Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“STARBUCKS CORPORATION”

Disusun guna memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kulia: Pemasaran Global

Dosen Pengampu: Evana Andriani, S.E., MBA

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Alan Yudha Fikri Fahreza (202111088)

2. Wahyu Hidayat (202111089)

3. Rifal Seow Putra A (202111094)

4. Fahmi Rizka Putra (202111108)

5. Anisa Tri Purnamasari (202111114)

KELAS 6E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2024

1
DAFTAR ISI

Judul
BAB I.......................................................................................................................3
PROFIL PERUSAHAAN........................................................................................3
1.1 Sejarah Starbucks...........................................................................................3
1.2 Visi dan Misi Starbucks.................................................................................4
1.3 Struktur Organisasi.........................................................................................4
1.4 Kinerja Perusahaan.........................................................................................5
Kinerja Keuangan.............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
ANALISIS PASAR GLOBAL................................................................................7
2.1 Segmenting.....................................................................................................7
2.2 Targeting........................................................................................................8
2.3 Positioning......................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................11
ANALISIS EKSPOR/IMPOR...............................................................................11
3.1 Strategi Starbuck Ekspor dari Indonesia......................................................11
3.2 Strategi Starbucks Ekspor di Cina................................................................12
3.3 Strategi Starbuck Impor diKorea..................................................................13
BAB IV..................................................................................................................14
ANALISIS STRATEGI MEMASUKI PASAR GLOBAL...................................14
4.1 Strategi Tingkat Bisnis Inti Starbucks..........................................................14
4.2 Strategi Ekspansi Global Starbucks.............................................................14
4.3 4 P Bauran Pemasaran Starbucks.................................................................14
Strategi Produk...............................................................................................14
Strategi Harga.................................................................................................14
Strategi Tempat (Distribusi)...........................................................................15
Strategi Promosi..............................................................................................15
BAB V....................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..............................................................16
5.1 Kesimpulan...................................................................................................16

2
5.2 Rekomendasi................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I

PROFIL PERUSAHAAN

1.1 Sejarah Starbucks


Sejarah Starbucks dimulai pada tahun 1971 ketika Jerry Baldwin, Zev
Siegel dan Gordon Bowker memperkenalkan kedai kopi, teh, dan rempah yang
dinamakan Starbucks melalui bisnis di Seattle, Washington(Michelli, 2007:2).
Pada tahun 1982 Howard Schultz yang bekerja dengan Hammarplast bergabung
dengan perusahaan Starbucks sebagai manager pemasaran berbagai jenis kopidan
seluk beluk bisnis kopi. Starbucks pertama kali membuka gerai di Vancouver dan
Chicago pada 1987, sedangkan cabang pertama di luar Amerika Utara terletak di
Tokyo Jepang yang dibuka pada tahun 1996.Schultz memperluas gerai
Starbuckske Chicago, Los Angeles dan negara-negara maju lainnya. Menjelang
tahun 1991 jumlah gerai Starbuck meningkat menjadi 119 dan terdaftar pada
pusat penjualan dengan harga 17 dolar perbagian. Kemudian pada tahun 1993
meningkat menjadi 145. Tahun 1995 mulai menjual compact disk (CD) yang
terkenal dengan industri musik, tahun 1996 meluncurkan ice cream dengan
penjualan meningkat 6--8 %per tahun. Starbucks memutuskan untuk go
international produksinya dengan menggunakan tiga strategi, yaitu: (1) joint
ventures,

(2) licensing,dan

(3) wholly owned subsidiaries.

Gerai Starbucks membuka minuman yang mirip kopi dan mengeluarkan


peraturan dilarang merokok yang harus dihindari oleh wanita Jepang. Starbucks
mendapatkan keuntungan pendapatan dari partner lokal tentang kebiasaan
meminum kopi di Jepang. Menurut sepengetahuan kolega setempatnya, Sazaby,
tentang kebiasaan orang Jepang meminum kopi dan memperkenalkan produk
barunya Green Tea Frappuccino, sehingga menjadi terkenal. Tahun 1998
membuka geraidi Inggris dan memperluasnya di Switzerland, Jerman, dan Italy.
Starbucks terus meningkatkan jumlah gerainya secara internasional hingga
menjelang 2005 mencapai 10.000 gerai. Berdasarkan uraian di atas, mengingat
bertambahnya jumlah gerai yang kelola oleh Starbucks, tidak terlepas pula dari
risiko bisnis yang dihadapinya. Oleh karena itu, masalah dalam tulisan ini adalah
apa sajakah risiko bisnis yang dihadapi oleh Starbucks.

PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Coffee Indonesia) terwujud melalui


hubungan antara Starbucks Coffee Company dan PT Mitra Adiperkasa Tbk, salah
satu perusahaan department store dan barang bermerek ternama di Tanah Air. PT
Sari Coffee Indonesia juga merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki

4
izin eksklusif untuk mendirikan dan mengoperasikan Starbucks di Indonesia.
Starbucks Coffee Indonesia membuka gerai pertamanya di Plaza Indonesia pada
tanggal 17 Mei 2002. Jaringan Starbucks Coffee Indonesia telah berkembang di
lebih dari 500 gerai di 59 kota besar di Indonesia pada akhir tahun 2023. Diakui
sebagai pemanggang dan pengecer utama specialty coffee di dunia, dan tolak ukur
industri di Indonesia, Starbucks berupaya untuk menghadirkan warisan dan
pengalaman luar biasa dalam setiap cangkirnya. Di Indonesia, semua makanan
dan minuman yang dijual di gerai kami bersertifikat Halal oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

1.2 Visi dan Misi Starbucks


Visi : “Menciptakan lingkungan inklusif untuk semua orang dengan perbedaan –
perbedaan individu mereka”.

Misi : Untuk menginspirasi dan memupuk jiwa manusia, satu orang, satu cangkir,
dan satu lingkungan dalam satu waktu

1.3 Struktur Organisasi

a. Store Manager

Store manager atau manager toko merupakan orang representasi manajemen


perusahaan di garis depan. Tugas dan wewenang seorang store manager
diantaranya memiliki kemampuan sales untuk meningkatkan profit dan terus
memantaunya.

b. Supervisor

5
Supervisor memiliki tugas dalam berkoordinasi langsung dengan melakukan
briefing kepada barista, menyelesaikan hambatan ataupun masalah yang dihadapi
di kedai dan memastikan kinerja barista maksimal dengan memberi motivasi
kepada barista atas hasil kerja yang bisa membantu meningkatkan profit
Starbucks.

c. Barista

Barista dituntut memiliki keahlian meracik minuman tetapi juga memberikan


pelayanan terbaik kepada konsumen.

d. Security

Security ertugas untuk menjaga keamanan di Starbucks Coffee.

e. Cleaning Service

Cleaning Service bertugas untuk menjaga kebersihan dan kerapihan dalam kedai
Starbucks Coffee.

1.4 Kinerja Perusahaan

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan Starbucks dapat berubah berdasarkan berbagai faktor, termasuk
kondisi ekonomi global dan perubahan perilaku konsumen. Berikut gambaran
keuangan Starbucks pada tahun 2021:

1. Pendapatan : Pada tahun fiskal 2020, Starbucks melaporkan total


pendapatan bersih sekitar $23,5 miliar, turun dibandingkan tahun
sebelumnya karena dampak pandemi COVID-19. Perlu dicatat bahwa
pendapatan Starbucks dapat bervariasi secara signifikan dari tahun ke
tahun, namun secara historis mereka menunjukkan pertumbuhan.
2. Profitabilitas : Laba bersih Starbucks pada tahun fiskal 2020 adalah
sekitar $928 juta, turun dari lebih dari $3 miliar pada tahun fiskal 2019,
sebagian besar disebabkan oleh tantangan terkait pandemi. Profitabilitas
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti biaya operasional, penutupan
toko, dan fluktuasi harga kopi.
3. Jumlah Toko Global : Pada tahun 2021, Starbucks memiliki lebih dari
32.000 toko yang dioperasikan perusahaan dan berlisensi di seluruh dunia.
Perusahaan telah melihat pertumbuhan toko yang stabil selama bertahun-
tahun.
4. Digital dan Seluler : Inisiatif digital Starbucks, termasuk aplikasi
selulernya, telah memainkan peran penting dalam mendorong keterlibatan

6
pelanggan dan pendapatan. Aplikasi seluler ini memiliki jutaan pengguna
aktif yang memperoleh manfaat dari program Starbucks Rewards.
5. Ekspansi Global : Starbucks terus memperluas kehadiran globalnya,
dengan fokus signifikan pada pasar seperti Tiongkok. Perusahaan ini
membuka toko baru dan memperkenalkan format toko inovatif untuk
memenuhi preferensi lokal.
6. Inisiatif Keberlanjutan : Starbucks juga berkomitmen terhadap
keberlanjutan dan pengadaan biji kopi yang etis. Mereka menetapkan
target untuk mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan pengelolaan
limbah, dan mendukung petani kopi melalui program seperti Coffee and
Farmer Equity (CAFE) Practices.
7. Kinerja Saham : Starbucks diperdagangkan secara publik di bursa saham
NASDAQ dengan simbol ticker "SBUX." Harga sahamnya dapat
berfluktuasi berdasarkan berbagai faktor, termasuk laporan pendapatan
triwulanan, kondisi ekonomi, dan sentimen pasar.

7
BAB II

ANALISIS PASAR GLOBAL

2.1 Segmenting
Strategi segmentasi global Starbucks didasarkan pada demografi,
psikografis, dan gaya hidup untuk menentukan target pasarnya. Perusahaan
memiliki target pasar tertentu dan mengelompokkan produknya untuk menarik
semua tingkat kelas yang berbeda. Starbucks berfokus untuk memberi pelanggan
apa yang mereka inginkan dengan menciptakan pengalaman yang menyenangkan
dan terjangkau, yang telah membantu mereka mendapatkan pelanggan setia yang
bersedia menghabiskan lebih banyak uang di Starbucks daripada di kedai kopi
lainnya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2006), Segmentasi pasar berarti proses


mengklasifikasikan pasar ke dalam kelompok pembeli yang berbeda berdasarkan
kebutuhan, karakteristik, atau perilaku mereka yang mungkin memerlukan
inisiatif pemasaran atau produk terpisah. Selain itu, perusahaan yang menawarkan
berbagai merek memanfaatkan variabel psikotropika seperti gaya hidup untuk
mengkategorikan pasar ke dalam beberapa segmen.

Pada tahun-tahun awalnya, Starbucks berfokus pada pasar kelas menengah


atas dengan sebagian besar pelanggan dan karyawan berpendidikan. Namun,
mereka menemukan peluang pertumbuhan di industri ini dan mengembangkan
strategi untuk mencakup segmen pasar yang lebih luas. Starbucks
mengelompokkan pasarnya berdasarkan karakteristik demografi, geografis,
perilaku, dan psikografis. Kemudian, menggunakan pendekatan diferensiasi
produk untuk memuaskan kelompok pelanggan yang berbeda.

Starbucks berfokus pada pria dan wanita, karyawan profesional, dan


pelajar untuk demografi. Profesional dan karyawan dapat mencakup kelompok
usia yang lebih tua; oleh karena itu mereka menargetkan mereka yang berusia 22-
60 tahun. Orang lajang, pasangan menikah lanjut usia yang memiliki anak, dan
anak bungsu berusia di bawah dan di atas enam tahun juga dimasukkan dalam
pendekatan penargetan ini.

Demografi mencakup usia target pasar, pekerjaan, dan tingkat pendapatan


perusahaan. Di sisi lain, variabel psikotropika mencakup preferensi dan gaya
pelanggan dalam menyediakan produk otentik yang memenuhi kebutuhan
pelanggan yang berbeda. Faktor perilaku dalam segmentasi pasar Starbucks dapat
mempengaruhi loyalitas konsumen dan perilaku konsumsi.

Geografi juga menjadi salah satu pertimbangan target Starbucks karena


melayani beberapa jaringan di seluruh dunia. Dimanapun terdapat jaringan

8
Starbucks, hal tersebut harus dimasukkan dalam aspek geografis dalam
penargetan. Ini mencakup kawasan Amerika Latin, Amerika Serikat, Kanada,
Timur Tengah, Eropa, Tiongkok, Afrika, Asia, dan Pasifik. Elemen psikografis
dari pendekatan penargetan Starbucks mencakup pelanggan dari kelas masyarakat
tertentu dan gaya hidup pelanggan yang berbeda.

Mirip dengan segmentasi geografis, perusahaan memiliki toko ritel di


beberapa lokasi, dengan masing-masing toko mencerminkan selera dan preferensi
pasar lokal. Toko-toko tersebut memiliki desain serupa, namun kategori
produknya berbeda, seperti makanan panggang dan kopi.

2.2 Targeting
Targeting adalah tentang menggabungkan seluruh kepentingan segmen
pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki dan menjadi fokus
(Kotler 2016). Sebuah perusahaan biasanya berfokus pada elemen-elemennya
dengan kemungkinan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dan dapat
mempertahankannya dari waktu ke waktu. Sederhananya, penargetan mengacu
pada segmen atau kelompok di mana perusahaan memutuskan untuk menjual
produknya.

Target pasar Starbucks berfokus pada karyawan kantoran kelas menengah


ke atas yang mencari produk berkualitas premium. Karena Starbucks memiliki
jaringan internasional, perusahaan menciptakan hidangan lokal yang
menampilkan karakteristik budaya pelanggan. Selain penduduk lokal mencoba
suguhan lokal yang ditawarkan Starbucks, wisatawan yang berwisata ke suatu
negara dan mengunjungi jaringan Starbucks dapat mencoba makanan lokal negara
tersebut melalui produk yang mereka miliki.

Ketika masyarakat terus mencari makanan yang lebih bersih dan ramah
lingkungan, Starbucks juga bertujuan untuk menyediakan tabel nutrisi minuman
dan makanan seperti lemak, kalori, serat, natrium dan protein di situs webnya.
Pelanggan yang sadar akan asupan kalori dapat merujuk pada informasi ini.

2.3 Positioning
Positioning dianggap sebagai tahapan terakhir di antara tiga pilar strategi
pemasaran. Memposisikan produk di pasar memerlukan pendekatan strategis yang
melibatkan pemasaran merek untuk menciptakan dan memelihara citra di benak
pelanggan dalam target pasar.

Dalam kasus Starbucks, perusahaan telah menciptakan positioning pasar


yang unik sehingga mereka secara efektif membedakan produk mereka dari merek
pesaing dan memberi mereka keunggulan strategis yang sangat baik dalam target
pasar mereka. Strategi positioning perusahaan berbasis pelanggan, memberikan
lebih dari apa yang dibutuhkan pelanggan. Selain menghasilkan kopi yang enak,

9
perusahaan ini juga meningkatkan reputasi yang baik kepada target pasarnya
melalui suasana toko yang sangat baik, perlindungan lingkungan, dan komitmen
sosial. Hasilnya, pelanggan akan merasa ikut berkontribusi terhadap alam dan
masyarakat dengan menggunakan produk yang ditawarkan Starbucks.

Setiap jaringan kopi memiliki layanan Wi-Fi gratis dan tempat yang
nyaman bagi pelanggan untuk beristirahat atau belajar. Beberapa memiliki 'drive-
thru' bagi mereka yang memilih untuk tidak memasuki toko. Perusahaan juga
berusaha keras untuk mempromosikan tanggung jawab sosial karena berfokus
pada masyarakat. Starbucks memberikan kesempatan untuk mempekerjakan
berbagai orang, termasuk komitmen militer dengan mempekerjakan pasangan
militer dan veteran, mempekerjakan pengungsi, dan memberikan karir dan
pendidikan bagi kaum muda.

Dalam hal perlindungan lingkungan, Starbucks memposisikan mereknya


dengan mengadaptasi pendekatan LEED (Leadership in Energy and
Environmental Design) pada struktur bangunan. Starbucks menggunakan ampas
kopi daur ulang di meja mereka dan bahan-bahan yang rendah bahan kimia
berbahaya untuk perekat, cat, pelapis, dan penyegel.

segmenting targeting positioning

Demografis Usia: 22-60 tahun  Suasana toko


yang luar biasa

 Komitmen sosial
Jenis kelamin:
 Perlindungan
Laki-laki dan perempuan
lingkungan

Pekerjaan:

Profesional, karyawan, dan


pelajar

Tahap siklus hidup:

Orang lajang, pasangan


menikah muda, pasangan
menikah tua dengan anak,
anak bungsu di bawah enam
tahun dan di atas enam

10
tahun

Geografis Wilayah:

Amerika Latin, AS, Kanada,


Timur Tengah, Eropa,
Tiongkok, Afrika, Asia, dan
Kawasan Pasifik

Kepadatan: Perkotaan

Psikografis Kelas sosial:

Pasar kelas menengah dan


atas

Gaya hidup:

reformer, aspirer, explorer,


achiever, mainstreamer

Behavioral Manfaat yang dicari:

Tempat yang kondusif


untuk bekerja, pertemuan
formal dan informal.

Menikmati kopi kualitas


premium dengan suasana
santai.

Tingkat loyalitas:

Loyalitas 'Hard Core'

11
BAB III

ANALISIS EKSPOR/IMPOR

3.1 Strategi Starbuck Ekspor dari Indonesia


Sebagai salah satu negara penaghasil kopit erbesar di dunia, ekspor
menjadi tujuan utama dalam menawarkan produk-produk kopi yang dihasilkan
dari Indonesia. Negara yang menjadi tujuan ekspor kopi adalah konsumen negara-
negara radisional misalnya Amerika dan Universitas Eropa. Kopi Indonesia juga
memiliki nomor ekspor tinggi diAmerika Serikat, Eropa, Jepang,Korea,dan
Aljazair (Purba, 2011). Sebuah waralaba penjual kopi terkenal di Amerika
Amerika yaitu Starbucks juga menggunakan kopi yang diimpor dari Indonesia
(Purba, 2011). Perkembangan ekspor kopi Indonesia menurut negara tujuan tahun
2017 dapat dilihat pada merika Amerika merupakan negara yang menjadi pasar
kopi terbesar bagi Indonesia. Sebesar 63 ribu ton atau 13 persendiaan dari total
ekspor kopi nasional yang dikirim keAmerikaAmerika. Ekspor tersebut
merupakan yang terbesar dibandingkan dengan ekspor ke negara lainnya. Selain
itu Amerika Amerika, negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia adalah Jerman,
Malaysia, Italia, Rusia, dan Jepang. berjumlah 68 persen warga Amerika Serikat
berusia 18 tahun tahun dan lebih tua mengatakan mereka minum kopisetiap hari
(VOA, 2018). Penikmat kopi diAmerikaSerikat rata-rata mengonsumsi 3,1cangkir
kopi perhari, artinya sekitar 90 juta cangkir kopi diminum di Amerika Amerika
setiap harinya (Febrinastri, 2015). Hal ini tentunya dapat Menkatkan potensi pasar
Indonesia dalam mengembangkan ekspor kopi keAmerika Serikat.

Ekspor kopi Indonesia ke Amerika Amerika mengalami penurunan


volume selama sepuluh tahun terakhir meskipun berdasarkan nilai ekspor
mengalami kenaikan. Gambar 2 menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir,
volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika Amerika mengalami penurunan. Hal
ini serupa dengan hasil belajar Purba (2011) yang menyatakan meskipun Amerika
Serikat merupakan negara pengimpor kopi terbesar diIndonesia, tetapi ekspor kopi
ke negara Amerika Amerika menurun. Menurut Sanjaya (2008), naik turunnya
harga ekspor kopi dapat menyebabkan perubahan pada volume ekspor kopi.
Ketika harga ekspor kopi naik,maka akan laki-laki meyebabkan
eksporkopimengurangidan sebaliknya ketika harga ekspor kopi turun, maka
ekspor kopi akan meningkat

Howard Schultz, perwakilan penjualan untuk Hammarplast, sebuah bisnis


Swedia yang memasok peralatan dapur dan peralatan rumah tangga tempat
Starbucks membeli mesin kopi tetes, melihat pesanan besar perusahaan pada
tahun 1981 dan memutuskan untuk mengunjunginya. Schultz sangat terkesan
sehingga dia memutuskan untuk bekerja untuk Starbucks, dan pada tahun 1982
dia dipekerjakan sebagai kepala pemasaran perusahaan. Karena konsumen

12
pertama kali kadang-kadang gugup di toko karena kurangnya pengetahuan mereka
tentang kopi yang sangat baik, Schultz bekerja dengan personel toko untuk
membangun kemampuan penjualan yang ramah pelanggan dan menciptakan
buklet yang membuat pembelajaran tentang produk perusahaan menjadi sederhana
bagi pelanggan.

Selama tahun 1950-an, Peet, seorang imigran Belanda, mulai mengimpor


kopi arabika berkualitas ke Amerika Serikat. Dia memulai Peet's Coffee and Tea
di Berkeley, California, pada tahun 1966, dengan fokus mengimpor kopi dan teh
berkualitas tinggi. Starbucks telah meluncurkan empat gerai di Seattle pada awal
1980-an, yang masing-masing menonjol dari persaingan dengan kopi panggang
segar berkualitas tinggi. Siegl meninggalkan perusahaan pada tahun 1980 untuk
mengejar kepentingan lain, meninggalkan dua mitra yang tersisa dengan Baldwin
sebagai presiden.

Howard Schultz, perwakilan penjualan untuk Hammarplast, sebuah bisnis


Swedia yang memasok peralatan dapur dan peralatan rumah tangga tempat
Starbucks membeli mesin kopi tetes, melihat pesanan besar perusahaan pada
tahun 1981 dan memutuskan untuk mengunjunginya. Schultz sangat terkesan
sehingga dia memutuskan untuk bekerja untuk Starbucks, dan pada tahun 1982
dia dipekerjakan sebagai kepala pemasaran perusahaan. Karena konsumen
pertama kali kadang-kadang gugup di toko karena kurangnya pengetahuan mereka
tentang kopi yang sangat baik, Schultz bekerja dengan personel toko untuk
membangun kemampuan penjualan yang ramah pelanggan dan menciptakan
buklet yang membuat pembelajaran tentang produk perusahaan menjadi sederhana
bagi pelanggan. Ketika Baldwin dan Bowker memutuskan untuk menjual
Starbucks pada Maret 1987, Schultz melompat pada kesempatan itu. Dia
menggabungkan semua kegiatannya di bawah merek Starbucks dan
mendedikasikan dirinya untuk ide kafe, dengan penjualan ekstra kacang,
peralatan, dan hal-hal lain di gerai Starbucks.

3.2 Strategi Starbucks Ekspor di Cina


Pan dan Tse (2000) menunjukkan bahwa pilihan mode masuk pasar luar
negeri dari setiap perusahaan dapat dijelaskan oleh tiga aliran pemikiran utama
yang merupakan keterlibatan inkremental bertahap (Johanson dan Vahlne 1977,
1990; Root 1987), perspektif biaya transaksi (Anderson dan Gatington, 1986;
Beamish dan Bank, 1987; Gua, 1982; Erramilli dan Rao, 1993; Williamson,
1980), dan faktor spesifik lokasi (Hill, Hwang dan Kim, 1990; Dunning 1988).
Studi (John, 2006) menunjukkan bahwa Starbucks menggunakan mode ekspor
langsung seperti distributor karena Beijing Mei Da pada awalnya adalah
distributor grosir Starbucks untuk mendistribusikan kopi ke hotel dan restoran di
segmen pasar Beijing. Kemudian Starbucks membuat perjanjian lisensi dengan

13
Beijing Mei Da pada tahun 1995 dan membuka kafe pertamanya di China
World Trade Centre di Beijing pada tahun 1999. Didorong oleh keberhasilan
operasi bisnisnya di Cina, Starbucks kemudian membentuk usaha patungan
ekuitas minoritas dengan tiga mitra berbeda Beijing Mei Da Coffee Co. Ltd., Uni
President Group, dan katering Maxim / Coffee Concept Ltd. untuk Cina Utara
(segmen pasar Beijing dan Tianjin), Cina Timur (segmen pasar Taiwan, Shanghai
dan Hangzhou), dan Cina Selatan (Hong Kong, Guangdong, Hainan dan Macau
segmen pasar) masing-masing. Pada langkah berikutnya, Starbucks meningkatkan
komitmen sumber daya mereka dengan meningkatkan ekuitas mereka dalam
usaha patungan di atas.

Strategi masuknya Starbucks di China mengikuti keterlibatan bertahap dari


komitmen sumber daya. Starbucks pertama kali menggunakan mode entri ekspor
langsung yang mudah dan langkah pertama yang ideal untuk masuk ke pasar luar
negeri (Bradley, 2005: 225-239). Pan dan Tse (2000) menyarankan bahwa sesuai
aliran pemikiran pertama, perusahaan umumnya memasuki pasar internasional
dengan bantuan mode komitmen sumber daya rendah dan setelah memperoleh
pengalaman dan pengetahuan di pasar itu, perusahaan menerapkan mode ekuitas
dengan keterlibatan komitmen sumber daya yang lebih tinggi. Gambar-1
menunjukkan bahwa dari langkah-1 ke langkah-5, keterlibatan Starbucks terhadap
komitmen sumber daya (sumber daya keuangan &; manajerial) secara bertahap
meningkat dengan tingkat risiko, dan kontrol yang lebih tinggi.

3.3 Strategi Starbuck Impor di Korea


Starbucks adalah salah satu layanan impor yang paling sering digunakan di
Korea dan (2) Starbucks adalah layanan dengan substitusi dan fleksibilitas tinggi.
Menurut Sharma et al. (1995), bagi orang Korea khususnya, kebutuhan akan
produk tertentu dapat memoderasi efek etnosentrisme. Dengan demikian,
kebutuhan ekonomi yang memiliki substitutabilitas dan fleksibilitas rendah dapat
mengurangi efek etnosentrisme dan tidak akan menghasilkan temuan penelitian
yang tepat. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Starbucks, yang sesuai
dengan (1) layanan mewah yang menjual citra premium dan budaya dan (2)
dengan substitutabilitas dan fleksibilitas tinggi untuk meningkatkan akurasi
percobaan. Untuk tujuan penelitian ini, kami secara langsung mensurvei
konsumen umum yang memiliki pengalaman sebelumnya dengan Starbucks.
Karakteristik sosio-demografis konsumen seperti, usia, jenis kelamin tidak
dikontrol untuk memeriksa sikap konsumen umum, sesuai dengan penelitian
sebelumnya (Chicu et al., 2016; Shergill et al., 2010).

Survei terdiri dari tiga bagian: (1) tingkat etnosentrisme konsumen


responden, (2) keyakinan responden mengenai kualitas layanan kafe yang ideal,
dan (3) persepsi responden tentang kualitas layanan Starbucks.

14
BAB IV

ANALISIS STRATEGI MEMASUKI PASAR GLOBAL


Strategi pemasaran Starbucks merupakan bukti kekuatan dalam menciptakan
pengalaman pelanggan yang berkesan. Dengan menekankan keunikan,
keberlanjutan, personalisasi, dan merangkul inovasi digital, Starbucks telah
memperkuat posisinya sebagai merek global yang melampaui kopi. Strategi
pemasaran Starbucks adalah menciptakan pengalaman luar biasa bagi
pelanggannya. Mereka melakukan ini dengan:

4.1 Strategi Tingkat Bisnis Inti Starbucks


Starbucks memiliki keunikan di dunia kopi karena tidak hanya bersaing dalam
harga. Sebaliknya, ia tampil menonjol dengan membuat produk-produk istimewa
dan berkualitas tinggi. Mereka selalu mengincar sesuatu yang baru dan inovatif,
yang membuat mereka berbeda dari orang lain.

4.2 Strategi Ekspansi Global Starbucks


Seiring berkembangnya Starbucks di seluruh dunia, mereka tidak menggunakan
pendekatan yang universal. Di negara-negara seperti India, Tiongkok, atau
Vietnam, mereka mengubah keadaan agar sesuai dengan kesukaan orang-orang di
sana sambil tetap mempertahankan gaya Starbucks.

4.3 4 P Bauran Pemasaran Starbucks

Strategi Produk
Starbucks menawarkan beragam produk, bukan hanya kopi. Mulai dari minuman
spesial hingga makanan ringan, termasuk minuman spesial (misalnya Caramel
Macchiato, Flat White), kue kering, sandwich, bahkan merchandise bermerek
(mug, tumbler, dan biji kopi). Starbucks melayani berbagai preferensi pelanggan.
Perusahaan terus berinovasi dan menyesuaikan penawaran produknya untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif.

Strategi Harga
Starbucks memposisikan dirinya sebagai merek kopi premium. Strategi penetapan
harga mereka mencerminkan posisi ini, mengenakan harga yang lebih tinggi
dibandingkan banyak pesaing. Namun, mereka juga menawarkan nilai melalui
program loyalitas mereka, yang memberi penghargaan kepada pelanggan berupa
minuman dan diskon gratis, meningkatkan retensi pelanggan, dan menarik
konsumen yang sadar harga.

Strategi Tempat (Distribusi)


Jaringan kedai kopi global Starbucks dan kemitraan dengan supermarket dan
bisnis memastikan merek ini mudah diakses dan nyaman bagi pelanggan. Ini
bukan hanya kedai kopi; itu adalah pilihan gaya hidup.

15
Strategi Promosi
Starbucks unggul dalam promosi melalui berbagai metode, termasuk kampanye
iklan musiman, keterlibatan media sosial, dan penawaran waktu terbatas. Promosi
liburan mereka, seperti “Piala Merah” kampanye, menciptakan antisipasi dan
kegembiraan di antara pelanggan, meningkatkan kunjungan dan penjualan.

Dalam memasuki pasar global Starbucks menggunakan beberapa jenis strategi,


yaitu :

1. Ekspor dan Impor Perusahaan Starbucks merupakan perusahaan yang


membuat minuman yang rata-rata berbahan dari kopi, Starbucks sendiri tidak
melakukan ekspor untuk penjualan produk mereka. Tetapi, Starbucks melakukan
ekspor biji kopi maupun teh dari beberapa negara seperti salah satunya dari
Indonesia (Khumaira, Hakim, & Sahara, 2016).

2. Lisensi Untuk membuka Starbucks di suatu daerah, Starbucks memiliki kriteria


yang berbeda-beda di setiap negara. Biasanya lisensi yang diberikan Starbucks
diatur oleh suatu perusahaan lokal yang bergerak di bidangnya yaitu food and
beverage. Calon pemilik kedai kopi Starbucks tidak bisa membeli franchise
melainkan seluruhnya harus memiliki lisensi.

3. Joint Venture Perusahaan Starbucks melakukan Joint Venture dengan


beberapa perusahaan seperti Tata Global Beverage yang ada di India. "Starbucks,
A Tata Alliance" merupakan merek yang mereka buat untuk Starbucks di India
(Bhattacharya, 2019).

16
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia dengan lebih
dari 33.000 toko di 80 negara. Perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil
dalam beberapa tahun terakhir, dengan pendapatan dan laba bersih yang
meningkat. Starbucks memiliki merek yang kuat dan loyalitas pelanggan yang
tinggi.

Starbucks mensegmentasikan pasar berdasarkan demografi (usia,


pendapatan, pendidikan), psikografis (gaya hidup, nilai), dan geografis (lokasi).
Starbucks menargetkan kelas menengah ke atas dengan fokus pada profesional
muda dan keluarga. Starbucks memposisikan dirinya sebagai penyedia kopi
premium dan pengalaman kedai kopi yang unik. Starbucks mengekspor kopi, teh,
dan makanan ke berbagai negara di seluruh dunia. Perusahaan juga mengimpor
biji kopi dari berbagai negara untuk memastikan kualitas produknya.

Starbucks menggunakan berbagai strategi untuk memasuki pasar global,


termasuk:

 Franchising: Ini adalah strategi yang paling umum digunakan Starbucks


untuk memasuki pasar baru.
 Joint venture: Starbucks bermitra dengan perusahaan lokal di beberapa
negara untuk memasuki pasar.
 Akuisisi: Starbucks telah mengakuisisi beberapa perusahaan kopi lokal di
berbagai negara untuk memperluas jangkauannya.

5.2 Rekomendasi
1. Starbucks harus terus berinovasi dan mengembangkan produk baru untuk
memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan di berbagai negara.
2. Perusahaan harus meningkatkan fokusnya pada keberlanjutan dan
tanggung jawab sosial.
3. Starbucks harus memperkuat strategi pemasaran digitalnya untuk
menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh dunia.

17
DAFTAR PUSTAKA
Alwaleed, N. (2020). A Case Study on STARBUCKS. Journal of The Community

ZDevelopment in Asia, 1–8.

Buendía, F. (2012). Ekonomi ekspansi. Tinjauan Sistem Bisnis , 1 (1), 263-275

Compare Camp. (2020). 122 Starbucks statistics: 2020/2021 growth, innovations,

& sustainability.https://comparecamp.com/starbucks-statistics/

Fattah, A. Hussein. "RISIKO BISNIS YANG DIHADAPI STARBUCKS." Jurnal

Media Wahana Ekonomika 10.4 (2014): 53-57.

Kotler P. & Armstrong G. (2006). Principles of marketing, (11th Ed.) Upper

Saddle River: New Jersey: Prentice-Hall.

Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller.(2016). Manajemen Pemasaran edisi 12

Jilid 1 & 2.Jakarta: PT. Indeks.

Millard, E. (2006). Increasing profitability for farmers supplying to the

international coffee market by improving supply chain management,


including traceability. unpublished report

Santamaría, B., & Ni, S. (2008). Mode masuk Starbucks. Tesis Magister Bisnis

Internasional dan Kewirausahaan. Sekolah Pembangunan Masyarakat


dan Teknologi Berkelanjutan. Västerås: Universitas Malardalen

Starbucks Market Segmentation, Targeting, and Positioning. (2016). Edrawsoft.

https://www.edrawmind.com/article/starbucks-market-segmentation-
targeting-and-positioning.html

Starbucks. (2023). Diakses pada 5 April 2024 dari

18
:https://www.starbucks.co.id/about-us/our-heritage/starbucks-in-
indonesia#:~:text=Starbucks%20Coffee%20Indonesia%20membuka
%20gerai,Indonesia%20pada%20akhir%20tahun%202023.

Setiawan, M., & Angesty, V. (2023). Analisis Starbucks dalam Memasuki Pasar

Global. Jurnal Mirai Management, 8(1), 433-436.

19

Anda mungkin juga menyukai