Anda di halaman 1dari 37

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN 1

1. Pondasi
Pondasi sebagai penghubung bangunan dengan tanah, agar bangunan berdiri dengan
stabil terhadap beban sendiri, beban hidup, beban cuaca atau beban-beban lain dari luar, serta
tekanan angin, gempa, dll.
a. Fungsi Pondasi:
 menyalurkan beban bangunan, agar bangunan dapat berdiri / penahan bangunan dan
meneruskan beban dari atas ke tanah yang keras (cukup kuat).
 sebagai kaki bangunan atau alas bangunan
 sebagai penjaga agar kedudukan bangunan tetap stabil

b. Menentukan Jenis Pondasi


Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang tepat bagi sebuah bangunan, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu berat sendiri struktur dan konstruksi bangunan,
ketinggian bangunan, beban fungsi dari aktifitas yang diwadahi di dalam bangunan serta
keadaan tanah di mana bangunan didirikan. Faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jenis pondasi yang akan dipakai pada bangunan.

Menggunakan Pondasi Dangkal


Pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari
ketinggian satu lantai atau berkisar dari nol centimeter hingga 2 / 3 meter.
Pondasi dangkal dapat digunakan pada bangunan yang mempunyai kondisi tanah bagus
(dengan daya dukung yang tinggi atau lapisan tanah keras yang dangkal), dan dengan beban
atau ketinggian bangunan yang tidak terlalu besar.
Pada sebagian besar bangunan bertingkat rendah hingga berlantai empat, pada kondisi
tanah yang bagus masih dapat menggunakan beberapa jenis pondasi dangkal tanpa harus
dengan pondasi dalam. Namun sebaliknya sekalipun bangunan tidak bertingkat, pada kondisi
tanah lembek, harus menggunakan pondasi dalam. Pondasi dangkal ini dapat berupa pondasi
titik, pondasi menerus atau pondasi bidang.
Wujud pondasi yang sering dipakai adalah pondai umpak, pondasi foot-plate, pondasi
menerus batu kali, atau pondasi bidang pelat beton bertulang.
Pondasi bidang beton bertulang ini hanya dipakai pada kondisi tanah yang jelek dengan
beban bangunan yang besar.
Pondasi dangkal yang paling dangkal dan paling sederhana adalah umpak yang sering
dipakai pada pondasi tiang-tiang atau kolom-kolom bangunan yang tidak permanen atau
bangunan yang menggunakan bahan struktur ringan seperti kayu atau metal. Umpak ini
mempunyai bentuk umumnya pondasi ideal yang melebar ke bawah dengan maksud
memperlebar tumpuan dengan bidang tanah.

1| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Demikian juga pada foot-plate, pondasi menerus batu kali dan sebagainya, sehingga
pada rencana pondasi, bentukan ini juga harus dapat dilihat baik pada rencana ataupun
detailnya.

Ilustrasi : pondasi pagar (dinding terluar bangunan)

2| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Ilustrasi : pondasi teras

Aplikasi rencana pondasi dangkal ini pada gambar kerja arsitektur adalah pengaturan layout
jenis pondasi pada titik-titik kolom atau garis-garis dinding.
Ukuran dan detail pondasi harus didapatkan secara eksak melalui perhitungan struktur
yang biasanya dilakukan oleh ahli struktur atau konstruktor sebagai bagian dari atau diminta
oleh perencana.
Penentuan desain pondasi tergantung pada:
• Kondisi tanah
• Berat bangunan
• Tinggi bangunan
• Bahan bangunan
Jika jarak dasar fondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar fondasi (D
</= B) maka bisa disebut fondasi dangkal (shallow foundation).

3| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Gambar 1-1 Contoh penggunaan Pondasi dangkal

Pondasi dangkal menerus disamping berfungsi menopang dinding berat atau dinding
pemikul juga berfungsi menahan tanah atau urug tanah untuk membedakan ketinggian lantai.
Dengan demikian walaupun pada lantai satu tidak terdapat dinding berat namun masih
menggunakan pondasi menerus yang berfungsi sebagai pembatas tanah atau dinding turap
untuk membedakan ketinggian lantai.

Menggunakan Pondasi Dalam


Pondasi dalam adalah pondasi yang mencapai kedalaman tertentu yang disebabkan
oleh beban atau ketinggian bangunan yang cukup besar atau pada kondisi tanah yang kurang
bagus.
Sebuah bangunan tinggi yang mempunyai ketinggian dan jumlah lantai tertentu harus
diimbangi dengan kedalaman pondasi yang memadai agar bangunan tidak runtuh.
Pada bangunan berat atau dengan fungsi berat seperti gudang atau bengkel juga
menggunakan pondasi dalam untuk meyakinkan bangunan berada pda lapisan tanah keras
yang stabil pada kedalaman tertentu.

4| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Aplikasi rencana pondasi dalam ini biasanya dipasang pada kolom-kolom utama dan
dapat diperlebar pada pelat-pelat pondasi untuk memperkuat daya dukung terhadap bangunan
karena kondisi tanah yang jelek atau beban bangunan yang terlalu besar. Pada gambar
rencana pondasi atau potongan bangunan, kedalaman bangunan tidak ditentukan dengan
pasti, karena kedalaman pondasi dalam ini menyesuaikan kondisi tempat pondasi sehingga
tidak dapat diseragamkan.
Jika kedalaman fondasi dari muka-tanah adalah lebih dari lima kali lebar fondasi (D >
5B) maka disebut fondasi dalam (deep foundation).

Gambar 1-2. Contoh penggunaan Pondasi dalam

2. Sloof, Kolom dan Ring balk

a. Sloof
Sloof adalah struktur dari bangunan yang terlletak di atas pondasi, berfungsi untuk
meratakan beban yang diterima oleh pondasi, juga sebagai pengunci dinding agar saat terjadi
pergerakan pada tanah, dinding tidak roboh. Sloof sangat berperan terrhadap kekuatan
bangunan. Bahan yang digunakan adalah beton dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 split
(koral)
Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu adalah lebar
15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter 10 mm (4 d
10) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak 15 cm (d 8-15) dan untuk
rumah lantai ua, dimensi sloof yang sering digunakan adalah lebar 20 cm tinggi 30 cm, besi
beton utama 6 d 12 mm, begel dd8 - 10 cm

5| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


b. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan. Sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan rumahnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (sudarmoko, 1996)
Pada bangunan sederhana bentuk kolom ada 2 jenis yaitu kolom utama dan kolom
praktis.
 Kolom utama : kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban diatasnya. Untuk
rumah tinggal disarakan jarak kolom utama adalah 3, 5 m, hal ini dimaksudkan agar
dimensi balok untuk menopang lantai tidak terlalu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3,5 m maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan untuk rumah
tinggal lantai 2, dimensi kolom yang diapakai biasanya 20/20 dengan tulangan pokok 8
dia 12 mm, dengan besi begel dia 8 – 10 cm.
Ket :
8 dia 12 mm = besi 12 mm jumlahnya 8 buah
Dia 8 - 10 cm = besi begel diameter 8 mm dengan jarak 10 cm
 Kolom praktis : kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar stabil, jarak kolom maksimum 3,5 m atau pada pertemuan
pasangan baa (sudut-sudut dinding). Dimensi kolom praktis 15/15 cm dengan tulangan
beton 4 diammeter 10 dan jarak begel diameter 8 – 20

6| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Kolom utama Kolom Praktis

SK SNI T-15-1990-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan


yang tugas utamnya menyanggah beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali diensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan dari tarikan dan tekanan besi adalah material yang tahan terhadap
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seprti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan. Jenis jenis kolom menurut wang
(1986) dan fergusen (1986), jenis jenis kolom ada tiga yaitu : kolom ikat (tie column), spiral
(spiral column) dan kolom komposit (composite column).

c. Ring Balk
ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak di atas dinding
bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari
struktur yang berada diatasnya seperti beban yang diterima oleh kuda-kuda.
Pemasangan ring balk maksimum 4 m dari sloof, idealnya 3m. Dimensi ring balk yang biasa
digunakan adalah lebar 15 cm dan tinggi 15 cm dengan tulangan poko (besi beton) 4 diameter
8 mm dengan begel diameter 6 – 15 cm

7| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


3. Susunan Batu
a. Sejarah Struktur Susunan Batu
 Susunan batu adalah material pertama yang dikenal manusia
 Struktur pertama menggunakan susunan batu terbuat dari material berbahan
lumpur yang dikeringkan dengan sinar matahari
 Batu bata (sundiried brick) telah dikenal sejak 9000 tahun yang lalu
 Kebudayaan Babylonia dan Sumeria telah menggunakannya untuk mendirikan
tembok dan zigurat (piramid berundak)
 Orang- orang Mesopotamia membuat menara dengan susunan bata sekitar
4000 – 600 SM

b. Konstruksi Susunan Batu (Masonry Construction)


1) Penggunaan susunan batu dalam konstruksi:
 Kolom
 Balok
 Pelengkung
 Dinding
 pondasi
2) Jenis- jenis konstruksi:
 Solid (batu bata, beton ringan, batu alam), hollow (kerawang, batako)
 Dengan tulangan (RM), tanpa tulangan (URM)
3) Jenis- jenis material:
 Berbahan tanah liat (bata)
 Berbahan beton (batako, Autoclaved Aerated Concrete- beton ringan)

c. Dinding Pasangan Batu


 Ada Rule of Thumb yang menyatakan bahwa perbandingan minimum
ketebalan dinding dan tingginya sekitar:
h/t <25, misalnya kira- kira kalau dinding 15cm, maka maksimal
ketinggiannya sekitar 3.75m
 Secara struktural, setiap penambahan lantai, maka ketebalan dindingnya
bertambah sekitar 10cm
Misalnya bangunan 3 lantai, maka idealnya kalau kita menggunakan
dinding pemikul beban dari pasangan bata:
 Lt 3 = ketebalan dinding = 15cm
 Lt 2 = ketebalan dinding = 15+10=25cm
 Lt 1 = ketebalan dinding = 25+10=35cm
 Penggunaan dinding pemikul beban (bearing wall) dengan pasangan batu
untuk >3-5 lantai bangunan adalah tidak ekonomis. Lebih baik menggunakan
baja atau beton.
 Kelemahan yang menjadi pertimbangan adalah:
Daktilitas dan deformasi

8| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


Kekuatan tarik dan tekan

d. Penguatan Pada Pasangan Batu


 Penguatan- penguatan pada sistem struktur masonry dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas tarik dan daktilitasnya, serta untuk struktur tahan
gempa (earthquake resistant)
 Salah satu metode yang umum digunakan adalah Confined Masonry
Construction

Confined Masonry (CM)


Jadi, di dalam sistem confined masonry, pasangan susunan bata atau beton ringan atau
batu berfungsi sebagai pengisi dan juga menahan beban aksial maupun lateral. CM terdiri
dari:
 Elemen horizontal dan vertikal yang merupakan beton bertulang yang mengikat empat
sisi pasangan bata
 Pasangan bata yang mengisi ‘daerah’ yang dibatasi oleh elemen- elemen struktural
tadi
Keuntungan CM:
 Meningkatkan stabilitas dan integritas dinding pasangan bata terhadap beban lateral
(gempa bumi)
 Mengurangi sifat mudah retak (brittle) dari pasangan bata

Bata Merah :
 Dibuat dari tanah liat, dikeringkan di bawah sinar matahari dan kemudian dibakar
 Berat jenis kering: 1500 kg/m3
 Berat jenis normal: 2000 kg/m3
 Kuat tekan: 2.5-25 N/mm2
 Thermal conductivity: 0.38 W/mK
 Ketahanan terhadap api: 2 jam
 Jumlah per luasan: 70-72 buah/ m2

Kelebihan Bata Merah


 Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.
 Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.
 Mudah untuk membentuk bidang kecil
 Murah harganya
 Mudah mendapatkannya
 Perekatnya tidak perlu yang khusus.
 Tahan Panas, sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api

Kekurangan Bata Merah


 Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi

9| S TRU KTU R DAN K ON S TRUK SI BANGUNA N 1


 Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin,
sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.
 Siarnya besar-besar cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya.
 Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat waste-nya
dapat lebih banyak.
 Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang
cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.
 Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.
 Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.
 Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan.

Bata/ Beton Ringan


 Material menyerupai beton
 Kuat, ringan, tahan air, tahan api, dan awet.
 Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah
bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material
yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.
 Memiliki panjang 60 cm, tinggi 20-40 cm dan tebal 75,100, 125, 150, 175, 200 cm.
 Terbuat dari campuran pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan
alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah
adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam
 Berat jenis kering : 520 kg/m3
 Berat jenis normal : 650 kg/m3
 Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
 Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
 Tebal spesi : 3 mm
 Ketahanan terhadap api : 4 jam
 Jumlah per luasan per 1 m2 : 22 - 26 buah tanpa construction waste.

Kelebihan Bata/ Beton Ringan


 Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding
yang rapi.
 Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.
 Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
 Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
 Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.
 Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
 Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
 Mempunyai kekedapan suara yang baik.
 Kuat tekan yang tinggi.
 Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.
Kekurangan Bata/ Beton Ringan

10 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak.
 Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di
lapangan.
 Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak dampaknya sangat
kelihatan.
 Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih
lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan
timbul bercak kuning pada plesterannya.
 Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.
 Agak susah mendapatkannya. Hanya toko material besar yang menjualbata ringan ini
dan penjualannya pun dalam volume besar.

4. Sambungan Kayu
Kayu Adalah Bahan Kontruksi Yang Banyak Dipakai di Dalam Pembangunan
Rumah dan Gedung. Kayu Banyak Dipilih Karena Kayu Mem[unyai Bentuk dan Warna
Alami yang Lembut dan Artistik. Sebagai Bahan Pelengkap Bangunan, Kayu Banyak
Digunakan Untuk Komponen Rangka Atap, Kuda-kuda, Rangka Plafon, Loteng, Pintu dan
Jendela. Kayu pun Banyak Dipakai Dalam Pembuatan Perabotan Rumah Tangga.
Sekarang, Kebutuhan Akan Rumah Yang Aman Namun Tetap Nyaman Ditempati Makin
Dirasakan Sangat Diperlukan Disaat Seringnya Terjadi Bencana Alam Gempa Bumi. Solusi
Untuk Itu Tentunya Adalah Rumah Kayu....Ya Rumah Kayu baik Yang Tradisional Maupun
Rumah Kayu Modern.

a. Sambungan kayu type Bibir Lurus


Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambungkan satu sama
lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang.
Sambungan kayu secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :
 Sambungan memanjang
 Sambungan melebar
 Sambungan menyudut.
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu
pada arah memanjang. ( biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).

Jenis sambungan kayu ini digunakan untuk penyambungan kayu pada arah memanjang. (
biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).

11 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Sambungan Bibir lurus 2D

b. Sambungan Bibir lurus 3D

c. Sambungan kayu type Takikan Lurus Mulut Ikan

Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada
balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

Sambungan takikan lurus mulut ikan berkait 2D

12 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Sambungan takikan lurus mulut ikan berkait 3D

d. Sambungan kayu type Bibir Miring


Type sambungan BIBIR MIRING ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah
memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

Sambungan bibir miring berkait 3D

Sambungan bibir miring berkait 2D

13 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
e. Sambungan kayu type Bibir Lurus Berkait

Type sambungan BIBIR LURUS BERKAIT ini biasa digunakan pada balok kayu
dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

Sambungan bibir lurus berkait 3D

Sambungan bibir lurus berkait 2D

f. Hubungan dan Sambungan Kayu


Penyambungan pada pekerjaan kayu dapat dilakukan dengan cara sambungan
menyudut. sambungan melebar, sambungan memanjang.

Sambungan menyudut dapat dilakukan:


* Sambungan takikan lurus

14 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
* Sambungan pen dan lubang tertutup

* Sambungan pen dan lubang terbuka

* Sambungan ekor burung

* Sambungan pen dan lubang dengan spatpen

15 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
* Sambungan klip dengan satu satu sisi verstek

Sambungan melebar dapat dilakukan dengan


@ Sambungan alur dan lidah lepas

Sambungan kayu melebar jenis lidah lepas dan alur 2d

Sambungan kayu melebar jenis lidah lepas dan alur 3d

@ Sambungan alur dan lidah

Sambungan kayu melebar jenis lidah dan alur 2d

16 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Sambungan kayu melebar jenis lidah dan alur 3d

@ Sambungan dowel

Sambungan memanjang dapat dilakukan dengan


* Sambungan bibir lurus

Sambungan sudut lidah bersponing dan alur 2D

Sambungan sudut lidah bersponing dan alur 3D

* Sambungan bibir lurus berkait

17 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Sambungan bibir lurus berkait 3D

Sambungan bibir lurus berkait 2D

* Sambungan bibir miring

Sambungan lidah miring 2D

Sambungan lidah miring 3D

18 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
* Sambungan bibir miring terkait

Sambungan bibir miring berkait 3D

Sambungan bibir miring berkait 2D

* Sambungan bersusun dengan gigi

* Sambungan bersusun dengan schei

19 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
* Sambungan dengan pengunci atas bawah

* Sambungan dengan pengunci bawah

20 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
* Sambungan dengan pengunci di samping

Sambungan kayu dengan pengunci di samping 2D

Sambungan kayu dengan pengunci di samping 3D

* Sambungan takik lurus rangkap

21 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Sambungan takikan lurus rangkap 2D

Sambungan takikan lurus rangkap 3D

5. Konstruksi Atap
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai
penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan
kenyamanan bagi penggunan bangunan.
Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup
atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap,
yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke
dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya
sirkulasi udara dengan baik. Lebih detail bagian-bagian atap seperti gambar.

Gambar. Struktur Atap Sederhana


22 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
2. Bentuk-Bentuk Atap

a. Atap Limasan/Perisai

(a) (b)
Gambar. Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b)

(i-i) (ii-ii)
Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)

Gambar. Tampak Muka

b. Atap Pelana

Gambar. Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b)

23 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
(i-i) (ii-ii)
Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)

c. Atap Gerigi (Gergaji)/ Sawteeth

Gambar. Atap Gerigi atau Gergaji

d. Atap Joglo

Gambar. Joglo Tanpa Soko Guru (a) dan Joglo dengan Soko Guru (b)

24 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
3. Bagian-Bagian Atap

Bagian-bagian atap terdiri atas: gording, jurai, usuk, reng, penutup atap dan
bubungan:

Gambar. Konstruksi Atap 3D

a. Gording
Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi
horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin,
beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda,
biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk,
dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus
berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan
dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu memiliki dimensi; panjang maksimal 4
m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5
m.

25 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
b. Usuk/Kaso
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke
gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk
dipasang dengan jarak 40 sampai dengan 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah
tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku.
Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah
pada ujung-ujung usuk.

c. Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.
Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada
atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan
digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak
lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng).

d. Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang disebut
jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang atap yang satu
dengan bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai dibedakan menjadi jurai
dalam dan jurai luar. Jurai dalam merupakan balok kayu yang diletakan miring
menghadap kedalam. Jurai dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara
balok gording dengan balok gording lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang
diguakan sebagai jurai dalam berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai
luar adalah sambungan yang menonjol kearah luar.

e. Penutup Atap
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai
sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak
rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap
merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca)
sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca.
Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng,
polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

f. Genteng dan Bubungan


Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat (keramik).
Sedangkan menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa (genteng S), genteng
kodok, genteng pres silang. Sedangkan untuk bentuk genteng karpus terdiri atas genteng
setengah lingkaran, genteng segitiga, dan genteng sudut patah.

Gambar. Genteng Biasa (Genteng S) Gambar. Genteng Kodok

26 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Gambar. Genteng Pres Silang

(a) (b) (c)


Gambar. Bubungan Setengah Lingkaran (a); Bubungan Segitiga (b); Bubungan Sudut
Patah (c)

2) Penutup Atap Kayu (Sirap)


Bahan yang banyak digunakan pada rumah tradisional Indonesia berbahan dasar kayu.
Sirap yang terbentuk dari potongan-potongan kayu tipis yang disusun 3 atau 4. Potongan
kayu ini kemudian dipaku ke multiplek yang melapisi rangka atap. Atap genteng sirap
berbahan baku kayu ulin, kayu jati dan sebagainya. Bentuknya berupa lembaran tipis
dengan panjang 40-60 cm, lebar 7-20 cm, dan tebal3-5 mm. Genteng sirap dipasang
dengan susunan berlapis sehingga tidak terdapat celah yang memungkinkan air meresap
ke bawah. Pemasangan atap sirap dengan sudut kemiringan 25-40

Gambar. Penutup Atap Kayu (Sirap)

Keunggulan genteng sirap jika dibandingkan dengan genteng jenis lain antara lain
bobotnya ringan, kuat, dan kokoh menahan beban yang berat; tidak menyerap panas
sehingga ruangan dibawahnya terasa sejuk dan dingin; serta setelah disusun maka
mempunyai nilai keindahan yang tinggi setelah disusun atau digunakan dirumah tinggal.
Namun, pemasangan atap genteng sirap membutuhkan waktu yang lama. Apabila bocor,
sulit untuk ditentukan letak atau posisi kebocorannya. Selain itu,karena berasal dari bahan
kayu yang jarang didapatkan dipasaran, harganya pun menjadi relatif mahal.

27 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
3) Penutup Atap Seng
Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan sebagai penutup
atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915 mm x 1830 mm
dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm. Jika seng terkena air hujan yang
banyak mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan akan
menimbulkan suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin artinya
bila udara di luar panas / dingin maka dalam ruangan akan terasa lebih panas / dingin.
Kelebihannya bobotnya rendah, harganya murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat
menghemat biaya

Gambar. Penutup Atap Seng

4) Penutup Atap Asbes


Atap asbes berasal dari campuran semen dan bahan serat yangdipadatkan. Bentuk dan
ukurannya beragam dengan tipe gelombang, antara laingelombang 5½, gelombang 6½,
dan gelombang 14. Harga genteng asbes cukup murah dipasaran dan menghemat biaya
dalam pemasangan karena penggunaan kayu untuk rangka atap lebih sedikit (tidak
memerlukan usuk dan reng) serta keunggulan: pemasangannya mudah dan cepat.

Gambar. Penutup Atap Asbes

Akan tetapi, atap dari asbes memiliki kekurangan pertama yaitu menyerap panas
sehingga ruangan dibawahnya terasa panas. Agar tidak mudah ditumbuhi lumut dan
tahan lama, sebaiknya atap genteng asbes dicat dengan cat khusus genteng. Sudut
kemiringan dalam pemasangan konstruksinya adalah 15-25. Kekurangan kedua, asbes
dapat membahayakan tubuh. Jika ada bagian yang rusak, sehingga serat – seratnya

28 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
bisa lepas, ini menjadi bebabahaya karena sulit untuk mendeteksi bagai manakah yang
dikatakan rusak. Kondis lain yang sangat beresiko adalah saat asbes dipotong atau
diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan yang berupa
serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru.

Beberapa Penyakit Akibat Asbes:


1. Asbestosis yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas dan
dapat mengakibatkan kematian.
2. Mesothelioma adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada,
mesothelioma baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama kali menghirup
serat asbes.
3. Kanker paru-paru, di negara-negara maju, asbes putih digolongkan sebagai karsinogen
( bahan penyebab kanker).

Cara Mengurangi Efek Negatif Asbes


1. Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah debu dan serat asbes
jatuh kedalam rumah.
2. Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda rusak.
3. Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung.
4. Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi efek gas radon yang
terkandung di dalam asbes.
5. Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup oleh tubuh, asbes yang
rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan dampak yang sama.

6. Konstruksi Kuda-kuda

Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan
bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur
ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss). Umumnya kuda-kuda terbuat dari
kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.
Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar
12 m. Kuda-kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10
meter. Sedangkan kuda-kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau
lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada
hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dan lain-lain. Kuda-kuda dari beton
bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 meter. Pada kuda-
kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada
arah horizontal.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk
penutupnya, maka konstruksi kuda-kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan
rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu
memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun momen, karena tembok
hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung
beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban

29 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air
hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).

2. Dasar Konstruksi Kuda-Kuda


Ide dasar untuk mendapatkan bentuk konstruksi kuda-kuda seperti urutan gambar di
bawah ini:
a) Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian atas (P)
mengalami perubahan letak yaitu turun ke P’, sehingga kaki kuda- kuda menekan kedua
tembok ke arah samping. Bila tembok tidak kokoh maka tembok akan roboh.

b) Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu dipasang balok
horizontal, balok tersebut bekerja untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda.
Batang horizontal tersebut dinamakan balok tarik (AB).

c) Karena bentangan menahan beban yang bekerja dan beban berat sendiri kuda-kuda, maka
batang tarik AB akan melentur. Titik P bergerak turun ke titik P’, dengan adanya pelenturan,
tembok seolah-olah ke dalam.

30 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
d) Untuk mengatasi adanya penurunan pada batang tarik di ujung atas kaki kuda-kuda
dipasangi tiang dan ujung bawah tiang menggantung tengah-tengah batang tarik AB yang
disebut tiang gantung.

e) Semakin besar beban yang bekerja dan bentangan yang panjang, sehingga kaki kuda-kuda
yang miring mengalami pelenturan. Dengan adanya pelenturan pada kaki kuda-kuda maka
bidang atap akan kelihatan cekung kedalam, ini tidak boleh terjadi.

31 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
f) Untuk mencegah pelenturan pada kaki kuda-kuda perlu dipasangi batang sokong/skoor
dimana ujung bawah skoor memancang pada bagian bawah tiang gantung ujung atas skoor
menopang bagian tengah kuda-kuda. Dengan demikian pelenturan dapat dicegah.

g) Pada bangunan-bangunan yang berukuran besar, kemungkinan konstruksi kuda-kuda


melentur pada bidangnya karena kurang begitu kaku. Untuk itu perlu diperkuat dengan dua
batang kayu horizontal yang diletakkan kirakira ditengah-tengah tinggi tiang gantung.

32 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
3. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda

Keterangan:
a. Balok tarik; b. Balok kunci; c. Kaki kuda-kuda; d. Tiang gantung; e. Batang sokong; f. Balok gapit; g. Balok bubungan; h.
Balok gording; i. Balok tembok.

33 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Gambar. Detail Kuda-Kuda

4. Tipe Kuda-Kuda
a. Tipe Pratt

Gambar. Kuda-Kuda Tipe Pratt

b. Tipe Howe

Gambar. Kuda-Kuda Tipe Howe

c. Tipe Fink

Gambar. Kuda-Kuda Tipe Fink

d. Tipe Bowstring

34 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Gambar. Kuda-Kuda Tipe Bowstring

e. Tipe Sawtooth

Gambar. Kuda-Kuda Tipe Sawtooth

f. Tipe Waren

Gambar.Kuda-KudaTipeWaren

5. Bentuk Kuda-Kuda Kayu


Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda kayu berdasarkan bentang kuda-kuda, yaitu:
a). Bentang 3–4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 sampai dengan 4 meter.

Gambar. Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter

b). Bentang 4–8 Meter


Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 4
sampai dengan 8 meter.

35 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
Gambar. Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter

6. Pemasangan dan Perletakan Kuda-Kuda

Gambar. Pemasangan Kuda-Kuda

Gambar. Perletakkan Kuda-Kuda

7. Kuda-Kuda Sistem Knock Down


Kuda-Kuda sistem knock down merupakan terobosan baru untuk mendirikan rumah
instan. Bentuk kuda-kuda sangat sederhana dan terbuat dari papan. Tipe kuda-kuda tersebut

36 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1
diperkenalkan dalam rangka pendirian rumah untuk korban bencana alam yang terjadi di
Aceh tanggal 26 Desember 2004 dan dikenal dengan rumah tipe RI-A

Gambar. Kuda-Kuda Sistem Knock Down

37 | S T R U K T U R D A N K O N S T R U K S I B A N G U N A N 1

Anda mungkin juga menyukai