Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ………………………………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : ………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 Ilmu Perundang-Undangan

Kode/Nama UT Daerah : ………………………………………………………………………………………..

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Soal 1
a) Berikan analisis Anda tentang perbedaan antara Keputusan dan Peraturan.
b) Analisislah produk hukum yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri dalam
memberhentikan Bupati Boalemo.

Jawab:

A) Analisis Perbedaan Keputusan dan Peraturan

Keputusan dan Peraturan adalah dua jenis produk hukum yang berbeda dalam hierarki dan ruang
lingkupnya. Berikut adalah analisis perbedaannya:

Hierarki:

 Keputusan: Merupakan produk hukum yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintahan untuk
mengatur kasus atau situasi tertentu. Keputusan memiliki tingkat hierarki yang lebih
rendah dibandingkan dengan peraturan.
 Peraturan: Merupakan produk hukum yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintahan atau lembaga
negara dengan tujuan untuk menetapkan aturan umum yang berlaku bagi masyarakat. Peraturan
memiliki tingkat hierarki yang lebih tinggi dibandingkan dengan keputusan.

Ruang Lingkup:

 Keputusan: Memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan hanya berlaku untuk kasus atau situasi
tertentu.
 Peraturan: Memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan berlaku untuk masyarakat umum.

Contoh:

 Keputusan: Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pemberhentian Sementara Bupati Boalemo.
 Peraturan: Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengendalian Impor
Barang Tertentu.

b) Analisis Produk Hukum Menteri Dalam Negeri dalam Memberhentikan Bupati Boalemo

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mengeluarkan produk hukum berupa Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 131.75-3846 Tahun 2020 tentang Pemberhentian Sementara Bupati Boalemo.
Keputusan ini merupakan tindakan konkrit yang diambil Mendagri untuk memberhentikan Bupati
Boalemo Darwis Moridu dari jabatannya.

Keputusan Mendagri ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Penunjukan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Alasan Pemberhentian:

 Darwis Moridu sedang menjalani proses hukum di Pengadilan Negeri Gorontalo atas kasus
penganiayaan yang mengakibatkan kematian.
 Sesuai dengan Pasal 77 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, bupati/wakil bupati
diberhentikan sementara dari jabatannya apabila sedang menjalani proses hukum karena tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih.

Akibat Pemberhentian:

 Darwis Moridu diberhentikan sementara dari jabatannya sebagai Bupati Boalemo.


 Wakil Bupati Boalemo Anas Jusuf ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Boalemo.
Soal 2

Uraikanlah mengapa norma hukum adat harus diangkat dalam suatu Perda dalam wacana di
atas.

Jawab:

Penerapan norma hukum adat dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pemberantasan
Perzinaan dan Pelacuran di Padang memiliki beberapa alasan yang kuat, yaitu:

1. Menghormati Kearifan Lokal:

 Masyarakat Padang memiliki kearifan lokal yang kaya, termasuk norma-norma adat yang mengatur
tentang perzinaan dan pelacuran. Mengadopsi norma-norma tersebut dalam Perda menunjukkan
penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat setempat.

2. Memperkuat Penindakan:

 Sanksi adat dapat menjadi komplemen bagi sanksi pidana dalam Perda. Kombinasi kedua sanksi ini
diharapkan dapat memberikan efek jera yang lebih kuat bagi pelaku perzinaan dan pelacuran.

3. Meningkatkan Efektivitas Penegakan Hukum:

 Norma adat diimplementasikan oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN), lembaga adat yang memiliki
kedekatan dan pengaruh yang kuat di tengah masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas
penegakan hukum karena KAN lebih mudah menjangkau dan diterima oleh masyarakat.

4. Mendukung Integrasi Hukum:

 Integrasi hukum formal dan hukum adat merupakan salah satu prinsip penting dalam sistem hukum
Indonesia. Mengadopsi norma adat dalam Perda merupakan langkah konkret untuk mewujudkan
prinsip tersebut.

5. Memenuhi Kebutuhan Masyarakat:

 Dalam beberapa kasus, sanksi pidana formal mungkin dianggap terlalu keras atau tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya masyarakat. Sanksi adat dapat memberikan alternatif solusi yang lebih sesuai
dengan kebutuhan dan konteks masyarakat setempat.
Soal 3

Analisislah kedudukan peraturan desa dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia


sesuai dengan wacana di atas.

Jawab:

Peraturan Desa (Perdes) merupakan produk hukum yang memiliki kedudukan penting dalam sistem
hukum perundang-undangan di Indonesia. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Perdes
adalah peraturan yang ditetapkan oleh Desa dan diberlakukan di Desa tersebut. Perdes memiliki
beberapa ciri-ciri, yaitu:

 Dibuat oleh Desa secara demokratis melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa.
 Mengatur tentang urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat Desa.
 Berlaku di wilayah Desa bersangkutan.
 Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Kasus Pembatalan Peraturan Desa Berbudaya di Purwakarta:

Dalam kasus pembatalan Peraturan Bupati Purwakarta No. 70A tentang Desa Berbudaya oleh
Gubernur Jawa Barat, Peraturan Desa yang dibatalkan tersebut adalah Peraturan Bupati, bukan
Peraturan Desa. Peraturan Bupati merupakan produk hukum yang ditetapkan oleh Bupati dan
berlaku di wilayah kabupaten.

Meskipun Peraturan Bupati tersebut mengatur tentang desa, namun tetap saja tidak dikategorikan
sebagai Peraturan Desa. Oleh karena itu, pembatalan Peraturan Bupati tersebut tidak secara langsung
berdampak pada kedudukan Peraturan Desa dalam sistem hukum perundang-undangan di Indonesia.

Kedudukan Peraturan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014:

UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan pengakuan yang lebih kuat terhadap kedudukan
Peraturan Desa. Dalam undang-undang tersebut, Perdes dinyatakan memiliki kekuatan hukum
mengikat dan berkedudukan di bawah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Artinya, Perdes tidak dapat dibatalkan oleh peraturan yang lebih rendah tingkatannya. Namun,
Perdes dapat dibatalkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, seperti
Peraturan Daerah (Perda) atau Undang-Undang (UU).
Pembatalan Perdes harus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

 Perdes yang dibatalkan harus bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
 Pembatalan Perdes harus dilakukan melalui proses yang demokratis dan akuntabel.
 Masyarakat Desa harus dilibatkan dalam proses pembatalan Perdes.

Kesimpulan:

Kedudukan Peraturan Desa dalam sistem hukum perundang-undangan di Indonesia telah diperkuat
dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Perdes memiliki kekuatan hukum mengikat dan tidak
dapat dibatalkan oleh peraturan yang lebih rendah tingkatannya.

Namun, Perdes dapat dibatalkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
mempertimbangkan beberapa hal, seperti asas-asas hukum dan keterlibatan masyarakat desa.

Sumber Referensi:

BMP HKUM4403 Ilmu Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


https://peraturan.bpk.go.id/Details/38685/uu-no-23-tahun-2014

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa https://peraturan.bpk.go.id/Details/38582/uu-no-


6-tahun-2014

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Penunjukan dan Pemberhentian Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah https://peraturan.bpk.go.id/Details/4863/pp-no-49-tahun-2008

Berita Gorontalo: https://berita.gorontaloprov.go.id/

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK): https://peraturan.bpk.go.id/

Anda mungkin juga menyukai