RANGKUMAN
“SISTEM KEUANGAN”
Disusun Oleh :
Pemilik dana adalah mereka yang memiliki dana berlebih tetapi tidak memiliki kesempatan
investasi yang menguntungkan. Sedangkan peminjam dana adalah mereka yang memerlukan dana untuk
merealisasikan projek investasinya, dan/atau untuk konsumsi, karena menganggap utilitas jika
mengonsumsi sekarang lebih tinggi daripada menunda sampai memiliki cukup uang. Pemilik dana
meliputi individu rumah tangga, sektor bisnis, pemerintah, dan orang asing yang ingin menginvestasikan
dananya di negara lain. Peminjam dana terutama meliputi sektor bisnis dan pemerintah, di samping
individu rumah tangga dan orang asing yang mencari pinjaman dana ke negara lain.
Aliran dana dalam sistem keuangan dapat terjadi secara langsung di pasar keuangan, dan tidak langsung
melalui lembaga perantara keuangan (BLKL) seperti terlihat dibawah ini:
Pada transaksi secara langsung, peminjam dana mengajukan pinjaman kepada pemilik dana
dengan menjual sekuritas (surat berharga), yaitu klaim terhadap laba masa depan (future income) dan
aset. Transaksi tersebut terjadi karena ada perbedaan pengembalian dan terjadi secara sukarela sehingga
menghasilkan keuntungan transaksi. Dengan adanya transaksi di pasar keuangan, terjadi aliran dana dari
pihak yang tidak produktif (yaitu mereka yang memiliki dana berlebih tetapi tidak memiliki peluang
investasi), kepada pihak yang produktif, (yaitu mereka yang memiliki peluang investasi), sehingga
membawa dampak peningkatan produksi. Di samping itu, berfungsinya pasar keuangan membantu
konsumen untuk dapat mengkonsumsi sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Pasar keuangan dapat dibedakan berdasarkan karakteristiknya, yaitu berdasarkan waktu jatuh
tempo instrumennya, prioritas pengembalian (return), urutan transaksinya, dan organisasi pasarnya.
Keragaman tersebut muncul untuk memenuhi permintaan konsumen (investor) yang bervariasi.
Pasar Uang dan Pasar Modal
Berdasarkan waktu jatuh tempo, pasar keuangan dibedakan menjadi pasar uang dan pasar modal.
Pasar uang adalah pasar keuangan yang mentransaksikan sekuritas/instrumen yang memiliki waktu jatuh
tempo kurang dari satu tahun, sedangkan pasar modal memiliki waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Perusahaan yang memerlukan dana bisa meminjam dana secara langsung dengan menerbitkan
surat utang (debt) dan/atau saham (stocks/equity). Instrumen utang memberikan penghasilan tetap (fixed
income). Sedangkan ekuitas (equity) adalah klaim terhadap penghasilan bersih dan aset perusahaan.
Perusahaan harus membayar kewajiban utang-utang dan pajaknya terlebih dahulu sebelum membayar
dividen kepada pemegang ekuitas. Dengan perkataan lain, pemegang instrumen utang mendapat prioritas
dalam pemenuhan kewajiban perusahaan dibandingkan pemegang ekuitas, Perbedaan penting antara
instrumen jenis utang dan ekuitas adalah faktor pembagian risiko (risk sharing). Dengan instrumen utang,
pemberi pinjaman mentransfer risiko kepada peminjam, artinya dalam kondisi untung maupun rugi,
perusahaan tetap membayar sejumlah dana kepada pemberi pinjaman. Sedangkan dengan instrumen
ekuitas, pemberi pinjaman (stockholders) memperoleh dividen, sebesar share dari keuntungan bersih
(keuntungan setelah dikurangi kewajiban utang utang dan pajak) dan aset perusahaan. Bila perusahaan
tidak memperoleh keuntungan bersih, maka pemberi pinjaman tidak memperoleh dividen. Dengan
demikian, pemegang ekuitas menghadapi risiko yang lebih tinggi dibandingkan instrumen ulang,
sehingga memperoleh pengembalian yang lebih tinggi (risiko berkorelasi positif dengan pengembalian).
Berdasarkan urutan transaksinya, pasar keuangan dibedakan menjadi pasar primer dan pasar
sekunder. Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, misalnya saham, membeli jasa bank investasi
(investment bank) yang tugasnya melakukan proses penjaminan emisi (underwriting), yaitu menggaransi
harga sekuritas dan menjualnya ke publik Penjualan perdana sekuritas terjadi di pasar primer (primary
market), yaitu dibeli oleh investor pelanggan bank investasi yang bersangkutan Pasar ini tidak umum bagi
publik. Sekuritas yang dibeli di pasar primer dijual kembali kepada publik di pasar sekunder (secondary
market). Dengan demikian, fungsi pasar sekunder adalah membuat sekuritas menjadi likuid. Selain itu,
kondisi pasar sekunder sangat relevan untuk menentukan harga perdana (Initial Public Offering IPO) di
pasar primer. Contoh pasar sekunder adalah pasar valuta asing (foreign exchange market), dan pasar
keuangan derivatil, seperti future market dan option market.
Pasar Bursa (Exchange Market) dan Pasar Nonbursa (Over The Counter (OTC) Market)
Menurut organisasi pasarnya, pasar keuangan diklasifikasikan menjadi pasar bursa dan pasar
nonbursa. Pasar bursa merupakan pasar keuangan yang terpusat di suatu tempat tertentu, di mana penjual
dan pembeli sekuritas (melalui broker atau pialang mereka) bertemu, misalnya Bursa Efek Jakarta, Bursa
Efek Surabaya, New York Stocks Exchange, atau American Stocks Exchange Sedangkan OTC (pasar
nonbursa) adalah pasar keuangan yang bersifat desentralistik, di mana pembelian sekuritas dilakukan
melalui dealer yang memiliki persediaan/inventory, dan siap melakukan jual-beli sekuritas dengan harga
yang ditentukan.
Informasi Asimetris
Transaksi keuangan dapat pula terjadi secara tidak langsung, melalui lembaga perantara
keuangan, yaitu Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (BLKL). Dalam hal ini lembaga perantara
keuangan berfungsi mengumpulkan dana dari pemilik dana dengan menerbitkan liabilities/kewajiban, dan
meng- alokasikan dana ke peminjam dana.
Argumentasi munculnya lembaga perantara keuangan dalam sistem keuangan dapat dijelaskan
dengan analogi 'pasar jeruk medan' (Sunaryo, T., 1999). Dalam perekonomian modern, orang membeli
jeruk medan di pasar swalayan, misalnya di Hypermart. Pembeli di Jakarta tidak mem- beli langsung ke
petani jeruk di Medan, karena pembeli-yang biasanya membeli dalam jumlah terbatas-harus
mengeluarkan ongkos yang besar sehingga membuat harga jual jeruk tersebut menjadi mahal. Pasar
swalayan dapat menjual dengan harga lebih murah, karena mampu menekan ongkos dengan membeli
dalam skala besar dan menjualnya dalam skala kecil. Dalam hal ini, pasar swalayan bertindak sebagai
perantara dalam pasar jeruk medan. Secara umum, bila ongkos transaksi mahal, maka lembaga (individu)
perantara akan muncul jika mampu menekan ongkos transaksi.
Dalam transaksi keuangan, ongkos transaksi terjadi karena adanya informasi asimetris
(asymmetric information) yang memunculkan perilaku pilihan merugikan (adverse selection) dan bahaya
moral (moral hazard). Pilihan merugikan adalah perilaku yang muncul karena adanya informasi asimetris
sebelum transaksi.
Dalam kondisi tersebut, lembaga perantara keuangan (BLKL), muncul karena mampu menekan
ongkos transaksi (risiko), dengan menekan perilaku pilihan merugikan. lembaga perantara keuangan,
mampu mengatasi perilaku bahaya moral, misalnya dengan melakukan pemantauan (monitoring), yang
sangat mahal bila dilakukan oleh individu dalam transaksi langsung. Selain bank, lembaga-lembaga yang
mengambil keuntungan dari proses intermediasi adalah perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga
pendanaan, dan perusahaan keuangan lainnya.
Contractual saving institutions memperoleh dana berdasarkan kontrak yang bersifat periodik.
Karena bersifat kontrak, sumber dananya relatif dapat diprediksi, seperti halnya penggunaan dananya
relatif dapat diprediksi, sehingga likuiditas aset menjadi tidak terlalu penting seperti pada lembaga
penerima deposito. Dengan karakteristik demikian, alokasi dana utama lembaga tersebut adalah investasi
jangka panjang, seperti obligasi, saham dan hipotik (mortgage). Lembaga keuangan yang termasuk
contractual saving institutions adalah perusahaan asuransi jiwa, perusahaan asuransi kebakaran dan
kecelakaan, dan dana pensiun.
Lembaga keuangan yang memperoleh dana dari menjual surat berharga diklasifikasikan sebagai
perantara investasi. Perusahaan pendanaan mem peroleh dana dengan menjual commercial papers (CP)
dan mengalokasikannya terutama untuk memberikan pinjaman konsumen.
Dengan semakin terbukanya suatu negara terhadap negara lain telah meningkatkan peran pasar
keuangan global. Bank dan perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dapat mencari pinjaman ke
negara-negara lain.
Obligasi asing adalah instrumen utang yang bersifat internasional yang dijual oleh perusahaan
suatu negara ke investor negara lain dengan mata uang negara yang dituju. Sebagai contoh, perusahaan di
Indonesia menjual obligasi (bonds) dalam dolar ke Amerika.Instrumen obligasi internasional lainnya
adalah Eurobond, yaitu obligasi yang dijual ke negara lain dalam mata uang negara asalnya. Sebagai
contoh, obligasi dengan denominasi dolar dijual di London. Selain itu, dengan berkembangnya pasar
keuangan global memungkinkan bank memperoleh sumber dana luar negeri yang disebut Eurocurrency,
yaitu simpanan dalam mata uang suatu negara di luar wilayah negaranya. Contoh eurocurrency adalah
Eurodollars, yaitu simpanan dolar di luar wilayah Amerika, baik di bank asing maupun di cabang bank
Amerika di luar wilayah Amerika.Sumber pinjaman luar negeri yang semakin meningkat mendorong
berkembangnya pasar saham dunia (world stock market). Dengan semakin meningkatnya peran pasar
keuangan global, maka risiko keuangan yang dihadapi suatu negara dapat berimbas ke negara- negara
lainnya.
Pemerintah melalui otoritas moneter (Bank Sentral) meregulasi sistem keuangan dengan tujuan:
1. Menyediakan informasi kepada public
Untuk mengurangi kesenjangan informasi, pemerintah mewajibkan pelaku pasar keuangan untuk
menyediakan informasi kepada publik, sehingga investor dapat mengambil keputusan dengan
informasi yang cukup, sehingga dapat mengurangi risiko.
2. Menjaga kesehatan (soundness) sistem keuangan
pemerintah perlu menjaga kesehatan sistem keuangan, antara lain dengan melakukan penyaringan
terhadap pelaku pelaku penting dalam pasar keuangan. Menetapkan batasan suku bunga untuk
rekening koran (checking account) dan rekening tabungan (saving account), menetapkan batasan
jenis asset (menerapkan prinsip diversifikasi "don't put all your eggs in one basket"-jangan
menaruh seluruh telur dalam satu keranjang), menetapkan batasan minimum kapital (Capital
Adequacy Ratio, CAR), untuk mengurangi tingkat bahaya moral, dan mensyaratkan asuransi
deposito, untuk memberikan rasa aman kepada deposan, sehingga tidak melakukan rush yang
dapat menyebabkan kegagalan bank.
3. Meningkatkan kemampuan otoritas moneter
Tugas otoritas moneter (Bank Sentral) adalah menjaga kestabilan sistem moneter. Karena bank
dan lembaga keuangan lainnya (BLKL) merupakan pelaku penting dalam sistem moneter, maka
otoritas moneter perlu memiliki keterkaitan yang kuat dengan lembaga-lembaga tersebut, yaitu
dengan regulasi.
4. Menggairahkan kepemilikan rumah
Di negara-negara LDC (Least Developed Countries), sering kali otoritas moneter melakukan
tugas yang tidak sesuai dengan tugas utamanya menjaga kestabilan moneter yang bersifat makro
dan tidak bias kepada sektor tertentu.