Anda di halaman 1dari 8

SELF EFFICACY PADA PERAWAT

DI RUMAH SAKIT D

Di susun oleh

Anesa 2111144011192

Cantika Reaksi Putri 2111144011194

Chatarina Velin 2111144011196

Mario Bledwin Dhae 2111144011212

Matilda Halu 2111144011213

Melitina 2111144011214

Rahayu Puteri N. 2111144011218

Reni Dwi Setiyawati 2111144011221

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

2023
1. Latar Belakang
Rumah sakit D adalah sebuah faasilitas perawatan kesehatan yang sangat
menekankan pada pelayanan pasien yang empatik dan perawatan yang berkualitas
tinggi. Untuk memastikan bahwa perawatnya tetap berkinerja optimal dalam aspek
caring, evaluasi berkala perlu dilakukan.
Perawat merupakan seorang profesional yang mempunyai kemampuan,
tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan pelayanan atau asuhan
keperawatan (Kusnanto, 2004). Definisi menurut kamus bahasa indonesia (2011)
suatu mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang lebih profesional.
Perawat memiliki fungsi otonomi yaitu sebagai fungsi profesional keperawatan.
Fungsi otonomi yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang
bersifat segera, itu merupakan salah satu tanggung jawab perawat untuk mengetahui
kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya (Suwignyo, 2007). Perawat
merupakan bagian dari pemberi pelayanan keperawatan secara profesional dalam
tindakannya dilandasi dengan nilai nilai profesional keperawatan (Bimo, 2014).
Penyusunan nilai profesional keperawatan oleh American assisiation of
colleges of nursing (AANC) menyusun tujuh nilai essensial dalam kehidupan
profesional perawat dalam melakukan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan.
Susunan tujuh nilai tersebut ialah altruisme, persamaan, estetika, kebebasan,
martabat manusia keadilan, kebenaran (Potter dan Perry, 2005). Penerapan sehari-
hari nilai caring ditambahkan sebagai nilai utama dalam keperawatan saat
memberikan asuhan keperawatan maupun saat berinteraksi dengan pasien (Alimiah,
2015).
Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks yang membutuhkan perawatan
medis yang berkelanjutan dengan strategi pengurangan resiko multifaktorial diluar
kontrol glikemik. Pasien yang sedang mendapatkan dukungan edukasi menejemen
mandiri sangat penting untuk mencegah komplikasi akut. Diabetes adalah Salah
satu penyakit darurat kesehatan global pada abad ini, setiap tahun semakin banyak
orang yang menderita diabetes, yang dapat mengakibatkan komplikasi sehingga
mengubah hidup. Saat diperkirakan ada 415 juta orang dewasa yang menderita
diabetes, selain itu ada 318 juta orang dewasa dengan gangguan toleransi glukosa
yang menempatkan mereka pada resiko tinggi yang akan berkembang menjadi
penyakit di masa depan.
Perawatan diabetes yang biasa disebut dengan pengendalian diabetes
mempunyai empat pilar pengendalian yaitu diedukasi, pengaturan makan, olahraga
dan obat. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan non
farmakologis berupa edukasi, perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Apabila
langkah tersebut belum tercapai maka dilanjutkan penggunaan obat/pengelolan
farmakologis.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui adakah pengaruh pemberian motivasi terhadap efikasi diri pasien
diabetes di Rumah Sakit D.

b. Tujuan Khusus
1) Mengukur dan mengevaluasi efikasi caring peraawat di Rumah Sakit D
dalam memberikan perawatan yang empatik kepada pasien.
2) Mengidentifikasi efikasi diri sesudah pemberian motivasi pada pasien
diabetes.
3) Menganalisa pengaruh pemberian motivasi terhadap efikasi diri pasien
diabetes.

3. Skenario Kasus
Di Rumah Sakit D terlihat masih rendahnya self-efficacy perawat pada waktu
perawat melakukan prosedur tindakan pada pasien. Perawat sering mengalami
kegagalan tindakan pada waktu pasang infus, sehingga akhirnya digantikan oleh
perawat lainnya. Perawat terlihat masih ragu-ragu dalam tindakan pada pasien,
kemudian saling melempar tugas, dan lebih sering menyuruh mahasiswa praktik
melakukannya.
a. Pemilihan pasien
Setelah mengobservasi, self-efficacy masih kurang diterapkan oleh perawat
dalam melakukan prosedur tindakan pada pasien. Kemudian Rumah Sakit D
mengevaluasi tenaga kerjanya dengan menilai self-efficacy dalam praktik
keperawatan yang ada di dalam dirinya pada pasien dengan diabetes di ruangan
St. Florentinus kamar 302. Kondisi pasien saat ini terbaring lemah, mengeluh
pusing terkadang disertai nyeri di seluruh badan. Tanda-tanda vital 130/90
mmHg, nadi 96x/menit, suhu 36,5oC, RR 20x/menit.

b. Perawat yang terlibat

Pasien Keluarga Perawat Perawat Perawat Perawat Kepala


Senior I Senior II Senior III Junior I Ruangan
Mario Matilda Cantika Velin Reni Melitina Anesa

c. Skenario tugas

Tanggal/ Diagnosa Tujuan Rencana TTD


Hari Keperawatan Keperawatan Tindakan
08/09/23 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen
Jum’at kadar glukosa tindakan Hiperglikemia
darah keperawatan Observasi:
selama 1x24 jam, 1. Identifikasi
maka diharapkan kemungkinan
kestabilan kadar penyebab
glukosa darah hiperglikemia
meningkat dengan 2. Monitor kadar
kriteria hasil: glukosa darah
1. Tingkat 3. Monitor tanda gejala
kesadaran hiperglikemia
meningkat. 4. Monitor intake dan
2. Pusing menurun. output cairan
3. Lelah/lesu
menurun. Terapeutik
4. Gemetar 5. Berikan asupan
menurun. cairan oral
5. Kadar glukosa 6. Konsultasi dengan
dalam darah medis jika tanda dan
membaik. gejala hiperglikemia
6. Kadar glukosa tetap ada atau
dalam urine memburuk
membaik.
7. Jumlah urine Edukasi
membaik. 7. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri.
8. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga.
9. Ajarkan indikasi dan
pentingnya
pengujian keton
urine.
10. Ajarkan
pengelolaan diabetes
(penggunaan insulin)

Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian insulin

d. Pengukuran efficacy
1) Tim penilai melakukan pengamatan terhadap perawat selama merawat
pasien,
2) Pengukuran efikasi caring, perawat melibatkan berbagai metode
termasuk,
a) Pengamatan langsung: Penilai mengamati interaksi perawat
degan pasien, termasuk cara perawat merespon kebutuhan pasien
dan tingkat empati yang mereka tunjukan.
b) Penilaian oleh rekan sejawat: Rekan sejawat perawat, seperti
perawat senior atau sesama perawat, dapat diminta untuk
memberikan umpan balik tentang kemampuan caring perawat
yang bersangkutan.
c) Kuesioner pasien: Pasien dan keluarga pasien dapat diminta
untuk mengisi kuesioner tentang pengalaman mereka selama
perawatan tertentu. Kuesioner mencakup aspek empati dan
perhatian.

e. Contoh pengukuran dan penilaian


a) Pengamatan lansung: Saat interaksi dengan pasien perawat dapat
mempertahanakan kontak mata dan mendengarkan dengan baik ketika
pasien berbicara dengan penuh perhatian. Serta perawat ikut merasakan
apa yang dirasakan pasien dengan memberikan motivasi dan sentuhan.
b) Penilaian oleh rekan sejawat: Dalam mengambil keputusan perawat
junior dan senior yang terlibat saling berkoordinasi.
c) Kuesioner pasien:

No. Pertanyaan YA TIDAK


1. Perawat menerapkan komunikasi terapeutik saat
berinteraksi dengan pasien.
2. Perawat menanyakan keluhan pasien terkait
dengan diabetes yang diderita.
3. Perawat menjelaskan dan meminta persetujuan
untuk tindakan dan prosedur yang dilakukan
pada pasien.
4. Perawat menjelaskan mengenai apa saja yang
tidak boleh dilakukan pasien setelah tindakan.
5. Perawat melakukan tindakan pengecekan kadar
gula darah kepada pasien penderita diabetes
menggunakan alat ACCU check.
6. Perawat melakukan pemberian obat insulin
kepada pasien.
7. Perawat memberikan edukasi mengenai makanan
apa saja yang tidak boleh dikonsumsi.
8. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan.
9. Perawat selalu dapat membina hubungan erat
dengan pasien.
10. Perawat memperlakukan pasien dengan
istimewa.

4. Evaluasi Hasil
Hasil pengukuran self-efficacy pada perawat di Rumah Sakit D, perawat
mampu menerapkan perilaku efikasi caring di setiap tindakan yang diberikan
dengan pasien diabetes. Perilaku efikasi caring yang diberikan, yakni
mempertahankan kontak mata, mendengarkan cerita pasien dengan baik,
memberikan motivasi dengan sedikit sentuhan. Perawat juga mampu berkolaborasi
dengan tenaga kerja dan sesama rekan sejawat.
Dari hasil pengukuran kuesioner self-efficacy pada perawat yang telah diisi
oleh keluarga pasien dapat dilihat bahwa perawat mampu menerapkan self-efficacy
caring dalam praktik keperawatan. Berikut hasil kuesioner yang diisi oleh keluarga
pasien.

No. Pertanyaan YA TIDAK


1. Perawat menerapkan komunikasi terapeutik saat Ya
berinteraksi dengan pasien.
2. Perawat menanyakan keluhan pasien terkait Ya
dengan diabetes yang diderita.
3. Perawat menjelaskan dan meminta persetujuan Ya
untuk tindakan dan prosedur yang dilakukan
pada pasien.
4. Perawat menjelaskan mengenai apa saja yang Ya
tidak boleh dilakukan pasien setelah tindakan.
5. Perawat melakukan tindakan pengecekan kadar Ya
gula darah kepada pasien penderita diabetes
menggunakan alat ACCU check.
6. Perawat melakukan pemberian obat insulin Ya
kepada pasien.
7. Perawat memberikan edukasi mengenai makanan Ya
apa saja yang tidak boleh dikonsumsi.
8. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah Ya
tindakan.
9. Perawat selalu dapat membina hubungan erat Ya
dengan pasien.
10. Perawat memperlakukan pasien dengan Ya
istimewa.

Anda mungkin juga menyukai