Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep Dasar ADDIE


ADDIE merupakan singkatan dari Analyze, Desain, Development,
Implement, dan Evaluate. ADDIE adalah paradigma pengembangan produk dan
bukan model semata. Konsep ADDIE diterapkan disini untuk lingkungan
pembelajaran yang disengaja. Penerapan ADDIE pada sistem
pembelajaran/pelayanan konseling memfasilitasi kompleksitas lingkungan belajar
yang disengaja dengan merespon berbagai hal situasi, interaksi dalam konteks, dan
interaksi antar konteks. Desain instruksional ADDIE, berpusat pada individu/klien
yang sedang mengalami fase pembelajaran, mempunyai fase langsung dan jangka
panjang, sistematis, dan menggunakan sistem pendekatan tentang pengetahuan dan
pembelajaran manusia. Desain instruksional yang efektif berfokus pada melakukan
tugas otentik, pengetahuan kompleks, dan masalah asli.
Kata kunci dari penelitian ADDIE yakni; analisis desain kembangkan
implementasi evaluasi desain instruksional ahli mata pelajaran/materi layanan
kesenjangan kinerja perbedaan kinerja. Konsep ADDIE diterapkan untuk
membangun pembelajaran/layanan konseling berbasis kinerja (pembuatan proyek
pembelajaran, misal pengembangan media, pengembangan bahan ajar,
pengembangan metode pembelajaran/layanan, pengembangan teknik konseling,
dll). Filosofi pendidikan penerapan ADDIE yakni, pembelajaran yang disengaja
(dikondisikan baik di dalam kelas/di luar kelas) harus berpusat pada siswa/konseli,
inovatif, autentik, dan inspiratif. Maka untuk itu, membangun produk/proyek
menggunakan proses ADDIE menjadi salah satu alat yang paling efektif sampai
saat ini. Karena ADDIE merupakan sebuah proses yang berfungsi sebagai kerangka
panduan untuk situasi yang kompleks, maka ADDIE cocok untuk mengembangkan
produk, pendidikan, dan sumber belajar lainnya (termasuk layanan konseling).

(Gambar Konsep ADDIE)

ADDIE digunakan dalam pendidikan lingkungan untuk memfasilitasi


konstruksi pengetahuan (pengembangan kognitif siswa/konseli) dan keterampilan
(bersifat pengembangan diri, belajar, karir, dan sosial) selama episode
pembelajaran/layanan konseling terbimbing (proses kegiatan pembelajaran/layanan
konseling, baik di sekolah/ di luar sekolah).
Makna dari pembelajaran terbimbing adalah pencarian berdasarkan
kesepakatan bersama antara siswa/konseli dan guru/konselor, karena pada
prinsipnya ADDIE merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan berfokus pada
pembinaan siswa/konseli untuk mengkonstruksi pengetahuan di suatu ruangan
pembelajaran/layanan konseling. Paradigma ADDIE dalam proses pembinaan
siswa/konseli berfokus kepada input, proses, output (IPO): a) fase input bereaksi
terhadap mengidentifikasi dalam konteks pembelajaran/layanan konseling dengan
menerima data, informasi, dan pengetahuan (merujuk kepada taksonomi bloom). b)
fase proses mencari cara untuk merangsang pemikiran kreatif dan inovatif serta
divergen dengan memanfaatkan prosedur, menafsirkan, menjelaskan,
mengkonfigurasi, dengan menggunakan berbagai pendekatan dalam proses
pembelajaran/layanan konseling (media/metode pembelajaran). c) fase output
menyampaikan hasil dan proses dengan secara eksplisit dengan cara menyajikan
ide-ide yang bisa diimplementasikan.

(Masukan gambar fase IPO)

Banyak teori yang berkontribusi terhadap desain pembelajaran/layanan


konseling yang bisa diterapkan dalam ADDIE, seperti teori komunikasi, teori yang
berkaitan dengan psikologi kognitif, teori pembelajaran sosial, dan teori
perkembangan manusia. Karena proses penggabungan berbagai teori belajar
mengajarkan yang sukses sehingga proses ADDIE menjadi saling bergantung,
sinergis, dinamis, sibernetik, sistematik, dan sistemik.
ADDIE bersifat sinergi karena menampilkan entitas nilai individual, sehingga
secara eksponensial meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan yang
diinginkan. ADDIE bersifat dinamis untuk merespon perubahan variable dalam
ruang pembelajaran/layanan konseling. ADDIE bersifat sibernetik karena mengatur,
memandu, mengotomatiskan, mereplikasi, dan mencegah kegagalan seluruh proses.
ADDIE bersifat sistematis karena menetapkan peraturan dan prosedur sehingga
membantu membentuk pendekatan yang bertanggung jawab dalam rancang
pengajaran. ADDIE bersifat sistematik karena seluruh proses merespon terhadap
stimulus, setidaknya mempunyai peluang untuk merespon terhadap stimulus
apapun. Hal ini dapat disimpulkan ADDIE merupakan proses validasi yang
memverifikasi seluru produk dan prosedurnya merupakan pengembang episode
pembelajaran/layanan konseling terbimbing.
Validasi adalah ciri utama ADDIE, dan menambah kridibilitas melalui
prosedur yang dianalisis, evaluative, dan filosofis. Paradigma pembelajaran/layanan
konseling yang valid harus mencerminkan kenyataan (realita) yang diharapkan
dapat dilakukan oleh siswa/konseli, dengan demikian tujuan pembelajaran/layanan
konseling memerlukan strategi untuk menjaga tingkat kesesuaian yang tinggi antara
ruang belajar dan tempat dimana tugas sebenarnya dilakukan. Proses pembelajaran
yang valid mempertimbangkan perasaan emosional dan naluriah siswa/konseli
(kebutuhan peserta didik/konseli), maka untuk itu filosofis dari setiap proses desain
pembelajaran yang valid memotivasi semua peserta untuk terlibat dalam proses
pembelajaran/layanan konseling berdasarkan nilai otentik, akal sehat, serta
mempertimbangkan perasaan emosional yang mendalam.
Prof. Emiritus Mike Molenda berpendapat bahwa ADDIE bukanlah model
yang spesifik dan terelaborasi sepenuhnya melainkan sebuah istilah umum yang
mengacu pada sebuah sekumpulan model yang memiliki struktur dasar yang sama.
Lebih lanjut, Prof. Molenda menegaskan ADDIE merupakan penggambaran
pendekatan sistematis terhadap pengembangan pembelajaran/layanan konseling
khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ketika pelajaran luring
menjadi E-Learning sebagai pembelajaran jarak jauh melalui internet yang popular
diseluruh dunia.
B. Ruang Belajar
Konsep yang disebut ruang belajar pada ADDIE merujuk pada pembelajaran
intentional learning (formal) dan tentational learning (informal). Dengan
bertujuan menunjukkan perlunya sistem yang memfasilitasi konpleksitas terkait
dengan pembelajaran.
a) Intentional Learning terdiri dari delapan kompleks entitas yakni :
perkembangan fisik, emosional, social, mental manusia, kecerdasan,
motivasi, norma budaya, kreatifitas, dan status ekonomi, bermuara akhir
pada perilaku. Intentional Learning dicirikan oleh beberapa partisipasi
yang kompleks (proses pembelajaran/ layanan) yaitu : pembelajaran,
konten, media, guru, teman sebaya, dan konteks. Semuanya berinteraksi
dalam periode waktu tertentu bergerak menuju tujuan Bersama (tujuan
Pendidikan). Maka dari itu, Intentional Learning sebagai motivasi untuk
merancang pengajaran. Dengan demikian pemahaman yang jelas terhadap
kompleksitas pembelajaran terbimbing layak untuk mendapatkan
perhatian.

MASUKIN GAMBAR PROSES INTENTIONAL LEARNING

Intentional Learning lebih memilih strategi yang berorientasi pada tujuan dari
pada strategi yang berorientasi isidental. Karena sifat pembelajaran intentional
learning adalah bertujuan untuk mendorong pengaturan diri peserta didik dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan reflektif.
Intentational learning adalah tempat entitas Pendidikan dan perilaku non
linear hidup berdampingan. Entitas Pendidikan memiliki makna……. (menurut
ahli). Entitas Pendidikan terdiri dari : Teman sebaya, fungsi guru, media, waktu,
konteks.
1) Teman sebaya yaitu entitas yang kompleks yang berdasarkan atas usia,
status, atau kemampuan yang sama.
2) Media sebagai saluran komunikasi yang hadir dalam bebagai bentuk.
3) Guru atau pengajar mengemban peran pengambilan Keputusan eksekutif,
seperti mengidentifikasi tujuan dan harapan yang sesuai, menganalisis
kebutuhan pembelajaran, mengatur informasi isi, memilih media, memilih
metode pembelajaran, dan melakukan penilaian serta evaluasi terhadap
proses pembelajaran.
4) Waktu entitas yang kompleks karena ada dimana- mana dan dapat diukur
dengan menetapkan kenaikan dan interval yang berbeda namun tidak
dikontrol.
5) Konteks mengacu kepada kondisi secara langsung dan tidak langsung
yang mempengaruhi situasi, lingkungan, dan komunitas. Kondisi
kontekstual dibentuk oleh lingkungan fisik, politik, ekonomi, budaya, dan
ekologi manusia.
b) Tentational Learning, dihasilkan dalam kejadian alam sehari-hari
melalui proses percakapan, observasi, dan ransangan apapun dalam suatu
konteks. Tentational learning menumbuhkan informasi langsung
pengalaman otentik dan rasa kebersamaan.Berikut perbedaan utama
antara pembelajaran intensional learning dan tentational learning

Tentational Intentional
1. Tidak terencana 1. Direncanakan
2. Eksistensial 2. Diarahkan
3. Isidental 3. Dibimbing
4. Eksidental 4. Bertujuan
5. Oportunistik 5. Penetapan peran
6. Informal( diluar guru dan siswa
sekolah) 6. Formal

C. Prinsip Desain Instruktional


Desain instruktional merupakan proses sistematik yang digunakan untuk
menggembangkan program Pendidikan dan pelatihan secara konsisten.
ADDIE mengilustrasikan konsep desain instruktional sebagai model
mempraktikan,memvisualisasikan keseluruhan proses desain
pembelajaran. Desain instruktional menyediakan sarana untuk
berkomunikasi antara anggota tim,klien,dan pemangku kepentingan.
Desain Instuktional Pendidikan dicirikan sebagai berpusat pada peserta
didik,berorientasi pada tujuan,berfokus pada kinerja yang
bermakna,dengan hasil yang dapat diukur,dibuktikan dengan prosedur
empiris,interaktif,mengoreksi diri. Maka untuk itu peserta didik dan
kinerja nya merupakan point utama titik focus dari prinsip prinsip desain
instructional. Sedangkan mengajar sebagai sarana untuk mencapainya
serta mempasilitasi kinerja siswa.

D. Konsep Sistem
Konsep sistem secara umum dicirikan sebagai systematic,mengikuti
aturan dan prosedur,systemic,responsive,saling
bergantung,redudan( berulang),dinamis,saibernetic,sinergi,dan kreatif.
Berikut ilustrasi contoh model penerapan pendekatan sistem.
E. ADDIE: Suatu tinjauan
Bagian ini menyajikan bagian umum tentang tujuan, prosedur, dan hasil
yang umumnya dikaitkan dengan masing-masing dari lima fase ADDIE.
1) Tujuan dari fase analisis yaitu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab kesenjangan kinerja. Prosedur utama yang sering dikaitkan
dengan fase analisis adalah memvalidasi kesenjangan kinerja,
mennetukan tujuan pengajaran, mengonfirmasi audiensi yang dituju ,
megidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh proses ADDIE, menentukan sistem penyampaian potensial
( termasuk perkiraan biaya dan Menyusun rencana manajemen
proyek).
2) Tujuan dari fase desain adalah untuk memverifikasi kinerja yang
diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Prosedur utamanya
yaitu melakukan inventaris tugas, Menyusun kinerja tujuan,
menghasilkan strategi pengujian, dan menghitung laba dan investasi.
3) Tujuan dari fase pengembangan adalah menghasilkan dan
memvalidasi sumber belajar yang akan diperlukan selama masa
proses pembelajaran. Prosedur utamanya yaitu, menghasilkan konten,
memilih media pendukung, mengembangakan media pendukung,
bertujuan sebagai pengembangan proyek seperti pengembangan
panduan untuk guru, pengembangan panduan untuk siswa, serta
melakukan revisi formatif, dan melakukan uji coba.
4) Tujuan dari fase implementasi adalah untuk mempersiapkan
lingkungan belajar dan melibatkan siswa. Prosedur utama yang
sering dikaitkan dengan fase implementasi adalah mempersiapkan
guru dan mempersiapkan siswa.
5) Tujuan dari fase evaluasi adalah untuk menilai kualitas produk dan
proses pembelajaran, baik sebelum dan sesudah implementasi.
Prosedur utama yang sering dikaitkan dengan fase evaluasi yakni :
Menentukan kriteria evaluasi untuk seluruh aspek proses ADDIE,
memilih atau membuat semua alat evaluasi yang akan diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh proses ADDIE, dan melakukan
evaluasi.
FASE 1 : ANALYZE (analisis)
1. Pengantar fase analisis
2. Validasi kesenjangan kinerja
3 langkah utama untuk melakukan upaya penilaian kinerja, yakni:
a) Ukur kinerja aktual : langkahnya yaitu amati, tes, wawancara,
dan mengumpulkan data. b) konfirmasikan performa yang
diinginkan : langkahnya yaitu amati, tes dan wawancara dan
mengumpulkan data. c) identifikasi penyebab kesenjangan
kinerja secara praktis, semua penyebab perbedaan kinerja dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Kurangnya sumber daya, kurangnya sumber daya tidak
diperbolehkan. Kesenjangan kinerja yang disebabkan oleh
kurangnya sumber daya menunjukkan bahwa seseorang
termotivasi melakukan tugas yang diinginkan namun sumber
daya tidak tersedia untuk melakukan tugas yang diinginkan.
Kurangnya sumber daya umumnya dikaitkan dengan : 1)
terbatasnya kapasitas teknologi dalam hal ini dukungan yang
tidak memadai contohnya ketersediian media internet,
komputer, yang merujuk kepada fasilitas sarana dan
prasarana. 2) kapasitas kognitif terbatas dimaknai sebagai
orang tersebut tidak mampu melakukan pekerjaan dan tidak
peduli dengan proses pembelajaran contoh kegagalan peserta
didik dalam pengembangan diri dalam proses pembelajaran.
3) kapasitas proses terbatas memiliki makna proses yang
diikuti oleh orang tersebut untuk menyelesaikan tugasnya
memiliki kelemahan, seperti mengharuskan seseorang
mengikuti serangkaian prosedur yang menghilangkan
komponen-komponen penting dari proses pembelajaran
sebagai contoh tidak maksimal dalam ketidakprofesionalan
guru dalam mengajar.
2. Kurangnya motivasi
3. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
Contoh penilaian kinerja
Berikut adalah template ringkasan penilaian kinerja.
Actual Desirate performance Prima cause Percent of
performan (indicator yang akan (Permasalah the
ce diteliti) an variable performan
(variable penelitian) ce gap
yang akan (persentas
diteliti) i hasil)

Self aspek fisik : Dapat dari Gunakan


image 1. Penerimaan instrument rumus f/n
tubuh yang x100
2. Kesehatan disebarkan
fisik
3. Interaksi fisik
Aspek social :
1. Perbandingan
social
2. Penilaian
yang
tercermin

Aspek psikologis :
1. Intropeksi
2. Proses
mempersepsi
diri
3. Atribut
kausal
Total
Tujuan Kaitkan dengan tujuan penelitian
penelitian

3. Tentukan tujuan instructional


4. Konfirmasikan audience yang dituju
Gambaran self image siswa SMK PKP 1 JIS
1. Analisis pelajar : Disini dijelaskan
tentang self image
siswa smk pkp 1 JIS
2. Kelompok siswa : Responden penelitian
3. Karakteristik : 1. Umur
umum 2. Karakteristik
anak smk
3. Berapa jumlah
laki-laki dan
perempuannya
4. Lokasi penelitian : Sesuai dengan
tempat
penelitian
5. Tingkat : Prestasi yang
pengalaman didapatkan oleh
tempat
penelitian
(prestasi
respondennya)
6. Sikap siswa : Sesuaikan
dengan masalah
yang
dihadapi/yang
akan diteliti
7. Keterampilan : Lebih kepada
yang layanan
mempengaruhi konseling yang
potensi sukses di pernah
lingkungan dilakukan oleh
belajar guru sesuai
dengan persepsi
siswa

5. Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan


Konten Teknologi Fasilitas Human (ahli)
Sesuaikan Media yang Buku validitas isi
dengan akan panduan, alat (Uji
penelitian, dikembangkan permainan, validitas) ,
contoh self aplikasi ahli media,
image software validitas
(sesuaikan konstrak
dengan (dosen dan
aspek) guru bk)

6. Tentukan system pengiriman potensial (anggaran untuk membuat


design)
7. Menyusun rencana manajemen proyek (timeline)
FASE 2: DESAIN
A. Konsep dasar desain
Tujuan dari tahap desain pada model ADDIE untuk memverifikasi kinerja yang
diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Dalam fase ini hal yang harus
dipersiapkan adalah serangkaian spesifikasi fungsional untuk menutupi
kesenjangan kinerja karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Teori yang
dipakai dalam desain ADDIE yakni line of sight yaitu melihat suatu objek dengan
cara mengacu pada garis imajiner dari mata ke objek yang dirasakan yang memiliki
arti pendekatan praktis untuk menjaga keselarasan kebutuhan, tujuan, sasaran,
sasaran, strategi, dan penilaian diseluruh proses ADDIE. Dalam proses penelitian
Pendidikan makna dari memverifikasi kinerja terhadap kesenjangan kinerja disebut
dengan mencari pokok persoalan kesenjangan antara teori dengan lapangan.
Tujuan dari tahapan desain adalah menverifikasi kinerja yang diinginkan dan
metode pengujian yang sesuai.
B. Melakukan inventarisasi tugas
Adapun tujuan tugas-tugas penting yang perlu dicapai tujuan instraksional adalah:
1) Tujuan pengajaran/layanan konseling. 2) karakterisktik umum kelompok siswa
3) sumber daya yang diperlukan. 4) sistem pengiriman yang mungkin 5) Anggaran
umum. 6) anggota tim dan tugas utamanya.
Melakukan inventaris tugas adalah prosedur utama dalam fase desain proses
ADDIE. Inventaris tugas itu penting karena : a) menentukan performa yang
diinginkan b) mengidentifikasi tugas-tugas pembelajaran utama yang perlu dicapai.
c) menginventarisasi Langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan tugas-
tugas yang kompleks. d) memudahkan cara mengetahui kesiapan peserta didik.
Secara harfiahnya, memaknai inventaris tugas dalam penelitian Pendidikan adalah
mengatur konten (materi pembelajaran atau materi layanan) yang dapat
membangun pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk mencapai tujuan instructional. Berikut ini adalah contoh peta gambar hasil
inventaris tugas dalam penelitian pendidikan, sebagai contoh adalah Self Image.
Self Image (Ketercapaian konten dilihat dari:
Jenis, Aspek, Ciri-Ciri, Karakteristik, Bentuk,
Macam-Macam, dan Dimensi.

Fisik Sosial Psikologis

Penilaian Proses
Penerimaan Kesehatan Interaksi Perbandingan Introspeksi Atribut
yang Mempersepsi
Fisik Fisik Fisik Sosial Kausal
Tercermin Diri

No. Item No. Item


No. Item No. Item No. Item No. Item No. Item No. Item

Ket Bagan :

1. Self Image sebagai konten yang akan diteliti.

2. Fisik, Sosial, dan Psikologis diambil dari aspek-aspek sel image (peneliti lain boleh mengambil
selain dari aspek, misalnya: ciri-ciri self image).

3. Penerimaan tubuh, ….. s.d atribut kausal merupakan bagian dari sub indicator fisik, social, dan
psikologis.

4. Butir-butir pernyataan atau pertanyaan instrument peneliti.

Konsep inventaris tugas dalam desain instruksional adalah cara untuk


mengidentifikasi penting yang perlu dipelajari untuk mencapai tujuan tertentu.
Prosedur desain instruksional sering disebut analisis tugas yang di analisis menurut
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan prosedur untuk mencapai suatu tujuan
(tujuan penelitian). Dalam penelitian Pendidikan tujuan instruksional mengarah
kepada taksonomi bloom artinya adalah ketercapaian tujuan penelitian dilihat dari
aspek kognitif, afektif, motorik, dan procedural. Berikut contoh pencapaian tujuan
instruksional:
A. Goal/Tugas 1 FISIK
no Aspek Taksonomi Kerangka Kata Capaian/Bentuk Tugas (Turunan
Bloom Kerja Oprasional dari angket)
(KKO)
1 Afektif (A) (A2) Menyenangi, 1. Menyenangi Fisik
(A4) Membangun, 2. Membangun/menjaga
(A5) Mengubah Kesehatan
perilaku 3. Mengubah perilaku fisik
menjadi positif
2 Kognitif (C) (C1) Mengenali, 1. Mengenali Fisik
(C2) Menceritkan, 2. Menceritakan tentang
(C3) Menggali, fisik/diri yang positif
(C4) Mendeteksi, 3. Menggali tentang
(C5) kelebihan fisik
Mengevaluasi. 4. Mendeteksi kekurangan
fisik
5. Mengevaluasi
kekurangan fisik menjadi
lebih positif
3 Psikomotorik (P) (P1) Mengatur 1. Mengatur pola makan
(Meniru), (P2) agar fisik sehat
Manipulasi, (P3)
Menyempurnakan,
(P4)
Mengintegrasikan
4 Tugas Prosedural (Sesuaikan dengan Deskripsikan singkat Langkah-
judul penelitian) langkah permainan.
Adapun pedoman penyusunan inventaris tugas sebagai berikut:
1. Menyusun peta gambar secara umum inventaris tugas (peta penelitian
Pendidikan).
2. Membuat capaian tujuan instruksional dalam penelitian Pendidikan merujuk
kepada taksonomi bloom (afektif, kognitif, psikomotorik, dan tugas prosedural).
3. Tujuan instruksional dalam penelitian pendidikan dirancang berdasarkan atau
sesuai dengan indikator kisi-kisi instrument penelitian.
4. Setiap pernyataan tugas harus se spesifik mungkin.
5. Setiap pernyataan tugas harus dapat diukur dalam konteks penelitian
Pendidikan, keterukuran dilihat dari kata kerja operasional pada taksonomi
bloom (A, C, P).

C. Menyusun tujuan kinerja


Menyusun tujuan kinerja mencakup atas komponen kondisi komponen kinerja dan
komponen kriteria. Tujuan kinerja adalah tujuan untuk mencapai tujuan
instruksional yang dapat diartikan siswa dapat mencapai tujuan dari proses
pembelajaran intentional yakni capaian pada aspek afektif, kognitif, psikomotorik.
Kemudian kondisi dimana kinerja diukur. Standar kinerja siswa yang dapat
diterima, maka dari itu harus ada kesesuaian antara tujuan kinerja dan tujuan
pengajaran. Berikut langkah-langkah sasaran kinerja:
No Sasaran Kinerja Uraian kegiatan
1 Metode Pengujian yang Tepat Research and Development/experimen
2 Pemilihan konten Konten: self image
1. Fisik
2. Social
3. Psikologis
3 Pemilihan atau Media UTEK/flash card/modul
pengembangan media
4 Menentukan strategi  Layanan klasikal
pembelajaran yang tepat  Layanan kelompok
 Konseling individu
 Jenis layanan atau teknik konseling
(pilih salah satu)
5 Menilai kesiapan siswa Laiseg, laijapen, laijapan/ UCA/ BMBBB
6 Mengukur prestasi Panduan atau pedoman siswa yang akan
siswa/mengukur hasil digunakan (panduan permainan media)
penelitian
7 Mengidentifikasi pengetahuan Panduan atau pedoman media yang akan
dan keterampilan yang digunakan oleh guru
dibutuhkan oleh guru
8 Sumber daya yang diperlukan 1. Ahli media
2. Ahli validasi konstrak
3. Ahli validasi konten (isi)
9 Prosedural pembuatan strategi 1. Media
pembelajaran 2. Teknik konseling
3. Metode pembelajaran
4. Teknologi pembelajaran (pilih salah
satu boleh)
Contoh: media pengembangan flash-card
self image

D. Hasil strategi pengujian


Bagian ini berisi instrument penelitian yang sudah disebarkan kepada
responden/sampel penelitian sesudah uji validitas instrument.
Self Image (Ketercapaian konten dilihat dari:
Jenis, Aspek, Ciri-Ciri, Karakteristik, Bentuk,
Macam-Macam, dan Dimensi.

Fisik Sosial Psikologis

Penilaian Proses
Penerimaan Kesehatan Interaksi Perbandingan Introspeksi Atribut
yang Mempersepsi
Fisik Fisik Fisik Sosial Kausal
Tercermin Diri

No. Item No. Item


No. Item No. Item No. Item No. Item No. Item No. Item

Hasil yang sudah di uji validitas di tempat penelitian

E. Hitung laba atas investasi


Estimasi biaya yang akan dikeluarkan.
FASE 3: DEVELOPMENT (MENGEMBANGKAN)
Tujuan dari fase pengembangan adalah untuk menghasilkan dan memvalidasi
yang dipilih sebagai sumber belajar (media, metode, tekhnik, dan lain-lain). Fase
pengembangan merupakan seperangkat sumber belajar yang komperhensif seperti
semua konten instruksional strategi, rencana pembelajar lainnya, media pendidikan,
modul pembelajaran, sebagai kegiatan mandiri untuk memfasilitasi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan siswa. Adapun prosedur umum yang terkait dengan
fase pengembangan adalah: (1). Menghasilkan Konten, (2). Memilih atau
Mengembangkan Media Pendukung, (3). Mengembangkan Pedoman bagi Siswa,
(4). Mengembangkan Pedoman bagi Guru, (5). Melakukan Revisi Formatif, dan
(6). Melakukan Uji Coba.
1. Menghasilkan Konten
Konten adalah titik focus melibatkan siswa selama proses dari konstruksi
pengetahuan. Konten yang dimaksud adalah meningkatkan strategi
pengajaran menjadi sarana terbuka yang dengannya pengetahuan dan
keterampilan (konten yang dimaksud disini adalah RPL/RPP yang
disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan). Untuk layanan
bimbingan dan konseling, RPL yang dibuat disesuaikan dengan layanan
konseling yang ada (format klasikal, kelompok, dan individu).
2. Memilih atau Mengembangkan Media Pendukung
a. Media sebagai Teori
Media hanyalah kendaraan yang menyampaikan pengajaran, namun
tidak mempengaruhi prestasi siswa. Ada sebagian setuju dan ada
sebagian yang tidak setuju dengan pernyataan diatas, pendapatnya disini
adalah bahwa media yang efektif memfasilitasi konstruksi dan retensi
pengetahuan dan keterampilan. Media pembelajaran yang dimaksud
adalah untuk memperkaya pengalaman belajar dengan menggunakan
berbagai benda nyata untuk mudah mencapai tujuan kinerja (tujuan
penelitian).
Media harus dipilih untuk mendukung suatu acara pembelajaran
maka untuk itu media harus memiliki: (1). Known to unknown, (2). Easy
to Difficult, (3). Simple to Complex, dan (4). Concerete to Abstract.
Media dianggap sebagai alat untuk memperluas kemampuan guru dan
mengembangkan kemampuan siswa.
Berikut beberapa alasan untuk karakteristik pemilihan media. Pilih
media untuk tujuan khusus meningkatkan kualitas pengajaran dan
meningkatkan pegetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini untuk media
yang digunakan bisa mengacu pada gaya belajar, yakni auditorial, visual,
dan kinestetik. Berikut penjelasan pemilihan media uang dikembangkan
dalam penelitian.
Gaya Belajar Media yang akan dipilih untuk
Mendukung Peserta Didik
1. Visual a. Whiteboard untuk
membuat daftar dan
storyboard.
b. Slide Power Point.
c. Bagan.
d. Video Profesional yang
menceritakan kisah-kisah
atau kasus nyata.
e. Skenario.
2. Pendengaran/Auditorial a. Alat Perekam.
b. Rekaman Audio/Musik.
c. Diskusi Sejawat.
3. Kinestetik a. Papan Cerita atau Alat
Gambar atau Alat Peraga.
b. Latihan Fisik/Senam/Ice
Breaking.
c. Kerjasama Tim.

b. Media sebagai Latihan


Menjelaskan media yang akan dibuat mulai dari desain pemilihan
gambar, pemilihan kata, pemilihan warna, cara bermain, sampai buku
panduan untuk guru dan siswa. Berikut contoh buku panduan untuk guru
dan siswa:
1. Daftar Isi
2. Halaman Judul
3. Hak Cipta (Opsional)
4. Ucapan Terima Kasih
5. Cara Menggunakan Panduan (untuk modul tidak perlu)
6. Simbol/Icon Legenda/Keterangan dari simbol-simbol tertentu. Ex.
KES, Gambar Laki-laki dan Perempuan, dll.
7. Revisi dan pembaharuan (Opsional)
8. Latar Belakang Penelitian
9. Masuk materi pertama sesuai kisi-kisi instrument (ex. berdasarkan
aspek). Jelasin warna sesuai aspeknya.
Untuk Modul: Materi (ex. (1). jelaskan apa itu LoC, dll. (2). Tanya
jawab/soal Latihan disetiap BAB, ex. 10 pilihan ganda, 5 esay. (3).
Kunci Jawaban. (4). Evaluasi)
10. Glosarium
11. Daftar Pustaka.
Fase 4: Implementation
Prosedur umum ini terkait dengan mempersiapkan guru dan
mempersiapkan siswa. Tujuan dari fase ini adalah mempersiapkan
lingkungan belajar dan melibatkan siswa. Adapun prosedur untuk fase
implementasi yakni:
a. Mempersiapkan guru
Peran guru adalah sebagai fasilitator dalam lingkungan belajar
yang disengaja, guru bertanggungjawab untuk memfasilitasi
pengajaran. Guru sudah harus memiliki keterampilan fasilitas
dasar untuk bidang konten, serta guru bertanggungjawab untuk
memfasilitasi, membimbing, bantuan, melengkapi keahlian
materi pelajaran, dan membantu dalam penilaian dan evaluasi.
Adapun tiga langkah utama mempersiapkan guru sebagai
fasilitator dalam penelitian ADDIE
Peneliti bekerja sama dengan
Guru (Fasilitator) mengarahkan
Pra Kerja (Pra Penelitian) apa seharusnya konten yang
akan diberikan kepada
responden penelitian
Sesuaikan dengan aspek
Membuat tujuan sasaran
penelitian (kisi-kisi angket)
Melatih guru untuk melakukan
Pra Latihan
media
Sesuaikan dengan prosedural
Uji coba ke siswa
penelitian
Diskusi antara peneliti dengan
Evaluasi
guru (fasilitator)

Yang dievaluasi pada saat melakukan penelitian (uji coba):


1. Evaluasi konten (RPL)
2. Evaluasi cara bermain (media latihan)
3. Evaluasi buku panduan

Fase 5: Evaluasi
1. Tentukan kriteria evaluasi
Cari buku Kirk Patrick 1998 “evaluasi tranning” atau buku evaluasi yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai