Anda di halaman 1dari 36

Aurelia Viana Afrita

NPM : 120204210020
Perubahan peraturan pajak penghasilan

No Aspek atau Pasal Pengaturan di UU PPh 2008 Pengaturan di UU HPP 2021


1 Tarif PPh orang pribadi : Pengenaan tarif PPh hanya sebesar 5% Penambahan pengenaan tarif PPh sebesar
penambahan tarif PPh sampai 30% berdasarkan penghasilan 35% untuk penghasilan di atas 5 miliar
pada UU HPP 2021 50 juta s.d. di atas 500 juta rupiah rupiah.

perubahan pasal 17 ayat


(1a)
Ada di pasal 17 ayat (1a)
Ada di pasal 17 ayat (1a)

2 Perubahaan nominal Pasal 17 ayat (1a) : Pasal 17 ayat (1a) :


lapisan penghasilan kena Lapisan penghasilan kena pajak dimulai Lapisan penghasilan kena pajak dimulai
pajak dan tarif pajaknya. dari penghasilan sebesar dari penghasilan sebesar Rp60.000.000 :
Rp50.000.000 : a. s.d. 60 juta = 5%
Perubahan Pasal 17 ayat a. s.d. 50 juta = 5% b. 60-250 juta = 15%
(1a) b. 50-250 juta = 15% c. >250 juta = 25%
c. >250 juta = 25% d. > 500 juta 30%
d. >500 juta =30% e. > 5 miliar = 35%

3. Perubahan tarif Pasal 17 ayat (1b) : Pasal 17 ayat (1b) :


pengenaan Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha Badan dalam negeri dan bentuk usaha
badan dalam negeri dan tetap, dikenai pajak sebesar 28% tetap, dikenai pajak sebesar 22%
bentuk usaha tetap, pada
Pasal 17 ayat (1b)

4. Perubahan Pasal 17 ayat Pasal 17 ayat (2) : Pasal 17 ayat (2) :


2 mengenai perubahan Tarif tertinggi pada pasal 17 ayat 1(a) Tarif tertinggi pada pasal 17 ayat 1(a) UU
tarif tertinggi pada pasal (yaitu pengenaan pajak 30% untuk HPP (yaitu pengenaan pajak 35% untuk
17 ayat (1)a penghasilan >500 juta) dapat penghasilan >5 miliar) dapat diubah
diturunkan paling rendah menjadi 25% dengan PP setelah disampaikan kepada
DPR Indonesia untuk dibahas dan
disepakati dalam penyusunan RAPBN.

5. Perubahan kebijakan Pasal 17 ayat (2b) : Pasal 17 ayat (2b) :


penurunan tarif pada Wajib Pajak badan dalam negeri dapat Wajib pajak badan dalam negeri dapat
Wajib Pajak badan dalam memperoleh tarif sebesar 5% lebih memperoleh tarif sebesar 3% lebih
negeri (dengan rendah daripada tarif sebagaimana rendah dari tarif sebagaimana dimaksud
ketentuan : berbentuk dimaksud pada ayat (1) huruf b dan pada ayat (1) huruf b
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
perseroan terbuka, ayat (2a)
menyetorkan minimal
40% sahamnya ke BEI,
memenuhi persyaratan
tertentu)
Perubahan Pasal 17 ayat
(2b)
6. Penambahan Pasal 4 Pasal 4 ayat (1) tidak mengatur Penambahan ayat 1 (a,b,c) pada pasal 4
ayat (1) : mengenai kebijakan subjek pajak warga negara untuk mengatur kebijakan pengenaan
pengenaan pajak (subjek asing/pengenaan pajak dalam negeri pajak dalam negeri bagi WNA.
pajak) bagi warga negara bagi warga negara asing
asing Pasal 4 ayat (1a) :
(penambahan Pasal 4 WNA yang menjadi subjek pajak dalam
ayat (1) a, ayat (1) b, ayat negeri dikenai PPh hanya atas penghasilan
(1) c yang diterima dari Indonesia dengan
ketentuan :
a. Memiliki keahlian tertentu sesuai
dengan ketentuan Per-UU
b. Berlaku selama 4 tahun pajak yang
dihitung sejak menjadi subjek
pajak dalam negeri

Pasal 4 ayat (1b) :


… penghasilan yang diterima dari
Indonesia sebagaimana dimaksud pada
pasal 4 ayat (1a) berupa penghasilan yang
diterima WNA sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia
dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayarkan di luar Indonesia

Pasal 4 ayat (1c) :


Pengenaan pajak dalam negeri tidak
berlaku terhadap WNA yang
memanfaatkan Persetujuan Penghindaran
pajak Berganda antara pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara mitra
atau yurisdiksi mitra Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda tempat
warga negara asing memperoleh
penghasilan dari luar Indonesia.

7. Pasal 4 ayat 2 huruf a: Pasal 4 ayat 2 huruf a: Pasal 4 ayat 2 huruf a:


penambahan kategori bunga atau diskonto surat berharga bunga atau diskonto surat berharga jangka
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
penghasilan kategori jangka pendek yang diperdagangkan di pendek yang diperdagangkan di pasar
yang dikenai pajak. pasar uang, tidak disebutkan sebagai uang, sebagai penghasilan yang dikenai
penghasilan yang dikenai pajak. pajak.
8. Pasal 4 ayat 2 huruf e : Pasal 4 ayat 2 huruf e : Pasal 4 ayat 2 huruf e :
penambahan kategori Tidak ada ketentuan yang menyatakan penghasilan dari usaha yang diterima atau
penghasilan yang dikenai “penghasilan dari usaha yang diterima diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
pajak atau diperoleh Wajib Pajak yang peredaran bruto tertentu, sebagai
memiliki peredaran bruto tertentu”, kategori penghasilan yang dikenai pajak
dikenai pajak.
9. Pasal 4 ayat (1) huruf g : pembagian sisa hasil usaha koperasi Objek pajak mengenai “pembagian sisa
perubahan kategori dikenai sebagai objek pajak hasil usaha koperasi”, dihilangkan dari
objek pajak pasal 4 ayat 1 huruf g
10. Pasal 4 ayat (3) huruf a : Pasal 4 ayat (3) huruf a : Pasal 4 ayat (3) huruf a :
penambahan kategori Tidak menyebutkan infak dan sedekah Infak dan sedekah dikategorikan sebagai
pengecualian objek pajak sebagai pengecualian objek pajak pengecualian objek pajak
11. Pasal 4 ayat (3) huruf d : Pasal 4 ayat (3) huruf d : Pasal 4 ayat (3) huruf d :
penjabaran pengecualian Tidak menjabarkan pengecualian objek Menjabarkan pengecualian objek pajak
objek pajak dalam pajak dalam bentuk natura dan/atau dalam bentuk natura dan/atau
bentuk natura dan/atau kenikmatan kenikmatan, meliputi :
kenikmatan 1. makanan, bahan makanan, bahan
minuman, dan/atau minuman bagi
seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang
disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang
harus disediakan oleh pemberi
kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang
bersumber atau dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
atau
5. natura dan/atau kenikmatan
dengan jenis dan/atau batasan
tertentu;
12. Pasal 4 ayat (3) huruf f : Pasal 4 ayat (3) huruf f : Pasal 4 ayat (3) huruf f :
pembahasan dividen Mengatur ketentuan dividen diakui Mengatur ketentuan dividen diakui
sebagai pengecualian sebagai pengecualian objek pajak, sebagai pengecualian objek pajak, dengan
objek pajak dengan 2 butir ketentuan : 10 butir ketentuan yang berintikan
1. dividen berasal dari cadangan ketentuan-ketentuan mengenai cara
laba yang ditahan penanganan penerimaan dividen dari
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
2. bagi perseroan terbatas, BUMN dalam negeri dan penerimaan dividen dari
dan BUMD yang menerima luar negeri, agar dividen tersebut dapat
dividen, kepemilikan saham dikelompokkan sebagai pengecualian
pada badan yang memberikan objek pajak.
dividen paling rendah 25% dari
jumlah modal yang disetor
syarat-syarat dividen hanya membahas
untuk dividen yang didapat dari badan
usaha dalam negeri saja.
13. Pasal 4 ayat (3) : Pengecualian objek pajak hanya pada Penambahan pengecualian objek pajak
penambahan kategori sampai poin huruf ke-n. pada huruf o dan p.
pengecualian objek pajak Pasal 4 ayat (3) huruf o :
membahas pengecualian objek pajak
berupa dana setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan
dari pengembangan keuangan
haji/instrumen keuangan tertentu yang
diterima BPKH

Pasal 4 ayat (3) huruf p :


sisa lebih yang diterima/diperoleh badan
atau lembaga sosial dan/atau keagamaan
yang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana sosial dan keagamaan dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut,
atau ditempatkan sebagai dana abadi.
14. Pasal 6 ayat (1) huruf c : Pasal 6 ayat (1) huruf c Pasal 6 ayat (1) huruf c
mengenai besarnya iuran kepada dana pensiun yang iuran kepada dana pensiun yang
penghasilan kena pajak pendiriannya telah disahkan oleh pendiriannya telah disahkan oleh Otoritas
perubahan pihak Menteri Keuangan Jasa Keuangan
pengesahan pendirian
iuran dana pension
15. Pasal 7 ayat (1) huruf b : Pasal 7 ayat (1) huruf b : Pasal 7 ayat (1) huruf b :
mengenai perubahan Tarif pajak tambahan untuk wajib pajak Tarif pajak tambahan untuk wajib pajak
pemberian tarif pajak kawin sebesar Rp1.320.000,00 kawin sebesar Rp4.500.000,00
kawin sebagai
penghasilan tidak kena
pajak per tahun
16. Pasal 7 ayat (1) huruf c : Pasal 7 ayat (1) huruf c : Pasal 7 ayat (1) huruf c :
perubahan pemberian Tarif pajak sebesar Rp15.840.000,00 Tarif pajak sebesar Rp54.000.000,00
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
tarif pajak tambahan tambahan untuk seorang istri yang tambahan untuk seorang istri yang
untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilannya digabung dengan
penghasilannya digabung penghasilan suami penghasilan suami
dengan penghasilan
suami sebagai
penghasilan tidak kena
pajak per tahun
17. Pasal 7 ayat (1) huruf d : Pasal 7 ayat (1) huruf d : Pasal 7 ayat (1) huruf d :
perubahan pemberian Tarif pajak sebesar Rp1.320.000,00 Tarif pajak sebesar Rp4.500.000,00
tarif pajak tambahan tambahan untuk setiap anggota tambahan untuk setiap anggota keluarga
untuk tiap anggota keluarga sedarah dan keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
semenda dalam garis keturunan lurus garis keturunan lurus serta anak angkat,
serta anak angkat, yang menjadi yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
tanggungan sepenuhnya, paling banyak paling banyak 3 orang untuk setiap
3 orang untuk setiap keluarga. keluarga.
18. Penambahan point pada Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki
pasal 7 ayat (2a) : peredaran bruto tertentu tidak dikenai
mengenai batas Pajak Penghasilan atas bagian peredaran
peredaran bruto tidak bruto sampai dengan Rp500.000.000,00
dikenai pajak dalam 1 tahun pajak.
19. Perubahan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf e : Dihapus
pada Pasal 9 ayat (1) penggantian atau imbalan sehubungan
berupa penghapusan dengan pekerjaan atau jasa yang
pasal 9 ayat (1) huruf e : diberikan dalam bentuk natura dan
mengenai penggantian kenikmatan, kecuali penyediaan
atau imbalan makanan dan minuman bagi seluruh
sehubungan dengan pegawai serta penggantian atau
pekerjaan atau jasa imbalan dalam bentuk natura dan
sebagai penentuan kenikmatan di daerah tertentu dan
besarnya Penghasilan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Kena Pajak bagi Wajib pekerjaan yang diatur dengan atau
Pajak dalam negeri dan berdasarkan Peraturan Menteri
bentuk usaha tetap tidak Keuangan;
boleh dikurangkan.
20. Perubahan ketentuan
Pasal 11 ayat (7) : Pasal 11 ayat (7) :
Pasal 11 ayat (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyusutan atas harta berwujud yang
mengenai ketentuan
penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang
penyusutan atas harta dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu dapat diatur tersendiri.
berwujud. usaha tertentu diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
21. Penambahan ayat pada Tidak terdapat Pasal 11 ayat (6a) Pasal 11 ayat (6a) :
Pasal 11 yaitu berupa Apabila bangunan permanen sebagaimana
ayat (6a), mengenai dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa
ketentuan bangunan manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun,
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
permanen sebagai aset penyusutan sebagaimana dimaksud pada
yang mengalami ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama
penyusutan. besar, sesuai dengan masa manfaat
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau
sesuai dengan masa manfaat yang
sebenarnya berdasarkan pembukuan
Wajib Pajak.
22. Penghapusan pasal 11 Pasal 11 ayat (11) : dihapus
ayat (11) pada UU HPP Ketentuan lebih lanjut mengenai
2021 kelompok harta berwujud sesuai
dengan masa manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
23. Perubahan ketentuan Pasal 11A ayat (1a) : Pasal 11A ayat (1a) :
pada pasal 11A ayat (1a) Amortisasi dimulai pada bulan Amortisasi dimulai pada bulan
mengenai perhitungan dilakukannya pengeluaran, kecuali dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk
amortisasi. untuk bidang usaha tertentu yang bidang usaha tertentu.
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
24. Penambahan ayat pada Tidak terdapat Pasal 11A ayat (2a) Pasal 11A ayat (2a) :
Pasal 11A, yaitu ayat (2a) Apabila harta tak berwujud sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mempunyai masa
manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun,
amortisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan masa
manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat
(21 untuk harta tak berwujud kelompok 4
atau sesuai dengan masa manfaat yang
sebenarnya berdasarkan pembukuan
Wajib Pajak.
25.. Perubahan ketentuan Pasal 17 ayat (3) : Pasal 17 ayat (3) :
Pasal 17 ayat (3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) huruf a dapat diubah dengan huruf a dapat diubah dengan Peraturan
Keputusan Menteri Keuangan Menteri Keuangan.
26. Penghapusan pasal 17 Pasal 17 ayat (2a) : dihapus
ayat (2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b menjadi 25% (dua puluh
lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun pajak 2010
27. Penambahan ayat pada Tidak terdapat pasal 17 ayat (2e). Pasal 17 ayat (2e)
pasal 17 yaitu ayat (2e). Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2b) huruf c diatur
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
28. Perubahan ketentuan Pasal 18 ayat (1) : Pasal 18 ayat (1) :
Pasal 18 ayat (1) Menteri Keuangan berwenang Menteri Keuangan berwenang mengatur
mengenai perubahan mengeluarkan keputusan mengenai batasan jumlah biaya pinjaman yang
kewenangan menteri besarnya perbandingan antara utang dapat dibebankan untuk keperluan
keuangan dalam dan modal perusahaan untuk penghitungan pajak berdasarkan Undang-
keperluan perhitungan keperluan penghitungan pajak Undang ini.
pajak. berdasarkan Undang-undang ini.
29. Penghapusan pasal 18 Pasal 18 ayat (3e) : dihapus
ayat (3e) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3b), ayat (3c), dan
ayat (3d) diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
30. Penambahan pasal, yaitu Tidak terdapat pasal 32A pada Pasal 32A :
Pasal 32A terkait dokumen UU PPh 2008 Pemerintah berwenang membentuk
kewenangan pemerintah dan/atau melaksanakan perjanjian
untuk dan/atau kesepakatan di bidang
membentuk/melaksanak perpajakan dengan pemerintah negara
an mitra atau yurisdiksi mitra, baik secara
perjanjian/kesepakatan bilateral maupun multilateral dalam
di bidang perpajakan rangka:
dengan pemerintah A. penghindaran pajak berganda dan
negara mitra atau pencegahan pengelakan pajak;
yurisdiksi mitra, baik B. pencegahan penggerusan basis
secara bilateral maupun pemajakan dan penggeseran laba;
multilateral. C. pertukaraninformasiperpajakan;
D. bantuan penagihan pajak; dan
E. kerja sama perpajakan lainnya.
31. Penambahan pasal 32C Tidak terdapat pasal 32C Pasal 32C :
pada UU HPP 2021 Terdapat 28 poin pada pasal 32C yang
sebagai bentuk berintikan pasal-pasal mengenai PPh yang
pendelegasian berubah pada UU HPP 2021, diatur
kewenangan dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Perubahan peraturan pajak pertambahan nilai

No Aspek atau Pasal Pengaturan di UU PPN 2009 Pengaturan di UU HPP 2021


1. Pasal 4A ayat 2 huruf a Pasal 4a ayat 2 huruf a : Pasal 4a ayat 2 huruf a dan pasal 4a ayat 2
dan b : perubahan Barang hasil pertambangan/hasil huruf b, dihapus.
jenis barang yang tidak pengeboran yang diambil langsung dari
dikenai pajak sumbernya, dikenai sebagai jenis barang Barang hasil pertambangan/hasil
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
pertambahan nilai yang tidak dikenai pajak PPN pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya,
Pasal 4a ayat 2 huruf b : barang kebutuhan Dan
pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyar Barang kebutuhan pokok yang sangat
banyak, dikelompokkan sebagai jenis barang dibutuhkan rakyat banyak,
yang tidak dikenai pajak PPN Keluar dari kelompok jenis barang yang
tidak dikenai PPN (dalam artian kedua
kelompok tersebut dikenai pajak PPN)
2. Penghapusan Pasal 4a ayat 3 huruf a,b,c,d,e,f,g,i,j,k,o, dan Penghapusan pasal 4a ayat 3 huruf
beberapa kelompok p, menyatakan beberapa kelompok jenis a,b,c,d,e,f,g,i,j,k,o, dan p.
jenis jasa yang tidak jasa yang tidak dikenai PPN sebagai berikut : 1.jasa pelayanan Kesehatan medis
dikenai PPN, pada 1.jasa pelayanan Kesehatan medis 2. jasa pelayanan sosial
pasal 4a ayat 3 2. jasa pelayanan sosial 3.Jasa pengiriman surat dengan perangko
3.Jasa pengiriman surat dengan perangko 4.Jasa keuangan
4.Jasa keuangan 5.Jasa asuransi
5.Jasa asuransi 6.Jasa keagamaan
6.Jasa keagamaan 7.Jasa pendidkan
7.Jasa pendidkan 8.Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
8. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan 9.Jasa angkutan umum di darat dan di air
9.Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar luar negeri
negeri 10. Jasa tenaga kerja
10. Jasa tenaga kerja 11. Jasa telepon umum dengan
11. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
menggunakan uang logam 12. Jasa pengiriman uang dengan wesel
12. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos pos

Merupakan beberapa kelompok jenis jasa Dihapuskan dari kelompok jenis jasa yang
yang tidak dikenai PPN tidak dikenai PPN

3. Pasal 7 ayat 1 : Tarif PPN sebesar 10% Tarif PPN yaitu :


mengenai pergantian a. Sebesar 11% (mulai berlaku pada 1
tarif PPN April 2022)
b. Sebesar 12% (mulai berlaku paling
lambat 1 januari 2025)
4. Pertambahan ayat Tidak terdapat pasal 8A ayat (3). Tidak Pajak Masukan atas perolehan Barang
pada pasal 8A : mengatur kelompok pajak yang dapat Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
beberapa pajak yang dikreditkan impor Barang Kena Pajak, serta
dapat dikreditkan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, yang dalam
penghitungan Pajak Pertambahan Nilai
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
terutang menggunakan Dasar Pengenaan
Pajak berupa nilai lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat
dikreditkan.
5. pasal 9 ayat 4b huruf Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum
f : penghapusan berproduksi, dikelompokkan sebagai pihak berproduksi, dihapus dari kelompok yang
kelompok yang dapat yang dapat mengajukan permohinan dapat mengajukan permohinan
mengajukan pengembalian pajak atas kelebihan pajak pengembalian pajak atas kelebihan pajak
pengembalian masukan. masukan.
kelebihan pajak (pasal 9 ayat 4b huruf f)
(penghapusan pasal 9 ayat 4b huruf f)
6. Perubahan pasal 9 ayat Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Apabila dalam suatu Masa Pajak
5 Kena Pajak selain melakukan penyerahan Pengusaha Kena Pajak melakukan:
yang terutang pajak juga melakukan a. penyerahan yang terutang pajak dan
penyerahan yang tidak terutang pajak, Pajak Masukan yang berkenaan dengan
sepanjang bagian penyerahan yang terutang penyerahannya dapat dikreditkan; dan
pajak dapat diketahui dengan pasti dari b. penyerahan yang terutang pajak dan
pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang Pajak Masukan yang berkenaan dengan
dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan penyerahannya tidak dapat dikreditkan
yang berkenaan dengan penyerahan yang dan/atau penyerahan yang tidak
terutang pajak terutang pajak,

dalam hal bagian penyerahan yang


terutang pajak sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dapat diketahui dengan
pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan
merLrpakan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
7. Perubahan pasal 9 ayat dihitung dengan menggunakan pedoman dihitung dengan menggunakan pedoman
6 : perubahan yang diatur dengan Peraturan Menteri pengkreditan Pajak Masukan.
pedoman untuk Keuangan.
menghitung Masa
Pajak Pengusaha Kena
Pajak
8. Penghapusal pasal 9 Ketentuan mengenai penentuan waktu, dihapus
ayat 6b penghitungan, dan tata cara pembayaran
kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(6a) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
9. Penambahan ayat Tidak membahas poin-poin yang tertera Penambahan ayat-ayat pada pasal 6 ialah
pada pasal 9 pada UU HPP 2021 pasal 9 ayat (6c), ayat sebagai berikut :
(6d), ayat (6e), ayat (6f), dan ayat (6g). Pasal 9 ayat (6c) :
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
Jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (6a) bagi sektor usaha tertentu
dapat ditetapkan lebih dari 3 (tiga) tahun.

Pasal 9 ayat (6d) : Ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (6a) berlaku juga bagi
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
pembubaran (pengakhiran) usaha,
melakukan pencabutan Pengusaha Kena
Pajak, atau dilakukan pencabutan
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
Masa Pajak pengkreditan pertama kali
Pajak Masukan.

Pasal 9 ayat (6e) : mengatur tentang


ketentuan pajak masukan yang tidak
dapat dikreditkan

Pasal 9 ayat (6f) : mengatur ketentuan


untuk pembayaran kembali pajak
masukan

Pasal 9 ayat (6g) : membahas ketentuan


untuk Pengusaha Kena Pajak tidak
melaksanakan kewajiban pembayaran
kembali sesuai dengan jangka waktu
10. Penghapusan pasal 9 Pasal 9 ayat (7) : besarnya pajak masukan dihapus
ayat (7), ayat (7a), dan yang dapat dikreditkan oleh pengusaha
ayat (7b) kena pajak yang peredaran usahanya dalam
1 tahun tidak melebihi jumlah tertentu,
kecuali pengusaha kena pajak pada ayat 7a,
dapat dihitung dengan pengkreditan pajak
masukan

Pasal 9 ayat (7a) : Besarnya Pajak Masukan


yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha
tertentu dihitung dengan menggunakan
pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan.

Pasal 9 ayat (7b) : Ketentuan mengenai


peredaran usaha sebagaimana dimaksud
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
pada ayat (7), kegiatan usaha tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dan
pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) dan ayat (7a) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
11. Perubahan huruf-huruf Pengkreditan pajak masukan tidak dapat Pengkreditan pajak masukan dihapus bagi
pada pasal 9 ayat (8) : diberlakukan bagi pengeluaran untuk : pengeluaran berikut :
mengenai a.perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa a) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
Penghapusan Kena Pajak sebelum pengusaha Kena Pajak sebelum pengusaha
kelompok-kelompok dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
pengeluaran yang tidak Pajak; Pajak;
dapat diberlakukan b.perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa b) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
bagi pengkreditan Kena Pajak yang tidak mempunyai Kena Pajak yang tidak mempunyai
pajak masukan. hubungan langsung dengan kegiatan hubungan langsung dengan kegiatan
usaha; usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan c) perolehan dan pemeliharaan
bermotor berupa sedan dan station kendaraan bermotor berupa sedan dan
wagon, kecuali merupakan barang station wagon, kecuali merupakan
dagangan atau disewakan; barang dagangan atau disewakan;
d.pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak d) pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak; Pengusaha Kena Pajak;
e.perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa e) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak yang Pajak Masukannya Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak; pajak;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa f) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak Kena Pajak yang Pajak Masukannya
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan tidak dilaporkan dalam Surat
Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang Pemberitahuan Masa Pajak
ditemukan pada waktu dilakukan Pertambahan Nilai, yang ditemukan
pemeriksaan; dan pada waktu dilakukan pemeriksaan;
g.perolehan Barang Kena Pajak selain dan
barang modal atau Jasa Kena Pajak g) perolehan Barang Kena Pajak selain
sebelum Pengusaha Kena Pajak barang modal atau Jasa Kena Pajak
berproduksi sebelum Pengusaha Kena Pajak
berproduksi
(pasal 9 ayat (8) huruf c,d,e,h,I,dan j.) (penghapusan pasal 9 ayat (8) huruf
c,d,e,h,I,dan j.
12. Penambahan ayat Pasal 9 ayat (9) : Pasal 9 ayat (9a) : Pajak Masukan yang
pada pasal 9 ayat (9) : Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dapat dikreditkan tetapi belum
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
penambahan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
ketentuan untuk pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan
masukan. dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3
paling lama 3 (tiga) bulan setelah (tiga) Masa Pajak setelah berakhirnya
berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya sepanjang belum dibebankan sebagai
dan belum dilakukan pemeriksaan. biaya atau belum ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
serta memenuhi ketentuan pengkreditan
sesuai dengan Undang-Undang ini.

Pasal 9 ayat (9b): Pajak Masukan atas


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak,
serta pemanfaatan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean yang tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai yang
diberitahukan dan/atau ditemukan pada
waktu dilakukan pemeriksaan dapat
dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak
sepanjang memenuhi ketentuan
pengkreditan sesuai dengan Undang-
Undang ini.

Pasal 9 ayat (9c) : Pajak Masukan atas


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak,
serta pemanfaatan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean yang ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak dapat
dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak
sebesar jumlah pokok Pajak Pertambahan
Nilai yang tercantum dalam ketetapan
pajak dengan ketentuan ketetapan pajak
dimaksud telah dilakukan pelunasan dan
tidak dilakukan upaya hukum serta
memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai
dengan Undang Undang ini.
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
13. Penghapusan pasal 9 Pasal 9 ayat (13) : Ketentuan mengenai dihapus
ayat (13) penghitungan dan tata cara pengembalian
kelebihan Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4a), ayat (4b), dan ayat
(4c) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
14. Penambahan ayat Tidak menjelaskan tujuan dari tujuan pajak menjelaskan tujuan dari tujuan pajak
pada pasal 16B ayat 1 : terutang tidak dipungut sebagian atau terutang tidak dipungut sebagian atau
mengenai tujuan pajak seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan seluruhnya atau dibebaskan dari
terutang tidak pajak. pengenaan pajak, dengan penambahan
dipungut sebagian pasal 16B ayat (1a).
atau seluruhnya atau
dibebaskan dari Pasal 16B ayat (1a) : Pajak terutang tidak
pengenaan pajak. dipungut sebagian atau seluruhnya atau
dibebaskan dari pengenaan pajak baik
untuk sementara waktu maupun
selamanya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan terbatas untuk tujuan:
A. mendorong ekspor dan hilirisasi
industri yang merupakan prioritas
nasional;
B. menampung kemungkinan
perjanjian dengan negara lain
dalam bidang perdagangan dan
investasi, konvensi internasional
yang telah diratifikasi, serta
kelaziman internasional lainnya;
C. mendorong peningkatan
kesehatan masyarakat melalui
pengadaan vaksin dalam rangka
program vaksinasi nasional;
D. meningkatkan pendidikan dan
kecerdasan bangsa dengan
membantu tersedianya buku
pelajaran umum, kitab suci, dan
buku pelajaran agama dengan
harga yang relatif terjangkau
masyarakat;
E. mendorong pembangunan tempat
ibadah;
F. menjamin terlaksananya proyek
pemerintah yang dibiayai dengan
hibah dan/atau dana pinjaman
luar negeri;
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
G. mengakomodasi kelaziman
internasional dalam importasi
Barang Kena Pajak tertentu yang
dibebaskan dari pungutan Bea
Masuk
H. membantu tersedianya Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang diperlukan dalam
rangka penanganan bencana alam
dan bencana nonalam yang
ditetapkan sebagai bencana alam
nasional dan bencana nonalam
nasional;
I. menjamin tersedianya angkutan
umum di udara untuk mendorong
kelancaran perpindahan arus
barang dan orang di daerah
tertentu yang tidak tersedia
sarana transportasi lainnya yang
memadai, yang perbandingan
antara volume barang dan orang
yang harus dipindahkan dengan
sarana transportasi yang tersedia
sangat tinggi; dan/atau
J. mendukung tersedianya barang
dan jasa tertentu yang bersifat
strategis dalam rangka
pembangunan nasional, antara
lain:
1. barang kebutuhan pokok yang
sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
2. jasa pelayanan kesehatan
medis tertentu dan yang
berada dalam sistem program
jaminan kesehatan nasional;
3. jasa pelayanan sosial;
4. jasa keuangan;
5. jasa asuransi;
6. jasa pendidikan;
7. jasa angkutan umum di darat
dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang
menjadi bagian tidak
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
terpisahkan dari jasa angkutan
luar negeri; dan
8. jasa tenaga kerja.
15. Penambahan isi dari Pajak Masukan yang dibayar untuk Pajak Masukan yang dibayar atas
pasal 16B ayat (2) perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak,
penyerahannya tidak dipungut Pajak serta pemanfaatan Barang Kena Pajak
Pertambahan Nilai dapat dikreditkan. Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
yang atas penyerahannya tidak dipungut
Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikreditkan.
16. Penambahan isi dari Pajak Masukan yang dibayar untuk Pajak Masukan yang dibayar atas
pasal 16B ayat (2) perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak,
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan serta pemanfaatan Barang Kena Pajak
Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dikreditkan. dalam Daerah Pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat dikreditkan.

Perubahan peraturan KUP atau ketentuan umum perpajakan

No Aspek atau Pasal Pengaturan di UU KUP 2007 Pengaturan di UU HPP 2021


1. Penambahan ayat Tidak disebutkan NPWP bagi WP yang Pasal 2 ayat (1a):
pada pasal 2 : merupakan WNI menggunakan NIK. Nomor Pokok Wajib Pajak
mengenai penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor Pokok Wajib bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
Pajak dikhususkan bagi merupakan penduduk Indonesia
oran pribadi yang menggunakan nomor induk
merupakan penduduk kependudukan.
Indonesia
menggunakan nomor
induk kependudukan.
(Pasal 2 ayat (1a))
2. Penghapusan pasal 2 Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan dihapus
ayat 5 serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
(2), ayat (3), dan ayat (4) termasuk
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Penambahan ayat Tidak mengatur terkait penggunaan NIK Pasal 2 ayat (10) :
pada pasal 2 : sebagai NPWP. Dalam rangka penggunaan nomor
mengenai sikap induk kependudukan sebagai Nomor
Menteri terkait Pokok Wajib Pajak sebagaimana
penggunaan NIK dimaksud pada ayat (1a), menteri yang
sebagai NPWP. menyelenggarakan urusan
(Pasal 2 ayat (10)) pemerintahan dalam negeri
memberikan data kependudukan dan
data balikan dari pengguna kepada
Menteri Keuangan untuk
diintegrasikan dengan basis data
perpajakan.
4. Penambahan ayat Tidak mempunyai aturan untuk menghitung Pasal 8 ayat (2b) :
pada pasal 8 : tarif sansksi bunga per bulan bagi WP yang Tarif bunga per bulan yang ditetapkan
mengenai perhitungan membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan oleh Menteri Keuangan sebagaimana
tarif sanksi bunga per Tahunan yang mengakibatkan utang pajak dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a)
bulan yang diberikan menjadi lebih besar. dihitung berdasarkan suku bunga
kepada WP, oleh acuan ditambah 5% (lima persen) dan
menkeu. dibagi 12 (dua belas) yang berlaku
(pasal 8 ayat 2b) pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi
5. Perubahan tarif bunga Pasal 8 ayat 2 : Pasal 8 ayat 2 :
sanski administrasi Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Dalam hal Wajib Pajak membetulkan
Dalam hal Wajib Pajak Surat Pemberitahuan Tahunan yang sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan
membetulkan sendiri mengakibatkan utang pajak menjadi lebih yang mengakibatkan utang pajak
Surat Pemberitahuan besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi menjadi lebih besar, kepadanya
Tahunan yang berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per dikenai sanksi administrasi berupa
mengakibatkan utang bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, bunga sebesar tarif bunga per bulan
pajak menjadi lebih dihitung sejak saat penyampaian Surat yang ditetapkan oleh Menteri
besar. Pemberitahuan berakhir sampai dengan Keuangan atas jumlah pajak yang
(Pasal 8 ayat 2) tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan kurang dibayar, dihitung sejak saat
dihitung penuh 1 (satu) bulan. penyampaian Surat Pemberitahuan
berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan dikenakan paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan,
serta bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
6. Perubahan pasal 8 Pasal 8 ayat (3) : Pasal 8 ayat (3) :
ayat (3) : mengenai Walaupun telah dilakukan tindakan Walaupun telah dilakukan tindakan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
ketentuan bagi Wajib pemeriksaan, tetapi belum dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, Wajib
Pajak yang ingin tindakan penyidikan mengenai adanya Pajak dengan kemauan sendiri dapat
mengakui tindak ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak mengungkapkan dengan pernyataan
kecurangan/ketidakbe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, tertulis mengenai ketidakbenaran
narannya dalam terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib perbuatannya, yaitu sebagai berikut:
menyampaikan pajak. Pajak tersebut tidak akan dilakukan A. tidak menyampaikan Surat
penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan Pemberitahuan; atau
kemauan sendiri mengungkapkan B. menyampaikan Surat
ketidakbenaran perbuatannya tersebut Pemberitahuan yang isinya tidak
dengan disertai pelunasan kekurangan benar atau tidak lengkap, atau
pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya melampirkan keterangan yang
terutang beserta sanksi administrasi berupa isinya tidak benar
denda sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari jumlah pajak yang kurang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
dibayar atau Pasal 39 ayat (1) huruf c dan
huruf d sepanjang mulainya penyidikan
belum diberitahukan kepada Penuntut
Umum melalui penyidik pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia
7. Perubahan pasal 8 Pasal 8 ayat (3) : Pasal 8 ayat (3a) :
ayat (3) : mengenai Walaupun telah dilakukan tindakan Pengungkapan ketidakbenaran
perubahan tarif denda pemeriksaan, tetapi belum dilakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
sanski administrasi tindakan penyidikan mengenai adanya pada ayat (3) disertai pelunasan
ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak kekurangan pembayaran jumlah pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, yang sebenarnya terutang beserta
terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib sanksi administrasi berupa denda
Pajak tersebut tidak akan dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari
penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang kurang dibayar.
kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari jumlah pajak yang kurang
dibayar
8. Perubahan isi pasal 8 Pasal 8 ayat (4) : Perubahan Pasal 8 ayat (4) berupa
ayat (4) : mengenai Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah penghapusan akibat-akibat
penyerdehanaan melakukan pemeriksaan, dengan syarat ketidakbenaran pengisian surat
akibat-akibat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan pemberitahuan.
ketidakbenaran surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan Pasal 8 ayat (4) :
pengisian surat kesadaran sendiri dapat mengungkapkan Walaupun Direktur Jenderal Pajak
pemberitahuan. dalam laporan tersendiri tentang telah melakukan pemeriksaan, dengan
ketidakbenaran pengisian Surat syarat Direktur Jenderal Pajak belum
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
Pemberitahuan yang telah disampaikan menyampaikan surat pemberitahuan
sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat hasil pemeriksaan, Wajib Pajak dengan
mengakibatkan: kesadaran sendiri dapat
A. pajak-pajak yang masih harus dibayar mengungkapkan dalam laporan
menjadi lebih besar atau lebih kecil; tersendiri tentang ketidakbenaran
B. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan pengisian Surat Pemberitahuan yang
menjadi lebih kecil atau lebih besar telah disampaikan sesuai dengan
C. jumlah harta menjadi lebih besar atau keadaan yang sebenarnya, dan proses
lebih kecil; atau pemeriksaan tetap dilanjutkan.
D. jumlah modal menjadi lebih besar atau
lebih kecil
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
9. Perubahan pasal 8 Pasal 8 ayat (5) : Pasal 8 ayat (5) :
ayat (5) : mengenai Pajak yang kurang dibayar yang timbul Pajak yang kurang dibayar yang timbul
perubahan tarif sanksi sebagai akibat dari pengungkapan sebagai akibat dari pengungkapan
administrasi dan ketidakbenaran pengisian Surat ketidakbenaran pengisian Surat
tempo waktu Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pemberitahuan sebagaimana
perhitungan sanksi ayat (4) beserta sanksi administrasi berupa dimaksud pada ayat (4) harus dilunasi
administrasi. kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) oleh Wajib Pajak sebelum laporan
dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi tersendiri disampaikan beserta sanksi
oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri administrasi berupa bunga sebesar
dimaksud disampaikan tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dari pajak
yang kurang dibayar, yang dihitung
sejak:
A. batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan berakhir
sampai dengan tanggal
pembayaran, untuk pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan Tahunan; atau
B. jatuh tempo pembayaran berakhir
sampai dengan tanggal
pembayaran, untuk pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan Masa
dan dikenakan paling larna 24 (dua
puluh empat) bulan, serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
10. Pertambahan ayat Sanksi administrasi hanya disebutkan berupa Pasal 8 ayat (5a) :
pada pasal 8 : yaifu kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang Tarif bunga per bulan yang ditetapkan
pasal 8 ayat (5a) dibayar. (tidak ada perhitungan, hanya oleh Menteri Keuangan sebagaimana
mengenai perhitungan ketentuan persentase). dimaksud pada ayat (5) dihitung
tarif bunga sanksi berdasarkan suku bunga acuan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
administrasi ditambah 10% (sepuluh persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku
pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi.
11. Perubahan pasal 13 Pasal 13 ayat (1) : Pasal 13 ayat (1) :
ayat (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah Direktur Jenderal Pajak dapat
saat terutangnya pajak atau berakhirnya menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Kurang Bayar dalam jangka waktu 5
Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat (lima) tahun setelah saat terutangnya
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
Bayar dalam hal-hal sebagai berikut: Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
A. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan setelah dilakukan tindakan
atau keterangan lain pajak yang terutang pemeriksaan dalam hal sebagai
tidak atau kurang dibayar; berikut:
B. apabila Surat Pemberitahuan tidak A. terdapat pajak yang tidak atau
disampaikan dalam jangka waktu kurang dibayar;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat B. Surat Pemberitahuan tidak
(3) dan setelah ditegur secara tertulis disampaikan dalam jangka waktu
tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sebagaimana ditentukan dalam Surat 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
Teguran; tertulis tidak disampaikan pada
C. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan waktunya sebagaimana ditentukan
atau keterangan lain mengenai Pajak dalam Surat Teguran;
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan C. terdapat Pajak Pertambahan Nilai
Atas Barang Mewah ternyata tidak dan Pajak Penjualan atas Barang
seharusnya dikompensasikan selisih lebih Mewah ternyata tidak seharusnya
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif dikompensasikan selisih lebih pajak
0% (nol persen); atau tidak seharusnya dikenai tarif
D. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud 0% (nol persen);
dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak D. terdapat kewajiban sebagaimana
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal
besarnya pajak yang terutang; atau 29 yang tidak dipenuhi sehingga
E. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan tidak dapat diketahui besarnya
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pajak yang terutang;
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak E. kepada Wajib Pajak diterbitkan
secara jabatan sebagaimana dimaksud Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dalam Pasal 2 ayat (4a). dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak secara jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (4al; atau
F. Pengusaha Kena Pajak tidak
melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak dan/atau ekspor Barang Kena
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan
telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan atau telah mengkreditkan
Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e)
UndangUndang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya.
12. Perubahan pasal 13 Pasal 13 ayat (2) : Pasal 13 ayat (2) :
ayat (2) : perubahan Jumlah kekurangan pajak yang terutang Jumlah kekurangan pajak yang
tarif sanksi dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
administrasi serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
jangka waktu dan huruf e ditambah dengan sanksi pada ayat (1) huruf a dan huruf e
pembayarannya, administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua ditambah dengan sanksi administrasi
terkait dengan sanksi persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh berupa bunga sebesar tarif bunga per
Jumlah kekurangan empat) bulan, dihitung sejak saat bulan yang ditetapkan oleh Menteri
pajak yang terutang terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Keuangan dihitung sejak saat
dalam Surat Ketetapan Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak terutangnya pajak atau berakhirnya
Pajak Kurang Bayar sampai dengan diterbitkannya Surat Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, dan dikenakan paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan serta
bagian dari bulan dihitung penuh I
(satu) bulan.
13. Penambahan ayat Pasal 13 ayat (2a) :
pada pasal 13, yaitu Jumlah kekurangan pajak yang
pasal 13 ayat (2a) dan terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
pasal 13 ayat (2b). Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga
sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dihitung sejak saat jatuh tempo
pembayaran kembali berakhir sampai
dengan tanggal diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh I (satu) bulan.

Pasal 13 ayat (2b) :


Tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2al
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
dihitung berdasarkan suku bunga
acuan ditambah 15% (lima belas
persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang
berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi.
14. Perubahan pasal 13 Pasal 13 ayat (3): Pasal 13 ayat (3) :
ayat (3) : perubahan Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan
sanski administratif Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada Pajak Kurang Bayar sebagaimana
ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf
ditambah dengan sanksi administrasi berupa c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
kenaikan sebesar: administratif berupa:
A. 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak A. bunga dari Pajak Penghasilan yang
atau kurang dibayar dalam satu Tahun tidak atau kurang dibayar dalam 1
Pajak; (satu) Tahun Pajak;
B. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak B. bunga dari Pajak Penghasilan yang
atau kurang dipotong, tidak atau kurang tidak atau kurang dipotong atau
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipungut;
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau C. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh
kurang disetor; atau lima persen) dari Pajak
C. 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar. Mewah yang tidak atau kurang
dibayar; atau
D. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen) dari Pajak Penghasilan
yang dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetor.
15. Penambahan ayat 3 Pasal 13 ayat (3a) :
pada pasal 13. Ayat Dalam hal terdapat penerapan sanksi
yang bertambah administrasi berupa bunga dan
yaitu : pasal 13 ayat kenaikan berdasarkan hasil
(3a), pasal 13 ayat pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai
(3b), pasal 13 ayat (3c) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf c, hanya
diterapkan satu jenis sanksi
administrasi yang tertinggi nilai
besaran sanksinya.

Pasal 13 ayat (3b) :


Bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a dan huruf b sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dihitung sejak
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
dikenakan paling larna 24 (dua puluh
empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Pasal 13 ayat (3c) :


Tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3b) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 20% dan dibagi 12 (dua
belas) yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi.
16. Penghapusan pasal 13 Pasal 13 ayat (5) : dihapus
ayat (5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48%
(empat puluh delapan persen) dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila
Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya
yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
17. Perubahan pasal 14 Pasal 14 ayat (1) huruf e : Pasal 14 ayat (1) huruf e :
ayat (1) huruf e Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Direktur Jenderal Pajak dapat
Surat Tagihan Pajak apabila: menerbitkan Surat Tagihan Pajak
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai apabila:
Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi pengusaha yang telah dikukuhkan
faktur pajak secara lengkap sebagaimana sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang- tidak mengisi faktur pajak secara
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan lengkap sebagaimana dimaksud dalam
perubahannya, selain: Pasal 13 ayat (5) dan ayat (6) Undang-
1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang- dan perubahannya, selain identitas
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan pembeli Barang Kena Pajak atau
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
perubahannya; atau penerima Jasa Kena Pajak serta nama
2.identitas pembeli serta nama dan dan tanda tangan sebagaimana
tandatangan sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g huruf b dan huruf g Undang-Undang
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
1984 dan perubahannya, dalam hal perubahannya dalam hal penyerahan
penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak
Pajak pedagang eceran; pedagang eceran;
18. Penghapusan pasal 14 Pasal 14 ayat (1) huruf f : dihapus
ayat (1) huruf f dan g Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Tagihan Pajak apabila:
Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur
pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak; atau

Pasal 14 ayat 1 huruf (g) :


Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Tagihan Pajak apabila:
Pengusaha Kena Pajak yang gagal
berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
19. Penambahan isi dari Tidak mencantumkan ketentuan terkait Pasal 14 ayat (1) huruf h :
pasal 14 ayat (1). imbalan bunga dan jumlah pajak yang terdapat imbalan bunga yang
Penambahan isi tidak/kurang dibayar, sebagai syarat Direktur seharusnya tidak diberikan kepada
tersebut terkait Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Wajib Pajak, dalam hal:
Direktur Jenderal Tagihan Pajak. 1. diterbitkan keputusan;
Pajak dapat 2. ditema putusan; atau
menerbitkan Surat 3. ditemukan data atau informasi,
Tagihan Pajak apabila yang menunjukkan adanya imbalan
imbalan bunga yang bunga yang seharusnya tidak diberikan
seharusnya tidak kepada Wajib Pajak; atau
diberikan kepada WP
(pasal 14 ayat (1) Pasal 14 ayat (1) huruf I :
huruf h), dan terdapat jumlah pajak yang tidak atau
Jumlah pajak yang kurang dibayar dalam jangka waktu
tidak/kurang dibayar sesuai dengan persetujuan untuk
dalam jangka waktu mengangsur atau menunda
sesuai pesetujuan pembayaran pajak sebagaimana
(pasal 14 ayat (1) dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).
huruf I).
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
20. Perubahan pasal 14 Pasal 14 ayat (4) : Pasal 14 ayat (4) :
ayat (4) terkait Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Terhadap pengusaha atau Pengusaha
perubahan tarif denda Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kena Pajak sebagaimana dimaksud
sanksi administrasi huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, pada ayat (1) huruf d atau huruf e
selain wajib menyetor pajak yang terutang, masing-masing, selain wajib menyetor
dikenai sanksi administrasi berupa denda pajak yang terutang, dikenai sanksi
sebesar 2% (dua persen) dari Dasar administratif berupa denda sebesar
Pengenaan Pajak. 1% (satu persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
21. Penghapusan pasal 14 Pasal 14 ayat (5) : Dihapus
ayat (5) Terhadap Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung
dari tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
sampai dengan tanggal penerbitan Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
22. Penambahan pasal 14 Tidak mengatur ketentuan sebagaimana yang Pasal 14 ayat (5a) :
ayat (5a), (5b), dan tercantum dalam UU HPP 2021 Pasal 14 ayat Tarif bunga per bulan yang ditetapkan
(5c) (5a), (5b), dan (5c). oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 5o/o (lima persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku
pada tanggal dimulainya penghitungan
sanksi.

Pasal 14 ayat (5b) :


Surat Tagihan Pajak diterbitkan paling
lama 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak.

Pasal 14 ayat (5c) :


Dikecualikan dari ketentuan jangka
waktu penerbitan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5b):
a.Surat Tagihan Pajak atas sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1) diterbitkan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
paling lama sesuai dengan daluwarsa
penagihan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar serta Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar
bertambah;
b. Surat Tagihan Pajak atas sanksi
administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (91
dapat diterbitkan paling lama 5
(tima) tahun sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan
Keberatan apabila Wajib Pajak tidak
mengajukan upaya banding; dan
c. Surat Tagihan Pajak atas sanksi
administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (Sdl
dapat diterbitkan paling lama dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal putusan Banding diucapkan
oleh hakim Pengadilan pajak dalam
sidang terbuka untuk umum.

23. Penambahan pasal Pasal 20A :


20A pada UU HPP (1) Menteri Keuangan berwenang
2021 melakukan kerja sama untuk
pelaksanaan bantuan penagihan
pajak dengan negara mitra atau
yurisdiksi mitra.
(2) Pelaksanaan bantuan penagihan
pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak, yang meliputi
pemberian bantuan penagihan
pajak dan permintaan bantuan
penagihan pajak kepada negara
mitra atau yurisdiksi mitra.
(3) Pemberian bantuan penagihan
pajak dan permintaan bantuan
penagihan pajak sebagaimana
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
dimaksud pada ayat (21 dilakukan
berdasarkan perjanjian
internasional secara resiprokal.
(4) Negara mitra atau yurisdiksi mitra
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan negara atau
yurisdiksi yang terikat dengan
Pemerintah Indonesia dalam
perjanjian internasional.
(5) Perjanjian internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) merupakan perjanjian bilateral
atau multilateral yang mengatur
kerja sama mengenai hal yang
berkaitan dengan bantuan
penagihan pajak, meliputi:
A. persetujuan penghindaran
pajak berganda;
B. konvensi tentang bantuan
administratif bersama di
bidang perpajakan; atau
C. perjanjian bilateral atau
multilateral lainnya.
(6) Bantuan penagihan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2l'dapat dilakukan setelah
diterima klaim pajak dari negara
mitra atau yurisdiksi mitra.
(7) Klaim pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) merupakan
instrumen legal dari negara mitra
atau yuridiksi mita yang paling
sedikit memuat :
A. nilai klaim pajak yang
dimintakan bantuan
penagihan; dan
B. identitas penanggung pajak
atas klaim pajak.
(8) Klaim pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (71 merupakan dasar
penagihan pajak yang dilaksanakan
penagihan pajak dengan Surat
Paksa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
bidang perpajakan yang berlaku
mutatis mutandis dengan
ketentuan penagihan pajak yang
berlaku di negara mitra atau
yurisdiksi mitra.
(9) Hasil penagihan pajak atas klaim
pajak dari negara mitra atau
yurisdiksi mitra ditampung dalam
rekening pemerintah lainnya
sebelum dikirimkan ke negara
mitra atau yurisdiksi mitra.
24. Perubahan pasal 25 Pasal 25 ayat (9) : Pasal 25 ayat (9) :
ayat (9) : perubahan Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau Dalam hal keberatan Wajib Pajak
tarif denda sanksi dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai ditolak atau dikabulkan sebagian,
administratif sanksi administrasi berupa denda sebesar Wajib Pajak dikenai sanksi
50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak administratif berupa denda sebesar
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
dengan pajak yang telah dibayar sebelum pajak berdasarkan keputusan
mengajukan keberatan. keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
25. Perubahan pasal 25 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
ayat (10) : perubahan permohonan banding, sanksi administrasi permohonan banding, sanksi
tarif denda sanksi berupa denda sebesar 50% (lima puluh administratif berupa denda sebesar
administratif persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) 30% (tiga puluh persen) sebagaimana
tidak dikenakan. dimaksud pada ayat (9) tidak
dikenakan.
26. Perubahan pasal 27 Pasal 27 ayat (4a) : Pasal 27 ayat (4a) :
ayat (4a) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk Apabila diminta oleh Wajib Pajak
keperluan pengajuan permohonan banding, untuk keperluan pengajuan
Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan permohonan banding, Direktur
keterangan secara tertulis halhal yang Jenderal Pajak harus memberikan
menjadi dasar Surat Keputusan Keberatan keterangan secara tertulis hal yang
yang diterbitkan menjadi dasar Surat Keputusan
Keberatan yang diterbitkan paling
lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
permintaan tertulis diterima oleh
Direktur Jenderal Pajak.
27. Perubahan pasal 27 Pasal 27 ayat (5c) : Pasal 27 ayat (5c) :
ayat (5c) dan (5d) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat Jumlah pajak yang belum dibayar pada
pengajuan permohonan banding belum saat pengajuan permohonan banding
merupakan pajak yang terutang sampai tidak termasuk sebagai utang pajak
dengan Putusan Banding diterbitkan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) dan ayat (1a) sampai dengan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
Putusan Banding diterbitkan.
28. Perubahan pasal 27 Pasal 27 ayat (5d) : Pasal 27 ayat (5d) :
ayat (5d) : mengenai Dalam hal permohonan banding ditolak atau Dalam hal permohonan banding
perubahan persentase dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai ditolak atau dikabulkan sebagian,
denda sanksi sanksi administrasi berupa denda sebesar Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi 100% (seratus persen) dari jumlah pajak administratif berupa denda sebesar
berdasarkan Putusan Banding dikurangi 60% (enam puluh persen) dari jumlah
dengan pembayaran pajak yang telah dibayar pajak berdasarkan Putusan Banding
sebelum mengajukan keberatan. dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
29. Penambahan ayat- Pasal 27 ayat (5e) :
ayat pada pasal 27, Dalam hal Wajib Pajak atau Direktur
yaitu berupa pasal 27 Jenderal Pajak mengajukan
ayat (5e), pasal 27 ayat permohonan peninjauan kembali,
(5f), pasal 27 ayat (5g) pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak
tidak ditangguhkan atau dihentikan

Pasal 27 ayat (5f) :


Dalam hal Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah,
dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 600/o (enam puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan
Putusan Peninjauan Kembali dikurangi
dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan
keberatan

Pasal 27 ayat (5g) :


Surat Tagihan Pajak atas sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (50 diterbitkan paling lama 2
(dua) tahun sejak tanggal diterima
Putusan Peninjauan Kembali oleh
Direktur Jenderal Pajak
30. Penambahan pasal Pasal 27C :
pada UU HPP 2021 (1)Direktur Jenderal Pajak berwenang
terkait UU KUP 2007, melaksanakan prosedur
yaitu pasal 27C persetujuan bersama untuk
mencegah atau menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam
penerapan persetujuan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
penghindaran pajak berganda.
(2)Prosedur persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diajukan oleh:
a. Wajib Pajak dalam negeri;
b. Direktur Jenderal Pajak;
c. pejabat berwenang negara
mitra atau yurisdiksi mitra
persetujuan penghindaran
pajak berganda; atau
d. warga negara Indonesia melalui
Direktur Jenderal Pajak terkait
perlakuan diskriminatif di
negara mitra atau yurisdiksi
mitra persetujuan
penghindaran pajak berganda
yang bertentangan dengan
ketentuan mengenai
nondiskriminasi,
sesuai dengan ketentuan dan batas
waktu sebagaimana diatur dalam
persetujuan penghindaran pajak
berganda.
(3)Permintaan pelaksanaan prosedur
persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (21 huruf a,
huruf b, dan huruf c dapat diajukan
bersamaan dengan permohonan
Wajib Pajak dalam negeri untuk
mengajukan:
A. keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25;
B. permohonan banding
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27; atau
C. pengurangan atau pembatalan
surat ketetapan pajak yang
tidak benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) huruf b.
(4)Dalam hal pelaksanaan prosedur
persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b
belum menghasilkan persetujuan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
bersama sampai dengan Putusan
Banding atau Putusan Peninjauan
Kembali diucapkan, Direktur
Jenderal Pajak:
A. melanjutkan perundingan, dalam
hal materi sengketa yang diputus
dalam Putusan Banding atau
Putusan Peninjauan Kembali
bukan merupakan materi yang
diajukan prosedur persetujuan
bersama; atau
B. menggunakan Putusan Banding
atau Putusan Peninjauan
Kernbali sebagai posisi dalam
perundingan atau menghentikan
perundingan, dalam hal materi
sengketa yang diputus
merupakan materi yang diajukan
prosedur persetujuan bersama.
(5)Direktur Jenderal Pajak
menindaklanjuti hasil pelaksanaan
prosedur persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan menerbitkan surat
keputusan tentang persetujuan
bersama.
(6)Surat keputusan tentang
persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) termasuk
dasar pengembalian pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 1 ayat (1a) atau dasar penagihan
pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.
31. Perubahan pasal 32 Pasal 32 ayat (3a) : Pasal 32 ayat (3a) :
ayat (3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan Seorang kuasa yang ditunjuk
kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan harus mempunyai kompetensi
Peraturan Menteri Keuangan tertentu dalam aspek perpajakan,
kecuali kuasa yang ditunjuk
merupakan suami, istri, atau keluarga
sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua.
32. Penambahan pasal Pasal 32A :
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
32A (1)Menteri Keuangan menunjuk pihak
lain untuk melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2)Pihak lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan pihak yang
terlibat langsung atau memfasilitasi
transaksi antarpihak yang
bertransaksi.
(3)Penetapan, penagihan, upaya
hukum, dan pengenaan sanksi
terhadap Wajib Pajak sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
berlaku secara mutatis mutandis
terhadap pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (21.
(4)Dalam hal pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (21 merupakan
penyelenggara sistem elektronik,
selain dikenai sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), terhadap
penyelenggara sistem elektronik
dimaksud dapat dikenai sanksi
berupa pemutusan akses setelah
diberikan teguran
(5)Dalam hal pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
setelah diberikan teguran, terhadap
pihak lain tidak dikenai sanksi
pemutusan akses
(6)Dalam hal pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) telah
melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
setelah dilakukan pemutusan akses,
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
terhadap pihak iain dilakukan
normalisasi akses kembali.
(7)Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika
berwenang melakukan pemutusan
akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan melakukan normalisasi
akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berdasarkan permintaan
Menteri Keuangan.
33. Perubahan ketentuan Pasal 34 ayat (3) : Pasal 34 ayat (3) :
dalam Pasal 34 ayat Untuk kepentingan negara, Menteri Demi kepentingan negara, dalam
(3) Keuangan berwenang memberi izin tertulis rangka penyidikan, penuntutan, atau
kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada dalam rangka mengadakan kerja sama
ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dengan lembaga negara, instansi
dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan pemerintah, badan hukum yang
keterangan dan memperlihatkan bukti dibentuk melalui UndangUndang atau
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada Peraturan Pemerintah, atau pihak lain,
pihak yang ditunjuk. Menteri Keuangan berwenang
memberikan izin tertulis kepada
pejabat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) untuk
memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti tertulis dari
atau tentang WEib Pajak kepada pihak
yang ditunjuk.
34. Perubahan ketentuan Tidak ditemukan isi pasal 40 pada file UU KUP Pasal 40 :
pasal 40 2007 Tindak pidana di bidang perpajakan
tidak dapat dilakukan penuntutan
setelah lampau waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak saat terutangnya pajak,
berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya
Tahun Pajak yang bersangkutan.
35. Perubahan ketentuan Pasal 43A Ayat (2) : Pasal 43A Ayat (2) :
pada pasal 43A ayat Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di Dalam hal terdapat indikasi tindak
(2) : terkait perubahan bidang perpajakan yang menyangkut petugas pidana di bidang perpajakan yang
lingkungan yang dipilih Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan menyangkut petugas Direktorat
Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di Jenderal Pajak, Menteri Keuangan
jikalau terdapat lingkungan Departemen Keuangan untuk dapat menugasi unit pemeriksa
indikasi tindak pidana melakukan pemeriksaan bukti permulaan. internal di lingkungan Kementerian
di bidang perpajakan Keuangan untuk melakukan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
pemeriksaan bukti permulaan.
36. Penambahan ayat Tidak terdapat pasal 43 ayat (1a) Pasal 43 ayat (1a) :
yaitu ayat (1a) pada Pemeriksaan Bukti Permulaan
pasal 43A dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang
menerima surat perintah pemeriksaan
bukti permulaan.
37. Perubahan ketentuan Pasal 44 ayat (2) huruf e: Pasal 44 ayat (2) huruf e :
Pasal 44 ayat (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud melakukan penggeledahan untuk
pada ayat (1) adalah: mendapatkan barang bukti berupa
melakukan penggeledahan untuk pembukuan, pencatatan, dan
mendapatkan bahan bukti pembukuan, dokumen lain, serta barang bukti lain
pencatatan, dan dokumen lain, serta yang diduga terkait dengan tindak
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti pidana di bidang perpajakan dan/atau
tersebut; melakukan penyitaan terhadap barang
bukti tersebut;
pasal 44 ayat (2) huruf j :
menghentikan penyidikan Pasal 44 ayat (2) huruf j :
melakukan pemblokiran harta
kekayaan milik tersangka sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan danf atau
penyitaan harta kekayaan milik
tersangka sesuai dengan Undang-
Undang yang mengatur mengenai
hukum acara pidana, termasuk tetapi
tidak terbatas dengan adanya izin
ketua pengadilan negeri setempat;

Penambahan pasal 44 ayat (2) huruf l :


melakukan tindakan lain yang perlu
untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
38. Perubahan Pasal 44A Tidak ditemukan pasal 44A pada dokumen Pasal 44A :
UU KUP 2007 Penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (ll menghentikan
Penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (2) huruf k dalam
hal:
A. Wajib Pajak melakukan
pengungkapan ketidakbenaran
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
perbuatan sebagaimana diatur
dalam Pasal 8 ayat (3);
B. tidak terdapat cukup bukti;
C. peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana di bidang
perpajakan; atau
D. demi hukum.
39. Perubahan ketentuan Pasal 44B ayat (2) : Pasal 44B ayat (2) :
ayat (2) pasal 44B : Penghentian penyidikan tindak pidana di Penghentian penyidikan tindak pidana
mengenai bidang perpajakan sebagaimana dimaksud di bidang perpajakan sebagaimana
penghentian pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib dimaksud pada ayat (1) hanya
penyidikan tindak Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau dilakukan setelah Wajib Pajak atau
pidana di bidang kurang dibayar atau yang tidak seharusnya tersangka melunasi:
perpajakan. dikembalikan dan ditambah dengan sanksi A. kerugian pada pendapatan negara
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kali jumlah pajak yang tidak atau kurang 38 ditambah dengan sanksi
dibayar, atau yang tidak seharusnya administratif berupa denda sebesar
dikembalikan. 1 (satu) kali jumlah kerugian pada
pendapatan negara;
B. kerugian pada pendapatan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ditambah dengan sanksi
administratif berupa denda sebesar
3 (tiga) kali jumlah kerugian pada
pendapatan negara; atau
C. jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39A
ditambah dengan sanksi
administratif berupa denda sebesar
4 (empat) kali jumlah pajak dalam
faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak.
40. Penambahan ayat- Tidak terdapat pasal 44B ayat (2a), ayat(2b), Pasal 44B ayat (2a) :
ayat pada Pasal 44B, dan ayat (2c). Dalam hal perkara pidana telah
yaitu Pasal 44B ayat dilimpahkan ke pengadilan, terdakwa
(2a), ayat(2b), dan tetap dapat melunasi:
ayat (2c). a. kerugian pada pendapatan negara
ditambah dengan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a atau huruf b;
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
atau
b.jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak ditambah dengan
sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c.

Pasal 44B ayat (2b) :


Pelunasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2a1, menjadi pertimbangan
untuk dituntut tanpa disertai
penjatuhan pidana penjara.

Pasal 44B ayat (2c) :


Dalam hal pembayaran yang dilakukan
oleh Wajib Pajak, tersangka, atau
terdakwa pada tahap penyidikan
sampai dengan persidangan belum
memenuhi jumlah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)', atas
pembayaran tersebut dapat
diperhitungkan sebagai pembayaran
pidana denda yang dibebankan kepada
terdakwa.
41. Penambahan Pasal Pasal 44C :
44C dan 44D pada UU (1)Pidana denda sebagaimana
HPP 2021 dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal
39A tidak dapat digantikan dengan
pidana kurungan dan wajib dibayar
oleh terpidana.
(2)Dalam hal terpidana tidak
membayar pidana denda
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 1 (satu) bulan
sesudah putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, jaksa melakukan penyitaan
dan pelelangan terhadap harta
kekayaan terpidana untuk
membayar pidana denda sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3)Dalam hal setelah dilakukan
Aurelia Viana Afrita
NPM : 120204210020
penelusuran dan penyitaan harta
kekayaan, terpidana orang tidak
memiliki harta kekayaan yang
mencukupi untuk membayar pidana
denda, dapat dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak
melebihi pidana penjara yang
diputus.

Pasal 44D :
(1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil
secara sah dan tidak hadir di sidang
pengadilan tanpa alasan yang sah,
perkara tindak pidana di bidang
perpajakan tetap dapat diperiksa
dan diputus tanpa kehadiran
terdakwa.
(2) Dalam hal terdakwa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hadir pada
sidang sebelum putusan
dijatuhkan, terdakwa wajib
diperiksa, dan segala keterangan
saksi dan surat yang dibacakan
dalam sidang sebelumnya
dianggap sebagai diucapkan dalam
sidang.

Sumber :

1. UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan.
2. UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
3. UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
4. UU Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai