(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia)
Oleh :
Rika Yohana SARI ( 23147007)
Dosen Pembimbing :
Dr.Hanif.Alkadri.M.Pf
Neliwati,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik yang berjudul judul " Kemampuan
Merancang Suatu Rancangan Pekerjaan".
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan juga kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
KEMAMPUAN MERANCANG SUATU RANCANGAN PEKERJAAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Bakat atau kekuatan bawaan seseorang adalah kepemimpinan mereka. Ini
adalah sikap kepemimpinan yang diterapkan saat memimpin, dan salah satu
pengaruhnya adalah bagaimana hal itu memengaruhi orang lain. Karena seseorang yang
mengarahkan tugas atau organisasi biasanya perlu memiliki kualitas kepemimpinan,
pengaruh ini dimaksudkan untuk dipahami dalam konteks pekerjaan atau organisasi.
Gaya kepemimpinan ini bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Selalu ada tujuan
yang harus dicapai, baik dalam bisnis maupun di rumah.
B. Prinsip Kepemimpinan
Salah satu aspek optimalisasi sumber daya manusia yang harus diperhatikan
adalah gaya kepemimpinan yang merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
kinerja pegawai. Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap cara orang
atau kelompok beroperasi. Pada kenyataannya, pemimpin mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi berbagai faktor, termasuk keamanan, antusiasme kerja, semangat
kerja, dan, yang paling penting, tingkat keberhasilan organisasi. Gaya kepemimpinan
akan diterapkan dalam beberapa cara, antara lain dengan asumsi pekerja akan
terlambat, hadir di sana untuk makan siang, dan menolak meninggalkan kantor. Untuk
mencapai kinerja kerja yang optimal dan mendukung tujuan perusahaan secara
keseluruhan, penting untuk memahami dan menerapkan gaya kepemimpinan yang
tepat.
C. Urgensi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena
dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan demikian, buku ini menekankan betapa
pentingnya dedikasi dan komitmen untuk terus belajar dan mengasah keterampilan
kepemimpinan sepanjang hidup.Menjadi seorang pemimpin yang hebat memang tidak
mudah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Kepemimpinan yang efektif seperti
tersebut, hanya terwujud jika mampu menghormati hak-hak asasi manusia, meskipun
akan selalu menghadapkan kepemimpinan pada berbagai konflik. Untuk itu,
kepemimpinan yang efektif harus mampu menyelesaikan setiap konflik, sebagai bagian
dari prosesnya yang dinamis. Terkadang, mungkin ada pandangan bahwa pemimpin
lahir dengan bakat alamiah, yang memiliki kemampuan untuk memimpin, inspiratif,
dan mendorong orang lain. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
kualitas kepemimpinan yang baik sebenarnya dapat dipelajari. Kualitas kepemimpinan
yang baik sebagian besar adalah perilaku yang bisa diubah dan dipelajari.
Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah
Tuhan. Oleh karena itu, dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang
dipandang sebagai syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan ilmiah
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau
pembawaan pribadi seseorang.
Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur-unsur dan fungsi-fungsi yang
dapat menjelaskan kepada kita syarat-syarat yang diperlukan agar pemimpin dapat
bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa
pembahasan besar dan cara bekerja serta perubahan sikap seorang pemimpin yang akan
dipelajari. Ketiga, pemimpin yang sukses memiliki kualitas utama yang bisa dibagi
menjadi dua kategori: menyelesaikan tugas dan berfokus pada hubungan dengan orang.
D. Unsur Kepemimpinan
mengerjakannya. Akan tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh
dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan pegawai rendah.
b. Teladanan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang kurang baik, para bawahannya pun
kurang disiplin. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika
dia sendiri kurang disiplin .
c. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan
manusia lainnya. Keadilan yang dijakin dasar kebijaksanaan dalam pemberian
balas jasa atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang
baik.
d. Pengawasan melekat (waskat)
Pengawasan melekat ialah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan pegawai instansi. Sebab dengan waskat berarti atasan harus aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada ditempat kerja agar dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang
kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian,
bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
e. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar
peraturan-peraturan instansi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan
berkurang. Berat/ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi
baik/buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas
kepada semua pegawai. Sanksi hukuman harusnya tidak selalu ringan atau terlalu
berat supaya hukuman itu tetap mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya.
Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner,
bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam
instansi.
f. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
pegawai instansi. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum
setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang ditetapkan.
Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai yang
indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan
demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan pegawai instansi.
Sebaliknya, apabila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum
karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan
bawahannya, bahkan sikap indisipliner pegawai semakin banyak karena mereka
bertanggung jawab bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
Pimpinan yang tidak tegak menindak atau menghukum pegawai yang melanggar
peraturan, sebaliknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada instansi
tersebut
g. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama pegawai ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu instansi. Hubungan baik bersifat vertikal maupun
horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan
cross relationship hendaknya harmonis.