Anda di halaman 1dari 9

TEORI DAN METODOLOGI

Kotak Pandora Ajaib


Secara sederhana, bagian ini menjelaskan bagaimana Materi Family Ghatering dibuat; apa teori
yang digunakan dan bagaimana data diperoleh lalu diolah.

Theory of Change (ToC)


Theory of Change (ToC) membantu kita untuk mengidentifikasi perubahan yang diinginkan,
indikator keberhasilannya, dan langkah-langkah untuk mencapainya. Agar lebih mudah dalam
menyusun Theory of Change (ToC), kita bisa mulai dari bagian akhirnya terlebih dahulu (Impact).

Inputs Activities Outputs Outcome Impact


apa saja modal apa yang harus apa saja perubahan dampak jangka
yang harus kita lakukan indikator jangka pendek panjang yang
disiapkan untuk untuk mencapai keberhasilan yang dapat ingin dicapai
membuat suatu indikator yang ingin menciptakan
kegiatan? keberhasilan? dicapai? perubahan
jangka panjang
Pra-kondisi
(sebelum semua ini dilakukan, apa yang harus dipastikan terlebih dahulu?)

Metodologi
Jenis Penelitian Kualitatif
Jenis Data Primer dan Sekunder
Teknik Pengumpulan Data Focus Group Discussion (Diskusi dengan
Anggota Poros Baru)
Responden 1. PD IPM yang tergabung dengan Poros
Baru
2. Pimpinan PW IPM Jawa Tengah 2021-
2023 yang ikut membangun Poros Baru
BEDAH TEMA FAMILY GHATERING

“Revitalisasi IPM Karesidenan Surakarta / Menyongsong Poros Baru IPM”

Perubahan merupakan gejala sosial yang normal terjadi, dengan tempo yang sangat cepat
lewat medium-medium katalisatornya yang membuat cakupan daripadanya menjadi luas, dan
memaksa kelompok-kelompok lain untuk juga berubah dan menyesuaikan. Selaras dengan
perkataan Yuval Noah Harari dalam bukunya Sapiens, “bahwa saat sedang dalam ancaman
adrenalin membanjiri lapisan luar otak, memompa denyut jantung dengan kuat, dan
memerintahkan otak untuk membuat keputusan paling purba dan paling naluriah dari semua
keputusan biologis lainnya, bertempur atau melarikan diri”. Dan sayangnya persis perkataan
Reynald Kasali bahwa perubahan itu bergerak secara eksponensial dan tidak ada yang bisa
menghentikannya, wahata perubahan itu akan berdampak kepada kehancuran. Dikutip dalam
bukunya Disruption.

Ikatan Pelajar Muhammadiyahpun juga tidak lepas dari yang namanya perubahan, dengan
terlaksananya Musyawarah Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah XXV di
Wonosobo, 21-24 Desember 2023. Dengan terpilihnya Ipmawan Daei Aljanni yang lahir dan
tumbuh serta besar dari PD IPM Klaten—sebagai ketua umum, dan Syifa Yustiana—asli kader
Wonosobo—sebagai Sekretaris Umum.Tentu wajah baru ini akan membawa Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Jawa Tengah untuk periode 2023-2025 (2 tahun) mendatang. Pertanyaannya, mau
dibawa kemana Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa tengah?

Split Personality

Mengutip Hasan Hanafi, bahwa kepribadian ganda perihal keimanan teoretik dan keimanan
praktis melahirkan sinkretisme kepribadian. Sederhananya, ketidakcocokan antara pikiran dan
perbuatan itulah yang sedang terjadi di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-Jawa tengah.
Merujuk Farag Fouda dalam bukunya Kebenaran yang Hilang, dikatakan bahwa manusia secara
kejiwaan lebih condong untuk meminati aspek emosial yang membuat manusia itu merasa nyaman
dengan kebenaran yang dianggap mapan, dengan begitu sulit bagi banyak orang untuk menerima
kebenaran dengan versi lain, walaupun dikemudian hari versi lain ini terbukti lebih benar atau
mendekati kebenaran.

Jika ditilik lebih jauh Sinkretisme Kepribadian melahirkan ketidakmampuan. Sayangnya


ketidakmampuan itu, kemudian dikoordinir secara masif agar ketidakmampuan itu menjadi
sebuah kebenaran. Apabila gerakan itu ditambahi dengan bubu sikap a priori terhadap apa yang
dikemukakan kepada mereka, bahkan sampai menganggap hal itu sebagai kriminal, disinilah
perdebatan tentang kebenaran itu menemukan medan baru yaitu medan pencarian kebenaran
sekaligus medan pertarungan politik. Karena ketidakmampuan menerima kebenaran dan
mempunyai sikap a priori atas kebenaran yang dia yakini, terpolarisasikan sikap kenekatan dan
keberanian, atau antara menonjolkan kulit luar dan menelisik jauh ke inti terdalam.

Dengan begitu kita sesungguhnya sedang berada dipersimpangan jalan, satu jalan mengarahkan
kita kepada disharmoni dan konflik akibat kelalaian dan sempitnya wawasan kita. Dan diatas
segalanya, ini adalah akibat dari tidak munculnya upaya-upaya pencerahan, sementara jalan lain
mempertemukannya kedalam dunia modern. Jalan ini sesungguhnya sangat ramah, dan rute satu-
satunya adalah dengan memperluas cakrawala kita.

Untuk menyelaraskan antara pikiran dan tindakan memang tidalah mudah, perlu sikap kedewasaan
untuk “mengakui” kebenaran pihak lain. Ingat kembali cerita saat nabi mengutus pasukan untuk
berangkat ke bani Khuraidzah, dengan pesan “Jangan shalat ashar di bani khuraidzah” kemudian
pecahlah pasukan, separoh adanya shalat ashar ditengah jalan karena sudah hampir masuk
maghrib, separuh shalat ashar di bani khuraidzah pada tengah malam, yang terjadi nabi hanya
tersenyum dan mengatakan bahwa semuanya benar”. Keberanian untuk mengakui itu adalah
semangat lahirnya poros baru.

Idealisme Semu

Idea dalam pandangan plato adalah dunia di dalam jiwa. Berangkat dari sana maka
kecenderungan idealisme adalah kritis, bahkan terkadang ekstrim. Tapi, Yah itu lah “Kita”. Kita
diajarkan nilai-nilai dalam ber-IPM. Tapi dalam Prosesnya, “Hasrat” justru membutakannya.
untuk mencapai kekuasaan tertinggi yang kita ciptakan sendiri, pada akhirnya “aku” menjadi tidak
bebas dalam Idealisme aku sendiri. Padahal, Kita adalah bagian dari aku namun aku "idealisme"
belum tentu dapat menjadi kita. Semakin menjadi “kita” seharusnya melebur. Namun sebaliknya,
paradoks itu semakin nampak dengan inkonsistensinya. Hanya ada dua pilihan, menghilangkan
esensi “kita” menjadi “aku” atau tetap menjadi aku yang terpenjarakan.

Dalam buku How Democracies Die tulisan Steven Levitksy dan Daniel Ziblat dikatakan bahwa
“Dalam konstelasi apapun, aturan dan wasit terbaik adalah aturan yang tidak tertulis yang bisa kita
sebut sebagai norma. Norma itulah yang nantinya akan berperan sebagai pagar lembut dalam
sebuah konstelasi, mencegah persaingan politik merosot menjadi konflik tanpa aturan”.

Dalam hal ini, poros baru memiliki idealisme sebagaimana dicantumkan dalam AD/ART IPM dan
dalam putusan-putusan sejarahnya. Namun, yang menjadi pembeda adalah poros baru ini tidak
akan terjebak dengan “Nafsu” yang kita sebut sebagai kepentingan sesaat sehingga menghalalkan
segalamacam cara untuk memberi makan nafsu tersebt.

Paradigma Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) yang didalamnya tercantum tiga nilai:
Pembebasan, Pemberdayaan, dan Pencerdasan. Akan kami pegang teguh danbetul-betul
dilaksanakan oleh poros baru tersebut

Matinya Dialektika

Ketidakberanian dalam mengutarakan perbedaan pandangan adalah penghinaan bagi


sejarah panjang Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dialektika yang dibangun menjadikan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah mampu untuk tetap kokoh diterpa perubahkan zaman. Ya, jadi masalah
kita yang ketiga adalah “Kita tidak cukup berani untuk menghadirkan konflik diatas meja, tapi kita
gemar menghadirkannya di bawah meja”. Hasilnya adalah ada pihak yang memainkan peran
playing victim. Karena forum-forum yang sudah dibuat tidak dimanfaatkan dengan baik untuk
mengutarakan “apa yang diinginkan”.

Hegel dalam buku logika jilid 1, mengatakan dialektika adalah “gerakan pikiran, dimana yang
seolah-olah bercerai itu, sendirinya oleh sifat sendiri, yang satu memasuki yang lain, dan dengan
begitu membatalkan perceraian”.

Untuk menjelaskan tentang dialektika, kita bisa merujuk buku Madilog (Materialisme, Dialektika,
dan Logika)-nya Tan Malaka, disana dijelaskan dengan sangat apik. yang memadukan antara
dialektikanya Hegel dengan Marx dan Engels. Kira-kira begini, Hegel menganggap gerakan
pikiran adalah gerakan idea semata, sedangkan Marx dan Enggels menganggap otak itu seolah-
olah cermin yang membayangkan gerakan benda sebenarnya yang ada diluar otak kita.

Dalam perbedaan diantara kedua jenis dialektika, adalah pula persamaan, kedua pihak berdiri atas
gerakan, bukan pada ketetapan. Dua pikiran yang seolah tercerai itu, menurut Hegel oleh sifatnya
sendiri, yang satu memasuki yang lain, dan dengan begitu membatalkan perceraian.

Artinya adalah jika dialektika itu dibangun secara apik dengan selevelnya, maka akan memberikan
pengajarang yang sangat berharga untuk keduanya. Karena perbedaan level akan menjadikan salah
satu merasa tertindas dan dipaksa untuk menerima keputusan sepihak, dengan begitu dialektika
tidak pernah ada, dan “perceraian” dimulai dari situlah disulut.

Penutup

Sang Penguasa, ya! Itu adalah buku yang ditulis oleh Machiavelli mengatakan bahwa
“kamu boleh berbohong untuk meraih kemenangan karena itu bagian dari “game power” karena
dia bebas nilai dan tidak ada urusannya dengan benar atau salah”.

Ada satu hal, bahwa organisasi nirlaba yang namanya “Ikatan Pelajar Muhammadiyah” itu bukan
organisasi politik, tapi IPM adalah organisasi untuk belajar dan menempa diri. Bayangkan jika
pragmatisme Machiavellian itu sudah mendarah daging disetiap kader IPM dengan menghilangkan
nilai-nilai etika “tak tertulis” dan kemudian mereka menjadi pemimpin negeri ini dimasa depan,
kita hanya akan menemukan pemimpin yang “the banality of evil” yang karena kedangkalan
kejahatan dia ngak tau kalau sedang berbuat salah dan mementingkan kepentingan diri diatas
kepentingan bersama. Dan Poros hadir untuk menjadi antitesa dari semua itu.

Edward J. Lowell pernah bicara soal demokrasi dalam bukunya Sejarah Revolusi Prancis
bahwa pada tahun 1789 ditengah-tengah kota paris, raja bengis Louis XVI yang mengklaim bahwa
mahkotanya tidak mungkin copot dari kepalanya karena dipasangkan oleh Tuhan, diuji oleh
rakyat. Digiringlah ditengah Revolusi Prancis ditaruh lehernya didepan pisau guillotine dan “tek”
dalam dua detik, bukan sekedar mahkotanya yang copot dari kepalanya, tapi kepalanya yang copot
dari badannya, Itu penanda demokrasi pertama. Kita belajar dari peristiwa Revolusi Prancis itu
yang sekarang kita sebut sebagai “vox populi, vox dei” atau suara rakyat adalah suara tuhan,
dengan begitulah lahir Liberte(kebebasan), Egalite(kesetaraan), Fratenite(Persaudaraan).

Jika Revolusi Prancis adalah melahirkan demokrasi, maka Revitalisasi IPM Karesidenan Surakarta
/ Menyongsong Poros Baru IPM ini akan membangkitakan kembali dialektika.
KERANGKA KEBIJAKAN

Pimpinan Umum

1. Membuat data base kader sebagai acuan dalam segala arah


kebijakan Poros Baru.
Membangun Jejaring Untuk pendiasporaan Kader ke
Lembaga, atau Organisasi non Muhammadiyah, demi Bidang Organisasi
terwujudnya perkaderan yang masif, terstruktur dan solutif,
demi lancarnya segala kepentingan Poros Baru kedepan.
Memasifkan Gerakan untuk membangun lumbung
perkaderan yang terfokus kepada pembangunan SDM PR,
PC, PD.
2. Membangun Sistem Perkaderan yang Progresif, Masif, dan
Solutif, demi terwujudnya perkaderan yang Solutif
Menggembirakan. Dengan dibuatnya forum-forum Bidang Perkaderan
bersama perkaderan se-poros baru
Membangun Sistem Perkaderan pendukung demi
mempersiapkan Kader-kader dalam berdiaspora ke luar.
Dengan mengadakan Taruna Melati dan Pfp bersama
3. Memasifkan Gerakan Dakwah digital yang berfokus pada Bidang KDI
Pribumisasi Islam, Inklusifisme Islam, dan penanaman
Islam Wasathiyah yang toleran.
4. Membentuk wadah yang mewadahi potensi minat bakat Bidang Seni Budaya
pelajar di Bidang Seni, terutama Sastra, Teater, Seni Tari,
dan kesenian lainnya, demi terwujudnya Pelajar Madani
yang berbudaya.
5. Membentuk Wadah untuk menampung potensi minat bakat Bidang Olahraga
pelajar di Bidang Olahraga terutama Futsal, Biliard, E-
sport, Badminton, Ping Pong, demi terwujudnya Pelajar
sehat jasmani.
6. Membangun gerakan masif terstruktur dalam pembangunan
SDM Pelajar serta berfokus pada Advokasi Pelajar Desa
ataupun Kota. Bidang Advokasi dan
Mengkawal Isu dan program Pemerintah yang sejalan Kebijakan Publik
dengan misi dakwah IPM, serta tertuang dalam
SDGS(Sustainable Development Goals).
Mengkawal Pendiasporaan Kader di Organisasi Politik.
7. Membangun Kepemimpinan Inklusif melalui pengawalan
terhadap Isue Keperempuanan dan Kesetaraan Gender.
Mengkawal Kebijakan affirmative action serta program Bidang Ipmawati
Pemerintah yang sejalan dengan Misi Dakwah IPM serta
tertuang dalam SDGS(Sustainable Development Goals).
8. Membangun Kepemimpinan Hijau yang berfokus pada
kedaulatan sumber daya alam rakyat. Bidang Lingkungan Hidup
Mengkawal Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
SDGS (Sustainable Development Goals).
9. Membangun jejaring dengan Stakeholder terkait seperti
HIPMI, Kadin dll. Bidang PKK
Membangun inkubator perkaderan yang berfokus pada
pembangunan SDM Enterpreneurship dan Busines.
Rekomendasi
Bentuk Organisasi yang Fleksibel
(Perlu dinarasikan, dalam intinya adalah bagaimana herarkis dalam menjalankan tupoksi gerakan
itu menjadi sangat fleksibel dan dinamis, sehingga sdm sekecil apapun akan berdampak dan
dihargai dengan karya-karyanya)

Dibuatknya Forum Alumni


(Perlu dinarasikan, dalam intinya adalah bagaimana forum alumni yang dibuat terhubung dan akan
terus membersaai untuk kepentingan jaringan dan diaspora (baik dalam meningkatkan skil maupun
pekerjaan) dimmasa depan, sehingga hadirna forum alumni ini akan berdampak tentang rantai
pengkaderan yang tidak pernah putus dari antar generasi dan tentunya bisa berdampak baik dari
segi ekonomi, pengetahun, skill, dll)

Dibentuk “naungan dari Komunitas”


(Perlu dinarasikan, dalam initinya adalah bagaimana kita juga menjangkau tidak hanya sekolah
sekolah muhammadiyah namun sebagaimana IRM menguide SDM yang nantinya disebut kader
dari sekolah swasta dan negeri. Dengan begitu komunitas akan lebih mudah dianaungi dan
dipantau kebutuhannya, serta keterdampaannya akan lebih besar)

Anda mungkin juga menyukai