Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI DALAM KONTEKS PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pengampuh: HASLINA., S. Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. AIN SALIASTI (4201023003)

2. ANADYA (4201023014)

3. ARI SARTINA (4201023021)

4. DESTY SALFANALIZAR (4201023004)

5. MAHARANI SABRIANTI M (4201023013)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”
KONSEP KOMUNIKASI DALAM KONTEKS PELAYANAN
KESEHATAN” ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian
dalam memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada
junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya
serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga
penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang
telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi penulis
sendiri.

Baubau, Maret 2024

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Komunikasi Kesehatan..............................................................................4
2.2 Komunikasi Kesehatan pada Pasien..........................................................5
2.3 Komunikasi Kesehatan pada Masyarakat..................................................6
2.4 Komunikasi Kesehatan di Bidang Pelayanan Kesehatan..........................7
2.5 Konsep dan Contoh Komunikasi Multidisiplin dalam Pelayanan
Kesehatan.............................................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dalam bidang ilmu komunikasi telah menjadi elemen kunci
dalam upaya promosi kesehatan. Dalam konteks komunikasi kesehatan di layanan
kesehatan dasar, penting untuk memulai dengan dialog atau diskusi antara
berbagai pihak, termasuk petugas kesehatan dan masyarakat lokal. Tantangan
utama yang dihadapi dalam komunikasi kesehatan, khususnya dalam promosi
kesehatan, adalah bagaimana memperkuat peran layanan kesehatan dasar dalam
mendukung keberhasilan promosi kesehatan, (Liansyah dan Kurniawan, 2015).
Kesehatan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas hidup
seseorang, baik dari segi spiritual maupun fisik. Konsep kesehatan ini mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga tidak hanya menjadi domain ilmu
kesehatan, tetapi juga melibatkan disiplin ilmu lainnya, termasuk ilmu
komunikasi. Komunikasi kesehatan melibatkan penggunaan berbagai bentuk
komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang kesehatan kepada
masyarakat, termasuk informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan
mengadopsi pola hidup yang bersih dan sehat, (Hindayani, dkk, 2022).
Masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu,
keluarga, atau komunitas, tetapi juga oleh ketidaktahuan dan kesalahpahaman
terhadap informasi kesehatan. Komunikasi kesehatan menggunakan berbagai
bentuk komunikasi untuk memengaruhi keputusan terkait peningkatan kesehatan
individu dan masyarakat. Ini melibatkan penyebaran informasi kesehatan untuk
mendorong perilaku hidup sehat, meningkatkan kesadaran, mengubah sikap, dan
memberikan motivasi agar orang mengadopsi perilaku sehat, (Rahmadiana, 2012).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit seharusnya berjalan lancar dan tanpa
kendala. Walaupun rumah sakit memiliki sumber daya manusia, pengetahuan,
teknologi, dan peraturan yang lengkap, terkadang masih mungkin muncul masalah
di lingkungan tersebut. Namun, dengan meningkatkan kualitas pelayanan melalui
komunikasi kesehatan yang efektif, rumah sakit dapat memberikan rasa nyaman

1
kepada pasien dan masyarakat yang membutuhkan perawatan medis. Hal ini
memiliki dampak besar dalam membangun reputasi positif bagi rumah sakit,
karena reputasi yang baik dapat menarik lebih banyak pasien dan mendukung
keberhasilan institusi kesehatan dalam memberikan layanan yang terbaik.
Komunikasi kesehatan menjadi kunci penting dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit. Dengan menggunakan berbagai strategi
komunikasi yang tepat, seperti menyampaikan informasi dengan jelas dan tepat
waktu kepada pasien, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
pentingnya kesehatan, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik
dan mendukung proses penyembuhan pasien. Dengan demikian, upaya untuk
meningkatkan komunikasi kesehatan di rumah sakit tidak hanya berdampak pada
pengalaman pasien secara individual, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan
reputasi rumah sakit secara keseluruhan dalam komunitasnya. (Paramita, dkk,
2019).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari simpulan latar belakang di
atas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian komunikasi kesehatan?
2. Apa saja komunikasi kesehatan pada pasien?
3. Apa saja komunikasi kesehatan pada masyarakat?
4. Bagaimana bentuk komunikasi kesehatan di bidang pelayanan kesehatan?
5. Apa saja konsep dan contoh komunikasi multidisiplin dalam pelayanan
kesehatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat ditarik dari simpulan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi kesehatan.
2. Untuk mengetahui komunikasi kesehatan pada pasien.

2
3. Untuk mengetahui komunikasi kesehatan pada masyarakat.
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi kesehatan di bidang
pelayanan kesehatan.
5. Untuk mengetahui konsep dan contoh komunikasi multidisiplin dalam
pelayanan kesehatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Kesehatan


Masalah kesehatan dan penyakit tidak hanya berasal dari kelalaian individu,
keluarga, atau kelompok tertentu. Sebagian besar penyakit yang dialami individu
atau masyarakat pada umumnya timbul karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman mengenai informasi kesehatan yang diterima. Komunikasi kesehatan
memiliki peran penting dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan mencakup rangkaian tindakan yang melibatkan organisasi,
pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mencapai
pemahaman yang sama antara pihak yang terlibat. Ini melibatkan penyampaian
pesan baik secara lisan maupun melalui media, dengan tujuan mempengaruhi
sikap, pendapat, atau perilaku. Komunikasi yang efektif memastikan pemahaman
yang saling berjalan antara pengirim dan penerima pesan, sehingga pesan dapat
dipahami dan diimplementasikan dengan baik. Secara khusus, komunikasi
kesehatan mencakup segala bentuk komunikasi antara manusia yang berkaitan
dengan kesehatan, termasuk dalam konteks pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan, (Hindayani, dkk, 2022).
Menurut Notoadmojo dalam Rahmadiana (2012) komunikasi kesehatan
adalah bagian dari interaksi manusia yang difokuskan pada bagaimana individu di
dalam suatu kelompok atau masyarakat menghadapi masalah-masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dan berupaya untuk memelihara kesehatannya. Pusat
perhatian utama dalam komunikasi kesehatan adalah transaksi yang secara khusus
berkaitan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya,
termasuk transaksi antara ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dan pasien, serta
antara pasien dengan keluarganya, (Rahmadiana, 2012).
Menurut Liliweri dalam Rahmadiana (2012) komunikasi kesehatan
merupakan upaya sistematis untuk memengaruhi perilaku kesehatan individu dan

4
masyarakat dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode komunikasi baik
secara interpersonal maupun massa, serta sebagai studi yang mengeksplorasi cara-
cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarkan informasi kesehatan
yang dapat memengaruhi individu dan masyarakat dalam membuat keputusan
yang tepat tentang manajemen kesehatan, (Rahmadiana, 2012).
Menurut Rahmadiana (2012) komunikasi kesehatan mencakup informasi
tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan
kesehatan, dan regulasi bisnis di bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas individu dalam masyarakat dengan memperhitungkan
aspek ilmu pengetahuan dan etika, (Rahmadiana, 2012).
Dengan demikian, komunikasi kesehatan dapat dipahami sebagai penerapan
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi antara individu atau kelompok
terkait isu-isu kesehatan. Tujuan utama dari komunikasi kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku kesehatan dengan tujuan meningkatkan tingkat kesehatan.

2.2 Komunikasi Kesehatan pada Pasien


Komunikasi kesehatan dengan pasien atau penderita melibatkan
penyampaian informasi mengenai kondisi kesehatan individu, strategi perawatan
optimal, dan rencana terapi yang diberikan. Fokus utama dari komunikasi
kesehatan pada pasien atau penderita adalah untuk memfasilitasi proses
penyembuhan dan memperoleh hasil yang efektif, sesuai dengan tujuan
komunikasi kesehatan terapeutik yang dijelaskan oleh Purwanto dalam
Damaiyanti (2008). Komunikasi kesehatan terapeutik ini dapat dilakukan oleh
anggota keluarga, tenaga medis, dan individu-individu yang terlibat dalam
perawatan pasien, dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar seperti sikap
saling menerima, saling percaya, menghargai, serta kesadaran terhadap kebutuhan
pasien secara fisik dan psikologis.
Reaksi emosional yang mungkin muncul pada pasien, seperti penolakan,
kecemasan, dan depresi, menunjukkan pentingnya komunikasi terapeutik dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi yang efektif antara pasien dan praktisi medis
menjadi kunci dalam memahami tantangan yang dihadapi pasien serta persepsi

5
mereka terhadap situasi kesehatan. Penyampaian informasi mengenai efek jangka
panjang penyakit dan strategi pengelolaan penyakit saat ini juga memerlukan
komunikasi yang efektif. Kegagalan dalam menyampaikan informasi secara
efektif dapat mengakibatkan ketidakpahaman pasien terhadap hasil pemeriksaan
medis, ketidakpatuhan pada saran medis, dan peningkatan durasi masa rawat inap.
Permasalahan yang sering muncul dalam proses komunikasi antara pasien
dan ahli kesehatan melibatkan penggunaan bahasa yang terlalu teknis, kompleks,
dan istilah medis yang sulit dipahami oleh pasien. Oleh karena itu, penting bagi
kedua belah pihak untuk berbicara dengan bahasa yang sama, memiliki keyakinan
yang serupa, dan memahami konten pembicaraan dalam konsultasi, sehingga
tujuan akhir dari komunikasi kesehatan dapat tercapai, (Rahmadiana, 2012).

2.3 Komunikasi Kesehatan pada Masyarakat


Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih berorientasi pada promosi
kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan pengetahuan kesehatan saja, tetapi
juga bertujuan untuk merancang program-program kesehatan yang dapat
menghasilkan perubahan perilaku, baik di tingkat masyarakat maupun di
lingkungan organisasi. Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, diperlukan
strategi yang efektif. Strategi ini dianggap penting dalam mewujudkan promosi
kesehatan, seperti yang disarankan oleh Mubarak dan Chayatin (2008), yang
tercermin dalam tiga langkah utama:
1. Advokasi
Merupakan kegiatan untuk menyebarkan informasi kesehatan kepada
masyarakat melalui pihak-pihak pembuat keputusan dan penentu kebijakan
di bidang kesehatan.
2. Dukungan sosial
Kesuksesan promosi kesehatan akan lebih mudah dicapai jika
mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan
informal seperti tokoh agama dan adat, maupun dari kalangan formal seperti
petugas kesehatan dan pejabat pemerintah.

6
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat menjadi penting agar masyarakat
memiliki kemampuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya.
Upaya ini bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan.
Perkembangan dalam komunikasi isu-isu kesehatan di tengah masyarakat
mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan ini tercermin dari peningkatan
akses terhadap informasi kesehatan, meningkatnya minat masyarakat terhadap isu-
isu kesehatan, serta peningkatan tuntutan akan informasi kesehatan yang
berkualitas, (Rahmadiana, 2012).

2.4 Komunikasi Kesehatan di Bidang Pelayanan Kesehatan


Membangun hubungan interpersonal yang baik antara dokter dan pasien
adalah tujuan komunikasi yang sangat penting dalam konteks pelayanan
kesehatan. Rooter dan Hall menegaskan bahwa komunikasi adalah elemen kunci
dalam pelayanan kesehatan, karena merupakan fondasi utama di mana hubungan
dokter-pasien terbentuk dan di mana tujuan terapi dapat tercapai. Dalam
perspektif ini, sebuah hubungan interpersonal yang positif dianggap sebagai
prasyarat untuk perawatan medis yang optimal. Berbagai peneliti di bidang
komunikasi memiliki pandangan berbeda mengenai pentingnya membangun
hubungan interpersonal yang baik, dengan menekankan bahwa hubungan tersebut
terutama merupakan aspek sosial yang didasarkan pada 'sopan santun'.
Selain membangun hubungan interpersonal yang baik, tujuan utama lain
dari komunikasi medis adalah pertukaran informasi antara dokter dan pasien.
Pertukaran informasi ini merupakan sumber daya yang penting dalam interaksi
kedua belah pihak. Dari perspektif medis, dokter membutuhkan informasi untuk
menetapkan diagnosis yang tepat dan merencanakan pengobatan yang sesuai.
Sementara dari perspektif pasien, ada dua kebutuhan yang harus dipenuhi saat
berinteraksi dengan dokter, yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang kondisinya
sendiri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan kedua belah pihak, baik dokter

7
maupun pasien harus aktif dalam pertukaran informasi yang jelas dan saling
memahami, (Liansyah dan Kurniawan, 2015).

Selanjutnya, komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memiliki


dampak positif yang besar dalam membantu pasien mengelola emosinya,
meningkatkan pemahaman tentang informasi medis, persepsi, harapan, serta
membangun kepercayaan kepada dokter. Informasi yang diberikan oleh pasien
juga sangat penting dalam pengelolaan penyakit kronis. Namun, seringkali
terdapat hambatan dalam menggali informasi dari pasien, dan penciptaan
hubungan yang baik antara kedua belah pihak menjadi kunci keberhasilan dalam
pengobatan.
Meskipun komunikasi yang efektif memerlukan waktu yang tidak terlalu
lama, namun memiliki dampak positif dalam manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien. Persepsi pasien
terhadap kualitas kesehatan yang diterimanya sangat dipengaruhi oleh kualitas
interaksi pasien dengan petugas kesehatan. Namun, masih terdapat banyak
hambatan dalam membangun komunikasi efektif antara dokter dan pasien, seperti
perbedaan pengetahuan dan pemahaman kedua belah pihak, serta adanya mitos
dan informasi yang salah di masyarakat seputar kesehatan, (Liansyah dan
Kurniawan, 2015).
Selain itu, dokter dan tenaga kesehatan memiliki kesadaran akan dampak
stres pada pasien, sehingga penting untuk memberikan promosi kesehatan dan
pengobatan yang tepat. Setiap individu memiliki karakteristiknya sendiri,
sehingga penanganan yang diberikan oleh dokter juga harus disesuaikan dengan
karakteristik pasien.
Dalam konteks komunikasi medis, informasi dari dokter sangat penting
untuk membantu pasien memahami prosedur yang akan dilakukan, risiko yang
mungkin terjadi, manfaat dan alternatif dari tindakan yang akan dilakukan, serta
perkiraan biaya pengobatan. Dokter juga merumuskan diagnosis berdasarkan
informasi yang diberikan pasien dan hasil pemeriksaan klinis. Oleh karena itu,

8
komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien adalah kunci untuk mencapai
perawatan kesehatan yang optimal, (Liansyah dan Kurniawan, 2015).

2.5 Konsep dan Contoh Komunikasi Multidisiplin dalam Pelayanan


Kesehatan
1. Konsep Komunikasi Multidisiplin dalam Pelayanan Kesehatan
Dalam aktivitas pelayanan kesehatan dan keperawatan, interaksi
komunikasi menjadi kunci dalam menjalin hubungan antara tenaga medis
dengan klien atau pasien, serta antara dokter atau perawat dengan tim
kesehatan lainnya, dan juga dengan keluarga atau masyarakat. Komunikasi
ini penting untuk mengumpulkan informasi guna mengidentifikasi masalah
klien, merencanakan tindakan, serta melaksanakan dan mengevaluasi
pelayanan kesehatan yang diberikan. Terbentuknya hubungan saling
membantu sangat diperlukan untuk memberikan dukungan kepada klien
atau pasien, dan oleh karena itu, keahlian dalam komunikasi efektif dan
terapeutik sangat diperlukan bagi tenaga kesehatan.
Faktor komunikasi menjadi krusial dalam mencegah kegagalan
pelayanan di rumah sakit. Komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga
medis adalah inti dari keterampilan klinis yang baik. Cara berkomunikasi
dengan pasien sangat memengaruhi pengalaman perawatan mereka dan
kemampuan mereka dalam mengelola kesehatan mereka setelah perawatan.
Komunikasi yang kurang baik selama perawatan dapat meningkatkan risiko
hasil kesehatan yang buruk dan perawatan yang tidak tepat. Dalam konteks
ini, tenaga kesehatan harus memahami bahwa pasien mengalami situasi
yang sulit, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial ekonomi, (Pertiwi,
dkk, 2022).
Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk menjaga
komunikasi dengan pasien, baik melalui kata-kata maupun ekspresi
nonverbal, untuk menghindari dampak negatif pada kesejahteraan

9
psikologis pasien. Kegagalan dalam berkomunikasi dengan pasien dapat
menghambat pelayanan kesehatan yang optimal dan mengurangi kepuasan
klien terhadap pelayanan yang diberikan. Tenaga kesehatan, termasuk
dokter, perawat, dan ahli gizi, memiliki peran yang penting dalam menjaga
komunikasi yang baik dengan pasien, karena hal ini mempengaruhi proses
perawatan dan pemulihan pasien.
Dalam konteks pelayanan kesehatan, komunikasi melibatkan
berbagai disiplin ilmu, termasuk aspek sosiologis, antropologis, psikologis,
dan lainnya. Dalam berinteraksi dengan pasien atau klien, diperlukan
pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan karakteristik
individu tersebut. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan
memahami berbagai hambatan dalam komunikasi sangatlah penting bagi
tenaga kesehatan.
Komunikasi multidisiplin menjadi kunci bagi semua tenaga
kesehatan dalam berhubungan dengan pasien. Ini tidak hanya melibatkan
pertukaran informasi antara perawat atau dokter dengan pasien, tetapi juga
mencakup pembangunan hubungan terapeutik, kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, serta membantu dalam proses terapi bagi pasien dan
keluarganya. Tenaga kesehatan harus memperhatikan bahwa setiap kata,
tindakan, gerakan, dan ekspresi wajah dapat memiliki dampak langsung atau
tidak langsung pada pasien atau klien.
Pada tahap awal, komunikasi multidisiplin dalam kesehatan dan
perawatan sosial mungkin terasa rumit bagi sebagian orang. Namun, staf
perlu menyadari bahwa setiap individu memiliki cara berkomunikasi yang
berbeda. Komunikasi yang efektif melibatkan lebih dari sekadar
penyampaian informasi; hal itu juga melibatkan keterlibatan orang lain dan
memastikan pemahaman yang tepat. Ini memungkinkan pembangunan
kepercayaan dengan pengguna layanan, keluarga, dan rekan kerja.
Komunikasi dengan pengguna layanan mungkin sulit karena
berbagai alasan, seperti gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar,
demensia, atau kehilangan kemampuan berbicara. Oleh karena itu, penting

10
untuk menggunakan berbagai jenis komunikasi yang mencakup verbal, non-
verbal, tertulis, dan elektronik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
individu atau kelompok yang dilayani, (Pertiwi, dkk, 2022).

2. Contoh Komunikasi Disiplin dalam Pelayanan Kesehatan


Salah satu contoh dalam multidisiplin dengan mengadakan
pertemuan rutin ini mengacu pada praktik di mana berbagai anggota tim
kesehatan yang memiliki spesialisasi yang berbeda, seperti dokter, perawat,
ahli gizi, terapis fisik, terapis okupasi, dan profesional kesehatan lainnya,
secara berkala berkumpul untuk membahas kasus-kasus pasien tertentu.
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk memungkinkan kolaborasi
antarprofesional dalam merencanakan perawatan pasien secara holistik.
Setiap anggota tim kesehatan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang unik sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam
pertemuan ini, mereka berbagi informasi yang relevan tentang kondisi
pasien, evaluasi medis, hasil tes, serta perkembangan terbaru dalam
perawatan. Kolaborasi ini penting karena membantu memastikan bahwa
setiap aspek dari kondisi pasien dipertimbangkan secara komprehensif.
Selain berbagi informasi, anggota tim kesehatan juga menyampaikan
pandangan dan pendapat mereka mengenai perawatan yang tepat untuk
pasien tersebut. Diskusi ini mencakup pemilihan strategi perawatan yang
paling efektif, pengelolaan komplikasi potensial, dan penyesuaian rencana
perawatan sesuai dengan kebutuhan individu pasien.
Selama pertemuan ini, setiap anggota tim juga memiliki kesempatan
untuk memberikan rekomendasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
profesional mereka. Rekomendasi ini dapat berkaitan dengan pengaturan
perawatan lanjutan, perubahan dalam regimen obat, atau perubahan dalam
intervensi rehabilitasi, tergantung pada kondisi pasien dan respon terhadap
perawatan yang diberikan.

11
Hasil dari pertemuan ini adalah rencana perawatan yang
komprehensif dan terkoordinasi yang mencakup kontribusi dari setiap
anggota tim kesehatan. Hal ini memastikan bahwa pasien mendapatkan
perawatan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka, serta mencegah
kebingungan atau inkonsistensi dalam penanganan kasus medis.

Secara keseluruhan, pertemuan rutin ini memfasilitasi komunikasi


terbuka dan kolaborasi antarprofesional yang penting dalam merawat pasien
dengan kondisi yang kompleks atau multifaktorial. Ini adalah contoh nyata
dari pendekatan tim yang terpadu dalam pelayanan kesehatan, di mana
keahlian dan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu digabungkan untuk
meningkatkan hasil perawatan pasien, (Cross dan Tguron, 2018).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil tinjauan pustaka di atas
adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi kesehatan adalah untuk mengubah perilaku kesehatan dengan
tujuan meningkatkan tingkat kesehatan.
2. Komunikasi kesehatan dengan pasien atau penderita melibatkan
penyampaian informasi mengenai kondisi kesehatan, perawatan optimal,
dan rencana terapi, dengan tujuan utama memfasilitasi proses penyembuhan
sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi kesehatan terapeutik
3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih fokus pada promosi
kesehatan, yang tidak hanya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
kesehatan, tetapi juga merancang program-program untuk mengubah
perilaku, baik di masyarakat maupun di organisasi.
4. Persepsi pasien tentang kualitas layanan kesehatannya sangat tergantung
pada interaksi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan. Namun,
masih ada beberapa rintangan dalam mengembangkan komunikasi yang
efektif antara dokter dan pasien, termasuk perbedaan dalam pengetahuan
dan pemahaman, serta adanya mitos dan informasi yang salah di masyarakat
tentang kesehatan.
5. Komunikasi multidisiplin penting bagi tenaga kesehatan dalam interaksi
dengan pasien, melibatkan pertukaran informasi, pembangunan hubungan
terapeutik, kolaborasi tim kesehatan, dan dukungan terapi untuk pasien dan

13
keluarganya. Tenaga kesehatan perlu menyadari dampak langsung atau tidak
langsung dari setiap kata, tindakan, gerakan, dan ekspresi wajah pada pasien
atau klien. Contoh praktik multidisiplin adalah pertemuan rutin tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, terapis fisik, terapis
okupasi, dan profesional kesehatan lainnya untuk membahas kasus-kasus
pasien. Pertemuan ini bertujuan untuk kolaborasi antarprofesional dalam
perencanaan perawatan holistik pasien.

3.2 Saran
Adapun saran yang diajukan penulis pada makalah ini mengenai komunikasi
dalam pelayanan kesehatan, yang mencakup prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
seperti empati, kesadaran diri, kejujuran, dan sikap terbuka. Pentingnya
komunikasi dalam membangun hubungan yang kuat antara pasien dan dokter
disoroti, dengan menggunakan teknik seperti mendengarkan aktif dan
memberikan umpan balik positif. Pengelolaan konflik dalam komunikasi antara
pasien dan petugas kesehatan juga dipertimbangkan, serta koordinasi komunikasi
dalam tim kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cross, N., & Turon, H. (2018). Multidisciplinary team meetings: The importance
of balancing care and medico-legal issues. Australian Journal of Primary
Health, 24(4), 289-292.
L, Hindayani, dkk. 2022. Komunikasi Kesehatan di Masa New Normal. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6(2), pp.13478-13484.
M. Rahmadiana. 2012. Komunikasi kesehatan: sebuah tinjauan. Journal
Psikogenesis, 1(1), pp.88-94.
Pertiwi, dkk. 2022. Komunikasi Terapeutik Dalam Kesehatan. Rizmedia Pustaka
Indonesia.
S, Paramita, dkk. 2019. Peran Komunikasi Kesehatan Dalam Pelayanan Rumah
Sakit Melalui “Health Public Relations”. Jurnal Bakti Masyarakat
Indonesia, 2(2).
T, Menawati & Kurniawan, H., 2015. Pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kesehatan primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15(2), pp.120-124.

Anda mungkin juga menyukai