Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pendokumentasian Keperawatan


1. Pengertian
Menurut potter dan Perry (1997) dalam Haryanto (2007), dokumentasi

merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak bagi individu yang

berwenang. Sedangkan pelaporan adalah pertukaran informasi lisan atau tulisan

yang disebarkan diantara pemberi perawatan kesehatan dalam sejumlah cara.

Haryanto juga menjelaskan bahwat tujuan pencatatan adalah sebagai komunikasi,

tagihan keuangan, pendidikan, pengkajian, penelitian dan tanggung jawab atas

gugatan dalam profesi keperawatan.

Menurut Tupalan 1983 adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan

bukti secara hukum. Menurut Fisbach 1981 adalah suatu dokumen yang berisi

data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan tetapi juga jenis

dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Menurut Effendi 1995

merupakan informasi keperawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan perawat

sebagai pertanggung jawaban terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang telah

diberikan (Mastini, 2013).

Dari beberapa difinisi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi asuhan

keperawatan adalah :

1.1. Informasi yang mencakup aspek bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi

pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh.


10
1.2. Informasi yang diperoleh menjadi dasar bagi penegakan diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan

dan menjadi dasar umpan balik selanjutnya.

1.3. Informasi disusun secara sistimatis dalam format yang telah disepakati dan

dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral dan hukum

2. Tujuan Utama Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan keperawatan

pasien, dokumentasi keperawatan dapat diartikan suatu catatan hukum yang

mempunyai banyak manfaat (Haryanto, 2007) :

2.1 Komunikasi. Pencatatan merupakan salah satu media komunikasi antara

anggota tim tentang terapi individu, edukasi klien dan rencana pemulangan.

2.2 Tagihan keuangan. Dengan pencatatan suatu tempat pelayanan kesehatan akan

tahu seberapa lama perawatan yang diberikan dan jenis perawatan yang

diberikan kepada klien.

2.3 Pendidikan. Catatan klien memberikan informasi tentang masalah klien baik

untuk diagnosis medis maupun diagnosis keperawatan. Ini merupakan salah

satu media pembelajaran bagi mahasiswa/perawat pemula sehingga dapat

memahami maslah keperawatan suatu penyakit.

2.4 Pengkajian. Catatan keperawatan memberikan data yang akan digunakan oleh

perawat untuk mengidentifiasi dan mendukung diagnosis keperawatan dan

rencana keperawatan yang sesuai.

11
2.5 Penelitian. Catatan ini bisa digunakan sebagai data statistik yang dapat

digunakan sebagai data untuk penelitian.

2.6 Tanggung jawab atas gugatan dalam profesi keperawatan.

3. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan


Mastini (2013) mengemukakan bahwa standar dokumentasi diartikan

sebagai ukuran atau model terhadap sesuatu yang hampir sama. Model tersebut

mencakup kualitas, karakteristik, sarana dan kinerja yang diharapkan dalam

suatu intervensi, pelayanan dan seluruh komponen yang terlibat. Manfaat

dokumentasi keperawatan tersebut berdasarkan :

3.1 Hukum

Dokumentasi dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh

karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan

ditandatangani oleh perawat pelaksana, tanggal dan perlunya dihindari adanya

penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah

3.2 Jaminan mutu

Dengan pencatatan yang lengkap dan akurat akan membantu meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan.

3.3 Komunikasi

Dokumentasi keperawatan merupakan “perekam” terhadap masalah yang

berkaitan dengan klien yang bisa dijadikan pedoman dalam memberikan

asuhan keperawatan.

12
3.4 Keuangan (sebagai pertimbangan biaya perawatan)

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang

belum,sedang dn telah diberikandidokumentasikan dengan lengkap dan dapat

dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi

pasien.

3.5 Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut

kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan

sebagai bahan atau refrensi pembelajaran bagi peserta didik.

3.6 Penelitian

Dokumentasikeperawatan mempunyai nilai penelitian.data yang terdapat di

dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau

objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

3.7 Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien. Hal ini akan

bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan petimbangan dalam

kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat.

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian


Potter dan Perry (2005) memberikan panduan sebagai petunjuk cara

mendokumentasikan dengan benar :

13
4.1 Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencoret tulisan yang salah

ketika mencatat, karena akan Nampak seakan-akan perawat mencoba

menyembunyikan informasi atau merusak dokumen. Cara yang benar adalah

dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata “salah” lalu

diparaf kemudian tulis catatan yag benar.

4.2 Tulislah kondisi obyektif klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun

tenaga kesehatan lain karena menyatakan tersebut dapat dipergunakan sebagai

bukti terhadap prilaku yang tidak profisional atau asuhan keperawatan yang

tidak bermutu.

4.3 Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat

diikuti dengan kesalahan tindakan. Oleh karena itu jangan tergesa-gesa

melengkapi catatan, pastikan bahwa informasi akurat.

4.4 Catatan hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable. Pastikan apa yang

ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.

4.5 Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat

menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi.

Untuk itu buat garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan

tanda tangan dibawahnya.

4.6 Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan

bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak terbaca dapat disalah tafsirkan

sehingga menimbulkan kealahan dan dapat dituntut ke pengadilan.


14
4.7 Jika mempertanyakan suatu instruksi, catat bahwa anda sedang

mengklarifikasi karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas

kewenangannya dapat dituntut.

4.8 Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan

bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya. Jadi jangan menuliskan

pertanggungjawaban tindakan orang lain.

4.9 Hindari penggunaan tulisanyang bersifat umum (kurang spesifik), tulis secara

lengkap, singkat, padat dan obyektif

4.10Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan

(nama). Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani, hal

ini menunjukkan orang yang bertanggung gugat atas dokumentasi tersebut.

Jangan tunggu sampai akhir giliran dinas baru mencatat perubahan penting

yang terjadi beberapa jam lalu.

5. Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Pribadi (2009) mengemukakan bahwa komponen dokumentasi asuhan

keperawatan meliputi komponen isi dokumentasi dan komponen dalam konsep

penyusunan dokumentasi. Komponen isi dokumentasi meliputi:

5.1 Komponen isi dokumentasi

5.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tengtang pasien.

15
Pengkajian dilakukan guna mengidentifikasi, mengenali masalah-

masalah, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan

5.1.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien

baik yang nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah

diperoleh, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas kewenangan

perawat untuk melakukannya.

5.1.3 Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan adalah menyusun rencana tindakan

keperawatan yang akan dilakukan perawat guna menanggulangi masalah

pasiensesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan

tujuan terpenuhinya kesehatan pasien. Komponen rencana keperawatan

terdiri dari tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan keperawatan.

5.1.4 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan

yang telah ditentukan, denngan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi

secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi

keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang

sudah dibuat dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk di

dalamnya nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan

keperawatan

16
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian

ulang rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang meliputi

subyek, obyek, pengkajian kembali (assessment), rencana tindakan

(planning).

5.1.6 Tanda Tangan dan Nama Terang Perawat


Tanda tangan dan nama terang perawat harus tercantum dalam

kolom yang tersedia pada formulir asuhan keperawatan secara jelas

sebagai bukti legal dan tanggung jawab atas pelaksanaan asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien.

5.1.7 Catatan Keperawatan


Catatan keperawatan diisi secara lengkap dan jelas setiap

memberikan asuhan keperawatan maupun tindakan-tindakan yang

diinstruksikan oleh dokter.

5.1.8 Resume Keperawatan


Resume keperawatan diisi setelah setelah pasien dinyatakan boleh

pulang atau meninggal dunia maupun pada pasien yang pulang atas

permintaan sendiri, yang berisi rangkaian secara singkat dan jelas atas

asuhan yang keperawatan yang telah diberikan.

5.1.9 Catatan Pasien Pulang atau Meninggal Dunia


Catatan yang diisi dengan sesuai dengan keadaan pasien saat itu.

Jika pasien diijinkan pulang untuk rawat jalan, maka harus diisi secara

rinci yang meliputi keadaan pasien pada saat akan pulang termasuk
17
masalah perawatannya, misal jika ada luka bagaiman merawatnya, diet

yang dianjurkan, aktivitas, kapan waktu kontrol, dan pesan-pesan lain

yang diperlukan untuk pasien.

5.2 Komponen konsep penyusunan dokumentasi

5.2.1 Keterampilan Komunikasi


Untuk dapat menyalurkan ide secara efektif, perawat memerlukan

ketrampilan dalam komunikasi tertulis. Karena sebagai salah satu sarana

komunikasi, dokumentasi harus dituliskan dengan bahasa yang baku,

mudah dimengerti, berisi informasi yang akurat, sehingga dapat

diinterpretasikan dengan tepat oleh tenaga kesehatan lain atau pihak lain

yang berkepentingan pada saat membacanya. Diperlukan ide-ide kreatif

dalam menuliskan rencana tindakan keperawatan berdasarkan

pemahaman bahwa setiap pasien mempunyai kebutuhan berbeda yang

sifatnya individual.

5.2.2 Keterampilan Dokumentasi Proses Keperawatan


Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses

keperawatan seperti ketrampilan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

untuk perawatan, ketrampilan mendokumentasikan rencana keperawatan,

ketrampilan mendokumentasikan implementasi keperawatan, ketrampilan

mendokumentasikan evaluasi respon pasien terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan, dan ketrampilan mengkomunikasikan hasil kajian pasien

kepada perawat atau anggota tim kesehatan yang lain.

18
5.2.3 Keterampilan Standar Dokumentasi
Merupakan ketrampilan untuk dapat memenuhi dan melaksanakan

standar dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat, dalam hal ini

adalah ketrampilan menulis yang sesuai standar dokumentasi dengan

konsisten, menggunakan pola yang efektif, dan akurat.

B. Tinjauan Tentang Kepatuhan Perawat


1. Pengertian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “patuh” didefinisikan sebagai

suka menurut, taat, berdisiplin. Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk

menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Dengan

definisi seperti itu, kepatuhan memiliki nada yang cenderung manipulatif atau

otoriter. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat

diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur. Aspek otoriter pada

kepatuhan menyiratkan adanya suatu upaya untuk mengendalikan (Bastable,

2002).

Menurut Adiwimarta, dkk (2009) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan

atau dalam Bahasa Inggris disebut compliance berarti mengikuti suatu

spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya

diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang

tertentu.

19
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan,

perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat

sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau

peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan diartikan sebagai ketaatan untuk

melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai prosedur yang

telah ditetapkan (Nurbaiti, 2009).

Menurut Smet (2008), kepatuhan adalah tingkat perilaku seseorang dalam

melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan

atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan

pendokumentasian sesuai dengan prosedur di tempat perawat tersebut bekerja

dan tetap memperhatikan aspek legal dari dokumentasi tersebut.

Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Menurut

Kelman (1958) cit. Sarwono (2007) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan

perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir

berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran/instruksi tanpa

kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin

menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh

imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut

tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini

sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada

20
pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun

ditinggalkan.

Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman

tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang

berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh

yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku

individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui

proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi

diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

2. Pengukuran tingkat kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner yaitu

dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator

indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran

tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur melalui

sejumlah tolak ukur atau ambang batas yang digunakan oleh organisasi

merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut.

Jadi, suatu indikator merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur

yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap standar

atau pencapaian tujuan mutu. Di samping itu indikator juga memiliki

karakteristik yang sama dengan standar, misalnya karakteristik itu harus

reliabel, valid, jelas, mudah diterapkan, sesuai dengan kenyataan, dan juga

dapat diukur (Al- Assaf, 2009).


21
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat
Nurbaiti (2009) menyebutkan bahwa kepatuhan adalah suatu perilaku

manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Model

pendekatan prilaku dari Lowrend Green (1980) menyebutkan bahwa prilaku

individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu (Notoatmodjo, 2002):

3.1 Faktor predisposisi (Predisposing Factors) adalah faktor yang mendahului

prilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berperilaku, berupa

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan faktor demografi (status

ekonomi, umur, jenis kelamin, besar keluarga).

3.2 Faktor pendukung (Enabling Factor) adalah faktor yang memungkinkan

motivasi atau keinginan terlaksana termasuk lingkungan fisik (dan atau

tidaknya fasilitas/sumber daya).

3.3 Factor pendorong (Reinforcing Factor) adalah faktor yang memperkuat

perubahan prilaku seseorang yang dapat diakibatkan adanya sikap, prilaku

petugas maupun tokoh masyarakat.

Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (2008), mengatakan

bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa tidak lain merupakan

karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri

pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat

maupun sakit (Adiwimarta, et.al. 2009). Karakteristik perawat meliputi variabel

22
demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, pengetahuan, sikap dan

tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi.

Menurut Smet (2008), variabel demografi berpengaruh terhadap

kepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung

taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang

mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang

tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar

belakang pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam

melaksanakan etos kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan

dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik.

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai

peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar

dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting

untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan

keterampilan (Muchlas, 2007).

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas

pola komunikasi, keyakinan/nilai-nilai yang diterima perawat, dan dukungan

sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan

mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa

aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah
23
ketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap

pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam

pelaksanaan program pengobatan (Arumi, 2009).

Smet (2008) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan

atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan

perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial

menurut Smet (2008) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-

variabel sosial mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan

peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan

lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan

serta keperawatan.

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan Perawat


Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan

inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal

budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang

baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan

aroma masakan tersebut (Pribadi, 2009).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya (Mubarak. WI,dkk, 2007). Pengetahuan adalah


24
hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Wahit, 2006).

Pengetahuan adalah kemampuan intelektual seseorang yang mencakup

pemahaman materi. Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari tadinya

yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses

mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui

proses pendidikan, pelatihan maupun melalui pengalaman.

Pengetahuan berhubungan dengan mengingat kembali bahan yang sudah

dipelajari sebelumnya pengetahuan disebut juga real (mengingat kembali),

pengetahuan dapat berhubungan dengan hal yang luas seperti sebuah teori dan

hal yang sempit seperti fakta, pengetahuan merupakan apa yang diketahui dan

hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja.

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran assosiatif yang

menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pemikiran

lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenal

koasilitas (sebab akibat) yang universal. Untuk mengetahui seseorang biasanya

dapat menggunakan kata-kata siapa, apa, dimana, kapan dan definisi objek

(Wilson, 2007).

Sedangkan definisi pengetahuan (knowledge) menurut Webster's New

World Dictionary of the American Language adalah persepsi tentang sesuatu

yang jelas dan tentu, semua yang telah dirasakan dan diterima oleh otak, serta
25
merupakan informasi terorganisasi yang dapat diterapkan untuk penyelesaian

masalah. Menurut Peter F. Drucker dalam The New Realities, pengetahuan

adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana

pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan

seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam melakukan

tindakan yang benar. Lebih jauh Achterbergh & Vriens (2002) menulis bahwa

pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar belakang dalam

menganalisa sesuatu hal, mempersepsikan dan menginterpretasikannya, yang

kemudian dilanjutkan dengan keputusan tindakan yang dianggap perlu. Kedua,

peran pengetahuan dalam mengambil tindakan yang perlu adalah menjadi latar

belakang dalam mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin

dapat dilakukan, memilih salah satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan

mengimplementasikan pilihan tersebut.

Praktek keprofesian memerlukan suatu dasar pengetahuan dari praktek dan

pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan sangatlah penting dalam

pengembangan profesi keperawatan, karena perawat yang melakukan tindakan

atas dasar suatu pengetahuan dan informasi ilmiah akan menjadi seorang perawat

yang profesional dan mempunyai tanggung jawab yang besar kepada klien serta

akan membantu meningkatkan pencapaian identitas profesi (Nursalam, 2001).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, sehingga pengetahuan mengenai dokumentasi asuhan

26
keperawatan bagi seorang perawat sangatlah penting dalam melakukan

pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik dan benar.

Teori Gibson (2000) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan

pemahaman lisan seseorang pegawai tentang apa yang dia ketahui dari

pegalaman dan proses belajar. Apabila pegawai tersebut memiliki pengetahuan

yang baik tentang pekerjaannya, maka dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan

tersebut dengan baik, dan demikian sebaliknya.

1. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami sesuatu,

umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh

pengetahuan. Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini

biasa disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of

knowing, yaitu:

1.1 Tenacity yaitu cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan

sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum

tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut

umumnya terjadi.

1.2 Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan

pada pihak yang dianggap kompeten. Contoh: seseorang percaya bahwa

besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang

diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.


27
1.3 Apriory yaitu suatu metode memperoleh pengetahuan dengan

menitikberatkan pada kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa

mempertimbangkan informasi dari pihak luar. Contoh: seseorang yang

tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan

keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.

1.4 Science yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan

serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian

dugaan, pengontrolan variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap

sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan

yang diperoleh. Hal ini karena pada science telah dilakukan serangkaian

percobaan sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa

kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan

pada ketiga metode sebelumnya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak.

WI,dkk (2007 adalah sebagai berikut:

2.1 Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseoran semakin

mudah pula orang tersebut menerima informasi dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

28
2.2 Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung.

2.3 Umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis

besar ada empat kategori yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi atau mental taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

2.4 Minat. Sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

2.5 Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara

psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaannya.

2.6 Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

29
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

2.7 Informasi. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru (Mubarak. WI,dkk, 2007).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

D. Tinjauan Tentang Sikap


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “sikap” diartikan sebagai

pendirian, pendapat, keyakinan. Salah seorang ahli spikologi sosial Newcomb,

dikutip Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Sikap belum merupakan tindakan atau prilaku/peran. Sikap masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, merupakan reaksi terhadap

obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

Dalam bagian lain Allport dikutip Notoatmodjo, 2007 menyatakan bahwa

sikap sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu (1) Kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. (2) Kehidupan emosional atau

evaluasi emosional terhadap suatu obyek dan (3) Kecenderungan untuk bertindak

(trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap


30
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

1. Tingkatan sikap
1.1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat

dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

1.2 Merespon (Responding)


Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide

tersebut.

1.3 Menghargai (Valuing)


Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Misalnya : seorang petugas mengajak petugas yang lain (tetangganya,

saudaranya dan sebagainya). Untuk ikut melaksanakan pendokumentasian

yang lengkap, atau mendiskusikan tentang hal-hal terkait tentang cara

pendokumentasian yang lengkap, adalah suatu bukti bahwa si petugas tersebut

telah mempunyai sikap positif terhadap pentingnya dokumentasi.

1.4 Bertanggung jawab (Responsible)

31
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mungkin

terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga,

norma dan nilai.

2. Ciri sikap
Menurut Gerungan (1996) dalam jurnal penelitian politik (2007) bahwa

ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

2.1 Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2.2 Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah

pada orang-orang bila terdapat dan syarat tertentu.

2.3 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu obyek.

Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu

objek yang dapat dirumuskan secara jelas.

2.4 Obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

2.5 Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membedakan

sikap dari kecepatan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda

dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu


32
obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan mengenai suatu

obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk

bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan

konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

obyek dan kecendrungan untuk bertindak (trend to behave). Sikap merupakan

respon seseorang yang berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi

(penghargaan), persepsi (perasaan).

Sikap secara nyata menunjukan konotasi kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional. New Comb pada tahun 1967 menyatakan sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan

motif tertentu. Sikap sebelum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi predisposisi melalui suatu prilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

obyek (Notoatmodjo, 2007).

E. Kerangka Konsep
Menurut Notoadmojo dalam Mastini (2013), salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku perawat yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan faktor demografi).


33
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Kepatuhan Perawat dalam


Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Sesuai
Kepercayaan dengan Aspek Legal

Faktor Demografi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

F. Variabel Penelitian
1. Variabel independen : pengetahuan dan sikap.

2. Variabel dependen : kepatuhan perawat dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan sesuai dengan aspek legal.

G. Hipotesis
1. H0: Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal.

H1 : Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal.

2. H0 : Tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam


34
pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal.

H1 : Ada hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal.

Karena skala data independen dan skala dependen merupakan skala ordinal

dan jumlah responden lebih dari 30 orang, maka satistik uji yang digunakan

adalah uji Kendall Tau (t) dan signifikansi (α) 5%, dengan formula Kendall Tau

sebagai berikut:

τ=
∑ A +∑ B
n (n−1)
2

keterangan :

τ = koefisien korelasi Kendall Tau, besarnya (-1 < 0 < 1)

∑A = jumlah rangking atas

∑B = jumlah rangking bawah

n = jumlah anggota sampel

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, dengan rumus

sebagai berikut:

τ
z=

√ 2(2 n+5)
9 n (n−1)

35
keterangan :

τ = koefisien korelasi Kendall Tau

z = signifikansi koefisien korelasi

N = jumlah responden

Untuk dapat memberikan tafsiran apakah harga tersebut signifikan atau

tidak, maka dapat menggunakan ketentuan bahwa, bila z hitung lebih besar

dari z tabel, maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah signifikan

(Riwidikdo, 2010).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat ditentukan kriteria

penolakan bahwa, jika P value < α (0,05), maka tolak H0.

36

Anda mungkin juga menyukai