Nim : 1915471040
Jawaban
1. Mengetahui tahap perkembangan bayi dapat memberikan rangsangan yang tepat untuk membantu
proses tumbuh kembangnya. Selain itu, hal ini bertujuan untuk memantau dan menangani
masalah atau gangguan yang mungkin timbul pada proses tersebut.
Pada tahap ini, bayi akan kehilangan sekitar 10% berat badan pada hari kedua setelah lahir.
Namun hal ini merupakan hal yang normal. Dia akan mendapatkan berat lahirnya kembali ketika
memasuki minggu kedua.
Setelah itu, berat bayi akan bertambah 30 gram setiap harinya. Dalam 1 bulan panjang badan bayi
juga akan bertambah sekitar 3-4 cm dari panjang lahirnya. Selain itu, lingkar kepala juga akan
bertambah hingga 2,5 cm. Mata bayi pada tahap ini normal terlihat seperti belum fokus dan
kadang terlihat seperti juling.
Pada tahap ini, berat bayi akan bertambah sekitar 680-910 gram setiap bulannya. Panjang badan
akan bertambah sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Lingkar kepala juga akan bertambah sekitar 1,25
cm setiap bulan.
Pertumbuhan bayi pada usia ini, sudah memiliki berat badan sekitar 2 kali berat lahir. Panjang
badannya bertambah sekitar 1,25-2,5 cm per bulannya. Lingkar kepala juga bertambah sekitar
1,25 cm per bulannya.
- Tersenyum kepada orang asing yang mengajak bermain atau berbicara kepadanya.
- Sudah mulai bisa kontak mata dengan orang sekitar.
- Sudah mampu berguling dari posisi telungkup ke telentang, begitu pula sebaliknya.
- Mulai mengoceh satu atau dua patah kata walau masih belum jelas.
- Kakinya sudah mampu menjejak lantai jika diberdirikan.
- Sudah mampu duduk meski harus disangga.
Pada tahap ini pertumbuhan bayi umumnya bertambah berat sekitar 450 gram setiap bulannya.
Biasanya bayi laki-laki akan lebih berat dibandingkan perempuan. Setiap bulannya bayi akan
bertambah sekitar 1,25 cm dan lingkar kepala 0,6 cm.
- Merangkak dan mendorong sedikit demi sedikit badannya menggunakan lengan atau kaki, serta
merangkak menggunakan tangan dan lutut.
- Sudah mampu duduk sendiri dari posisi merangkak tanpa harus dipegangi atau disangga.
- Sudah mampu belajar berdiri dengan cara berpegangan.
- Sudah dapat berkata mama dengan jelas.
- Dapat mengangkat sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk.
1. Tahap Prapuber
Tahapan ini berkembang dengan satu hingga dua tahun terakhir masa kanak kanak yakni bukan lagi
seorang anak namun juga belum remaja. Dalam tahap prapuber tersebut, ciri ciri seks sekunder bisa
terlihat meski organ reproduksinya belum berkembang sepenuhnya.
2. Tahap Puber
Tahapan ini terjadi di garis pembagi antara masa kanak kanak dan masa remaja dimana kematangan
seksual sudah terlihat seperti menstruasi pada perempuan dan mimpi basah untuk anak laki laki. Dalam
tahap ini, ciri seks sekunder sudah berkembang dan sel direproduksi dalam organ seks dan gangguan
psikologis pada remaja bisa saja terjadi.
3. Tahap Pascapuber
Tahapan ini berlangsung antara tahun pertama atau kedua masa remaja. Dalam tahapan ini, ciri seks
sekunder bisa berkembang dengan baik dan organ seks juga sudah berfungsi secara matang.
Ada juga bukti jika sikap dan perilaku negatif adalah ciri dari bagian awal masa puber dan juga yang
terburuk dari fase negatif akan berakhir jika seseorang sudah matang secara seksual.
3.Memasuki masa kehamilan sama dengan mengalami berbagai perubahan fisik maupun
psikologis. Dengan mengenali berbagai perubahan pada ibu hamil (bumil), pasutri bisa lebih
mempersiapkan kehamilan sehingga mampu menjalaninya dengan lebih menyenangkan.
Lebih detailnya, berikut kondisi psikologis bumil yang umum dialami, dan sebaiknya pasutri
mempersiapkan secara psikis menjelang kehamilan: Trimester pertama * Bumil mengalami kondisi psikis
campur-aduk, antara cemas, bahagia, dan ragu dengan kehamilannya. Ia mengetahui kemunculan tanda
kehamilan, namun masih ragu apakah positif hamil atau tidak. * Bumil mengalami fluktuasi emosi,
risikonya akan muncul pertengkaran atau rasa tidak nyaman. Dengan komunikasi yang baik, pasutri bisa
menyiapkan kondisi ini berjalan lebih baik. * Bumil mengalami perubahan hormonal, yang akan juga
mempengaruhi psikis perempuan. * Bumil mengalami morning sickness, jadi perempuan membutuhkan
dukungan suami untuk menjalani kondisi yang juga akan berpengaruh pada psikis perempuan. Trimester
kedua * Bumil mulai lebih tenang dan bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi dan kehamilannya. *
Bentuk tubuh mulai berubah. Untuk ibu yang fokus pada penampilannya, kondisi ini bisa mempengaruhi
psikis dan emosinya. Perubahan bentuk tubuh juga mempengaruhi kehidupan seksual, karena itu pasutri
perlu melakukan penyesuaian agar hubungan seks menyenangkan bagi keduanya. Hubungan ibu dengan
bayi juga mulai terjalin pada masa ini. Mengajak janin bicara atau mendengarkan musik misalnya, bisa
membangun hubungan lebih dekat, dan mempengaruhi bumil agar lebih nyaman dengan kehamilannya. *
Bumil akan mulai melihat dan meniru peran ibu, karena kebutuhannya akan figur ibu semakin kuat. *
Bumil akan semakin bergantung kepada pasangannya. Trimester ketiga * Kehamilan semakin membesar,
begitupun dengan stres pada bumil. Seringkali kondisi ini membuat bumil bermasalah dengan posisi tidur
yang kurang nyaman, sehingga bumil mudah terserang lelah. * Emosi bumil juga kembali fluktuatif. Kali
ini bumil lebih membayangkan risiko kehamilan dan proses persalinan. Rasa takut mulai muncul, bukan
hanya ketakutan atas risiko kondisi bayi namun juga keselamatan bumil untuk melewati proses
persalinan. "Bumil perlu release dan berserah agar lebih tenang menjelang proses persalinan. Sebab dalam
beberapa hal ada yang sifatnya genetik, sehingga tidak bisa dikendalikan," tandas Romi.
4. Buruknya kematangan psikologis seorang wanita juga akan memperngaruhi proses persalinannya.
Anggapan-anggapan bahwa persalinan itu sakit selalu membayangi si calon ibu. Nah, anggpapan
inilah yang menyebabkan sistem syaraf simpatetik seperti sistem saraf endokrin dimana
kebanyakan akan membuat ibu hamil yang sedang menuju proses persalinan lebih mudah marah
atau tersinggung, sering melamun dan gelisah. Berikut adalah faktor psikologis terhadap
persalinan.
Faktor-faktor psikologis yang menyertai proses kelahiran setiap wanita bermacam-macam. Hal ini
disebabkan karena setiap individu memiliki kepribadian masing-masing.
1.Kekhawatiran
Kekhawatiran yang dimaksud disini adalah kekhawatiran terhadap proses kelahiran dimana wanita
tersebut membayangkan jika bayi yang kan dilahirkan akan mengalami cacat jasmani ataupun rohani.
Proses persalinan memang tidak bisa dipisahkan dari kondisi biologis dan psikologis seseorang. Rasa
mual, lelah, susah tidur, sesak napas dan berbagai gangguan lainnya dapat menambah ketegangan dan
ketakutan yang dialami oleh ibu menjelang proses persalinan.
2. Takut mati
Meskipun persalinan adalah proses yang wajar dan normal, namun fakta ini tidak lantas membuat wanita
tidak membayangkan ketakutannya dalam menjalani proses persalinan setiap proses kelahiran yang akan
dijalani oleh setiap wanita akan selalu disertai dengan pendarahan yang hebat dan keakitan yang luar
biasa. Dari sebab inilah, muncul ketakutan-ketakutan yang berlebihan seperti takut mati baik kematian
sendiri ataupun kematian calon bayi yang akan dilahirkannya.
4. Perasaan bersalah
Berkaitan dengan faktor psikologis terhadap persalinan yang kedua yaitu takut akan mati, rasa bersalah
ini jugalah yang mempemgaruhi ketakutan akan mati tersebut. Wanita yang sedang menuju persalinan
sering merasa dikejar-kejar oleh rasa bersalah. Untuk menghindari perasaan bersalah ini biasanya wanita
akan lebih suka dan yakin jika menjelang proses persalinannya dapat didampingi oleh ibu atau neneknya.
Kehadiran mereka dapat sedikit memberikan ketenangan dan mengurangi rasa bersalah yang dialami
wanita menjelang persalinan.
5. Kecemasan
Kecemasa adalah faktor psikologis yang menunjukkan sebuah perasaan dan keadaan emosional yang
dimiliki seseorang ketika akan menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Begitu pula dengan
wanita, ia akan merasakan kecemasan menjelang proses kelahiran.
5. Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun
setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.
Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase letting go
Fase Taking In
Fase Taking In merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke
dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan
nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
Fase Letting Go
Fase Letting Go merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan
ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.