Anda di halaman 1dari 12

Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan


Syazili Mustofa1, Fikri Muhammad Rifai Patongai2
1
Departemen Biokimia, Fisiologi, dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
2
Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Bronkitis akibat kerja adalah peradangan pada saluran nafas besar yang terjadi pada sebagian pekerja yang terpapar l

oleh berbagai substansi berbahaya seperti debu, uap, asap, dan substansi lainnya di lingkungan kerjanya.
l l l l l

Peradangan saluran napas besar tersebut dipicu oleh inhalasi zat berbahaya yang dapat menyebabkan toksisitas sel
l l l

sel di saluran napas secara langsung, mengaktivasi makrofag, dan meningkatkan radikal bebas di saluran napas.
l l l

Peradangan yang terjadi terus menerus akan menimbulkan terjadinya stress oksidatif, produksi sitokin yang akan
l l l l

memicu peradangan kronis, kerusakan DNA, yang akhirnya menyebabkan kematian sel dan pembentukan jaringan
l l l

parut di saluran napas. Pekerja yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita penyakit ini adalah pekerja yang
l l l l l

merokok atau terpapar asap rokok. Selain paparan rokok, pekerja pada industri tambang misalnya penambang batu
l l l

bara dan batuan keras, pekerja terowongan, pekerja industri beton dan pekerja industri non-pertambangan
l l l

misalkan yang bekerja di peternakan dan petani, khususnya pada petani yang terpapar pestisida juga rentan l l l

menderita bronkitis akibat kerja. Peningkatan kejadian penyakit ini juga ditemukan pada pekerja petugas l l l

kebersihan yang sering terpapar cairan pembersih dan desinfektan. Memahami kompleksitas dari penyakit bronkitis
akibat kerja ini penting untuk menurunkan angka kejadian penyakit ini. Selain itu, diperlukan pula langkah-langkah
l l l l l l l

kesehatan dan keselamatan kerja yang mencakup menghindari paparan polutan dan penggunaan alat pelindung l l l l

pernapasan yang tepat sangat penting untuk mencegah bronkitis. l l

Kata kunci: Bronkitis Kerja, Merokok, Pajanan Iritan, Infeksi

Occupational Bronchitis: Pathogenesis, Diagnsosis, Treatment, and Prevention


Abstract

Occupational bronchitis is an inflammation of the large airways of the respiratory system that occurs in some
l l

workers who are exposed to various hazardous substances such as dust, vapor, smoke, and other substances. l l l l l l

Inflammation of the large airways is triggered by the inhalation of hazzardous substances which can cause direct l l l

toxicity to the airway cell, activation of macrophages, dan increase of free radicals in the ariway. Recurrent l

inflammation will lead to oxidative stress, cytokine production which will trigger chronic inflammation, DNA damage l

that causes cell death and the formation of scar tissue in the airways. Workers who have a high risk of suffering
l l l

from this disease are smoker or passive smoker. In addition to exposure to cigarettes, workers in the mining l

industry, for example coal and hard rock miners, tunnel workers, concrete industry workers and non-mining
l l l

industry workers, for example those who work on farms and farmers, especially farmers who are exposed to
l

pesticides, are also prone to suffering from work-related bronchitis. An increase in the incidence of this disease is
l

also found in cleaning workers who are often exposed to cleaning fluids and disinfectants. Understanding the
l l l

complexity of occupational bronchitis is important to reduce the incidence of this disease. In addition, occupational
l l l

health and safety measures that include avoiding exposure to pollutants and the use of proper respiratory
l l l l l

protection are essential to prevent bronchitis.

Keywords: occupational bronchitis, smoking, irritant exposure, infection


l l

Korespondensi: Dr.dr. Syazili Mustofa, M. Biomed., alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081929345909, e- l

mail syazilimustofa.dr@gmail.com l

Pendahuluan Pada lingkungan kerja seseorang lebih l

Bronkitis akibat kerja telah lama sering dan lebih lama terpapar bahan
diketahui. Awalnya pada tahun 1960-an,
l l iritan daripada di luar tempat kerja.1 l

penyakit ini dikenal sebagai bronkitis Penegakkan diagnosis penyakit


industri. Diperkirakan penyakit ini memiliki
l bronkitis kerja melalui hasil anamnesa, l

prevalensi 3% di seluruh dunia. Asap rokok l l l pemeriksaan fisis dan pemeriksaan


adalah factor resiko utama pada penyakit l penunjang. Gejala yang sering ditemukan
l l

ini, namun pajanan berbagai zat l adalah batuk kronis lebih dari 8 minggu l l

berbahaya juga menjadi factor risiko l disertai lendir atau dahak, kemudian l l

penyakit ini terutama di tempat kerja. l dahak dalam jumlah sedikit, tetapi makin l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |27


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

lama makin banyak. Jika terjadi infeksi Penyakit bronkitis sangat banyak
maka dahak tersebut berwarna keputihan l l diawali dengan kebiasaan merokok,
dan encer, namun jika sudah terinfeksi l l sehingga pekerja yang merokok lebih
akan menjadi kuning, kehijauan, dan l l berisiko terkena penyakit bronkitis kronik
kental. Iritasi di tempat kerja seperti asap, dibandingkan dengan pekerja yang tidak
gas, produk pembersih,2 atau debu dapat
l l l merokok karena pekerja yang merokok
menyebabkan batuk, baik dengan memicu l l lebih cepat mengalami penurunan atau l l l

refleks batuk atau dengan menginduksi l l l kerusakan fungsi paru, dapat menimbulkan
l l l l

stres oksidatif dan peradangan eosinofilik.3 kelumpuhan bulu getar selaput lendir
l l l l l

Pada pemeriksaan fisik akan terdengar bronkus sehingga drainase lendir


l

bunyi ronkhi pada dada dan pada


l pernafasan terganggu. Kumpulan l l l

pemeriksaan penunjang biasanya dengan l lendirtersebut merupakan media yang baik l l

foto rontgen akan ditemukan adanya l untuk pertumbuhan bakteri.6


l l l l

bercak pada saluran napas.3 l Pathogenesis bronkitis kerja diawali


Mengidentifikasi paparan di tempat oleh masuknya materi partikulat, asap, l l

kerja dalam kelompok industri dan l atau gas iritan


l melalui paparan l

pekerjaan merupakan langkah penting l lingkungan/pekerjaan ke paru-paru dan


l l l

untuk meningkatkan upaya pencegahan


l l l perkembangan komplikasi pernapasan
bronkitis kerja. Intervensi di tempat kerja selanjutnya, yang meliputi peningkatan
l l

dapat meningkatkan perilaku kesehatan l masuknya system pertahan tubuh seluler


l l l l

dan status kesehatan pekerja, mengurangi


l l (makrofag, neutrofil, limfosit-T, dan sel-B) l

risiko kesehatan akibat penyakit, dan dan perubahan struktural (deposisi kolagen l l l

menurunkan biaya perawatan kesehatan


l l dan lendir) yang menyebabkan bronkitis
dan ketidakhadiran di tempat kerja.4 kronis.7
Peningkatan kasus bronkitis kerja dapat l Selain itu, emisi debu yang l l

berakibat pada kesehatan pekerja dan dihasilkan dari operasi pertambangan dan
berdampak negatif pada keadaan ekonomi lokasi konstruksi berkorelasi positif dengan l

negara, karena dapat menurunkan l l peningkatan prevalensi bronkitis kronis,


produktivitas angkatan
l kerja dan emfisema, dan PPOK. Menghirup partikulat l l

meningkatkan jumlah pensiun dini akibat l l debu yang kaya akan logam anorganik
l

sakit.4 seperti aluminium, titanium, dan timah l l l

Pengenalan dini etiologi pekerjaan juga dapat menyebabkan perkembangan


l

sangat penting karena, idealnya, begitu l gangguan paru-paru yang jarang terjadi, l l l

faktor risiko telah diidentifikasi di tempat seperti proteinosis alveolar. Paparan


kerja, paparan harus dihentikan, atau l l jangka panjang terhadap debu tambang l

paling tidak dikurangi. Penghentian l yang kaya besi atau oksida besi juga dapat l l

paparan dan pengobatan di tempat kerja menyebabkan siderosis paru yang mungkin l l

bisa lebih efektif pada tahap awal bronkitis terkait atau tidak terkait dengan fibrosis. l

kerja. Paparan di lingkungan kerja yang l Pekerja yang terpapar asbes juga dapat l

berkelanjutan akan semakin meningkatkan


l menderita asbestosis. Asbes adalah
risiko dan mengurangi efektivitas solusi l l mineral silikat berserat (serpentin atau l

terapeutik.5 l amphibole) yang ditemukan secara alami l

tetapi dimasukkan ke dalam bahan l

Patogenesis komersial, rumah tangga dan konstruksi, l l

Bronkitis akut merupakan proses l l termasuk bahan insulasi, lantai dan atap, l l

radang akut pada mukosa bronkus berserta l l l untuk meningkatkan kekuatan tarik dan
l l l

cabang-cabangnya yang disertai dengan mengurangi sifat mudah terbakar. l l

gejala batuk dengan atau tanpa sputum l l l l Asbestosis ditandai dengan peningkatan
yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. l l masuknya makrofag, peningkatan produksi
l l

Tidak dijumpai kelainan radiologi pada l sitokin inflamasi seperti tumor necrosis l

bronkitis akut. l factor (TNF) dan interleukin (IL-1β, IL-6), l

dan peningkatan pembentukan ROS.7 l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |28


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

Selain itu, aspek biologis dan l

perilaku seperti usia, jenis kelamin,


l l

genetika, respons imun, status merokok, l l


No Bahan Kimia Pekerja Berisiko
dan penyakit penyerta yang mendasari 6. Bromin (Br) Pekerja pada photographic
seperti obesitas dan gangguan kondisi l
processing, pada industri tekstil l

berupa proses printing, dyeing,


pernapasan yang sudah ada sebelumnya
l

dan finishing, pada pekerja


l l

memainkan peran penting dalam dengan penggunaan desinfektan l

memengaruhi risiko berkembangnya l


seperti petugas kebersihan di l

kantor, dan lain-lain.


penyakit paru akibat kerja.8 l
7. Ozone (O3) Pekerja yang terpajan ozon
Aspek genetika yang diteliti seperti diantaranya adalah pekerja pada
polimorfisme yang berarti terdapatnya dua l
pembuatan keramik, pengelasan,
l

pulp and paper, dan lain-lain.


l

atau lebih alel pada bagian tertentu


l l
8. Nitrogen Pekerja yang berhubungan dengan l l

kromosom yang kejadiannya relative sering dioksida pembakaran celluloid, natural, l l

(NO2) polymer, synthetic polymer, dan


pada suatu populasi. Pada pasien PPOK
l l l

lain-lain.
terdapat polimorfisme pada gen SERPINE1, 9. Debu l Pekerja pada penambangan batu l

ADAM33 dan hedgehog interacting protein mineral dan bara, pembangunan rumah atau l l l

tambang gedung, pabrik semen,


(HHIP). Gen-gen tersebut berpengaruh l l
penambangan
l

lainnya,
terhadap kejadian PPOK.8 pengecoran logam, pabrik karet,
Iritan-iritan yang dapat pengelasan, dan tempat
penghacuran batu,
menyebabkan penyakit ini diantaranya uap
l l

l
10 Debu logam l Pekerja pertambangan, tukang l

logam (fume) dari bahan-bahan kimia


l (Kadmium, l las, pekerja industry besi. l

seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen


l l
besi, nikel,
titanium, l

sulfida (H2S), bromin (Br), ammonia (NH3),


l
osmium, l

asam kuat, beberapa organic solvent, dan


l vanadium) l

10 Gas, bahan Pekerja pabring, bengkel, tukang


klorin (Cl). Debu juga dapat menyebabkan l l
l

menguap las, pabrik arang.


bronkitis kronis, seperti debu batu bara9
l

l l
dan asap
atau debu pertanian. Untuk lebih jelas
l l l l
11 Pestisida, Petani dan pekerja perkebunan l

herbisida,
berbagai iritan dan pekerja yang rentan insektisida.
mengidap bronkitis kerja dapat dilihat pada
12 Debu Petani, pekerja lumbung,
tabel 1 .2
l l l

organik peternak, pekerja perkebunan. l

seperti pabrik kapas, dan petani yang


Tabel 1. Jenis bahan iritan di lingkungan kerja dan l
kapas, terpajan debu pertanian seperti l

tepung, biji rami,gandum, dan postasium.


pekerja yang berisiko terjangkit Bronkitis Kronis l l l

bijian,
endotoksin,
No Bahan Kimia Pekerja Berisiko dan
1. Amonia Pekerja di pabrik pupuk urea l l l
biomassa
(NH3) elektroplating, pemadam
kebakaran, semiconductor
Mekanisme patogenesis bronkitis
l

manufacturing, l pembakaran
l

polimer sintetik, dan lain kerja dimulai dengan adanya bagian zat l

sebagainya . iritan yang terhirup dan lolos dari l

2. Arsenic (As) Petani yang menyemprotkan


insektisid, pekerja produksi l
pertahanan saluran pernapasan bagian l

baterai, electroplating, atas lalu berinteraksi dengan jaringan dan


l

dan produksi l
sel saluran napas. Ada tiga mekanisme
l

semiconductor). l

3. Klorin (Cl) Pembersih kolam renang; pathogenesis utama penyakit ini yaitu l l

pekerja yang bekerja di industri l toksisitas sel secara langsung, stress l

kertas, industri tekstil, industri


cat, industri plastik. l
l l
oksidatif, dan peradangan.7
4. Sulfurl l Pekerja yang berhubungan l l
Toksisitas sel langsung terjadi saat l

dioksida dengan: produksi alumunium, l l l l


menghirup debu (batu bara, asbes dll),
l l l

(SO2) baterai, semen, pertanian


(pestisida), kulit, pengecoran l
bersama dengan silika, terutama kuarsa l l

logam, minyak bumi, tekstil, pulp l l dan kontaminan terkait, menembus l

and paper, keramik, perhiasan, parenkim paru dan saluran nafas kecil. Di l l

dan lain-lain.
5. Hidrogen Pekerja pada pertanian, sini debu tersebut berinteraksi dengan sel
l l

sulfida
l pertambangan, produksi baja, dan l

(H2S) lain-lain.
J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |29
Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

permukaan atau l sel penanda, l kolagen dan jaringan parut pada jaringan l

menyebabkan kerusakan struktural dan l l l paru-paru.7 l l

pelepasan lipase dan protease, yang Tidak ada faktor genetik pasti yang
akhirnya menyebabkan jaringan parut l diketahui terkait dengan bronkitis kerja; l

paru-paru. Selain itu, penelitian in vitro


l l l namun, polimorfisme nukleotida tunggall l l

yang melibatkan jalur sel manusia telah l l pada gen untuk TNF-α, khususnya pada l l l l

mengkonfirmasi bahwa toksisitas debu l posisi −308 di wilayah promotor, dan


partikulat menginduksi l mekanisme l limfotoksin-α berhubungan dengan l l

kematian sel dan meningkatkan apoptosis.7 kerentanan genetik dan peningkatan risiko
Stres oksidatif terjadi akibat bronkitis kerja. Studi lain menunjukkan l l l

ketidakmampuan tubuh menanggulangi l l l l bahwa peningkatan konsentrasi reseptor


paparan radikal bebas yang berlebihan. plasma TNF-α (p55 dan p75) dan IL-6 pada
Partikel debu yang terhirup sering difagosit l l pasien dikaitkan dengan tingkat keparahan
oleh sel imun, terutama makrofag alveolar, l l penyakit, dan ini mungkin membantu l l

yang teraktivasi untuk memproduksi ROS l l l biomarker di deteksi dini.7


dan RNS yang menyebabkan peroksidasi Agen non-infeksi yaitu merokok, l

lipid, nitrasi protein dan kerusakan DNA. l polusi udara, dan pajanan iritan yang
l l

Secara khusus, fraksi debu batu bara yang l l l l biasanya terdapat pada daerah industri. l

dapat terhirup menimbulkan stres oksidatif l l Pajanan iritan dikelompokkan menjadi tiga
baik dengan memblokir jalur pensinyalan l kategori yaitu bahan kimia yang spesifik l

redoks atau meningkatkan produksi ROS l l seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen l l

endogen. Permukaan batu bara yang baru l l l sulfida (H2S), bromin (Br), amonia (NH3),
l

digiling mengandung radikal bebas yang l asam kuat, beberapa organic solvent, dan l

dihasilkan melalui reaksi Fenton karena l klorin (Cl); debu dan aerosol yang l

kandungan besi yang tinggi dalam batu


l l ditemukan di pembangunan rumah atau l l l l

bara. ROS dan RNS yang berlebihan gedung, pabrik semen, penambangan
l

melewati kadar kemampuan antioksidan l batubara dan penambangan lainnya,


l

paru-paru, mengakibatkan peradangan,


l l pengecoran logam, pabrik karet,
yang memicu penyakit. Logam berat, l pengelasan, dan tempat penghacuran l

logam transisi, dan kontaminan lain yang batu; dan debu-debu pertanian seperti
l l l

terkait dengan partikulat memainkan l debu kapas, rami, potasium, dan fosfat.
l l

peran penting dalam menginduksi stres l Polusi udara yang terus menerus juga
l l l l l

oksidatif, yang mengarah ke aktivasi jalur l merupakan predisposisi infeksi rekuren


l l

kematian sel baik apoptosis ataupun l l karena polusi memperlambat aktivitas silia l

autofagi.7
l dan fagositosis, sehingga timbunan mukus l l l

Peradangan terjadi sebagai respon meningkat sedangkan mekanisme


tubuh akibat adanya benda asing. Sebagai
l l pertahanannya sendiri melemah. 5
respon dari inhalasi zat iritan, saluran l

napas dan sel epitel alveolar, makrofag dan Diagnosis


sel lain menghasilkan berbagai sitokin dan Manifestasi klinis Gejala utama l

faktor pertumbuhan, termasuk IL-1β, IL-6, l l l bronkitis akut adalah batuk-batuk yang l l l

TNF-α, protein inflamasi makrofag (MIP1, dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa l l l

MIP2), mengubah faktor pertumbuhan -β l l l atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat
l

(TGF-β), protein kemoatraktan monosit 1 berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, l l l

dan faktor pengaktif trombosit. Faktor- atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut
l l l l

faktor pro-inflamasi ini merekrut sel-sel l dapat disertai gejala berikut ini: 10 l

imun lain ke paru-paru, yang menghasilkan


l l l  Demam,
mediator inflamasi dan kerusakan sel, dan l  Sesak napas,
mengaktifkan fibroblas, yang  Bunyi napas mengi atau – ngik l l

meningkatkan produksi protein matriks l


 Rasa tidak nyaman di dada atau l

ekstraseluler, menyebabkan deposisi


l
nyeri dada

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |30


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

Gejala khas bronkitis kronis adalah disarankan agar penyebab pekerjaan dan
batuk persisten yang berlangsung selama
l l lingkungan secara rutin diperoleh dalam l l

setidaknya tiga bulan dalam dua tahun l l l anamnesis. Beberapa poin penting adalah
berturut-turut.11 Batuk disertai dengan
l l l l l sebagai berikut: 1. Durasi, tingkat l l

produksilendir yang berlebihan, yang l keparahan, dan hubungan temporal l l

selanjutnya dapat menyumbat saluran l l l paparan terhadap onset atau eksaserbasi l

udara danmerusak fungsi paru-paru.


l l l l l batuk pasien harus diperhatikan; 2.
l l

Seiring waktu, peradangan berulang dan l l Riwayat merokok dan riwayat atopik harus l

akumulasi lendir dapat menyebabkan


l l diketahui; 3. Lembar Data Keselamatan l

perubahan struktural padatabung bronkial,


l l l l Bahan dan/atau ulasan kebersihan tempat l l

menyebabkan keterbatasan aliran udara l kerja dapat membantu dalam penilaian l

dan pernapasan. Pada beberapa kasus l keseluruhan gejala termasuk batuk; 4. l l l l

Gagal Nafas tipe II yang disebabkan Periode waktu antara pajanan terakhir dan l

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) l l evaluasi medis harus diperhatikan karena
l l

Eksaserbasi akut, gejala yang ditimbulkan l l hasil pengujian objektif dapat dipengaruhi l l

berupa penurunan kesadaran, hipotensi,


l l l oleh hal ini.14
takikardia, takipnea, dan diaphoresis.12 Pasien bronkitis kronis memiliki
Peningkatan risiko bronkitis kronis beberapa gejala klinis seperti, distres
yang diamati di antara tukang las l pernapasan yang signifikan pada
disebabkan oleh paparan asap las di eksaserbasi akut, Pengecilan otot. Pada l

bengkel las. Paparan debu karpet di kantor l paru-paru ditemukan penggunaan otot
l l l l

dapat menyebabkan bronkitis kronis yang bantu pernapasan, ekspirasi memanjang,


l

dilaporkan oleh pekerja kantor. Asap las suara mengi, pernapasan bibir-kerucut,
l l l

meliputi campuran gas, partikel dan asap l l dan pada rongga dada terdapat
oksida logam yang bila dihirup dapat l peningkatan diameter dinding dada
menurunkan fungsi paru-paru dan l l l l l anterior-posterior (barrel chest), Sianosis
meningkatkan risiko bronkitis kronis.13 sentral saat oksigenasi arteri rendah. Pada
Pasien dengan bronkitis kronis juga l ekstremitas bawah bisa terjadi edema
mengeluhkan gejala pernapasan lainnya. l pada kasus gagal jantung kanan.15 l l

Gejala pernapasan seperti sesak napas, Pemeriksaan auskultasi dada l l

nyeri dada, sesak dada, mengi dan iritasi biasanya tidak khas pada stadium awal. l

pada rongga hidung dikaitkan dengan l Seiring perkembangan dan progresivitas


bronkitis kronis. Sesak nafas adalah kondisi batuk, dapat terdengar berbagai macam
l

dimana udara sulit untuk dihirup ke dalam l l l l l ronki, suara napas yang berat dan kasar, l

paru-paru. Hal ini dapat terjadi akibat


l l wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil l l l

menghirup asap dan polutan yang merusak l l l pemeriksaan radiologist biasanya normal
fungsi paru-paru yang mengakibatkan
l l l atau didapatkan corakan bronchial. Pada
l

penyempitan saluran udara di paru-paru. l l l l umumnya gejala akan menghilang dalam


l l

Kerusakan oksidatif dan radang saluran


l l 10 -14 hari. Bila tanda – tanda klinis
pernapasan dapat disebabkan oleh menetap hingga 2 – 3 minggu, perlu l l

paparan partikel asap las. Hampir sepertiga dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu
l l

pasien dengan bronkitis kronis juga l dapat pula terjadi infeksi sekunder.16 l l

mengalami sesak napas.13 Hasil pemeriksaan laboratorium l

Pasien bronkitis juga merasakan l patologi menunjukkan adanya infiltrasi l l

nyeri dada, sesak dada, iritasi pada rongga mukosa oleh limfosit dan leukosit PMN.
l l

hidung dan mengi. Nyeri dada dapat


l Diagnosis dapat dipastikan dengan
disebabkan oleh batuk terus menerus yang l l l pemeriksaan klutur dan sekresi mukus. l l l l

membuat area dada semakin tegang. l Pengobatan pertusis sebagian besar l

Pekerja kantoran yang alergi terhadap bersifat suportif. Pemberian eritromisin l

debu tungau rumah dapat pula l l l l l dapat mengusir kuman pertusis dari l l l

mengeluhakn mengi. Untuk setiap pasien l l l nasofaring dalam waktu 3 – 4 hari, l

dewasa dengan batuk kronis, sangat l sehingga mengurangi penyebaran l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |31


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

penyakit. Pemberian selama 14 hari memastikan diagnosis PPOK. Pasien


setelah awitan penyakit selanjutnya dapat l dengan FEV1 yang berkurang secara l

menghentikan penyakit. signifikan dan tanda-tanda dispnea


Diagnosis dari bronkitis akut dapat l harus dievaluasi untuk oksigenasi
l l l l

ditegakkan bila; pada anamnesa pasien dengan oksimetri nadi atau analisis l

mempunyai gejala batuk yang timbul tiba –


l l l gas darah arteri.16
tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa l l l

adanya bukti pasien menderita pneumonia,


l l Pada pasien bronkitis akut, l

common cold, asma akut, eksaserbasi akut l l spirometri mungkin berguna karena l l

bronkitis kronik dan penyakit paru l pasien dengan bronkitis akut sering l

obstruktif
l kronik (PPOK). Pada mengalami bronkospasme yang
pemeriksaan fisik pada stadium awal l signifikan, dengan penurunan besar l l

biasanya tidak khas. Dapat ditemukan l volume ekspirasi paksa dalam satu
l l

adanya demam, gejala rinitis sebagai detik (FEV1). Ini biasanya sembuh l

manifestasi pengiring, atau faring l dalam 4-6 minggu. l

hiperemis. Sejalan dengan perkembangan


serta progresivitas batuk, pada auskultasi l l l b. Pengukuran peak flow rate l l

dada dapat terdengar ronki, wheezing, Peak flow rate (PFR) adalah
ekspirium diperpanjang atau tanda
l l kecepatan maksimum aliran l

obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan


l ekspirasi selama ekshalasi paksa .
tidak terlalu lengket akan terdengar ronki l Uji yang dilakukan mengukur
l l l l

basah.17 seberapa cepat seseorang dapat


Tes ini dilakukan menggunakan l l meniupkan udara keluar dari paru- l l l l

alat-alat khusus dan di dalamnya l l paru. Pada penderita asma atau


l l

terdapat beberapa tes, di antaranya:15 beberapa penyakit paru lainnya, l

a. Spirometri besar jalan udara di dalam paru- l l

Pengukuran dilakukan l l l paru akan semakin mengecil. Hal ini


l

menggunakan spirometer. l akan menyebabkan melambatnya


Spirometri merupakan salah satu l l kecepatan udara yang meninggalkan l

evaluasi paru yang sederhana.


l l paru-paru. Evaluasi ini penting
l l l

Fungsi dari spirometri sendiri antara


l untuk mengevaluasi pengontrolan
l l l

lain untuk menentukan seberapa l l l dari sebuah penyakit. 18 l

baik menerima, menahan, dan


menggunakan udara, untuk l l l l c. Arterial blood gas (ABG)
memonitor penyakit paru, untuk l l l Tes darah ini merupakan tes l

memonitor keefektifan dari sebuah l yang digunakan untuk melihat l l l

pengobatan, untuk menentukan l l l kemampuan paru-paru l l l

tingkat keparahan sebuah penyakit l menyediakan darah dengan oksigen


paru, untuk menentukan apakah
l l l l dan menghilangkan karbon dioksida,
penyakit paru tersebut restriktif l l dan untuk mengukur pH darah. l l l l

(penurunan laju udara) ataul l l l l Asidosis respiratorik akibat


obstruktif (gangguan laju udara). l l l l hiperkapnia merupakan komplikasi l

Spirometri dilakukan sebelum l l umum dan berat yang diamati pada


l l

dan sesudah pemberian l pasien dengan penyakit bronkitis


bronkodilator inhalasi. kronis pada fase lanjut. Perkembangan l

Bronkodilator inhalasi dapat berupa l asidosis memperburuk prognosis dan l l

agonis beta2 kerja singkat (SABA), berhubungan dengan angka kematian l l

antikolinergik kerja singkat, atau l yang lebih tinggi.


kombinasi keduanya. Rasio volume l l

ekspirasi paksa dalam satu detik l d. Pulse oximetry


l

terhadap kapasitas vital paksa Pengukuran dilakukan l l l

(FEV1/FVC) kurang dari 0,7 l menggunakan oksimeter. Oksimeter l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |32


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

berfungsi untuk mengukur kadar


l l l l l infeksi bakteri atau telah dibuktikan l l

oksigen di dalam darah. Pulse l dengan pemeriksaan penunjang lainnya. l

oximetry berkinerja buruk l l Pemberian antibiotik berdasarkan terapi


dibandingkan dengan analisis gas empiris biasanya disesuaikan dengan usia, l l

darah arteri invasif. Variabilitas jenis organisme yang biasa menginfeksi


pembacaan lebih besar pada subjek l dan sensitivitas di komunitas tersebut. l l

dengan bronkitis kronis Antibiotik juga telah dibuktikan tidak l l

dibandingkan dengan emfisema.19 mencegah terjadinya infeksi bakteri


sekunder, sehingga tidak ada tempatnya
l

e. Tes darah CBC (complete blood count) l diberikan pada bronkitis akut viral. l

Pengukuran ini digunakan untuk l l l l l Bila ditemukan wheezing pada l

melihat kenaikan jumlah sel darah l pemeriksaan fisik, dapat diberikan


merah jika terdapat hipoksemia bronkodilator ß2 agonist, tatapi diperlukan l

kronik. Jumlah sel darah putih akan l l evaluasi yang seksama terhadap respon
l

meningkat jika terdapat infeksi pada bronkus untuk mencegah pemberian l l l

pasien pneumonia. Namun, pada l l bronkodilator yang berlebihan.10


penderita bronkitis kronik, Jumlah bronkitis akut bakterial l l

pengukuran jumlah sel darah ini


l l l lebih sedikit daripada bronkitis akut viral. l

tidaklah terlalu abnormal. l Invasi bakteri ke bronkus merupakan l l

Identifikasi pasien COPD yang infeksi sekunder setelah terjadi kerusakan l l

mengalami polycythaemia sangatlah permukaan mukoasa oleh infeksi virus l l l

penting karena hal ini merupakan l sebelumnya. Sebagai contoh., percobaan


l

faktor predisposi kejadian-kejadian pada tikus, infeksi virus influenza l l l

yang berhubungan dengan vaskular. l l l menyebabkan deskuamasi luas epitel l l

Seseorang dapat diduga mengalami l bersilia di trakea, sehingga bakteri seperi


polycythaemia bila hematokrit >47% Pseudomonas aeruginosa yang seharusnya
l l l

pada wanita dan >52% pada pria.20 dapat tersapu dapat beradhesi di l

permukaan epitel.10 l

f. Radiografi dada Pada pasien Bronkitis kronis tujuan l l

Bronkitis kronik juga dapat dilihat l utama pengobatan bronkitis kronis adalah
l

melalui radiografi dada.


l Pada untuk meredakan gejala, mencegah
l l

penderita bronkitis kronik biasanya komplikasi, dan memperlambat


radiografi dada menemukan l perkembangan penyakit. Tujuan utama l l l

peningkatan volume dada dengan l terapi ditujukan untuk mengurangi l l l l l

diafragma dalam keadaan hiperinflasi. produksi lendir yang berlebihan,


l

Kemudian, dinding bronchial juga


l l mengendalikan peradangan, dan
mengalami penebalan. Ukuran jantung l l l menurunkan batuk. Ini dicapai dengan
l l l

membesar menyebabkan volume l intervensi farmakologis dan


jantung sebelah kanan terbebani
l nonfarmakologis. Andalan intervensi
terlalu berat.15 l farmakologis adalah sebagai berikut: l

Penatalaksanaan 1. Bronkodilator
Sebagian besar terapi bronkitis Agonis reseptor β-adrenergik kerja
akut viral bersifat suportif. Pada
l l pendek dan panjang, serta antikolinergik,
kenyataannya rhinitis dapat sembuh tanpa l membantu dengan meningkatkan lumen l l

pengobatan sama sekali. Istirahat yang saluran napas, meningkatkan fungsi silia,
l l

cukup, masukan cairan yang adekuat serta


l l l l dan dengan meningkatkan hidrasi
21
pemberian asetaminofen dalam keadaan mukosa.
l

demam bila perlu, sudah mencukupi untuk l l l l l l

beberapa kasus. Antibiotik sebaiknya l 2. Glukokortikoid


hanya digunakan bila dicurigai adanya l l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |33


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

Pemberian steroid ini mengurangi l control, kontrol administratif, APD (Alat


peradangan dan produksi lendir. l Pelindung Diri).23 l

Pemberian deksametason juga dapat l

mengurangi peradangan eosinofilik pada


l 1. Eliminasi dan substitusi
saluran napas serta mengurangi batuk
l l l Penghapusan agen berbahaya l

akibat hipersensitifitas .3 Kortikosteroid sama sekali adalah metode yang disukai, l

inhalasi mengurangi eksaserbasi dan l Penggantian asbes di banyak bagian dunia l

meningkatkan kualitas hidup. Namun, itu l l l l adalah contohnya; penggunaan asbes l

diberikan di bawah pengawasan medis dan dalam lagging sebagian besar telah
untuk jangka waktu yang singkat, karena
l l l digantikan oleh serat mineral buatan l

penggunaan jangka panjang dapat


l manusia yang kurang berbahaya, meskipun
l l l

menyebabkan osteoporosis, diabetes, dan belum tentu bebas risiko, seperti


l l

hipertensi.21 rockwool.23

3. Antibiotik 2. Engineering control


Pemberian antibiotik tidak Seringkali seperti dalam banyak
diindikasikan dalam pengobatan bronkitis kasus operasi
l pertambangan dan
kronis. Namun, terapi makrolida telah l konstruksi, pemisahan atau penggantian
l l

terbukti memiliki sifat anti-inflamasi dan


l tidak mungkin dilakukan, dan jalan lain l l

karenanya mungkin berperan dalam l dibuat untuk berbagai kontrol teknik yang
l l l

pengobatan bronkitis kronis.21 dirancang untuk mengurangi pembentukan l l l l

Pada pasien bronkitis akut dan l dan penghirupan agen seperti debu, uap, l l l

kronis, terapi non-farmakologis seperti gas, dan serat di tempat kerja. Sistem ini
fisioterapi dapat membantu pasien l mencakup metode untuk menutup proses l l l l l

mengurangi gejala batuk. Fisioterapi dada


l l dan operasi, atau mengekstrak emisinya l

dengan perkusi, vibrasi, drainasem nafas l dari zona pernapasan pekerja.23


dalam, dan Latihan batuk efektif dapat l Selain itu engineering control juga l l

membatu pasien mengeluarkan dahak, l l bisa dilakukan dengan menutup total atau l l l l

membersihkan laring, trakea. Pada salah parsial sumber iritan dengan sistem l

satu kasus Bronkiektasis, setelah pasien


l l ventilasi pembuangan umum ataupun l l l l l

menjalani fisioterapi dada, laju pernapasan l local, misalnya ventilasi di dalam bilik atau l

pasien menurun dari 27 kali/menit menjadi l l di dalam ruangan-ruangan, sistem lain juga l l l

23 kali/menit.22 bisa diterapkan seperti pengurangan debu l l

berbasis air (water based dust l

Pencegahan abatemen).24
Penyakit paru akibat kerja seperti l

Bronkitis akibat kerja dapat dicegah dalam 3. Kontrol administratif


pencegahan tiga tahap: pencegahan primer Solusi teknik dapat disertai dengan l

yang bertujuan untuk mengurangi kejadian l l l l l kontrol administratif, yang meliputi l

penyakit, pencegahan sekunder yang l perancangan jadwal kerja untuk l l

bertujuan luntuk l mengurangi l l l mengurangi risiko, pelabelan bahan


l

perkembangan dan keparahan penyakit, berbahaya, dan pendidikan dengan


dan pencegahan tersier yang bertujuan l l pelatihan pekerja dalam praktik yang aman
untuk
l mengurangi
l komplikasi dan l dan rotasi kerja. Survei harus dilakukan l l l

konsekuensi dari penyakit yang sudah


l l untuk mengidentifikasi kondisi kerja yang
l l

ada.23 dapat meningkatkan risiko bronkitis kronis


di kalangan pekerja. Pekerja yang merokok
Pencegahan primer lebih harus didorong untuk berhenti merokok.
l l l

diharapkan dan biasanya terdiri dari Pekerja yang menderita bronkitis harus l

hierarki kontrol dari yang tertinggi diberikan pengobatan dan dipatuhi. l

eliminasi dan subtitusi, engineering l l Program pendidikan harus dirancang di l

tempat kerja untuk mendidik pekerja l l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |34


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

tentang faktor risiko bronkitis kronis serta pekerjaan, contohnya kuisioner yang l

strategi pencegahan dan manajemen. dibuat oleh The European Community


l l l

Pekerja harus didorong untuk berolahraga l l l Respiratory Health Survey.24 l

secara teratur untuk meningkatkan kualitas l l l l Kuesioner harus diberikan pada l l

hidup dan menghindari paparan polutan


l l awal pekerjaan dan dilakukan juga secara l l

yang dapat menyebabkan bronkitis berkala, surveilans kesehatan juga l l

kronis.23 mencakup tes fungsi paru yang terstandar. l l l

Tes fungsi paru ini bertujuan untuk l l l l l l

4. Alat Pelindung Diri mengidentifikasi adanya pekerja yang


Alat Pelindung Diri K3 untuk l l l mengalami penurunan fungsi paru secara l l l l

melindungi organ pernapasan bekerja l drastis, untuk memberikan tindakan l l

dengan cara mengalirkan udara bersih ke l pencegahan, menghentikan paparan


dalam saluran pernapasan. Atau cemara l l berbahaya, dan melindungi pekerja lain l

cemara di udara agar jangan sampai masuk l l yang terapapar.24


ke dalam paru-paru. Misalnya paparan dari l l Pencegahan sekunder ini juga l l

bahan kimia, debu, mikroorganisme, kabut, l l bertujuan untuk menghilangkan faktor


l l l l

uap, asap, gas, dan sebagainya. Alat


l resiko utama seperti merokok. Intervensi l

pelindung pernapasan terdiri dari banyak l dan kounseling untuk berhenti merokok l l l

jenis. Di antara yang paling umum ada l l telah dilakukan di seluruh dunia dan l l l l

masker, respirator, dan katiri. Kemudian l merupakan bagian penting dari promosi
l

ada juga canister, respirator maskapai, l kesehatan di tempat kerja, dan sangat
rebreather, tangki selam, Self-Contained berperan dalan terjadinya penyakit
Breathing Apparatus (SCBA), dan juga alat l l bronkitis akibat kerja. Pemberian kuesioner l

bantu pernapasan darurat. Penggunaan


l l l pada pekerja secara berkala dan tes fungsi l

alat pelindung pernapasan seperti masker l parudapat menemukan pekerja yang


l l

pernapasan yang dilengkapi dengan filter mengalami penuruan fungsi paru secara l l l l

dianjurkan bagi semua pekerja yang


l l drastis sehingga pekerja tersebut dapat l

melakukan pekerjaan pengelasan untuk l l l diawasi denga ketat, kemudian dapat l

melindungi mereka dari menghirup asap, l l ditawarkan kesempatan untuk pindah l l

gas dan partikel las.23 pekerjaan, mengikuti program rehabilitasi, l

program berhenti merokok, skrining


Pencegahan sekunder dapat l genetik, dan bila perlu diberikan l

dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat


l pengobatan farmakologis.24
primer dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjut seperti pelayanan dokter spesialis
l Pencegahan tersier difokuskan l

paru maupun dokter spesialis kesehatan


l l l dalam mengelola dan mengoptimalkan
kerja. Tujuan pencegahan sekunder ini l l l pencegahan dan mengurangi dampak l

adalah untuk mencari kelompok yang l l terhadap kesehatan dan sosial. Bronkitis
beresiko tinggi menderita bronkitis akibat kronis akibat kerja dapat menurunkan l l

kerja dan melakukan diagnosis dini l kualitas hidup pekerja, meningkatkan


l l

penyakit ini. Diagnosis dini pada bronkitis ketidakhadiran kerja dengan alasan
kerja dapat mengurangi pembiayaan l kesehatan, dan penurunan kemampuan l l l

kesehatan dan beban sosial ekonomi kerja. Kemudian pekerja juga mengalami l l

akibat penyakit ini. Ada banyak contoh penurunan produktivitas kerja, dan
l l l

surveilans kesehatan pada pekerja yang


l kerugian yang tidak langsung akibat
l l

beresiko dan beberapa upaya evaluasi l l penyakitnya. Oleh karena itu, dokter dan l

efektifitasnya. Idealnya program surveilans l dokter spesialis, serta professional


medis yang disesuaikan denga pencegahan l kesehatan lain harus bekerja sama untuk l l l

bronkitis kerja harus berisi kuisioner l l mengurangi dampak akibat penyakit ini.
l

terstruktur dan terstandarisasi untuk


l l l l Dokter dan dokter spesialis dapat
mengumpulkan informasi tentang gejalal l melakukan terapi farmakologis, rehabilitasi
l

pernapasan dan hubungannya dengan l l paru, dan vaksinasi. Vaksinasi yang


l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |35


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

diberikan dapat berupa vaksin influenza l l of COPD in smokers and non-


dan pneumonia. Pneumonia sering l l smokers: the Rotterdam Study. Eur J l l

menjadi penyebab eksesarbasi akut l Epidemiol 2016;31(8):785–792.


bronkitis kronis, dan pekerja-pekerja yang
terpapar asam dan debu beresiko terkena l
2. Kim V, Wang W, Mannino D, Diaz A.
pneumonia. Pasien-pasien yang sudah
l l
The Association of Birthplace and
terdiagnosis bronkitis akibat kerja harus l
Occupational Exposures with Chronic l l

ditangani dengan tepat, agar penyakit ini Bronchitis in US Hispanics/Latinos, l

tidak bertambah berat, dan tidak 2008–2011. Occup Environ Med l

menimbulkan perburukuan.24 l l l l
2020;77(5):344–350.

3. Fang Z, Huang C, Zhang JJ, et al. l

Simpulan Traffic-Related Air Pollution Induces l l

Bronkitis Kerja adalah penyakit yang Non-Allergic Eosinophilic Airway


umumnya ditemui sebagai bronkitis akut
l l l l
Inflammation and Cough l

maupun kronis yang di sebabkan karena


l l
Hypersensitivity In Guinea-Pigs. Clin l

pajanan debu dan bahan yang terhirup di l l


Exp Allergy 2019;49(3):366–377.
tempat kerja Penyakit ini timbul akibat l

adanya zat-zat iritan yang terhirup ke l


4. Doney B, Kurth L, Syamlal G. Chronic l

saluran nafas dan lolos pertahanan saluran


l l
bronchitis and emphysema among
nafas bagian atas, yang kemudian akan l
workers exposed to dust, vapors, or l

berinteraksi dengan jaringan dan sel-sel di fumes by industry and occupation.


l l l

saluran
l nafas. Patogenesis utama l
Arch Environ Occup Health l

terjadinya penyakit ini adalah toksisitas sel 2022;77(7):525–529.


secara langsung, stress oksidatif, dan l

5. Libu C, Otelea MR, Arghir IA, Rascu A,


peradangan yang terjadi secara terus
l l

Antoniu SA, Arghir OC. Challenges in


menerus. Ketiga hal tersebut dapat
l

l l

Diagnosing Occupational Chronic


menyebabkan kerusakan saluran nafas
l

l l

Obstructive Pulmonary Disease.


secara permanen. Penyakit ini dapat
l l

Medicina (Mex) 2021;57(9):911.


dicegah dan diobati. Ada 3 pencegahan
yaitu pencegahan primer bisa berupa
6. Mustofa S, Soemarwoto RAS, Firdaus
l l

l l

eliminasi dan subtitusi, engineering


ED, Saputra TT, Juhana HA. Penyakit
l l

l l

control, kontrol adminstratif, dan APD;


Paru Obstruksi Kronis Eksaserbasi
l l

pencegahan sekunder berupa skrinning


Akut dengan Pneumotoraks Spontan
l l

l l

kesehatan dan tes fungsi paru; dan


Sekunder. J Kedokt Univ Lampung
l l

l l l

pencegahan tersier berupa terapi


2023;7(1):8–13.
l

farmakologis, rehabilitasi, serta vaksinasi.


Pemberian tatalaksana umum sama seperti l l
7. Vanka KS, Shukla S, Gomez HM, et al. l

bronkitis akut ataupun kronis lainnya dan l l l


Understanding the pathogenesis of
l

paling utama adalah menghindari pajanan


l
occupational coal and silica dust-
l l

atau mengurangi pajanan terhadap agen


l l
associated lung disease. Eur Respir l l

penyebab bronkitis kerja dengan Rev 2022;31(165):210250.


penatalaksanaan dan manajemen yang
tepat. Hal-hal tersebut dapat l
8. Mustofa S, Zuya CS. Polimorfisme
l l

meningkatkan kualitas hidup pasien atau l l l


Genetik dan Penyakit Paru Obstruktif l l

pekerja. Kronis. J Medula 2019;9(3):584–592. l

Daftar Pustaka 9. Mustofa S, Firdaus ED. Mengenali


l l

Coal Worker’s Pneumoconiosis, l

1. Terzikhan N, Verhamme KMC, Penyakit Paru Pekerja Tambang l

Hofman A, Stricker BH, Brusselle GG, l


Batubara. J Kedokt Univ Lampung
l l l

Lahousse L. Prevalence and incidence


l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |36


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

[homepage on the Internet] 2022 Pathophysiology [Homepage on the


[cited 2023 Aug 18];5(2). Available l Internet]. 2023 [cited 2023 Aug l

from: 18];Available from:


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/in
l l https://emedicine.medscape.com/art
dex.php/JK/article/view/2995 icle/297108-overview

10. Kinkade S, Long NA. Acute Bronchitis. l 18. DeVrieze BW, Modi P, Giwa AO. Peak
Am Fam Physician 2016;94(7):560– Flow Rate Measurement [Homepage l

565. on the Internet]. In: StatPearls.


Treasure Island (FL): StatPearls
l

11. Gandhi N, Tungar V, Desai N. l


Publishing, 2023 [cited 2023 Aug 4];
l l

Complete Study of Chronic Bronchitis


l
Available from:
And Homoeopathic Overview. EPRA http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
Int J Multidiscip Res IJMR l
NBK459325/
2023;9(7):108–110.
19. Amalakanti S, Pentakota MR. Pulse l

12. Mustofa S, Hasanah FA, Puteri FD,


l l
Oximetry Overestimates Oxygen
Surya
l SR, Soemarwoto RAS. Saturation in COPD. Respir Care
l

Penurunan Kesadaran Disebabkan


l l
2016;61(4):423–427.
Gagal Nafas Tipe Ii Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis l l 20. Thapa KB, Paudel A, Dhital S, l

(PPOK) Eksaserbasi Akut: Laporan l Shrestha A, Ojha L, Shrestha A.


Kasus. J Ilmu Kedokt Dan Kesehat
l l Polycythemia among Patients with
2023;10(6):2194–2203. Chronic Obstructive Pulmonary l l

Disease Admitted to the Department


13. Raphela SF. Chronic Bronchitis and of Medicine in a Tertiary Care Center:
Associated Factors in Workers at A A Descriptive Cross-sectional Study. l

South African Welding Company. Afr


l
JNMA J Nepal Med Assoc
J Biomed Res 2021;24(1):47–52. 2023;61(260):343–346.

14. Tarlo SM, Altman KW, Oppenheimer 21. Widysanto A, Mathew G. Chronic
J, et al. Occupational and l
Bronchitis [Homepage on the
Environmental Contributions to l
Internet]. In: StatPearls. Treasure l

Chronic Cough in Adults. Chest l l


Island (FL): StatPearls Publishing, l

2016;150(4):894–907. 2023 [cited 2023 Aug 18]; Available l

from:
15. Agarwal AK, Raja A, Brown BD. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
Chronic Obstructive Pulmonary l l
NBK482437/
Disease [Homepage on the Internet].
In: StatPearls. Treasure Island (FL): l
22. Mustofa S, Putri NSPDL, Togihon L,
l l

StatPearls Publishing, 2023 [cited l


Aryana WF, Sanjaya RP, Saputra TT. l

2023 Aug 7]; Available from: l


Laporan Kasus: Bronkiektasis l

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ Terinfeksi disertai Sindroma


NBK559281/ Obstruksi Pasca Tuberkulosis.
l l l

MAJORITY 2023;12(1):33–42.
16. Decramer M, Janssens W, Miravitlles
M. Chronic obstructive pulmonary l l
23. Cullinan P, Muñoz X, Suojalehto H, et
l l l

disease. Lancet Lond Engl al. Occupational lung diseases: from


l l

2012;379(9823):1341–1351. old and novel exposures to effective l

preventive strategies. Lancet Respir


17. Fayyaz J. Bronchitis: Practice Med 2017;5(5):445–455.
Essentials, Background, l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |37


Syazili Mustofa, Fikri Muhammad Rifai Patongai| Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan

24. Murgial N, Gambelunghe A. l disease? Respirol Carlton Vic


Occupational
l COPD—The most 2022;27(6):399–410.
under‐recognized occupational lung
l l l

J Agromedicine Unila │Volume 10│Nomor 2│Bulan September Tahun 2023│Halaman |38

Anda mungkin juga menyukai