Anda di halaman 1dari 2

Tindakan Moral

Menurut Bandura perilaku manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh tahapan perkembangan,
ciri bawaan, atau tipe orang tertentu, seperti yang dijelaskan dalam teori-teori seperti teori
Piaget, Kohlberg, dan Allport. Sebaliknya, Bandura berpendapat bahwa perilaku manusia
lebih dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara individu dan lingkungannya.

Pertama, Bandura menolak teori tahapan karena percaya bahwa perilaku manusia tidak dapat
diprediksi secara linear berdasarkan usia atau tahapan perkembangan saja. Ini berarti bahwa
kemampuan intelektual atau moral seseorang tidak hanya ditentukan oleh pendewasaan atau
tahapan perkembangan tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang secara kronologis dewasa
belum tentu memiliki tingkat moral yang lebih tinggi dari seseorang yang secara kronologis
lebih muda.

Kedua, Bandura menolak teori bawaan karena percaya bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh lingkungan serta interpretasi individu atas lingkungan itu. Ini berarti bahwa orang tidak
selalu bertindak secara konsisten karena mereka adalah "tipe" tertentu atau memiliki ciri
bawaan tertentu. Sebagai contoh, seorang yang secara umum dikenal sebagai "orang baik"
tidak selalu bertindak secara konsisten baik dalam semua situasi, karena perilakunya juga
dipengaruhi oleh konteks dan interpretasinya atas situasi tersebut.

Proses Kognitif Yang Salah

Bandura mengatakan bahwa cara pikiran kita memproses informasi memengaruhi bagaimana
kita berperilaku. Ini seperti kita bisa membayangkan diri kita dalam berbagai situasi
emosional hanya dengan menggunakan pikiran kita. Misalnya, kita bisa merasa jemu, marah,
tenang, atau terangsang secara seksual hanya dengan memikirkannya.

Ada beberapa cara di mana proses kognitif yang salah bisa memengaruhi perilaku kita.
Pertama, anak-anak mungkin mengembangkan keyakinan yang salah karena mereka menilai
segala sesuatu berdasarkan pada apa yang mereka percayai. Misalnya, mereka mungkin
berpikir bahwa wadah yang lebih tinggi berarti bisa memuat lebih banyak air daripada yang
lebih lebar, karena bagi mereka "lebih tinggi" berarti "lebih besar". Ini bisa terjadi karena
mereka belum memahami prinsip konservasi seperti yang dijelaskan oleh Piaget.

Kedua, kesalahan dalam berpikir juga bisa terjadi ketika kita tidak memiliki cukup informasi
yang benar. Misalnya, jika kita belajar banyak dari apa yang kita lihat di televisi, kita
mungkin memiliki pemahaman yang salah tentang dunia karena televisi sering menampilkan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kehidupan nyata. Bandura menyebutkan bahwa pandangan
yang salah ini terkadang bisa menghasilkan perilaku kriminal, seperti anak-anak meniru
tindakan kekerasan setelah melihatnya di televisi.

Ketiga, kesalahan dalam berpikir juga bisa muncul ketika kita salah memproses informasi.
Misalnya, jika seseorang percaya bahwa semua petani kurang cerdas, mereka mungkin
menyimpulkan bahwa setiap petani kurang cerdas. Ini adalah kesalahan deduksi karena
premisnya sudah salah. Bahkan jika kita memiliki informasi yang benar, kita masih bisa
membuat kesalahan deduksi.Jadi intinya , proses kognitif yang salah bisa memengaruhi
perilaku kita dalam berbagai cara, mulai dari kesalahan dalam menilai situasi hingga
keyakinan yang salah tentang diri kita sendiri atau dunia sekitar kita.
Teori Kognitif Sosial

Teori Bandura tentang kognisi sosial mengatakan bahwa manusia bukan hanya bereaksi
terhadap lingkungan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk merencanakan dan
mempengaruhi masa depan mereka sendiri. Bandura memperkenalkan konsep "agen
manusia", yang artinya kita bukan hanya diatur oleh lingkungan kita, tetapi juga bertindak
secara sadar untuk mencapai tujuan dan aspirasi kita.

Ada empat ciri utama dari agen manusia menurut Bandura:

1. Intentionality (Niat): Ini berarti merencanakan tindakan kita untuk mencapai tujuan
tertentu. Misalnya, jika seseorang ingin belajar piano, mereka akan membuat rencana
untuk berlatih dan mengikuti kursus.
2. Forethought (Pemikiran ke Depan): Ini adalah kemampuan untuk memikirkan
konsekuensi dari tindakan kita. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi pemain golf
bisa membayangkan diri mereka bermain di turnamen atau mendapatkan teman baru
di kursus golf.
3. Self-reactiveness (Kereaktifan-diri): Ini menghubungkan pikiran kita dengan
tindakan kita. Kita cenderung melakukan hal-hal yang membuat kita bangga dan puas,
sambil menghindari hal-hal yang membuat kita kecewa.
4. Self-reflectiveness (Kereflektifan-diri): Ini adalah kemampuan untuk memikirkan
kembali rencana dan tindakan kita. Anggapan tentang kemampuan diri kita
memengaruhi pilihan dan intensitas tindakan kita. Misalnya, jika kita yakin kita bisa
sukses, kita akan lebih termotivasi untuk mencoba.

Anda mungkin juga menyukai