Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

FUNGSI PENGARAHAN ( KEPEMIMPINAN )

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


PUTRI SRIWAHYUNI
ZUDYATEN
VIANA NURHASANAH

TAHUN AJARAN 2020/2021


DOSEN PENGAJAR: RIKA SEPTIANINGSIH H. H.I, M.E
Konsep Dasar Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan para
pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan.

Menurut Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi 2 kosep, yaitu


sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa
yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana pemimpin menggunakan
pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang
dipimpinnya. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan / leadership untuk mengarahkan


merupakan faktor terpenting dalam efektivitas manajer. Banyak terjadi organisasi bisnis
yang nampaknya akan bangkrut mendapatkan kekuatan baru ketika pimpinan puncaknya
diganti meskipun sulit mengidentifikasi karakteristik manajer yang efektif. Sekiranya sikap
dan perilaku manajer dapat diidentifikasi, niscaya dapat dipelajari dan diajarkan sehingga
mampu meningkatkan efektivitas organisasi.

Banyak ilmuan dan ahli penelitian perilaku telah memberi batasan mengenai
kepemimpinan. Terdapat 3 implikasi penting yang perlu mendapatkan perhatian yaitu;

1. Kepemimpinan harus melibat orang lain atau bawahan. Karena kesanggupan


mereka untuk menerima pengarahan dari manajer, para bawahan membantu
menegaskan eksistensi manajer dan memungkinkan proses kepemimpinan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas untuk mengarahkan beberapa aktivitas
antara manajer dan bawahan. Manajer memiliki otoritas utnuk mengarahkan
beberapa aktivitas para bawahan, yang tidak mungkin dengan cara yang sama
mengarahkan aktivitas manajer.
3. Disamping secara legal mampu memberikan para bawahan berupa perintah atau
pengarahan, manajer juga dapat mempengaruhi bawahan dengan berbagai sifat
kepemimpinannya.

Definisi leadership tersebut dapat diartikan juga sebaga berikut:

1. Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan / directing yaitu mengarahkan orang


orang yang dipimpinnya untuk mencapai suatu tujuan.
2. Kepemimpinan memiliki sifat memengaruhi / influencing yakni dalam hal ini
pemimpin harus mampu mengubah perilaku bawahan.
3. Pemimpin memiliki wewenang / authority yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk
memerintah orang lain atau bawahan nya dalam kegiatan yang berhubungan dengan
tugas/pekerjaan.
Kepemimpinan menurut Islam

Dalam Islam konsep kepemimpinan diyakini mempunyai nilai yang khas dari sekedar
kepengikutan bawahan dan pencapaian tujuan organisasi. Ada nilai-nilai transendental yang
diperjuangkan dalam kepemimpinan Islami dalam organisasi apapun. Nilai-nilai tersebut
menjadi pijakan dalam melakukan aktifitas kepemimpinan.

Terkait dengan hal ini, Saksono menyatakan bahwa dengan melihat akar kata ro’in (
‫ )راع‬yang berarti pemimpin sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw, berdasarkan
pendekatan fenomenologi huruf yang membentuk katanya terdapat makna kepemimpinan
dengan berbagai nilai dan karakter, serta cita-cita yang harus diperjuangkannya.

Pendekatan fenomenologi huruf ini tentu kurang memuaskan sebagai kajian


intelektual. Tetapi beberapa telusurannya dapat dijadikan bahan renungan dalam
menjalankan aktivitas administrasi sekolah yang menerapkan kepemimpinan Islami16.
Rahman menyatakan, bahwa kepemimpinan Islami, menurutnya, adalah upaya
mengungkap kepribadian Rasulullah Muhammad Saw dalam menjalankan kepemimpinan.

Berdasarkan temuannya, ada beberapa nilai yang menjadikan kepemimpinan


Muhammad Saw sukses, yaitu:

1) mutu kepemimpinan;

2) keberanian dan ketegasan;

3) pengendalian diri;

4) kesabaran dan daya tahan;

5) keadilan dan persamaan;

6) kepribadian; dan

7) kebenaran dan kemuliaan tujuan.

Nilai-nilai tersebut dicontohkan langsung, sekaligus menjadi teladan pengikutnya,


sehingga menimbulkan kepatuhan dan kepengikutan secara sukarela dalam menjalankan
sebuah perusahaan. Menurut Al Buraey model Islami konsep kepemimpinan memang
memiliki ke-khas-an dibandingkan dengan mazhab pemikiran prilaku dan model hubungan
antar manusia (seperti dari Mc. Gregor, Likert, Benis, Argiris dan lain-lain). Perbedaan
tersebut diklasifikasikannya pada beberapa aspek, meliputi definisi, kualifikasi, sasaran,
gaya, tingkah laku, tanggungjawab, tidak berat sebelah, dan harapan kelompok. Menurutnya
kepemimpinan Islami bukan untuk menjadi absolut atau otoriter, karena dalam beberapa
telusuran ilmiah menunjukkan prinsip keseimbangan/tengah-tengah menjadi ciri Islam (Allah
tidak menyukai sesuatu yang berlebihlebihan).
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menjadi hal penting dalam pencapain tujuan organisasi
diantaranya unsur kepemimpinann dimana kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kinerja pegawai yang menjadikan salah satu faktor pelengkap.

Pendapat (Reza, 2010:34), secara operasional ada 5 fungsi pokok kepemimpinan


antara lain:

1) Fungsi instruktif, Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang


menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan
perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan
hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah.
2) Fungsi konsultatif, Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif
sebagai komunikasi dua arah.
3) Fungsi partisipasi, Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.
4) Fungsi delegasi, Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin
memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan
keputusan.
5) Fungsi pengendalian, Fungsi pengendalian berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif harus berusaha mampu mengatur aktifitas
anggota-angotanya secara dengan terarah dalam mengkoordinasi
yang efektif, sehingga dapat memungkinkan tercapainya tujuan itu
bersama secara maksimal.

Melihat fungsi kepemiminan maka kita harus tahu dimana ada beberapa fungsi yang
terdiri fungsi instruktif pimpinan dalam hal ini pimpinan sebagai seorang komunikator dalam
memberikan suatu perintah, pimpinan mengadakan sosialisasi kepada pegawai terkait tata
cara dan sopan santun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pimpinan juga
bersikap tegas dan memberikan teguran langsung kepada bawahan apabila ada kesalahan
dalam hal menjalankan perintah, adanya sosialisasi terkait dengan pentingnya semangat
kerja dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai.

Fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah dalam mengurangi sikap arogansi
pegawai adanya ketegasan sikap memimpin mengarahkan dan memberikan teguran yang
benar komunikasi dua arah dilakukan melakukan sosialisasi seperti membicarakan tentang
semangat kerja dan penyelenggaraan pelayanan publik yang baik konsultatif mengarahkan
dengan dua arah pimpinan mengajarkan cara melayani masyarakat dengan sopan santun,
pimpinan juga mengarahkan pekerjaan dengan langsung memberi contoh dengan
bawahannya sehingga bawahan dapat menerimanya dengan cepat.
Sumber Kekuasaan Pemimpin
Dari mana sseorang pemimpin memeperoleh kekuatan? French dan Raven
(Cartwright dan Zander, 1960) menyebutkan adanya 5 sumber kekuasaaan yang bisa
diperoleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Berikut merupakan sumber
kekuasaan seorang pemimpi yaitu;

1. Legimate Power, yakni pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi


kewenangan oleh otoritas/pemegang kekuasaan yang lebih tinggi
2. Expert Power, dalam hal ini kekuasaan dimiliki seorang pemimpin karena
keahliannya yang menonjol dalam bidang keahliannya sehingga dia diakui oleh
otoritas keahliannya oleh orang lain.
3. Reward Power, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemmimpin karen
pemimpin tersebut dapat memberikan imbalan atas kinerja yang ditujukan oleh
seseorang.
4. Coercive Power, yaitu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena
dia memiliki kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap
perintahnya.
5. Referent Power, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena wibawa
yang dia miliki.

Tipe Kepemimpinan
Tipe Kepemimpinan Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, yaitu
menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang
selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh
seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap
orang yang dipimpinnya. Yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe)
kepemimpinannya yang dijalankannya.

Kajian tentang tipologi kepemimpinan masih terbatas pada tipe-tipe kepemimpinan


klasik yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu:

1. tipe otoriter/otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti
pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan sendiri. Ciri-
ciri dari pemimpin otokratis itu antara lain:

a) menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi;


b) mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c) menganggap bawahan sebagai alat semata mata;
d) tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
e) terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya;
f) menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan

2) tipe laissez faire; jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan saja berjalan” atau
‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ‘masa bodo’. Bentuk kepemimpinan ini
merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Pembagian tugas dan kerjasama
diserahkan kepada anggotaanggota kelompoknya tanpa petunjuk atau saran-saran dari
pemimpin. Sehingga kekuasaan dan tanggung jawab menjadi simpang siur dan tidak
terarah.

3) tipe demokratis; Kepemimpinan tipe ini menmpatkan faktor manusia sebagai faktor
utama dan terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan ini setiap individu,
sebagai manusia dihargai atau dihormati eksistensi dan peranannya dalam memajukan dan
mengembangkn organisasi.

4) tipe pseudo demokratis. Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini
berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolaholah dia demokratis, sedangkan
maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus. Tipe kepemimpinan
pseudo-demokratis ini sering juga disebut sebagai pemimpin yang memanipulasikan.

Model Jalan Tujuan (Path Goal Theory)


Model ini diperkenalkan oleh Martin G. Evans dan Robert J. House. Pendekatan
Evans dan House berangkat dari asumsi dasar mengenai teori pengharapan (expectancy
theory). Berdasarkan asumsi ini Evans dan House berpendapat bahwa sekalipun gaya
kepemimpinan perlu disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, apakah kecendrungan
pekerja untuk berorientasi pada pekerjaan atau relasi sosial, akan tetapi faktor terpenting
yang perlu diperhatikan justru bahwa pemimpin harus mampu menyediakan dan
menjelaskan penghargaan apa yang akan diterima oleh para pekerja sekiranya mereka
mengikuti apa yang diperintahkan atau diarahkan oleh pemimpin atau menajer.

Manajer harus menentukan tujuan (rewards yang diharapkan pekerja) dan jalan
(path) yang perlu dilakukan pekerja untuk meraih pekerja tersebut. Oleh sebab itulah model
Evans dan House dinamakan sebagai model jalan tujuan (path goal theory). Ada dua hal
yang perlu mendapat perhatian dari model jalan tujuan ini, yaitu perilaku pemimpin (leader
behavior) dan faktor situasi (situasional factors).

Dalam hal perilaku pemimpin, paling tidak ada empat tipe pemimpin berdasarkan
model jalan tujuan ini, yaitu:

 Pemimpin Directif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk menentukan langsung


apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan apa yang diharapkan oleh
pemimpin.
 Pemimpin Suportif, yaitu pemimpin yang cenderung bersahabat dan mudah
diajak berdialog oleh siapapun, memberikan perhatian penuh pada
kesejahteraan bawahan, serta meperlakukan anggota secara setara.
 Pemimpin Partisipatif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk memberikan
konsultasi kepada bawahan, mengakomodasi berbagai masukan, serta
melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan.
 Pemimpin Prestatif, yaitu pemimpin yang memiliki visi perubahan dan standar
yang tinggi akan produktifitas, memberikan dorongan kepada bawahan untuk
berprestasi, dan memotivasi kemampuan bawahandalam melakukan berbagai
pekerjaan.
Pada praktiknya, keempat tipe perilaku pemimpin ini bersifat situasional pula. Bagi
orang orang baru, barangkali pendekatan direktif lebih akan lebih sesuai untuk digunakan
karena orang orang tersebut belum mengenal organisasi, rekan kerja, serta lingkungan
pekerjaannya.

Dalam hal faktor situasi, dua hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemimpin dalam
menggunakan gaya kepemimpinannya yaitu:

1. Faktor Personal dari para pekerja, pemimpin perlu memperhatikan latar


belakang, karakteristik, serta kemampuan dari setiap individu yang dihadapinya.
2. Faktor Lingkungan, ruang lingkup situasinya adalah segala sesuatu yang berada
diluar kontrol individu, termasuk struktur pekerjaan. Sekiranya struktur pekerjaan
cukup baik, dimana deskripsi jabatan misalnya jelas, jadwal pengerjaannya pun
jelas, serta target pencapaiannya pun jelas, maka kepemimpinan directif tidak
begitu diperlukan.

Tugas Seorang Pemimpin


Manajer sebagai pemimpin mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), fungsi
pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi
pengendalian (controlling).

Selain menjalankan fungsi dan tugas PODC (planning, organizing, directing,


controlling) seorang manajer sebagai pemimpin juga berperan untuk:

(a) Visionary: melihat kearah yang lebih luas dan menterjemahkannya ke


oran lain,
(b) Convener: membawa organisasi dan orang yang berbeda untuk
bersama-sama memecahkan permasalahan,
(c) Team eader: membentuk dan memadu tim mencapai tujuan atau hasil
yang diinginkan,
(d) Manager: memperoleh dan mengalokasikan sumber daya dengan t
anggungjawab penuh, dan mengatur sumber daya yang ada di
organisasi,
(e) Innovator: menemukan terobosan atau jalan baru terhadap hal yang
tidak diduga, dan
(f) Mentor: membantu perkembangan kepemimpinan baru.
Dalam melaksanakan fungsi dan peranan tersebut seorang manajer seringkali
mengalami kendala. Penyebab utama timbulnya kendala tersebut yaitu:

(a) dukungan data dan informasi untuk pembuatan perencanaan dan


pengelolaan kurang memadai,
(b) fungsi pengarahan dan pengendalian sebagian besar
dilaksanakan secara konvensional
(c) dukungan teknologi informasi belum memadai.

Salah satu solusi untuk memecahkan kendala yang dihadapi tersebut maka
seorang manajer dituntut untuk memahami konsep dan cara kerja e-leadership sekaligus
menerapkannya.

Konsep dan Penerapan cara Kerja e-leadership


1. Perencanaan

merupakan fungsi dan tugas pertama seorang manajer sebagai pemimpin.


Perencanaan merupakan suatu arah tindakan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Karena
itu, Edhy Sutana (2003: 43-44) mendefinisikan rencana sebagai penggabungan antara
tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk mencapai
tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian

merupakan salah tugas dan fungsi manajer sebagai seorang pemimpin. Kegiatan
ini memegang peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan dan tingkat prestasi kinerja yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.

3. Pengarahan dan Pendelegasian

Untuk dapat mencapai target prestasi kinerja yang sudah direncanakan dan
ditetapkan, seorang manajer sebagai pemimpin harus bisa memberikan pengarahan
dan melakukan pendelegasian kepada bawahannya dengan baik.

Dengan menerapkan konsep dan cara kerja e-leadership, maka seorang manajer
dapat memberikan pengarahan dan pendelegasian tugas kepada bawahan dengan
menggunakan berbagai media teknologi informasi misalnya e-mail, yahoo messenger dan
software lainnya yang sudah banyak dikeluarkan oleh berbagai vendor dan beredar di
pasaran. Dengan demikian, penerapan konsep dan prinsip kerja e-leadership
memungkinkan seorang manajer dapat melakukan dan melaksanakan fungsi pengarahan
dan pendelegasian dengan lebih efektif, efisien, dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

4. Pengendalian

merupakan kegiatan yang memungkinkan kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai


dengan perencanaan (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya. Masing-masing
manajer sebagai organisatoris memerlukan pengendalian untuk menilai prestasi yang
dihasilkan.
Melalui pengendalian seorang manajer sebagai pemimpin dapat menggambarkan
suatu perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. Konsep dan
cara kerja e-leadership dapat diterapkan dalam kegiatan pengendalian dengan cara
membangun sistem informasi yang dapat menyusun suatu laporan pengendalian yaitu
laporan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan lampau yang telah dikerjakan dan tingkat kinerja
yang telah dicapai.

Kualifikasi Seorang Pemimpin


Seseorang yang memiliki posisi manajer, seperti telah dideskripsikam padan bagian
terdahulu, tidak selalu sekaligus menjadi pemimpin. Kualitas harus dimiliki oleh manajer
dalam setiap sistem seringkali berbeda dengan sistem lain. Oleh karena itu, sangat sulit
untuk menetapkan kualifikasi seorang pemimpin yang berlaku dalam segala zaman dan
keadaan.

Chester I. Barnard (1968) berpendapat bahwa kepemimpinan memiliki dua aspek,


yaitu;

 Kelebihan individual teknik kepemimpinan. Seorang yang memiliki kondisi fisik


yang baik, memiliki kemampuan yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki
persepsi yang tepat, memiliki pengetahuan yang luas, memiliki ingatan yang
baik, serta imajinasi yang menyakinkan akan mampu memimpin bawahan
 Keunggulan pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesadaran, dan
keberhasilan.

Berbeda dengan Barnard, Hersey dan Blanchard (1980:9-10) mengklasifikasikan


keahlian yang diperlukan bagi seorang manajer menjadi 3 tingkat berikut ini:

 Mengerti Perilaku Masa Lampau (Understanding Past Behavior) yang utama


manajer harus mengerti mengapa orang berperilaku sebagaimana yang mereka
lakukan. Perilaku orang dapat dipahami, sebaiknya dengan cara memahami
perilaku orang pada masa lampau.
 Memprediksi Perilaku Masa Depan (Predicting Future Behavior) pada dasarnya
memahami perilaku masa lampau tidak lah cukup. Mungkin yang lebih penting
adalah mampu memprediksi apakah yang mereka lakukan sekarang, besok, dan
seterusnya pada kondisi dilingkungan yang dinamis.
 Pengarahan, Perubahan, dan Pengendalian Perilaku (Directing, Changing, and
Controlling Behavior) selain dua yang diatas, manajer dituntut untuk mampu
mengembangkan keterampilan, pengarahan, perubahan, dan pengendalian
perilaku. Yang paling utama adalah manajer harus menerima peran sebagai
pemimpin yang menerima tanggung jawab untuk memengaruhi perilaku para
bawahan.

REFERENSI
Anjani Widyastuti, Kepemimpinan Pendidikan (file:///C:/Users/User/Downloads/referensi
%20jurnal%20manajemen/jurnal%201.pdf )

Henderi 1 Maimunah 2 Euis Siti Nur Aisyah 3, E - LEADERSHIP : KONSEP DAN


PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
(file:///C:/Users/User/Downloads/referensi%20jurnal%20manajemen/jurnal%202.pdf )

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 4, No. 1 (2015) P F Lano
(file:///C:/Users/User/Downloads/referensi%20jurnal%20manajemen/jurnal%203.pdf )

Afiful Ikhwan, Sistem Kepemimpinan Islami: Instrumen Inti Pengambil Keputusan pada
Lembaga Pendidikan Islam
(file:///C:/Users/User/Downloads/referensi%20jurnal%20manajemen/jurnal%204.pdf )

Erni Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar manajemen Edisi Pertama, penerbit
kencana

Dr. H.B. Siswanto, M,Si. Pengantar manajemen, penerbit bumi aksara

Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai