Anda di halaman 1dari 8

Muhammad Fajar – 51621220044

SOAL KASUS 5

Tn. X  adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP setempat. Berikut adalah data
penghasilannya

1. Hadiah juara baca Al-Quran tingkat Sekolah Dasar atas nama anaknya sebesar
Rp.10 juta

Berdasarkan Undang - Undang No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Pajak pasal 4
berbunyi yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun. Termasuk yang disebutkan dalam poin (b) yaitu hadiah dari undian atau
pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

Pelaksanaan Pengenaan PPh atas hadiah dan penghargaan Dirjen pajak mengeluarkan
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-11/PJ/2015 mengenai Pengenaan Pajak Penghasilan
atas hadiah dan penghargaan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pasal 1 di jelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud
dengan hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan
yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.
b. Pasal 2 Penghasilan berupa hadiah dari undian, perlombaan, serta kegiatan dan
penghargaan merupakan objek Pajak Penghasilan.
c. Pasal 3 Atas hadiah atau penghargaan perlombaan, hadiah sehubungan kegiatan,
dan penghargaan dikenakan Pajak penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut:
I. Idalam hal penerima penghasilan adalah orang pribadi Wajib Pajak dalam
negeri, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar tarif
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 dari jumlah penghasilan bruto;
II. dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib Pajak luar negeri selain
Bentuk Usaha Tetap, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
dengan memperhatikan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku;
III. dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib Pajak badan termasuk Bentuk
Usaha Tetap, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal
23 ayat (1) huruf a angka 4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, sebesar 15% (lima belas persen)
dari jumlah penghasilan bruto.

Dari Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hadiah juara baca alquran tingkat
sekolah dasar tersebut merupakan objek pajak penghasilan sesuai dengan UU No. 7
tahun 2021 tentang harmonisasi pajak. Hadiah yang diterima tersebut merupakan
hadiah atau penghargaan perlombaan yang diterima oleh anaknya Tn. X maka sesuai
dengan PER – 15/PJ/2015 pasal 3 Hadiah atau penghargaan perlombaan dikenakan
pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan pasal 3 poin 1 dalam hal penerima
penghasilan adalah orang pribadi Wajib Pajak dalam negeri, dikenakan pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar tarif Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang sekarang dirubah ke dalam uu
Np. 7 tahun 2021 tentang harmonisasi pajak dari jumlah penghasilan bruto, karena
yang menerima penghasilan Tn. X atas nama anaknya. Pengasilan dari hadiah juara
baca quran atas nama anaknya Tn X menjadi pengasilan Tn X karena anaknya masih
dibawah umur dan ketentuan tersebut diatur dalam UU No 7 Tahun 2021 Pasal 32
Pasal 1 dengan bunyi sebagai berikut:

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:
a. badan oleh pengurus;
b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan;
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana
wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya;
f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali
atau pengampunya.
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab secara pribadi dan/atau
secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat
membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak
yang terutang tersebut
Maka atas penghasilan hadiah penghargaan diatas yang diterima Tn X tarif pajak yang
dikenakan yaitu PPh Pasal 17 sesuai dengan UU Harmonisasi Pajak No. 7 Tahun 2021
dan PER-11/PJ/2015

Dasar Pengenaan Pajak = Rp. 10.000.000


I 0 – Rp60 juta 5%

Tarif Pajak Berdasarkan PPh Pasal II >Rp60 – 250 juta 15%


=
17 III >Rp250 – 500 juta 25%
IV >Rp500 juta – 5 miliar 30%
V >Rp5 miliar
Jika Tn X memiliki NPWP
PPh terutang = PTKP X Tarif pajak PPh Pasal 17
= Rp. 10.000.000 x 5%
= 500.000
Jika Tn X memiliki NPWP
PTKP X Tarif Pajak PPh Pasal 17 x
PPh terutang =
120%
= Rp. 10.000.000 x 5% x 120%
= Rp. 600.000

2. Penghasilan dari komisi penjualan mobil bekas Rp.2 juta.


Berdasarkan Undang - Undang No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Pajak pasal 4
berbunyi yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun. Termasuk yang disebutkan dalam poin (a) yaitu penggantian atau
imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali
ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini.
Pelaksanaan Pengenaan PPh atas Komisi penjualan Dirjen pajak mengeluarkan
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang
Pribadi. Dengan penjelasan sebagai berikut
a. Pasal 2 ayat 1 Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 salah satunya yaitu
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar:
1. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya
2. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak luar negeri;
3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
b. Pasal 16 ayat 2 Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang - Undang
Pajak Penghasilan diterapkan adalah 50% (lima puluh persen) dari
jumlahpenghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada Bukan
Pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan.
c. Salah satu aspek PPh atas komisi penjualan orang pribadi adalah PPh Pasal 21
dan hal ini pun sudah tertera dalam Undang-Undang Pasal 17 ayat 1, yang mana
pengecualian ditetapkan berbeda oleh pemerintah, yakni PPh atas komisi
penjualan lebih dari Rp 50 juta akan dikenakan tarif sebesar 5% (berlaku untuk
perantara yang memiliki NPWP) dan 6% (berlaku untuk perantara tanpa
NPWP). 

Maka atas penghasilan komisi penjualan yang diterima Tn X tarif pajak yang
dikenakan yaitu PPh Pasal 17 sesuai dengan UU Harmonisasi Pajak No. 7 Tahun 2021
dan PER-16/PJ/2016 dengan ketentuan tarif sebagai berikut:

PPh 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan: {(50% x Penghasilan bruto) – PTKP} x


Tarif Pasal 17

Laba Bruto = Rp. 2.000.000


I 0 – Rp60 juta 5%

Tarif Pajak Berdasarkan II >Rp60 – 250 juta 15%


=
PPh Pasal 17 III >Rp250 – 500 juta 25%
IV >Rp500 juta – 5 miliar 30%
V >Rp5 miliar
Jika Tn X memiliki NPWP
(Penghasilan bruto x 50%) – PTKP X Tarif pajak
PPh terutang =
PPh Pasal 17
= (Rp. 2.000.000 x50%) X 5%
= Rp. 1.000.000 X 5%
= Rp. 50.000
Jika Tn X memiliki NPWP
(Penghasilan bruto x 50%) – PTKP X Tarif pajak
PPh terutang =
PPh Pasal 17 x 120%
= (Rp. 2.000.000 x50%) X 5% X 120%
= Rp. 1.000.000 X 5% X 120%
= Rp. 1.000.000 x 0,6%
= Rp. 60.000

3. Menerima sebuah mobil senilai Rp.100 juta sebagai warisan dari almarhum
ayahnya.
Beradasarkan UU 7 Tahun 2021 pasal 4 ayat 3, yang dikecualikan dari objek pajak
adalah warisan dimana
Syarat warisan yang termasuk bukan objek pajak yaitu harta bergerak maupun
tidak bergerak yang diwariskan tersebut telah dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (“SPT”) pewaris, namun jika masih ada pajak terutang, maka
harus tetap dilunasi terlebih dahulu. Jika warisan tidak memenuhi persyaratan,
statusnya yang awalnya merupakan bukan objek pajak, maka akan menjadi
objek pajak, sehingga konsekuensinya harus membayar pajak atas warisan
tersebut.

4. Penghasilan usaha catering istri Rp.25 juta.


Berdasarkan Undang - Undang No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Pajak pasal 4
berbunyi yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun. Termasuk yang disebutkan dalam poin (a) yaitu penggantian atau
imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali
ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini.
Pelaksanaan Pengenaan PPh atas Komisi penjualan Dirjen pajak mengeluarkan
Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang
Pribadi. Dengan penjelasan sebagai berikut
a. Pasal 2 ayat 1 Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 salah satunya yaitu
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar:
1. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya
2. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak luar negeri;
3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;

b. Pasal 5point (e) imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan

Laba Bruto = Rp. 25. 000.000

I 0 – Rp60 juta 5%

Tarif Pajak Berdasarkan PPh II >Rp60 – 250 juta 15%


=
Pasal 17 III >Rp250 – 500 juta 25%
IV >Rp500 juta – 5 miliar 30%
V >Rp5 miliar
PTKP = Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dengan pembukuan,
sesuai yang tertulis dalam Pasal 2A ayat (6) UU PPh.
ada tiga cara perhitungan untuk mendapatkan hasil
PKP, yaitu:

 PKP = penghasilan neto – PTKP


 PKP = penghasilan neto – zakat – PTKP
 PKP = penghasilan neto – zakat – kompensasi
rugi – PTKP
Adapun besaran PTKP sebagai berikut

TK Tidak Kawin 54.000.000


Tidak Kawin dengan
TK/I 58.500.000
1Tanggungan
Tidak Kawin dengan 2
TK/2 63.000.000
Tanggungan
Tidak Kawin dengan 3
TK/3 72.000.000
Tanggungan
K//0 Kawin Tanpa Tanggungan 58.500.000
Kawin dengan 1
K/I 63.000.000
Tanggungan
Kawin dengan 2
K/2 67.500.000
Tanggungan
Kawin dengan 3
K/3 72.000.000
Tanggungan
Kawin dan Penghasilan
K/I/0 Istri Digabung dengan 112.500.000
Penghasilan Suami
Kawin dan Penghasilan
Istri Digabung dengan
K/I/1 117.000.000
Penghasilan Suami
dengan 1 Tanggungan
Kawin dan Penghasilan
Istri Digabung dengan
/K/I/2 121.000.000
Penghasilan Suami dengan
2Tanggungan

Jika Tn X memiliki NPWP Melakukan pembukuan


PPh terutang = (Penghasilan neto – PTKP) X Tarif Pasal 17
= (25.000.000 – 112.500.000) X Tarif Pasal 17

= 0

Karena penghasilan bruto lebih kecil daripada PTKP


(K/I/0)
Jika Tn X memiliki NPWP tidak melakukan pembukuan
(Penghasilan bruto x 50%) – PTKP X Tarif pajak PPh
PPh terutang =
Pasal 17 x 120%
= (Rp. 25.000.000 x50%) X 5% X 120%
= Rp. 12.500.000 X 5% X 120%
= Rp. 625.000 x 0,6%
= Rp. 750.000
Jika Usaha Catering istri yang diperoleh Tn X sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 23 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang
Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
dengan penjelasan sebagai berikut

a. Pasal 2 ayat (1) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu.
b. Pasal 2 ayat (2) Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebesar 0,5% (nol koma lima persen).
c. Pasal 3 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak
Penghasilan final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (l) merupakan:
1. Wajib Pajak orang pribadi; dan
2. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau
perseroan terbatas,
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1
(satu) Tahun Pajak.

Jika Tn X menggunakan pph Final 23 tahun 2018


PPh
= Penghasilan bruto x tarif PP 23 tahun 2018
terutang
= Rp. 25.000.000 x 0,5%
= Rp. 125.000
Maka PPh Final 23 tahun 2018 sebesar Rp.
=
125.000

Anda mungkin juga menyukai