Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman pada massa kini terutama dalam hal teknologi,
sangat bermanfaat dalam penyelesaian berbagai urusan banyak orang. Kemajuan
teknologi dapat membuat banyak hal menjadi mudah terutama dalam hal
komunikasi. Komunikasi menjadi suatu hal yang penting dan sudah pasti
dilakukan oleh setiap orang dalam kesehariannya. Terlebih anak muda pada masa
sekarang cenderung menyukai hal-hal yang instan dan cepat. Kalimat dalam
bahasa yang digunakan seringkali terkesan sederhana, santai dan nyaman untuk di
dengar oleh lawan bicara. Namun apabila dicermati lebih dalam mengenai tata
bahasa dan kalimat, akan banyak ditemui susunan kata dalam sebuah kalimat yang
kurang sesuai dengan kaidah-kaidah ke-tata bahasaan yang telah ditetapkan.
Dalam pembahasan ini akan lebih di tekankan pada bagaimana penggunaan
kalimat yang benar dan efektif.
Penggunaan susunan kalimat yang efektif, pada masa kini menjadi hal
yang kurang diperhatikan oleh banyak orang. Tidak hanya dalam bahasa sehari-
hari, penggunaan kalimat efektif menjadi hal yang wajib dalam suatu penulisan
terlebih apabila tulisan tersebut akan dipublikasikan demi keperluan keilmuan dan
pendidikan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar pembaca atau
pendengar dapat menangkap maksud dari narasumber dengan baik dan tepat.
Keberhasilan seorang narasumber dalam menyampaikan ide atau gagasannya
salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan struktur kalimat yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang ada, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Bagaimana penerapan kalimat efektif dengan kaidah EYD yang benar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kalimat efektif.
2. Memahami penerapan kalimat efektif dengan EYD yang benar.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.
Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam
bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tada titik, tada seru
atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa dan/atau
klausa. Apabila disusun berdasarkan pengertian diatas, unsur-unsur tersebut
mempunyaifungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat. Terdapat
dua bagian dalam kalimat. Yang pertama adalah bagian kalimat yang dapat
dihilangkan dan tidak dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat dihilangkan itu
disebut dengan inti kalimat, sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan inti
kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar dan bagian bukan inti dapat
membentuk kalimat luas.
2.2 Unsur-unsur Kalimat
2.2.1 Subjek
Subjek atau pokok kalimatmerupakan unsur utama dalam suatu kalimat.
Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penampakan subjek yang tidak
tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat
memiliki fungsi: (1) Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal dan
kalimat majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4)
menegaskan (memfokuskan) makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6)
membentuk kesatuan pikiran.
2.2.2 Predikat
Keberadaan suatu predikat dalam sebuah kalimat berfungsi: () membentuk
kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk (2) menjadi unsur
penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan
menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk
kesatuan pikiran.
3

2.2.3 Objek
Objek bukan termasuk unsur wajib dalam suatu pembentukan kalimat.
Keberadaan objek ini pada umumnya terletak setelah predikat yang berkategori
verbal transitif. Dalam KBBI verba dapat didefinisikan sebagai kata yang
menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan. Verba adalah kategori yang
dominan berfungsi sebagai predikat (P) dalam klausa. Dengan kata lain verba
dapat diartikan sebagai kata kerja yang biasanya berfungsi sebagai predikat (P)
dalam kalimat. Verba (kata kerja) dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: verba
transitif dan verba intransitif.
Verba transitif adalah kata kerja yang membutuhkan objek (O). Kata kerja
transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif. Dalam bahasa Indonesia, verba (kata
kerja) transitif terdiri dari verba atau kata kerja yang berimbuhan sebagai berikut:
1.) Berafiks me-
Contoh : membawa, menolong, membahas
Saya membawa makan siang dari rumah
– Andi menolong rika yang terjatuh dari sepedah
– Partono sedang membahas materi mengenai pertumbuhan tulang
2.) Berafiks memper-
Contoh : memperbesar
– Kepala sekolah berencana memperbesar ruang seminar pada 15 Oktober
tahun ini
3.) Berafik memper–kan
Contoh : memperkenalkan
– Pada hari pertama masuk sekolah para siswa baru memperkenalkan diri
masing-masing didepan kelas
4.) Berafiks me–i
Contoh : mengurangi
– Pemerintah mengurangi pasokan BBM bersubsidi.
5.) Berafiks memper–i
Contoh : memperistri
– Joni memperistri Tuti si kembang desa.
4

6.) Berafiks me-kan


Contoh : meletakan
– Setiap pulang sekolah saya meletakan sepatu di rak sepatu
Ciri-ciri objek:
(1) berupa kata benda,
(2) tidak didahului kata depan,
(3) mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif,
(4) jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif,
dan
(5) dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu di pasif-kan.
2.2.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi
mengkhususkan objek, dan melengkapi strutur kalimat. Ciri-ciri pelengkap:
(1) Bukan merupakan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak
jelas dan tidak lengkap informasinya.
(2) Terletak di belakang predikat yang bukan berarti kata kerja transitif,
misalnya terdapat pada kalimat, “Ibu membawakan saya oleh-oleh.”
2.2.5 Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat. Tanpa keterngan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini
dapat dirasakan kesalahannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian
dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri keterangan adalah sebagai berikut:
(1) Bukan unsur utama kalimat, tetapi apabila suatu kalimat disusun tanpa
ssebuah keterangan maknanya menjadi tidak jelas dan dapat menimbulkan
kebingungan dari pembaca atau pendengarnya.
(2) Lokasi penempatan keterangan tidak terikat posisi, yaitu dapat terletak
diawal, ditengah atau di bagian akhir kalimat.
(3) Dapat berupa keterangan waktu, tempat, dan lain-lain.
2.2.6 Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-
unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap dan
5

keterangan) sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan sebuah paragraf dengan
paragraf lain. Contoh penggunaan konjungsi, dengan kata yang di cetak miring,
adalah sebagai berikut:
(1) Presiden beserta rombongannya segera meninjau lokasi bencana alam.
(2) semua soal ujian dapat kukerjakan dengan baik. Dengan demikian,
harapan lulus semakin besar bagiku.
2.2.7 Modalitas
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat.
Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Contoh
penggunaan modalitas adalah sebagai berikut:
(1) Adik saya kemungkinan besar seorang politikus.
(2) Dia sebetulnya seorang artis.
Fungsi modalitas dalam kalimat:
(1) Mengubah nada:
Dari nada tegas menjadi nada ragu atau sebaliknya, dan nada keras
menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkapan yang dapat digunakan antara
lain: barangkali, tentu, mungkin sering, dan lain-lain. Contoh: Ia sungguh
beruntung mendapat pekerjaan itu.
(2) Menyatakan sikap:
Pengungkapan kalimat dengan nada kepastian dapat menggunakan
ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali. Contoh: Saya
pasti datang ke rumahmu.

2.3 Pola Kalimat


2.3.1 Pengertian pola kalimat
Pola kalimat berfungsi untuk memudahkan pemakai bahasa dalam
membuat kalimat yang benar secara gramatikal dan dapat menyederhanakan
kalimat sehingga mudah dipahami orang lain.
2.3.2 Macam Pola Kalimat
2.3.1.1 Pola Kalimat Dasar
Pola kalimat dasar sekurang – kurangnya terdiri atas subjek (S), dan
Predikat (P). Pola kalimat dasar memiliki ciri–ciri :
6

(1) Kalimat tunggal berupa satu S, satu P, satu O, satu per satu K
(2) Selalu diawali dengan subjek (S)
(3) Berbentuk kalimat aktif
(4) Unsur tersebut ada berupa kata atau berupa frasa
(5) Dapat di kembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas S, P, O,
dan K
Contoh :
(1) Mereka (S)/ menjuluki (P)/dia(O)/sang penyelamat (pel)
(2) Beberapa karyawan (S) / membahas (P) / kasus bisnis (O) / di ruang rapat
(K)
(3) Mahasiswa unggulan itu (S) / sedang mempelajari (P) / struktur cahaya
matahari (pel)
2.3.1.2 Pola Kalimat Majemuk
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk dasar bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan.
Macam – macam kalimat majemuk, yaitu :
(1) Kalimat majemuk : dan, serta
Contoh:
Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkannya
dengan cermat
(2) Kalimat majemuk : atau
Contoh :
Anda harus ke kampus atau menghadiri seminar ?
(3) Kalimat majemuk : lalu, lantas, kemudian
Contoh :
Ia pulang lalu pergi menjemput anaknya.
Kami menyelesaikan kuliah lantas bekerja.
(4) Kalimat majemuk menggunakan tetapi, melainkan, sedangkan
Contoh :
Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian tinggi, tetapi dia malas
belajar.
Orang itu giat bekerja, sedangkan adiknya malas.
7

2. Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam yaitu :
(1) Keterangan waktu menggunakan kata “ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum”
Contoh : Mereka segera mencari peluang kerja setelah menyelesaikan
studinya
(2) Keterangan sebab menggunakan kata “sebab, lantaran, karena”
Contoh : Orang itu meninggal karena sakit
(3) Keterangan hasil menggunakan kata “hingga, sehingga, akhirnya”
Contoh : Tsunami itu datang tiba – tiba akibatnya puluhan ribu
penduduk tewas
(4) Keterangan syarat menggunakan kata “jika, apabila, kalau, andaikata”
Contoh: Andaikata engkau memenangkan lomba itu, bagaimana
perasaanmu?
(5) Keterangan tujuan menggunakan kata “agar, supaya, demi, untuk,
guna”
Contoh Kita harus bekerja keras demi masa depan
(6) Keterangan cara menggunakan kata “dengan, dalam”
Contoh: Dalam mengahadapi kesulitanitu, ia menerima dengan
kesabaran
(7) Keterangan posesif menggunakan kata “meskipun, walaupun, biarpun”
Contoh: Biarpun baru pukul setengah enam, saya sudah berangkat ke
kantor”
(8) Keterangan pengganti nominal menggunakan kata “bahwa, contoh”
Contoh: Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus
menegakkan hukum
3. Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat
Contoh :
(1) Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketinggalan ekonomi setelah
krisis politik berkepanjangan dan krisis keamanan mulai membaik.
(2) Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi mulai
stabil setelah berhasil melangsungkan pemilu secara demokratis.
8

2.4 Kalimat Efektif


2.4.1 Pengertian kalimat efektif:
Dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam
bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonsia menurut ejaan yang disempurnakan
(EYD).
Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai
unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/ penulis.
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat efektif merupakan kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis

2.4.2 Sarat kalimat efektif:


Empat syarat utama untuk menentukan suatu kalimat efektif atau tidak,
adalah:
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif harus menggunakan ejaan maupun tanda baca yang
tepat. Menggunakan kata baku dalam tulisan adalah hal yang penting agar
ejaan yang digunakan tepat dan dapat tersampaikan dengan baik.
2. Sistematis
Sebuah kalimat sederhana tersusun dari subjek dan predikat, ditambahkan
dengan objek, hingga keterangan. Dalam penyampaian maksud kalimat
yang efektif diharapkan menggunakan urutan kalimat yang tidak
memusingkan untuk dibaca dan dapat dipahami dengan cepat.
3. Tidak boros dan bertele-tele
Kalimat yang digunakan untuk menyampaikan suatu maksud diharapkan
ringkas dan dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca.
4. Tidak ambigu
Salah satu tujuan penggunaan kalimat efektif adalah menghindari adanya
kemungkinan pembaca dari multitafsir. Dengan susunan kata yang ringkas,
9

sistematis, dan sesuai dengan kaidah tata bahasa, pembaca tidak akan
mengalami salah tangkap maksud dari suatu kalimat.
2.4.3 Ciri-ciri kalimat efektif:
2.4.3.1 Kesepadanan struktur
Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang
lengkap, yakni terdiri dari subjek dan predikat. Jangan meletakkan kata depan
(preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku dalam kalimat.
Contoh:
1. Bagi semua peserra diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
2. Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
Penggunaan konjungsi yang di depan kalimat karena membuatnya menjadi
perluasan dari subjek.
Contoh:
1. Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
2. Dia pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Tidak memiliki subjek ganda, tetapi lebih mengarah kepada
menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
1. Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
2. Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2.4.3.2 Kehematan kata
Karena salah satu syarat dari kalimat efektif adalah ringkas dan tidak
bertele-tele, maka hindari penggunaan kata-kata yang memiliki makna sama
dalam sebuah kalimat. Seperti dalam sebuah kalimat terdapat kata jamak dan kata-
kata ayng bersinonim.
Contoh kata jamak:
1. Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan
tinggi. (tidak efektif)
2. Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi
negeri. (efektif)
Contoh kata sinonim:
1. Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
10

2. Ia masuk ruang kelas. ( efektif)


2.4.3.3 Kesejajaran bentuk
Ciri-ciri ini menyangkut dengan soal imbuhan dalam kata-kata yang
terdapat dalam suatu kalimat, sesuai kedudukannya pada kaimat itu. pada intinya
kalimat efektif haruslah berimbuhan paralel dan konsisten. Jika pada sebuah
fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada
fungsi yang sama.
Contoh:
1. Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif).
2. Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan mengolahnya.
2.4.3.4 Ketegasan makna
Dalam ciri-ciri ini subjek tidak diletakkan diawal kalimat. Dalam beberapa
kasus tertentu keterangan diletakkan di awal kalimat untuk memberikan efek
penegasan terhadap sesuatu. Hal ini dilakukan agar pendengar, atau pembaca
dapat mengerti gagasan utama dari suatu kalimat. Kalimat penegasan terdapat
pada jenis kalimat perintah, larangan, atau anjuran yang pada umumnya diikuti
dengan partikel lah atau pun.
Contoh:
1. Kamu sapulan lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
2. Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
2.4.3.5Kelogisan kalimat
Kelogisan dalam sebuah kalimat berperan penting untuk
menghindari kesan ambigu pada kalimat. Maka hendaknya membuat
kalimat dengan ide utama yang dapat dimengerti dengan mudah oleh
pembaca.
Contoh:
(1) Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
(tidak efektif)
(2) Bapak Kepala Sekolah, kami persilahkan untuk menyampaikan
pidatonya. (efektif)
11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif merupakan sarana untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan dalam sebuah tulisan atau pembicaraan, dimana penerapannya
dimaksudkan agar pembaca atau pendengar dapat dengan tepat dan baik
memahami maksud dari narasumber. Dalam kasus sehari-hari percakapan yang
terjadi antara orang satu dengan yang lainnya seringkali melupakan penggunaan
bahasan yang baik dan benar. Dalam hal ini setiap orang memiliki gaya berbicara
yang berbeda, termasuk dengan sikap seringkali mengabaikan pentingnya
penggunaan kalimat efektif dalam suatu pembicaraan.
Kalimat efektif sangat disarankan untuk digunakan pada saat seseroang
diharuskan untuk berbicara di muka umum, terutama jika pokok bahasan yang
dibahas adalah mengenai keilmuan dan pendidikan. karena pendengar dan
pembaca berasal dari banyak kalangan di seluruh negeri yang tentunya
mengharapkan dapat mengerti apa tujuan dan maksud dari sebuah pembicaraan
tersebut. agar pendengar dan pembaca dapat dengan mudah mengerti gagasan inti
sebuah kalimat, maka disarankan agar selalu memperhatikan penggunaan kaidah-
kaidah EYD bahasa Indonesia, dalam hal ini adalah penggunaan kalimat efektif.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam penggunaan bahasa sehari-hari, dibiasakan untuk menggunakan
kalimat efektif dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Hal ini dimaksudkan
agar semakin terbiasa untuk menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami
agar konmunikasi dapat terjalin dengan baik, dengan penangkapan maksud dan
inti pembicaraan diperoleh dengan tepat.
12

DAFTAR PUSTAKA

Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Razak, Abdul. 1992. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai