Anda di halaman 1dari 3

Mata kuliah : Syari’ah financial management

Nama : Mochammad Maulana Malik

Nim: 22120021

1. Secara sederhana, uang adalah nilai aktual yang diperdagangkan untuk barang dan jasa,
sedangkan mata uang adalah uang kertas atau koin yang kita bawa untuk melakukan
pembayaran sehari-hari.
Uang adalah konsep yang lebih luas yang mencakup alat tukar apa pun, penyimpan nilai, dan
satuan hitung. Uang bisa berupa emas, perak, kertas, atau logam lain yang dicetak dengan
bentuk dan gambar tertentu. Uang juga bisa berupa uang fiat, uang komoditas, atau uang
hampir likuid sempurna.

Mata uang mengacu pada token atau catatan fisik, seperti koin dan uang kertas, yang
mewakili uang negara tertentu. Nilai mata uang berfluktuasi karena kondisi ekonomi,
stabilitas politik, dan permintaan pasar. Mata uang juga bisa dibedakan menjadi mata uang
domestik, mata uang asing, dan mata uang dengan internasional.

2. Perspektif syari’ah tentang transaksi berikut:


a. Giveaway
Dalam perspektif syari’ah, giveaway dapat dianalisis dengan menggunakan konsep
ju’alah, yaitu akad yang mengikat antara pihak yang mengadakan sayembara (ja’il)
dengan pihak yang melakukan pekerjaan sayembara (maj’ul lah) dengan imbalan
tertentu (ju’lu). Ju’alah termasuk dalam akad yang dibolehkan dalam Islam, asalkan
memenuhi rukun dan syarat yang sah, yaitu:

– Ja’il, yaitu pihak yang mengadakan sayembara, harus memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk memberikan ju’lu.
– Maj’ul lah, yaitu pihak yang melakukan pekerjaan sayembara, harus memiliki
kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan ‘amal.
– ‘Amal, yaitu pekerjaan yang disayembarakan, harus jelas, mungkin, dan
bermanfaat.
– Ju’lu, yaitu imbalan yang dijanjikan, harus jelas, halal, dan dapat diserahkan.
– Sighat, yaitu pernyataan dari pihak ja’il kepada maj’ul lah, harus menunjukkan
kerelaan dan keridhaan.
Berdasarkan kriteria di atas, giveaway yang sesuai dengan syari’ah adalah giveaway
yang:
– Memberikan hadiah yang halal, jelas, dan dapat diserahkan kepada pemenang.
– Menetapkan syarat dan ketentuan yang jelas, mungkin, dan bermanfaat bagi
penyelenggara dan peserta.
– Tidak mengandung unsur ketidakpastian, ketidakadilan, atau penipuan.
– Tidak melanggar hak atau kewajiban pihak lain.
– Tidak mengandung unsur judi, riba, gharar, atau maisir.

b. Paylater
Menurut beberapa sumber yang saya temukan, paylater pada prinsipnya adalah fitur
dan produk yang netral dan bermanfaat bagi pengguna, khususnya yang muslim.
Namun, ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi agar transaksi
menggunakan paylater sesuai dengan hukum Islam, antara lain:

– Harga barang atau jasa yang dibeli harus ditentukan sebelum transaksi dilakukan,
tidak boleh ada kenaikan atau penurunan harga setelahnya.
– Tidak boleh ada bunga atau imbalan tambahan yang dibebankan kepada
pengguna, baik dalam bentuk denda keterlambatan, biaya administrasi, atau lainnya.
– Barang atau jasa yang dibeli harus halal dan tidak bertentangan dengan syariah.

 Jika syarat-syarat di atas tidak dipenuhi, maka transaksi menggunakan paylater


bisa jatuh ke dalam kategori riba, yang merupakan dosa besar dalam Islam. Oleh
karena itu, pengguna paylater harus berhati-hati dan teliti dalam memilih fitur
dan produk yang sesuai dengan syariah. Selain itu, pengguna paylater juga harus
menghindari perilaku buruk seperti impulsive buying dan kebiasaan berutang.

c. Forex
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual
Beli Mata Uang (Al-Sharf), transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh
dengan ketentuan sebagai berikut :

– Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)


– Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
– Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama
dan secara tunai (at-taqabudh)
– Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku
pada saat transaksi dan secara tunai

 Jenis transaksi forex yang diperbolehkan menurut syariah adalah yang bersifat
SPOT, yaitu transaksi jual beli dengan pembayaran tunai dan langsung. Transaksi
forex yang tidak diperbolehkan adalah yang bersifat FORWARD, SWAP, dan
OPTION, karena mengandung unsur bunga, ketidakpastian, atau spekulasi.

Untuk memudahkan umat Islam yang ingin bertransaksi forex sesuai dengan syariah,
banyak broker forex yang menyediakan fasilitas akun forex syariah yang bebas bunga
atau dikenal sebagai Muslim Forex Account. Akun forex syariah ini tidak
membebankan bunga atau biaya tambahan kepada pengguna, tetapi hanya
mengenakan biaya komisi atau spread yang wajar.

d. Cryptocurrency
Menurut beberapa sumber yang saya temukan, cryptocurrency pada dasarnya
adalah produk netral yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan atau keburukan,
tergantung pada niat dan cara penggunaannya. Namun, ada beberapa syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhi agar transaksi menggunakan cryptocurrency sesuai
dengan hukum Islam, antara lain:
– Tidak untuk spekulasi atau untung-untungan, karena itu termasuk qimar
(perjudian) yang dilarang dalam Islam.
– Tidak mengandung bunga atau imbalan tambahan yang tidak adil, karena itu
termasuk riba (riba) yang dilarang dalam Islam.
– Tidak mengandung ketidakpastian atau ketidaktahuan yang merugikan salah satu
pihak, karena itu termasuk gharar (ketidakpastian) yang dilarang dalam Islam.
– Mata uang yang diperdagangkan harus halal dan tidak bertentangan dengan
syariah, seperti tidak digunakan untuk membiayai kegiatan haram atau teroris.
– Transaksi harus dilakukan secara tunai dan langsung, tanpa penundaan atau
tenggang waktu, karena itu termasuk syarat al-sharf (jual beli mata uang) dalam
Islam.

 Jika syarat-syarat di atas tidak dipenuhi, maka transaksi menggunakan


cryptocurrency bisa jatuh ke dalam kategori haram lighairihi (haram karena
sebab-sebabnya) dalam Islam. Oleh karena itu, pengguna cryptocurrency harus
berhati-hati dan teliti dalam memilih produk dan platform yang sesuai dengan
syariah. Selain itu, pengguna cryptocurrency juga harus bertanggung jawab dan
bijaksana dalam mengelola asetnya, serta tidak tergoda oleh godaan dunia yang
fana.

Anda mungkin juga menyukai