Anda di halaman 1dari 10

Makalah

KEMAMPUAN MERANCANG SUATU RANCANGAN PEKERJAAN

(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia)

Oleh :
Rika Yohana SARI ( 23147007)

Dosen Pembimbing :
Dr.Hanif.Alkadri.M.Pf
Neliwati,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D.

JURUSAN MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik yang berjudul judul " Kemampuan
Merancang Suatu Rancangan Pekerjaan".

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan juga kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, Februari 2024

Penulis
KEMAMPUAN MERANCANG SUATU RANCANGAN PEKERJAAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Bakat atau kekuatan bawaan seseorang adalah kepemimpinan mereka. Ini
adalah sikap kepemimpinan yang diterapkan saat memimpin, dan salah satu
pengaruhnya adalah bagaimana hal itu memengaruhi orang lain. Karena seseorang yang
mengarahkan tugas atau organisasi biasanya perlu memiliki kualitas kepemimpinan,
pengaruh ini dimaksudkan untuk dipahami dalam konteks pekerjaan atau organisasi.
Gaya kepemimpinan ini bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Selalu ada tujuan
yang harus dicapai, baik dalam bisnis maupun di rumah.

Secara mendasar, Wahjosumidjo (1999) menggambarkan kepemimpinan


sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seorang pemimpin secara alami dan muncul
sebagai sifat khusus seperti bakat, keterampilan, dan kemampuan. Cara lain untuk
melihat kepemimpinan adalah sebagai serangkaian tugas yang tidak terpisahkan dari
posisi, sikap, dan gaya pemimpin. Ini adalah proses yang melibatkan dinamika dan
pertukaran antara situasi, para pengikut atau anggota, dan pemimpin.
Setiap individu berbeda dari yang lain dalam hal kualitas, kebiasaan,
temperamen, dan kepribadian. Sifat-sifat ini membedakan setiap individu,
memengaruhi perilaku mereka, dan menentukan gaya kepemimpinan mereka. Banyak
filosofi kepemimpinan muncul, seperti karismatik, demokratis, militer, otoriter,
birokratis, paternalistik, dan populist/rakyat.
a. Kepemimpinan demokratis: Memfasilitasi pemimpin dalam mencapai tujuan
mereka dengan fokus pada kepentingan orang yang dipimpin.
b. Kepemimpinan karismatik: Pemimpin ini dihormati karena moralitas dan
perilakunya, serta mampu membimbing dan menginspirasi orang di bawah
arahannya
c. Kepemimpinan otoritatif : Upaya untuk menegakkan kehendak dan arahan
seseorang kepada orang lain tanpa memperhatikan kepentingan mereka sebagai
kelompok.
d. kepemimpinan militer: Kemampuan untuk memimpin bawahan dalam situasi di
mana konsep perintah menentukan bahwa perintah dari atasan harus dilaksanakan
e. Kepemimpinan paternalistik: Seorang pemimpin yang berkembang melalui
kapasitasnya untuk menjadi mentor dan teladan bagi orang lain di dalam
perusahaan.
f. Kepemimpinan birokratis:terdiri dari struktur organisasi dengan hierarki jabatan
dan pangkat, di mana jabatan yang lebih tinggi dapat memberikan perintah kepada
jabatan yang lebih rendah.

Menurut sudut pandang yang berbeda, contoh gaya kepemimpinan dapat


mencakup:
a. Pemimpin otokratis. Pemimpin otokratis berkeyakinan bahwa segala tanggung
jawab dalam mengambil keputusan, melakukan tindakan dan mengarahkan
kegiatan, serta mengarahkan, memotivasi dan mengendalikan bawahan
terkonsentrasi di tangannya.
b. Pemimpin partisipatif. Seorang pemimpin yang mengadopsi gaya partisipatif
menghargai masukan dari timnya, menggunakan konsultasi sebagai pendekatan
manajemen. Alih-alih hanya membuat keputusan dan memberikan instruksi yang
tepat, mereka mencari pandangan dan ide dari bawahan.
c. Gaya kepemimpinan bebas. Seorang pemimpin yang mengadopsi gaya
kepemimpinan bebas memberikan wewenang pengambilan keputusan sepenuhnya
kepada bawahannya. Pada dasarnya, manajemen mengatakan, "Ini adalah tugas
yang harus diselesaikan.

B. Prinsip Kepemimpinan

Kartono (1994) menegaskan bahwa seorang pemimpin memiliki kemampuan


dan kekuatan, khususnya dalam bidang tertentu, yang memungkinkannya membujuk
orang lain untuk berkolaborasi dalam melaksanakan tugas tertentu guna mencapai satu
atau lebih tujuan. Menurut sudut pandang lain, pemimpin adalah seseorang yang
membimbing dan memimpin orang lain agar orang yang berada di bawah kendalinya
mau mengikuti petunjuknya. Dengan kata lain, pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai tanggung jawab memimpin, membimbing, dan mengarahkan orang lain
(Effendi, 1986:206).
Manajemen sumber daya manusia (SDM) sangat penting bagi keberlanjutan
organisasi dan kinerja secara keseluruhan. Retensi talenta, manajemen kinerja, dan
pengembangan merupakan komponen manajemen SDM yang efektif selain perekrutan
dan seleksi karyawan baru. Sumber daya manusia yang baik merupakan sumber daya
penting yang membantu organisasi mencapai tujuannya.

Salah satu aspek optimalisasi sumber daya manusia yang harus diperhatikan
adalah gaya kepemimpinan yang merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
kinerja pegawai. Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap cara orang
atau kelompok beroperasi. Pada kenyataannya, pemimpin mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi berbagai faktor, termasuk keamanan, antusiasme kerja, semangat
kerja, dan, yang paling penting, tingkat keberhasilan organisasi. Gaya kepemimpinan
akan diterapkan dalam beberapa cara, antara lain dengan asumsi pekerja akan
terlambat, hadir di sana untuk makan siang, dan menolak meninggalkan kantor. Untuk
mencapai kinerja kerja yang optimal dan mendukung tujuan perusahaan secara
keseluruhan, penting untuk memahami dan menerapkan gaya kepemimpinan yang
tepat.

C. Urgensi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena
dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan demikian, buku ini menekankan betapa
pentingnya dedikasi dan komitmen untuk terus belajar dan mengasah keterampilan
kepemimpinan sepanjang hidup.Menjadi seorang pemimpin yang hebat memang tidak
mudah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Kepemimpinan yang efektif seperti
tersebut, hanya terwujud jika mampu menghormati hak-hak asasi manusia, meskipun
akan selalu menghadapkan kepemimpinan pada berbagai konflik. Untuk itu,
kepemimpinan yang efektif harus mampu menyelesaikan setiap konflik, sebagai bagian
dari prosesnya yang dinamis. Terkadang, mungkin ada pandangan bahwa pemimpin
lahir dengan bakat alamiah, yang memiliki kemampuan untuk memimpin, inspiratif,
dan mendorong orang lain. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
kualitas kepemimpinan yang baik sebenarnya dapat dipelajari. Kualitas kepemimpinan
yang baik sebagian besar adalah perilaku yang bisa diubah dan dipelajari.
Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah
Tuhan. Oleh karena itu, dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang
dipandang sebagai syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan ilmiah
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau
pembawaan pribadi seseorang.
Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur-unsur dan fungsi-fungsi yang
dapat menjelaskan kepada kita syarat-syarat yang diperlukan agar pemimpin dapat

bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa
pembahasan besar dan cara bekerja serta perubahan sikap seorang pemimpin yang akan
dipelajari. Ketiga, pemimpin yang sukses memiliki kualitas utama yang bisa dibagi
menjadi dua kategori: menyelesaikan tugas dan berfokus pada hubungan dengan orang.

D. Unsur Kepemimpinan

Menurut Hasibuan (2016), indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan


pegawai suatu organisasi maupun instansi, diantaranya sebagai berikut :
a. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan
yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang
bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang
dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai
bersangkutan agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam

mengerjakannya. Akan tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh
dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan pegawai rendah.
b. Teladanan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang kurang baik, para bawahannya pun
kurang disiplin. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika
dia sendiri kurang disiplin .
c. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan
manusia lainnya. Keadilan yang dijakin dasar kebijaksanaan dalam pemberian
balas jasa atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang
baik.
d. Pengawasan melekat (waskat)
Pengawasan melekat ialah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan pegawai instansi. Sebab dengan waskat berarti atasan harus aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada ditempat kerja agar dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang
kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian,
bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
e. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar
peraturan-peraturan instansi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan
berkurang. Berat/ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi
baik/buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas
kepada semua pegawai. Sanksi hukuman harusnya tidak selalu ringan atau terlalu
berat supaya hukuman itu tetap mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya.
Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner,

bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam
instansi.
f. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
pegawai instansi. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum
setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang ditetapkan.
Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai yang
indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan
demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan pegawai instansi.
Sebaliknya, apabila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum
karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan
bawahannya, bahkan sikap indisipliner pegawai semakin banyak karena mereka
bertanggung jawab bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
Pimpinan yang tidak tegak menindak atau menghukum pegawai yang melanggar
peraturan, sebaliknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada instansi
tersebut
g. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama pegawai ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu instansi. Hubungan baik bersifat vertikal maupun
horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan
cross relationship hendaknya harmonis.

E. Taktik atau Strategi Pimpinan dalam Mempengaruhi Orang

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi baik ide, pesan maupun


gagasan dari sumber kepada penerima sehingga menciptakan pemahaman. Komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan oleh satu orang ke orang lain untuk
menginformasikan, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) maupun tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2003).

Menurut Raymond Ross dalam (Mulyana, 2005) menyatakan bahwa,


komunikasi adalah pemilihan, penyortiran, dan pengiriman berbagai simbol agar
membantu merangsang respon dari pendengar atau menumbuhkan makna pemikiran
yang sama dengan komunikator. Berdasarkan berbagai definisi para ahli diatas,
komunikasi diinterpretasikan memiliki peran yang besar dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, mulai dari kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Komunikasi
memberikan peran kepada manusia untuk menyampaikan dan menerima pesan, ide,
gagasan, informasi, dll. Komunikasi dapat merubah perilaku, sikap dan pemikiran
manusia apabila dalam melakukan berkomunikasi tercapainya tujuan yang sama.
Menurut Middleton (1980) dalam (Cangara, 2017), strategi komunikasi adalah
kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan,
saluran (media), penerimaan sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk
mencapai tujuan komunikasi yang optimal. Strategi komunikasi berupa pedoman
perencanaan dan manajemen komunikasi yang dibuat untuk mencapai tujuan
terciptanya efektifitas komunikasi. Strategi komunikasi menjabarkan secara konkret
tentang tahapan aktivitas komunikasi dengan tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan
taktik merupakan tindakan komunikasi berdasarkan strategi yang telah dirumuskan
(Alo, 2011).
Menurut (Cangara, 2017) penetapan strategi komunikasi didasari oleh elemen-
elemen komunikasi model komunikasi Harold Lasswell yang menyatakan bahwa cara
yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan:
Who, Says What, In Which Channel, To Whom, 9 With What Effect (Siapa Mengatakan
Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Adapun 5 unsur itu
diantaranya:
a. Who (siapa/sumber) artinya ialah sumber atau komunikator yaitu, pelaku
utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. pihak ini adalah
yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun
suatu negara sebagai komunikator. Pihak tersebut bisa seorang individu, kelompok,
organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator. Seorang komunikator harus
mempunyai kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan.
b. Says what (pesan) berarti apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan
dari komunikator yang berisi informasi tertentu yang ditujukan kepada komunikan.
terdapat tiga komponen pesan yaitu makna, simbol dan bentuk organisasi pesan.

c. What channel (saluran/media) Saluran/media adalah suatu alat untuk


menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Media atau saluran komunikasi dapat berupa media lama dan
media baru.
d. To whom (siapa/penerima) khalayak yang menerima pesan bisa berupa suatu
kelompok, individu, organisasi atau suatu negara yang menerima pesan dari sumber.
Hal tersebut dapat disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak
(audience), komunikan, penafsir, penyandi balik (decoder).
e. With what effect (dampak/efek) Dampak atau efek yang terjadi pada
komunikan setelah menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan
bertambahnya pengetahuan. Pengaruh bisa terjadi dengan perubahan pengetahuan,
sikap, dan perilaku.
Untuk mengimplementasikan strategi komunikasi dibutuhkan taktik atau
metode yang tepat dalam perancangannya. Taktik dan strategi memiliki keterkaitan
yang kuat, dalam arti apabila sebuah strategi yang telah kita susun dengan hati-hati
adalah strategi yang tepat untuk digunakan, maka taktik dapat diubah sebelum strategi.
Namun demikian, apabila kita merasa ada hal yang salah pada tataran taktik maka kita
harus mengubah strategi.
DAFTAR PUSTAKA

Fathurrahman, M. F. F., & Gunawan, R. (2024). URGENSI DAN IMPLIKASI


PENAMBAHAN MASA JABATAN KEPALA DESA DALAM DINAMIKA
PEMERINTAHAN DESA DI INDONESIA. Case Law: Journal of Law, 5(1), 49-
58.
Hutahaean, J. T., Asbari, M., & Nurwanto, F. (2024). Urgensi Paradigma
Kepemimpinan dalam Organisasi. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan,
2(02), 131-134.
Indrayani, N., Casnuri, S., & Nurtyas, M. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM
PENDAMPINGAN KELUARGA RISIKO STUNTING DI WILAYAH
KALURAHAN WEDOMARTANI KAPANEWON NGEMPLAK.
Muktamar, A., Susanti, E., & Resita, R. (2024). Peran Kepemimpinan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Journal Of International
Multidisciplinary Research, 2(1), 124-131.
Muktamar, A., Yassir, B. M., Syam, W. S., & Ningsi, S. W. (2024). Hubungan
Gaya Kepemimpinan Dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Journal Of
International Multidisciplinary Research, 2(1), 181-190.
Wijaya, H., Saputra, T. N. M., & Alamsyah, R. (2024). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Musi Banyuasin. MAMEN: Jurnal
Manajemen, 3(1), 76-88.

Anda mungkin juga menyukai