. 5
d. Hedonis
Secara bahasa, Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “hedone”
yang artinya kesenangan. Hedonisme adalah jenis ideologi atau pandangan
hidup yang menyatakan bahwa kebahagian hanya didapatkan dengan mencari
kesenangan pribadi sebanyak banyaknya dan menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan. Hedonisme mengajarkan bahwa kenikmatan atau
kesenangan merupakan tujuan hidup dan acuan dalam berperilaku dalam
sebuah anggota masyarakat. Dalam paham hedonisme, kesenangan pribadi
atau kelompoknya merupakan yang utama, mereka tidak peduli dengan
perasaan atau kesenangan orang lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
hedonisme merupakan pandangan hidup yang berdasarkan atas hawa nafsu.
Penganut paham hedonisme disebut hedonis. Hedonisme sangat berhubungan
dengan kekayaan, kenikmatan batin, kenikmatan seksual, kekuasaan dan
kebebasan. (Setianingsih, 2019)
4 Khodijah Fatin, Memahami Individu Melalui Psikologi Perkembangan, (Jawa Timur, Uwais Inspirasi
Indonesia, 2023), h. 225
5 Ibid, h. 226
Hedonisme mulai muncul pada masa awal sejarah ilmu filsafat pada tahun
433 SM (sebelum masehi). Tokoh utama yang menjadi pencetus hedonisme
adalah Aristippos dari Kyrene (433 – 355 SM) yang menjawab sebuah
pertanyaan filsafat terkenal. Pertanyaan itu ditanyakan oleh Sokrates, “Apa yang
menjadi tujuan hidup manusia?”. Aristippos menjawab bahwa yang terbaik
adalah “kesenangan”.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme
merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Sikap hedonis muncul karena
salah mengartikan makna kebahagiaan, dan terjebak pula pada kesalahan sikap
dalam memenuhinya.
Gaya hidup hedonisme adalah suatu pola yang mementingkan kesenangan,
pengakuan diri dalam kehidupan dan selalu berusaha tampil mewah untuk
menampilkan kesan modern dan prestisius. Pandangan hidup yang mendorong
untuk mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan menghindari
ketidaktenangan. Saat ini, paham hedonis telah terkontaminasi paham
kapitalisme. Hedonis masa kini adalah akibat dari salah mengartikan makna
kenikmatan sesungguhnya. Seorang hedonis cenderung memilih pergaulan
berdasarkan hasil seleksi secara materi. Teman bagi seorang hedonis adalah
mereka yang dianggap satu level dan mampu membelanjakan uang untuk
barang-barang popular.
e. Antisosial
Menurut Oxford psychology, antisosial adalah perilaku yang merugikan
orang lain dan merugikan masyarakat. Perilaku anti sosial terdiri dari banyak
bentuk. Salah satu contohnya bermusuhan (yang berarti emosional, impulsif dan
didorong oleh rasa sakit atau tertekan) dengan menanggapi situasi secara
langsung; atau dapat berperilaku anti sosial dengan perencanaan yang
disengaja dari waktu ke waktu. Dua jenis perilaku anti-sosial yang sangat
berbahaya bagi individu dan masyarakat yaitu agresi dan prasangka.
Pendapat senada dijelaskan Kathleen Stassen Berger (2003 hal 302),
perilaku anti sosial sering dipandang sebagai sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat
secara umum di sekitarnya. Tindakan-tindakan antisosial ini sering kali
mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada dasarnya si pelaku
tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian
besar anggota masyarakat lain.
Antisosial lebih mengarahkan kepada arti manusia yang bersifat makro yaitu
animal kingdom.dalam hal ini, manusia diartikan sebagai binatang yang tidak
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Adapun antara manusia dan mahkluk lainnya
(binatang) terdapat batas yang membedakan, yaitu melahirkan kebudayaan.
Dengan budayanya inilah, mahkluk manusia memisahkan diri dari kelompok
binatang yang tidak memiliki kemampuan akal untuk berfikir. Sikap antisosial
yang diamksud dalam sosiologi lebih mengarah pada kontradiktif atau
menentang kepada aturan-aturan atau norma-norma yang sedang berlaku di
masyrakat. Apabila aturan-aturan atau norma-norma tersebut telah
tersosialisasikan dalam diri manusia, ia tidak akan bersifat antisosial. Secara
sederha nantisosial sebagai bagian dari perilaku yang menyimpang. 6 Sikap anti
sosial merupakan cerminan dari ketidapuasan individu dan masyrakat terhadap
kondisi sosialnya. Kondisi sosial timbul ketika sebuah system yang ditentukan
tidak sesuai aspirasi dan representasi masyarakat. 7 Sikap anti sosial seperti
yang dilukiskan Thomas Hobbes adalah sikap manusia yang hanya memuaskan
kepentingannya sendiri atau sikap manusia yang memaksimalisasi pemenuhan
keinginan-kenginan untuk kesejahtraan individualnya. Manusia dalam
pandangan Hobbes adalah sebagai anti sosial. Tentu saja sikap anti sosial
seperti ini bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya. 8
f. Konsumtif
6 Bagja Waluya, Menyelami Fenomena sosial di masyrakat, (Bandung:Setia Puma Inves, 2007)h. 103
7Ibid,h. 104.
8 Abu Huraeah, Pengorganisasian dan pengembangan masyrakat; Model dan Strategi Pembangunan
9 Laila wardani, Kosep Diri dan Konformitas pada Perilaku konsumtif Remaja, h. 3
praktekpraktek yang dengannya individu-individu diidentifikasi dan dibedakan
satu sama lain oleh simbol, nomor, tanda, dan kode-kode. Lebih tepatnya,
individuasi merujuk pada proses pengindividuan pribadi-pribadi sebagai tubuh
yang berbeda-beda.10
Individualisme dianggap sebagai ideologi paling dominan dalam masyarakat
kapitalis dan system kepercayaan perusak yang sangat bertentangan dengan
model eksistensi yang kolektif dan tradisional.11
Individualisme, berasal dari bahasa Latin individuus yang dalam kata
sifatnya menjadi individualis. Kata individuus dan individualisme berarti
perorangan, pribadi dan bersifat perorangan. Individualisme sebagaimana
didefinisikan oleh Forsyth (2006), dalam bukunya Group Dynamics, adalah
tradisi, ideologi, atau pandangan pribadi yang menekankan keutamaan individu
dan haknya, kemandirian, dan hubungan dengan individu lain. Intinya dia
menyatakan bahwa individualisme menentukan individu adalah unit utama
secara realitas dan standar nilai tertinggi. Pandangan ini tidak menyangkal
bahwa masyarakat ada atau bahwa orang mendapat manfaat dari hidup di
dalamnya, tetapi ia melihat masyarakat sebagai kumpulan individu, bukan
sesuatu yang melebihi di atasnya.
Individualisme itu sendiri merupakan bentuk keegoisan, orang-orang itu
tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya untuk dapat hidup bersosialisasi
dengan dirinya. Sikap seperti inilah yang dapat memudarkan solidaritas dan
kesetiakawanan sosial, musyawarah mufakat, gotong royong, egoisme yang tak
terbatas, terasingkan dari kehidupan sosial, kesulitan dalam bersosialisasi.
h. Materialistis
Secara formal, materialism dapat diartikan sebagai individu yang memberi
perhatian pada masalah kepemilikan duniawi sebagai hal yang penting. Pada
tingkat yang tinggi, kepemilikan akan suatu hal atau benda dapat diasumsikan
sebagai tempat sentral dalam kehidupan orang tersebut, serta menjadi sumber
10 Muhamad Arif, Individualisme Global Di Indonesia; Studi Tentang Gaya Hidup Individualis Masyarakat
Indonesia di Era Global, (Yogyakarta: STAIN Kedri Press, 2015),h.3
11 Ibid, h. 5
kepuasan terbesar jika segalanya terpenuhi. Gaya Hidup ini mempengaruhi
berbagai lapisan masyrakat baik masyrakat kota maupun desa, masyrakat
terpelajar. Sifat matrerialistis adalah Stereotip yang selau ditunjukan kepada
mereka yang memiliki sifat yang menjadikan materi sebagai orientasi tujuan
hidup. Untuk mendaptkan materi seiring dengan menghalalkan segala cara,
termasuk mendaptkannya melalui cara pertukaran nilai jasa dan atau dirinya. 12
14 Eby Restudila, Henny Riris Pakpahan, Yiyin Preitmy Ningky, TingkatPemahaman Siswa KelasXIISMA
terhadap Kesehatan Reproduksi, Prosiding SEMNAS BIO 2021Universitas Negeri PadangISBN :2809-
8447
15 Ibid.h
16
ke waktu semakin meningkat. Kondisi ini tentunya ditunjang oleh perilaku masyarakat
yang belum sepenuhnya menyadari risiko penularan dan dampaknya terhadap
penyebaran virus HIV. Penularan dari virus HIV dapat terjadi dengan beberapa cara
atau kondisi. Penularannya dapat dikelompokan menjadi 2 hal yaitu cara penularan
HIV yang umum dan cara penularan yang tidak umum. Penularan HIV yang umum
meliputi hubungan seks tanpa kondom, terkena atau tertukarnya cairan vagina atau
sperma, penggunaan jarum suntik, lewat kehamilan, persalinan atau menyusui dan
bekerja di rumah sakit. Adapun cara penularan HIV yang tidak umum dapat terjadi
melalui antara lain yaitu seks oral, transfuse darah, penggunaan seks toys, melalui
sulam alis, tato alis, dan sulam bibir dan donor cangkok organ.17
Salah satu sifat menyimpang yang sering ditemukan yaitu perilaku seks bebas,
dimana perilaku ini timbul akibat lingkungan pertemanan, keluarga, dan tempat
tinggal yang secara terang-terangan kurang kondusif.18lingkungan keluarga
berperan besar karena merekalah yang langsung berhubungan terus menerus
dengan anak memberikan perangsangan (stimulasi) melalui bebrbagai corak
komunikasi.19 Akan tetapi keterlibatan anak pada pergaulan bebas juga karna
dampak negative dari kelurga , misalnya kelurga yang broken home, Beberapa
prilaku sosial anak remaja yang hidup dalam keluarga broken home cenderung
berprilaku menyimpang, tidak baik. Seperti sering keluar sampai larut malam, minum-
minuman keras, berkelahi, berjudi, dan lain sebagainya.20
17 Siti Na’imah, Analisis Penyakit Menular Sesksual-HIV/AIDS, (PT Global Eksekutif Teknologi Anggota
IKAPI, 2022), h. 160
18 chmad Farid Dedyansyah, Konseling Remaja Mengenai Bahaya dan Dampak Penyakit dari Perilaku
Seks B, JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia), Volume 8, Nomor 2, Agustus 2023, e-ISSN 2548-
346
19 Singgih Gunarsa, Psikologi praktis: anak,remaja, dan keluarga, (Jakrta:BPK Gunung Mulia, 2011),
h.163
20 Yulia Yulia. Perilaku Sosial Anak Remaja Yang Menyimpang Akibat Broken Home.Jurnal Edukasi
25 J. Simanjuntak dan R. Ndraha, Mendidik Anak Utuh, Menuai Keturunan Tangguh, (Jakarta: Pelikan
Indonesia, 2010).
26 Steven Tong, Merry Setiawani, Seni Membentuk Karakter Kristen, (Surabaya: Momentum, 2013), h.
89.
27 Hardi Budiyana, Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen, (Karanganyar: Berita Hidup Seminary, 2013),
h. 7
Kata Kunci: Nilai-nilai Kristiani; buah-buah Roh (Galatia 5:22-23).
Karakter Kristiani seperti yang tertulis dalam (Galatia 5:22-23) yaitu kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan kebaikan, kesetiaan, kelemah-
lembutan dan penguasaan diri, karakter ini adalah buah-buah Roh. Hasil karya Roh
dalam hidup orang Kristen adalah suatu tuaian rohani yang layak terhadap hudup
Ilahi yang baru di dalam diri orang kristen. Buah adalah kata benda majemuk yang
menunjukkan hasil tuaian dan menyarankan sifat jamak dari hidup
kebijakkan.Tidaklah jelas apakah sifat-sifat ini digolongkan oleh Paulus, tetapi ini
meliputi sifat-sifat batiniah secara pribadi, sifat-sifat yang membimbing hubungan-
hubungan sosial dan prinsip-prinsip kelakuan. Pola dari pada kasih adalah kasih
Allah dinyatakan dalam Kristus, kasih membuat manusia sanggup mengasihi Allah
dan orang lain. Sukacita adalah kegembiraan yang mendalam yang timbul dari
hubungan pribadi dengan Allah.28
Nilai kristiani adalah nilai yang mengajarkan tentang apa yang tertulis di dalam
Alkitab terdapat dalam Galatia 5:22-23, 5 yang diuraikan sebagai berikut:
a. Kasih
Istilah "Kasih" dalam bahasa aslinya dipakai kata "agape" yang berarti kasih
tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, balasan. Kasih Allah kepada
manusia. Allah mengasihi, menyelamatkan manusia tanpa mengharapkan
balasan sedikitpun. Kasih seperti inilah yang diberikan Allah kepada manusia.
(Contoh: ketika Anda memberikan pertolongan atau apapun namanya maka
Anda sebagai manusia yang telah menerima kasih Allah secara Cuma-cuma,
maka Anda pun wajib mengasihi dengan Cuma- Cuma) Oleh sebab itu, manusia
menerima kasih Allah itu mestinya mewujudkan yang telah kasih itu kepada
sesama manusia dan dunia ini. Nilai kasih yang diberikan oleh Allah kepada
manusia bukanlah sebuah opsi, artinya boleh dilakukan atau boleh tidak
dilakukan. Nilai kasih merupakan suatu keharusan yang perlu diwujudnyatakan
dalam kehidupan yang nyata, oleh siapa dan dimanapun, tua muda, anak-anak,
pekerja, maupun pelajar.