Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT DAN WAKAF DI MESIR

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Zakat Wakaf di Negara Muslim

Dosen Pengampu : Dr.H. Murtadho Ridwan,M.SH.

Disusun Oleh :

Kelompok 4 B6ZWR :

1. Dian Rofik Qotun Najah (2150310033)

2. Serli Amilia Pastika Sari (2150310044)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT WAKAF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
mata kuliah Etika Profesi Amil, tidak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa mendapatkan syafaatnya dihari
kiamat nanti, Aamiin.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Zakat Wakaf di
Negara Muslim diampu oleh bapak Dr.H. Murtadho Ridwan,M.SH. Makalah ini berisikan hal
yang berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Zakat dan Wakaf di Mesir. Kami sadar masih
banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan serta
pengalaman kami. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha yang dikerjakan, amiin.

Kudus, 27 Maret 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat dan wakaf merupakan bentuk ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni
dimensi vertical, yang merupakan wujud dari ketaatan seorang hamba kepada rabbnya.
Dan dimensi horizontal atau dimensi sosial, yang merupakan perwujudan dari sikap
peduli kepada sesama dari seorang muslim. Hal ini merupakan wujud dari Islam sebagai
agama yang rahmatan lil alamin (agama pembawa kasih sayang bagi alam semesta). 1

Mesir memiliki dua lembaga keagamaan besar. Masjid Al-Azhar, yang didirikan
pada 970 Masehi oleh Kekhalifahan Fatimiyah sebagai Universitas Islam pertama di
Mesir dan Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria yang didirikan pada pertengahan abad
ke-10 oleh Santo Markus. Di Mesir, Muslim dan Kristen hidup bertetangga, berbagi
sejarah, identitas nasional, suku bangsa, ras, budaya, dan bahasa umum. Masyarakat di
Mesir umumnya Muslim, dengan Muslim meliputi 88% dari populasi dari sekitar 80 juta
orang Mesir Kebanyakan Muslim di Mesir adalah Sunni. Jumlah signifikan Musim Sunni
Mesir juga mengikuti tarekat Sufi.Terdapat lima puluh ribu Muslim Ahmadiyyah di
Mesir.Terdapat minoritas Mu'tazila, Syiah Dua Belas Imam dan Ismailisme yang
berjumlah beberapa ribu.

Secara geografis Mesir terletak di tepi Laut Merah dan Laut Mediterania.Mesir
terletak di Afrika Utara yang berbatasan langsung dengan Sinai di Asia. Mesir berada
paling timur dari negara Afrika Utara lainnya dan paling dekat dengan Asia. Di sebelah
utara Mesir adalah laut Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Libya, di selatan
berbatasan dengan Sudan dan di sebelah timur adalah laut Merah.2

Bentuk pemerintahan di Mesir atau Republik Arab Mesir adalah negara sosial
demokrasi berbentuk republik dengan kepala negara seorang presiden,Bangsa Mesir
1
Qurratul Aini Wara Hastuti, “Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat,” Ziswaf 1, no. 2 (2014): 379–403.
2
“Letak-Geografis-Mesir,” n.d.
merupakan bangsa yang patuh dan mudah dipengaruhi (Peter Mansfield, 1969: 9). Jadi,
tidak mengherankan apabila Inggris dengan mudah menguasai dan melakukan kolonisasi
terhadap Mesir. Meskipun demikian, Mesir merupakan salah satu negara di belahan
dunia Arab yang memiliki perkembangan cukup dinamis. Mesir modern sering
mengalami pergulatan politik yang berkepanjangan dan bertahap. Sampai dengan tahun
2013 ini, terhitung sudah tiga kali Mesir melakukan revolusi yang didasarkan pada
ketidakstabilan pemerintahan dan politik Mesir.

Revolusi yang terjadi pada tahun 1919, Revolusi tersebut terkait dengan penempatan
pasukan-pasukan militer Inggris di Mesir, khususnya di sekitar Terusan Suez.
Pemerintahan Mesir di bawah Muhammad Ali memiliki sifat loyal terhadap Inggris.
Segala kebijakan politik Mesir diputuskan oleh perwakilan Inggris yang ada di Mesir.
Karena pada saat itu, Mesir sudah dijadikan negara boneka oleh Inggris, dan
pemerintahan Mesir memiliki ketergantungan sangat besar kepada Inggris.3

Penulisan makalah ini bertujuan ingin mendiskripsikan bagaimana pengelolaan zakat


dan wakaf di Negara Mesir. Maka, selanjutnya akan diuraikan tentang pengelolaan zakat
dan wakaf di Negara Mesir untuk membahas dan lebih memperkaya referensi kita terkait
model pengelolaan zakat dan wakaf di Negara Mesir.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kebijakan zakat dan wakaf di Mesir?


2. Bagaimana sistem pengelolaan zakat di Mesir?
3. Bagaimana sistem pengelolaan wakaf di Mesir?

C. TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan, serta sistem pengelolaan
zakat dan wakaf yang ada di negara Mesir

3
Diana Trisnawati, “REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN RAJA
FAROUK,” 2016.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Zakat dan Wakaf di Mesir

Dalam tiga dekade hingga tahun 1980-an, penegakkan hukum zakat di Mesir telah
mengalami beberapa upaya namun belum menunjukkan kesuksesan. Oleh karena fungsi
penegakkan hukum zakat belum berhasil, maka akibatnya zakat dibayarkan sukarela
untuk komite ini dan didistribusikan kepada orang layak dan keluarga sesuai dengan
kebijakan penuh dan pengambilan keputusan dari relawan.
Dalam perkembangannya, regulasi zakat awalnya muncul dalam Undang-undang
No. 48 Tahun 1977 yang memerintahkan pendirian Faisal Islamic Bank of Egypt.
Undang-undang ini mewajibkan bank untuk memotong zakat pada modal dan
keuntungan pemegang saham serta menetapkan dana otonom untuk zakat dalam bank.
Undang-undang ini tidak memberikan insentif atau konsensi pajak bagi para pembayar
zakat pada Faisal Islamic Bank of Egypt atau lembaga pengumpul zakat lainnya.4
Wakaf berkembang pesat ketika pemerintah Mesir menerbitkan Undang-undang No.
80 Tahun 1971 yang mengatur tentang pembentukan Badan Wakaf Mesir yang khusus
menangani masalah wakaf dan pengembangannya, beserta struktur, tugas, tanggung
jawab dan wewenangnya. Dengan terbitnya perundang-undangan di atas, Kementerian
Wakaf semakin kuat dan pemerintah juga berusaha menertibkan tanah wakaf dan harta
wakaf lainnya dengan menjaga, mengawasi dan mengarahkan harta wakaf untuk
kepentingan publik. Pemerintah kemudian menetapkan Perundang-undangan yang
relevan dengan situasi dan kondisi, dengan tetap berlandaskan syari’ah. Pada tahun 1971
terbit Undang-undang No. 80 yang menjadi inspirasi dibentuknya suatu Badan Wakaf
yang khusus menangani permasalahan wakaf dan pengembangannya. Badan Wakaf yang
dimaksud dalam UU. ini kemudian dibentuk secara resmi melalui SK Presiden Mesir
pada tanggal 12 Sya’ban 1392 H (20 September 1972), yang bertanggung jawab dalam
melakukan kerja sama dan memberdayakan wakaf, sesuai dengan amanat undang-

4
Octavia Setyani et al., “Manajemen Ziswaf Dunia,” Jurnal Manajemen Dakwah 8, no. 1 (2021): 1–32,
https://doi.org/10.15408/jmd.v8i1.19928.
undang dan program Kementerian Wakaf.5
Tugas Badan Wakaf ini adalah mengkoordinir dan melaksanakan semua
pendistribusian wakaf, serta semua kegiatan perwakafan agar sesuai dengan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Selain itu, Badan Wakaf ini juga berhak
menguasai pengelolaan wakaf dan memiliki wewenang untuk membelanjakan wakaf
dengan sebaik-baiknya, di mana pengembangannya sesuai dengan Undang-undang No.
80 Tahun 1971. Selanjutnya, badan ini mempunyai wewenang untuk membuat
perencanaan, mendistribusikan hasil wakaf setiap bulan dengan diikuti kegiatan yang
bermanfaat di daerah, membangun dan mengembangkan lembaga wakaf, serta membuat
laporan dan menginformasikan hasil kerjanya kepada publik.

B. Sistem Pengelolaan Zakat di Mesir

1. Sejarah Perkembangan Zakat di Mesir


Lahirnya Bank Sosial Nasir pada tahun 1971 merupakan tonggak awal
pengelolaan zakat di Mesir. Bank yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah ini diberi
tanggung jawab membuat proyek-proyek kesejahteraan sosial. Sejak berdirinya Bank
Nasir telah mengambil langkah-langkah konkrit dalam mengorganisir pengumpulan
dan distribusi zakat di seluruh negeri. Bank mendirikan pusat direktorat zakat di
kantor pusatnya. Direktorat ini memiliki aksesibilitas untuk semua cabang bank.
Melalui kegiatan di berbagai wilayah negara, direktorat ini telah mampu membentuk
dan mengafiliasi ribuan komite zakat lokal.
Selain Bank Sosial Nasir, Mesir Faisal Islamic Bank telah membentuk dana
zakat sendiri. Sumber daya ini terdiri dari dana zakat yang dinilai dari modal dan
keuntungan pemegang saham sebagaimana disyaratkan oleh peraturan Bank. Zakat
dibayarkan secara sukarela oleh pemilik deposito investasi dan setiap sumbangan
lainnya dan zakat yang diberikan oleh pihak manapun. Dana zakat dari Mesir Faisal
Islamic Bank ini telah tumbuh melampaui batas dana individu yang berafiliasi dengan
perusahaan, karena daya akses bank ini untuk sejumlah besar investasi dan banyaknya

5
Abdurrohman Kasdi, "Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Muslim", Jurnal Zakat dan Wakaf
Vol.4, No.1, 2017, hlm. 83.
cabang di berbagai daerah.6
Selain itu, NSB memiliki beberapa fitur utama dalam pengelolaan zakat, sebagai
berikut:
1) Terdiri atas Direktorat Zakat Pusat dengan beberapa kantor cabang yang tersebar di
daerah perkotaan sampai ke sejumlah pedesaan. Direktorat ini memiliki jaringan
dengan komite bantuan sukarela dalam hal bantuan manajerial, termasuk dukungan
akuntansi, organisasi, bimbingan dan bahan informasi, serta bantuan keuangan bila
dipandang perlu.
2) NSB(Nasir Social Bank) bertanggung jawab atas semua pengeluaran administrasi
yang dilakukan oleh Direktorat Zakat, baik pusat maupun cabang.
3) Penerimaan dan pengeluaran zakat menggunakan rekening tersendiri oleh masing-
masing Komite Zakat, dan NSB juga menggunakan rekening terpisah untuk
penerimaan dana zakat baik di pusat maupun di cabang.
4) Kementerian Wakaf berkewenangan untuk menyediakan tenaga ahli syariah untuk
membantu operasionalisasi NSB.

Selain NSB, Faisal Islamic Bank of Egypt juga mendirikan dan mengelola dana
zakat secara mandiri. Dana zakat diperoleh dari modal dan keuntungan yang diperoleh
oleh para pemegang saham. Dana zakat juga diterima dari pemilik deposito investasi,
sumbangan lain dan para muzakki maupun donatur dari pihak manapun.
Pengumpulan dana zakat oleh Faisal Islamic Bank of Egypt bertumbuh dari waktu ke
waktu apalagi bank ini memiliki daya akses yang cukup luas ini di kalangan investor
dan kantor-kantor cabang di berbagai daerah.7

2. Instansi Pengelolaan Zakat di Mesir


Mesir memiliki jaringan penghimpunan dan pendistribusian zakat berbasis
sukarela yang sangat besar sejak dulu. Jaringan zakat di Mesir terdiri dari empat
elemen utama, yaitu:
a. Komite sukarela yang tidak terafiliasi dengan komite badan public.
b. Komite dan jaringan wakaf dengan organisasi nirlaba terdaftar.

6
Octavia Setyani, “Manajemen Ziswaf Dunia”, Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 8, 2020, hlm. 16.
7
Ibid., hlm. 276.
c. Nasir Social Bank dan relawannya.
d. Mesir Faisal Bank dan relawannya.8

Zakat dibayarkan secara sukarela kepada para kolektor di atas dan didistribusikan
oleh komite zakat di atas kepada mustahik dengan pertimbangan masing-masing
komite zakat. Undang-undang no. 48 tahun 1977 yang mana mengatur pendirian The
Egyptian Faisal Islamic Bank memperkuat ini. Undang- undang ini mengharuskan
bank untuk menarik zakat dari modal, keuntungan pemegang saham dan kemudian
mengumpulkan dana independen / gratis untuk zakat dalam bank. Hukum ini berlaku
tidak memaksakan pemotongan pajak apapun pada Muzaki. Demikian pula, The Nasir
Social Bank adalah bank milik pemerintah. Bank ini mendirikan direktorat zakat di
masing-masing cabang utamanya. Melalui cabang bank yang tersebar di seluruh
negeri, direktorat ini dapat mendorong kerjasama dengan manajer zakat lokal.

3. Peran Zakat untuk Kesejahteraan Masyarakat


Manajemen penyaluran dana zakat di Mesir menggunakan berbagai pendekatan
dan melakukan berbagai diversifikasi layanan untuk mengakomodir seluruh
kepentingan, baik untuk kelompok muzaki maupun kelompok mustahik. Lembaga-
lembaga zakat melayani berbagai kebutuhan para mustahik seperti bantuan tunai
kepada fakir miskin, juga memberikan serangkaian pelatihan- pelatihan, pelayanan
kesehatan baik di klinik-klinik maupun ke rumah sakit, memberikan tunjangan kepada
para hafidz Al-Qur'an, kelas khusus untuk penguatan akademik siswa dari keluarga
yang kurang mampu, layanan penitipan anak-anak (kids corner) yang orang tuanya
bekerja, penyediaan fasilitas ibadah, peningkatan kemampuan berbahasa asing,
bantuan biaya pemakaman, perkemahan, dan berbagai layanan sport center untuk
kelompok anak anak dan remaja dari keluarga yang kurang mampu, dan berbagai
program lainnya.
Penyaluran zakat yang diselenggarakan oleh NSB juga sangat bervariasi seperti
berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan untuk orang miskin dan para musafir,

8
Ezril, "Manajemen Zakat dari Era dan Negara yang Berbedo", Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial
Keagamaan Vol. 16, No. 1, 2019, hlm. 41.
mobil karavan untuk peduli zakat dan penyalurannya, pameran tahunan untuk produk
yang disponsori oleh pusat pelatihan zakat, serta perjalanan haji. Penyaluran zakat
juga dapat dilakukan melalui program sponsor dalam serangkaian kuliah informasi
dan budaya. Perlu diingat bahwa distribusi zakat oleh NSB tidak terlalu ketat dalam
menerapkan prinsip tamlik.
Komite zakat telah mengembangkan kemampuan untuk menjangkau orang-
orang yang layak menerima zakat. Oleh karena itu, aplikasi penerima zakat potensial
bukanlah satu-satunya metode penyaluran zakat yang dilakukan manajemen Nasser
Social Bank. Komite lokal biasanya mensurvei lingkungan mereka dan mencari orang
yang membutuhkan. Anggota komite merekomendasikan calon penerima dan proyek
penerima zakat kepada Direktorat Zakat di Bank.9

C. Sistem Pengelolaan Wakaf di Mesir

1. Sejarah Perkembangan Wakaf di Mesir


Pada masa dinasti Umayah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah ibn
Numer Ghar al-Hadhrami yang menjabat sebagai hakim di Mesir pada masa Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M) dari Dinasti Umayyah, telah merintis
pengelolaan wakaf di bawah pengawasan seorang hakim. Ia juga menetapkan formulir
pendaftaran khusus dan kantor untuk mencatat dan mengawasi wakaf di daerahnya. la
sangat concern dan tertarik dengan pengembangan wakaf sehingga terbentuk lembaga
wakaf tersendiri sebagaimana lembaga lainnya dibawah pengawasan hakim. Lembaga
wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan
di seluruh negara Islam. Pada saat itu, hakim Taubah mendirikan lembaga wakaf di
Basrah. Sejak itulah pengelolaan lembaga wakaf di bawah Departemen kehakiman
yang di kelola dengan baik dan hasilnya disalurkan kepada yang berhak dan yang
membutuhkan. Sementara, pada masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir, perkembangan
wakaf cukup menggembira- kan, karena hampir semua tanah-tanah pertanian menjadi
harta wakaf dan dikelola oleh negara sekaligus menjadi milik negara (bayt al- mal).
Shalahuddin al-Ayyubi bermaksud mewakafkan tanah-tanah milik negara diserahkan

9
Ibid., hlm. 279.
kepada yayasan keagamaan dan yayasan sosial sebagaimana yang dilakukan oleh
dinasti Fathimiyyah. Meskipun secara fiqh, hukum mewakafkan baitul-mal masih
berbeda pendapat diantara para ulama. Pertama kali orang yang mewakafkan tanah
milik negara (bait al-mal) pada yayasan keagamaan dan sosial adalah Raja Nuruddin
as-Syahid melalui fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ulama yang bernama Ibnu
Ishrun dan didukung oleh para ulama lainnya bahwa mewakafkan harta milik negara
hukumnya boleh (jawaz). 'Ishrun berargumentasi bahwa memelihara dan menjaga
kekayaan negara. Sebab, harta yang menjadi milik negara pada dasarnya tidak boleh
diwakafkan. Secara sosio Geografis, Mesir adalah salah satu Negara yang memiliki
harta wakaf cukup banyak karena sejak masuknya Islam di mesir, pemerintahnya
selalu mengembangkan harta wakaf salah satu diantara harta wakaf yang sangat besar
dan cukup dikenal di dunia Islam adalah Universitas al-Azhar yang sampai sekarang
masih diminati oleh mahasiswa dari seluruh dunia. Universitas ini didirikan pada
masa Khilafah Fatimiyah.10 Wakaf telah memainkan peranan yang penting dalam
menggerakkan roda perekonomian dan memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir. Hal
ini karena wakaf dikelola secara profesional dan dikembangkan secara produktif.
Perintis wakaf pertama kali di Mesir adalah seorang hakim di era Hisyam bin Abdul
Malik, bernama Taubah bin Namir al-Hadrami yang menjadi hakim pada tahun 115 H.
Ia mewakafkan tanahnya untuk dibangun bendungan dan manfaatnya dikembangkan
secara produktif untuk kepentingan umat. Wakaf yang dirintis oleh Taubah ini
perkembangannya sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Daulah Mamluk
(1250-1517). Pada era kejayaan Mamluk, wakaf telah berkembang pesat dan
dibarengi dengan pemanfaatannya yang sangat luas untuk menghidupi berbagai
layanan kesehatan, pendidikan, perumahan, penyediaan makanan dan air, serta
digunakan untuk kuburan. Contoh utama wakaf di era Mamluk ini adalah Rumah
Sakit yang dibangun oleh al-Mansur Qalawun yang mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat Mesir selama beberapa abad.
2. Peran Wakaf dalam Perekonomian di Mesir

10
Nurwahida, Zulfatul Munawwarah, and Erwin Saputra, “Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Mesir
Dan Ara Saudi,” OSF Preprints, no. 90100119034 (2022), http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/2kuvb.
Di Mesir Wakaf telah memainkan peranan yang penting dalam menggerakkan
roda perekonomian dan memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir. Hal ini karena wakaf
dikelola secara profesional dan dikembangkan secara produktif. Perintis wakaf
pertama kali di Mesir adalah seorang hakim di era Hisyam bin Abdul Malik, bernama
Taubah bin Namir al-Hadrami yang menjadi hakim pada tahun 115 H. Ia mewakafkan
tanahnya untuk dibangun bendungan dan manfaatnya dikembangkan secara produktif
untuk kepentingan umat. Wakaf yang dirintis oleh Taubah ini perkembangannya
sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Daulah Mamluk (1250-1517). Pada era
kejayaan Mamluk, wakaf telah berkembang pesat dan dibarengi dengan
pemanfaatannya yang sangat luas untuk menghidupi berbagai layanan kesehatan,
pendidikan, perumahan, penyediaan makanan dan air, serta digunakan untuk kuburan.
Contoh utama wakaf di era Mamluk ini adalah Rumah Sakit yang dibangun oleh al-
Mansur Qalawun yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Mesir
selama beberapa abad.11
Perkembangan pengelolaan wakaf di mesir sejak awal memang sangat
mengagumkan, bahkan keberhasilannya dijadikan contoh bagi pengembangan wakaf
di negara-negara lain. Wakaf di Mesir dikelola oleh badan wakaf Mesir yang berada di
bawah kementerian wakaf (wizurutu al-Augaf). Salah satu diantara kemajuan yang
telah dicapai oleh badan wakaf Mesir adalah berperannya harta wakaf dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan benda yang diwakafkan
beragam, baik berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak, yang dikelola
secara baik dan benar. Pengelolaanya dilakukan dengan cara menginvestasikan harta
wakaf di bank Islam (jika berupa uang) dan berbagai perusahaan, seperti perusahaan
besi dan baja. Untuk menyempurnakan pengembangan wakaf, badan wakaf membeli
saham dan obligasi dari perusahaan perusahaan penting. Hasil pengembangan wakaf
yang diinvestasikan di berbagai perusahaan tersebut disamping untuk mendirikan
tempat-tempat ibadah dan lembaga-lembaga pendidikan, juga dimanfaatkan untuk
membantu kehidupan masyarakat (fakir miskin, anak yatim, dan para pedagang kecil,
kesehatan masyarakat (dengan mendirikan rumah sakit dan penyediaan obat-obatan

11
Nurwahida, Munawwarah, and Saputra.
bagi masyarakat), bahkan Mesir berencana untuk membuat rumah sakit model yang
akan berupaya memberikan pelayanan gratis bagi seluruhmasyarakat. Lebih dari itu,
dibidang real esteet pemerintah Mesir melalui kebijakan wakaf akan merencanakan
pembangunan perumahan, pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang,
dan berbagai pelatihan. Dengan dikembangkannya wakaf secara produktif, wakaf di
Mesir dapat dijadikan salah satu lembaga yang diandalkan pemerintah untuk
mewujudkan kesejahteraan umat.12
Harta wakaf yang sangat besar di Universitas al-Azhar. Jami'ah al-Azhar tidak
menarik iuran dari mahasiswanya, bahkan setiap tahunnya universitas selalu
memberikan beasiswa bagi ribuan mahasiswanya. Hal ini karena adanya harta wakaf
yang dikelola dengan baik. Universitas Al Azhar selaku nadzir atau pengelola wakaf
hanya mengambil hasil wakaf untuk keperluan pendidikan. Konsep pengelolaan
wakaf di lembaga pendidikan ini adalah untuk menciptakan maslahah al ammah, yaitu
kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang banyak.13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Muhsan, "Wakaf di Saudi Arabia dan Mesir (Tinjauan Manajemen dan Terapan Wakaf Produktif)",
Jurnal Dirasat Islamiyah Vol. 1, No. 1, 2013, hlm. 163.
13
Amir Mu'allim, "Pengaruh Pengelolaan Wakaf di Mesir terhadap Pengelolaan Harta Wakaf Pendidikan
di Indonesia (Studi Terhadap Ijtihad dalam Pengelolaan Wakaf Pendidikan Di Ull Don Pondok Modern
Gontor)", Jurnal Akademika Vol. 20, No. 01, 2015, hlm. 103.
Berdasarkan hasil penulisan makalah mengenai pengelolaan zakat dan wakaf di
Negara Mesir dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan zakat di Mesir mengacu
kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, meski demikian
pengelolaannya tetap fleksibel. Mesir memiliki jaringan yang sangat besar dan
ekstensif dalam pengumpulan dan distribusi zakat oleh sukarelawan dan organisasi
masyarakat. Manajemen zakat jaringan di Mesir terdiri dari empat elemen utama
seperti: (1) zakat sukarela komite yang tidak berafiliasi dengan institusi mana pun, (2)
kementerian dan jaringan wakaf dengan organisasi nirlaba terdaftar, (3) Nasir Social
Bank dan kelompoknya, (4) Bank Islam Mesir Faisal dan kelompoknya. Wakaf telah
memainkan peranan yang penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan
memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir. Hal ini karena wakaf dikelola secara
profesional dan dikembangkan secara produktif. Pengelolaanya dilakukan dengan
cara menginvestasikan harta wakaf di bank Islam (jika berupa uang) dan berbagai
perusahaan. Untuk menyempurnakan pengembangan wakaf, badan wakaf membeli
saham dan obligasi dari perusahaan-perusahaan penting. Hasil pengembangan wakaf
yang diinvestasikan di berbagai perusahaan tersebut disamping untuk mendirikan
tempat-tempat ibadah dan lembaga-lembaga pendidikan, juga dimanfaatkan untuk
membantu kehidupan masyarakat.
B. Saran
Penyusun sangat menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
menyarankan kepada semua pihak yang membaca dan membahas makalah ini, agar
bisa menambahkan literatur-literatur agar dapat menambahkan pengetahuan kita.

DAFTAR PUSTAKA

K, Amiruddin, "Model-Model Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim" Jurnal Hukum Islam


Volume 4 No. 2 (2014): 837-861. Surabaya.
Abdurraohman Kasdi, "Dinamika Pengelolaan Wakaf Di Negara-Negara Muslim", Jurnal
Zakat Dan Wakaf, Vol. 4, No. 1 (2017): 73-86

Ezril, "Manajemen Zakat dari Era dan Negara yang Berbeda", Jurnal Penelitian dan Kajian
Sosial Keagamaan Vol. 16, No. 1 (2019): 31-58

Setyani, Octavia, dkk. "Manajemen Ziswaf Dunia" dalam Jurnal Manajemen Dakwah
Volume 8 (2020) (hlm 10). Jakarta Selatan.

Mu'allim, Amir, "Pengaruh Pengelolaan Wakaf di Mesir terhadap Pengelolaan Harta Wakaf
Pendidikan di Indonesia (Studi Terhadap Ijtihad dalam Pengelolaan Wakaf Pendidikan
Di UII Dan Pondok Modern Gontor)", Jurnal Akademika Vol. 20, No. 01 (2015): 103-
122.

Muhsan. “Wakaf di Saudi Arabia dan Mesir (Tinjauan Manajemen dan Terapan Wakaf
Produktif)", Jurnal Dirasat Islamiyah Vol. 1, No. 1 (2013): 151-168.

Nurhayati, Sri dkk. “Akuntansi dan Manajemen Zakat”, Jakarta: Salemba Empat, 2019.

Hastuti, Qurratul Aini Wara. “Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat.” Ziswaf 1, no. 2 (2014): 379–403.

“Letak-Geografis-Mesir,” n.d.

Nurwahida, Zulfatul Munawwarah, and Erwin Saputra. “Perkembangan Pengelolaan Wakaf


Di Mesir Dan Ara Saudi.” OSF Preprints, no. 90100119034 (2022).

Setyani, Octavia, Maulati Mushafi, Abdul Ghofur, and Peni Rahmadani. “Manajemen Ziswaf
Dunia.” Jurnal Manajemen Dakwah 8, no. 1 (2021): 1–32.

Trisnawati, Diana. “REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA


PEMERINTAHAN RAJA FAROUK,” 2016.

Hastuti, Qurratul Aini Wara. “Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat.” Ziswaf 1, no. 2 (2014): 379–403.

“Letak-Geografis-Mesir,” n.d.
Nurwahida, Zulfatul Munawwarah, and Erwin Saputra. “Perkembangan Pengelolaan Wakaf
Di Mesir Dan Ara Saudi.” OSF Preprints, no. 90100119034 (2022).

Setyani, Octavia, Maulati Mushafi, Abdul Ghofur, and Peni Rahmadani. “Manajemen Ziswaf
Dunia.” Jurnal Manajemen Dakwah 8, no. 1 (2021): 1–32.

Trisnawati, Diana. “REVOLUSI MESIR 23 JULI 1952: BERAKHIRNYA


PEMERINTAHAN RAJA FAROUK,” 2016.

Anda mungkin juga menyukai