Anda di halaman 1dari 14

DRUG-INDUCED LIVER INJURY

Oleh :
Pujia Cahya Amalia

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
DEFINISI

Drug-induced Liver Injury (DILI) merupakan istilah luas yang diterapkan pada setiap
cedera pada hati yang diinduksi oleh obat, herbal, atau suplemen makanan yang
bermanifestasi sebagai spektrum dari peningkatan tes / fungsi hati tanpa gejala ataupun
disertai dengan gejala.

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Drug-Induced Liver Injury (DILI)

 Hati memetabolisme hampir setiap obat atau racun dan karena itu rentan terhadap cedera. > 700 obat
diketahui menyebabkan DILI.

 Obat merupakan 7% dari efek samping yang dilaporkan dan 30% dari semua kasus gagal hati fulminan.

 Merupakan diagnosis klinis eksklusi

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Mekanisme toksisitas obat

DILI dapat terjadi karena:


 Toksisitas langsung dari senyawa utama (dapat diprediksi hepatotoksisitas).
 Idiosyncratic (tidak dapat diprediksi - dari respons yang dimediasi secara imunologis).
DILI mempengaruhi:
 Hepatosit
 Sel epitel biliar

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
DILI pada OAT
DILI pada OAT

DILI akibat OAT merupakan gangguan fungsi hati akibat penggunaan obat
antituberkulosis (OAT). DILI akibat OAT terjadi dalam waktu 2 bulan setelah pemberian
dan insiden tertinggi terjadi pada 2 minggu pertama.

Faktor Resiko:
 IMT
 Status aselitator metabolik INH
 Usia
 Jenis Kelamin
 Interaksi Obat
 Faktor metabolisme
 Konsumsi Alkohol

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Perhatian Khusus

Sangat penting untuk mencari penyebab lain Hepatitis sebelum mendiagnosis Hepatitis
Imbas Obat/DILI.

Informasi medis yang perlu diketahui:


 Riwayat konsumsi alkohol
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Laboratorium untuk menyingkirkan adanya Hepatitis A, B dan C
 USG Abdomen untuk menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan sistem Bilier

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Kriteria Diagnosis

Kriteria definisi DILI akibat OAT sesuai dengan American Thoracic Society:
i. Peningkatan alanin aminotransferase (ALT) atau aspartate aminotransferase (AST) ≥
5x Batas Atas Normal (BAN) tanpa disertai gejala
ii. Peningkatan ALT atau AST ≥ 3x Batas atas nilai normal disertai dengan gejala (mual,
muntah, nyeri perut kanan atas, anoreksia) atau disertai adanya gejala ikterik.
iii. Peningkatan bilirubin >2

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Kriteria Diagnosis

Cut-off level untuk DILI dan Stop pengobatan menurut ATS:


i. SGPT > 200 IU/L, atau
ii. SGPT > 120 IU/L disertai gejala
iii. Memulai pengobatan kembali jika SGPT <80 IU/L

Cut-off level untuk DILI dan Stop pengobatan menurut BTS:


i. SGPT atau SGOT >200 IU/L atau peningkatan bilirubin
ii. Memulai pemgobatan kembali jika SGPT kembali normal

Cut-off level untuk DILI dan Stop pengobatan menurut ERS dan WHO:
i. SGPT atau SGOT > 200 IU/L atau pasien Ikterik
ii. Memulai pengobatan kembali jika SGOT/SGPT kembali normal

Bakowitz et al. Acute lung injury and the acute respiratory distress syndrome, Scandinavian Journal of Trauma, 2012, http://www.sjtrem.com/content/20/1/54

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Prinsip Tatalaksana

Tatalaksana Hepatitis Imbas Obat tergantung pada:


 Fase pengobatan TB (tahap awal atau lanjutan)
 Beratnya gangguan fungsi hati
 Beratnya penyakit TB
 Kemampuan atau kapasitas pelayanan Kesehatan dalam tatalaksana efek samping
OAT

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Prinsip Tatalaksana

Retroinduksi OAT satu per satu sesuai ATS:


 Pemberian obat sebaiknya dimulai dengan Rifampisin dengan atau tanpa Etambutol
 Setelah 3-7 hari dan dibuktikan tidak ada peningkatan SGPT, maka Isoniazid dapat
diberikan
 JIKA pada proses retroinduksi terdapat peningkatan SGPT, maka obat terakhir
yang diretroinduksi harus dihentikan
 Pada pasien dengan riwayat hepatitis imbas ibat yang berat dan dapat mentoleransi
Rifampisin dan Isoniazid, maka Pirazinamid tidak perlu dicoba untuk
retroinduksi

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Regimen Alternatif

Pilihan Regimen non-hepatotoksik:


1. Diberikan 9 bulan INH dan RIF denga tambahan Etambutol hingga uji kepekaan obat INH dan RIF dipastikan
SENSITIF (9RHE)  Tidak dapat menggunakan Pirazinamid
2. Diberikan 2 bulan INH, RIF, Streptomisin dan Etambutol dilanjutkan 6 bulan RIF dan INH (2RHES/6RH) 
Tidak dapat menggunakan Pirazinamid
3. Diberikan 6-9 bulan RIF, Pirazinamid, dan Etambutol (6-9 RZE)  Tidak dapat menggunakan Isoniazid
4. Diberikan 2 bulan INH, Etambutol, Streptomisin. Dilanjutkan 10 bulan INH dan Etambutol (2HES/10HE) 
Tidak dapat menggunakan Rifampisin
5. Diberikan 18-24 bulan Streptomisin, Etambutol, dan Flurokuinolon (18-24 SEQ)  Tidak dapat menggunakan
Isoniazid dan Rifampisin

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Tatalaksana DILI

 Rifampisin dosis penuh pada hari ke-1 (dengan / tanpa Etambutol


 Setelah 3-7 hari, tambahkan Isoniazid dosis penuh (INH diberikan pada hari ke-8)
ATS  Cek SGPT 3-7 hari setelah pemberian INH

 Streptomisin dan Etambutol (Jk kondisi buruk dan spotum BTA positif dalam 2 minggu dimulai
pengobatan)
 INH 100 mg/ hari sejak hari ke-1, dosis penuh mulai hari ke-4
BTS  Rifampisin 150 mg/hari sejak hari ke-8, dosis penuh mulai hari ke-11
 Pirazinamid 500 mg/ hari sejak hari ke-15, dosis penuh mulai hari ke-18
 Cek fungsi hati setiap hari

WHO/  Memulai semua pengobatan dosis penuh


 Jika terjadi DILI, STOP semua obat, mulai dengan Streptomisin dan Etambutol, kemudian mulai
ERS obat yang lain satu per satu.

Daniela Mokra. Acute Lung Injury – From Pathophysiology to Treatment , Physiol. Res. 69 (Suppl. 3): S353-S366, 2020, https://doi.org/10.33549/physiolres.934602

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai