Anda di halaman 1dari 18

PENYAKIT ANTRAKOSIS

Kelompok: 11
Arshy Febita Dayanti ( 1807101030074 )
Khaziatun Nur ( 1807101030059 )

Pembimbing: dr. Cut Mustika, M.Si


BAB I
LATAR BELA KANG
Penyakit paru dan pernafasan merupakan penyakit yang sering dijumpai di tempat kerja. 8%
kasus kematian terkain kerja diseluruh dunia. Banyaknya kasus penyakit paru-paru
dipengaruhi oleh mudah masuknya bahan berbahaya yang berukuran sangat kecil kedalam
rongga pernapasan. Penting penanganan penyakit paru diakui dunia melalui NIOSH pada
tahun 1983 dan 1990 yang menyatakan bahwa penyakit paru akibat kerja termasuk penyakit
akibat kerja ( Occupational Diseases ), ILO pada tahun 2003 menyertakan penyakit paru
akibat kerja dalam Major Occupational Illnesses, dan pada daftar penyakit akibat kerja ILO.

Pemerintah indonesia dalam keputusan Presiden RI No.22 tahun 1993 mengakui kehadiran
penyakit paru akibat kerja yaitu dengan menyertakan penyakit paru ke dalam penyakit
akibat kerja ( occuparional Diseases). Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja,
Organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak
terkena oleh pajanan yang berbahaya di tempat kerja. Penyakit paru akibat kerja
merupakan penyakit atau kelainan paru yang terjadi akibat terhirupnya pratikel, kabut, uap
atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja
BAB II
DEFINISI
Penyakit Antrakosis adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan
oleh debu batubara. Penyakit ini
biasanya ditemui pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pekerjaan yang
melibatkan penggunaan batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4
tahun sejak terpapar debu batubara
PENYEBAB

Antrakosis adalah pneumokoniosis yang disebabkan oleh penimbunan


partikel debu arang batu dalam paru, yang diakibatkan oleh inhalasi kronis
debu yang mengandung karbon tinggi seperti antrasit, bituminus dan
jarang terhadap grafit, secara tipikal selama > 20 tahun
PATOFISIOLOGI

Makrofag alveolar menelan debu arang batu, melepaskan sitokin yang


merangsang inflamasi dan mengumpulkan didalam interstisium disekitar
bronkiolus dan alveoli (coal macule). Nodul-nodul arang batu berkembang
menjadi kolagen yang menggumpal dan emfisema fokal berkembang selagi
didinding bronkiolus melemah dan melebar.
HISTOPATOLOGI

Penderita antrakosis memiliki gambaran


histopatologis yang khas yaitu seperti
adanya akumulasi pigmen karbon serta
debu yang tampak sebagai flek hitam di
bidang sayatan organ paru. Perubahan lain
yang tampak selain adanya flek hitam,
secara mikroskopis terlihat juga emfisema,
kongesti, edema, fibrosis, hiperemi, serta
hemoragi.
JENIS ANTRAKOSIS
1. Penyakit Antrakosis Murni
2. Penyakit Silikoantrakosis
3. Penyakit Tuberkolosilikoantrakosis
1. Penyakit Antrakosis Murni
Penyakit antrakosis yang murni disebabkan debu
batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu
berbahaya. Penyakit ini menjadi berat bila disertai dengan
komplikasi atau emphysema yang memungkinkan
terjadinya kematian.
2. Penyakit Silikoantrakosis
Penyakit Antrakosis kadang disertai dengan penyakit
Silikosis, karena debu batu bara terkadang juga terdapat
debu silikat.
3. Penyakit Tuberkolosilikoantrakosis
Penyakit ini lebih mudah dibedakan dibanding kedua jenis
Antrakosis sebelumnya, yaitu dari hasil foto thorax dan
pemeriksaan sputum dahak dan darah, dimana terdapat
bakteri tuberkulosis pada pemeriksaan sputum dahak.
FAKTOR RISIKO

Debu arag batu Umur Status Gizi Kebiasaan


Merokok
Secara umum Umur seseorang Kekurangan makanan
diketahui bahwa Penelitian yang
berpengaruh terhadap kerja yang terus menerus akan
dilakukan oleh Gold et
debu berperan sistem organ pernapasan, mengganggu kapasital vital
al yang menyatakan
penting dalam paru seseorang. Status gizi
semakin bertambahnya umur, bahwa
berbagai gangguan terdapat mempengaruhi
terutama yang disertai daya tahan seseorang
kebiasaan merokok
pernapasan. dengan kondisi lingkungan pada pekerja yang
terhadap efek debu.
Semakin besar yang buruk serta suatu Sehingga pada seseorang
terpapar oleh debu
kemungkinan memperbesar
penyakit, maka kemungkinan dengan status gizi baik
terrkena gangguan terjadinya penurunan fungsi kemungkinan untuk
kemungkinan menderita
pernapasan dan terjadinya gangguan
paru yang terjadi lebih besar. penyakit pernapasan lebih
fngsi paru.
sebaliknya. kecil.
GEJALA
Gejalanya diawali dengan sesalk nafas karena didalam debu batubara biasanya
juga ada debu silikat, karena itu penyakit Antrakosis juga biasanya disertai
dengan Silikosis. Bila hal ini terjadi, maka penyakitnya disebut Silikoantrakosis.
PENCEGAHAN
• Untuk mencegah masuknya debu batubara ke paru-paru,
gunakanlah masker (berlapis).
• Bagi perokok sebaiknya menghentikan kegiatan merokok,
karena akan memperparah keadaan paru-paru.
• Untuk mengurangi kontaminasi, lakukan pemeriksaan radiologi
pada paru-paru terlebih dahulu untuk menegakkan diagnosis
dan berkonsultasi langsung ke dokter spesialis penyakit paru-
paru untuk mendapatkan terapi optimal
BAB III
KESIMPULAN
Pekerja pada pertambangan baru bara sebagian kecil dapat saja terkena
penyakit silikosis, tetapi lebih besar kemungkinannya menderita penyakit
antrakosis. Antrakosis mungkin ditemukan dalam 3 gambaran klinis, yaitu
antrakosis murni, silikoantrakosis, dan tubersilikoantrakosis. Klinis perjalanan
penyakit antrakosis mungkin berlangsung tahunan.
Kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun gambaran rontgen
paru menunjukkan adanya kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang sangat
kelihatan kedepan hanya sesak nafas. Seringkali penderita batuk dengan
mengeluarkan dahak berwarna kehitaman, gejala tersebut disebut melanoptisis
yang dapat terjadi tahunan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai