Anda di halaman 1dari 18

Temisien

Jurnal Teologi Misi dan Article


Enterpreneurship History 16-03-2022
ISSN: 2775-8842 (media cetak); 2775-720X (media Submitted :18-03-2022
online) Vol. 2, No. 1 (Maret 2022) Accepted : 31-03-2022
Published By: Sekolah Tinggi Teologi Injili Published :
Indonesia Jakarta

KARAKTERISTIK παραπεσόντας DALAM SURAT IBRANI


(STUDI EKSEGESE IBRANI 6:4-6)
Heri Lim
Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Jakarta
Email Correspondence: heri.lim.gkri@gmail.com

Abstract: This paper attempts to explain the characteristics of παραπεσόντας. The interpretation
of Hebrews 6:4-6 is one of the topics in New Testament biblical discussion which deals
with the dangers of apostasy. The difficulty faced in this discussion is how to harmonize
the description in Heb 6:4–5 with the statements in Heb 6:6 about they who have fallen
away and no longer to be restored to repentance. This article is explained by looking at
the sentence structure, lexicon, grammar, context, as well as the opinion of the New
Testament scholars.

Keywords: Apostasy, Warning, Hebrew, Participant.

Abstraksi: Tulisan ini mencoba menjelaskan karakteristik παραπεσόντας. Penafsiran Ibrani 6:4-6
adalah salah satu topik dalam diskusi Alkitab Perjanjian Baru yang berhubungan
dengan bahaya kemurtadan. Kesulitan yang dihadapi dalam pembahasan ini adalah
bagaimana menyelaraskan uraian dalam Ibr 6:4–5 dengan pernyataan dalam Ibr 6:6
tentang mereka yang telah murtad dan tidak lagi akan dipulihkan kepada pertobatan.
Artikel ini dijelaskan dengan melihat struktur kalimat, leksikon, tata bahasa, konteks,
serta pendapat para ahli Perjanjian Baru..

Kata Kunci: Kemurtadan, Peringatan, Ibrani, Partisip

PEDAHULUAN
Penafsiran Ibrani 6:4-6 merupakan salah satu topik dalam diskusi biblika PB yang mengupas
tentang adanya bahaya kemurtadan. Kesulitan yang dihadapi dalam diskusi ini adalah bagaimana
mengharmoniskan klausa partisip dalam ay. 4–5 tentang mereka yang pernah “diterangi hatinya,
yang pernah mengecap karunia sorgawi, yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, yang
pernah mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang,” dengan
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 210
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
klausa
720X partisip dalam ay. 6 tentang adanya kemurtadan yang tidak mungkin diperbaharui lagi kepada

pertobatan. Klausa “mereka yang murtad (παραπεσόντας)” hanya ditemukan satu kali dalam surat
ini, bahkan dalam PB. 1 Pencermatan atas hal ini telah memunculkan sejumlah diskusi yang terus
berkembang. Apakah sejumlah partisip yang digambarkan dalam ay. 4–5 merupakan karakteristik
tentang seseorang yang pernah mengalami keselamatan ataukah bukan? Demikian pula, jika ay. 4–5
dilihat sebagai karakteristik tentang seseorang yang pernah mengalami keselamatan, lalu apakah ay.
6 mengindikasikan kemungkinan terjadinya kehilangan keselamatan? Pertanyaan ini juga terkait
dengan ay. 6 yang menyatakan bahwa keadaan tersebut, “tidak mungkin diperbaharui lagi
sedemikian, hingga mereka bertobat.” Jika demikian, bagaimana menafsirkan bagian ancaman atau
peringatan keras di sini, apakah mereka terancam kehilangan pahala atau kehilangan keselamatan
kekal?
Berbagai interpretasi atas bagian ini dalam diskusi biblika dapat dikelompokan dalam empat
pandangan besar atau penafsiran. Pandangan ini dibedakan menurut status orang yang dimaksudkan
dalam peringatan keras atau ancaman ini. Empat pandangan tersebut menyimpulkan bahwa
kemungkinan mereka yang murtad adalah: (a) Orang percaya sejati yang dapat kehilangan
keselamatannya; (b) orang percaya sejati yang dapat kehilangan pahalanya dalam pengadilan Allah
(c) orang percaya sejati dengan ancaman yang bersifat hipotetis dan (d) orang percaya yang palsu.
Keempat pandangan ini memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Para penafsir
menjelaskan bagian ini berdasarkan konteks dari Kitab Suci dan presuposisi teologis masing-masing
untuk dapat menghasilkan interpretasi yang paling sedikit kejanggalannya. Dalam hal ini penulis
cenderung kepada pandangan keempat, karena tafsiran ini mungkin yang paling konsisten dalam
interpretasinya dan menyisakan paling sedikit pertanyaan yang tidak terjawab. Oleh karena itu,
penulis akan mencoba menguji masing-masing pandangan dengan kembali menelusuri eksegesis
terhadap Ibrani 6:4-6. Dengan demikian kerangka kerja dari kajian ini adalah melakukan tinjauan
eksegesis dari ay. 4–6 dengan kembali mencermati tujuan, latar belakang surat, konteks literer,
analisis gramatika dan sintaksis untuk membangun sebuah penafsiran atas bagian ayat tersebut..

1
Herbert W. Bateman IV (ed.), Four Views on the Warning Passages in Hebrews (Grand Rapids: Kregel, 2007). Buku
ini adalah salah satu kajian yang cukup baik dan mencoba memberi ruang bagi diskusi secara khusus tentang
bagaimana memahami ayat-ayat yang berbicara tentang peringatan keras dalam surat Ibrani. Dalam bagian tertentu
buku ini juga kuat membahas tentang bagaimana memahami kemurtadan dalam surat Ibrani. Buku ini ditulis oleh
empat narasumber yang kompeten dan mewakili posisi teologis masing-masing.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 211
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X

METODE
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode gabungan dari eksegesis dan studi
pustaka. Artikel ini dijelaskan dengan melihat struktur kalimat, leksikon, tata bahasa, konteks, serta
pendapat para ahli Perjanjian Baru Menafsir yang dimaksud adalah menjelaskan secara tepat prinsip-
prinsip yang digunakan untuk menafsirkan makna yang dimaksud oleh penulis. eksegesis mencakup
makna teks asli dan juga makna lain pada masa kini. Eksegesis penting karena akan memampukan
seseorang untuk beralih dari teks ke konteks, mengijinkan makna yang diinspirasikan Allah dari
Firman itu untuk berbicara pada hari ini dengan kesegaran dan kekuatan yang sama seperti
sebelumnya di dalam latar belakang aslinya. Hanya eksegesis yang dapat membuat seseorang dapat
menemukan kebenaran sesuai dengan teks. Dan juga penelitian ini akan melakukan studi pustaka.
Data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis dan diolah untuk kemudian dinarasikan sehingga
menjadi suatu karya penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tujuan dan Latar Belakang Penulisan Surat

Surat ini ditulis untuk orang Kristen Yahudi sebagai dorongan agar mereka tetap
mempertahankan iman dalam Kristus.2 Informasi ini mungkin akan membantu penafsir untuk
mengenali karakteristik dari komunitas kristen dalam surat ini, sebelumnya berasal dari komunitas
Yudaisme. Penganiayaan yang datang tampaknya adalah bagian dari latar belakang dan tujuan
penulisan surat ini (Ibr 10:32-34). Para pembaca surat itu dinyatakan menjadi sasaran penganiayaan
dan tampaknya hal-hal yang lebih serius akan terjadi. Mengingat kelemahan rohani mereka, maka
surat ini diberikan sebagai peringatan keras agar mereka tidak murtad dari iman. Mengenai apa
bahayanya secara spesifik, posisi tradisional biasanya menafsirkan bagian ini sebagai bahaya
meninggalkan imam kekristenan mereka dan kembali kepada Yudaisme. 3 Di bawah penganiayaan
Romawi, orang Kristen berada di bawah kekuasaan mereka dan diserahkan kepada orang-orang
Yahudi di Roma. Jika mereka adalah orang Kristen Yahudi pada waktu itu, maka mungkin saja

2
Hal ini dapat dilihat juga dari judul tradisional, “ΠΡΟΣ ΕΒΡΑΙΟΥΣ (untuk orang Ibrani),” di mana penerima surat ini
telah lama dianggap sebagai orang Yahudi yang berpindah agama menjadi Kristen. Penulis tidak melakukan form
criticism untuk mengupas siapa penulis dan tanggal penulisan, tetapi lebih kepada siapa penerimanya. Hal ini terkait
dengan judul artikel tentang bahaya kemurtadan dengan mengertinya dalam konteks komunitas kristen yang sebagian
besar sebelumnya berasal dari komunitas yudaisme.
3
D. A. Carson, Douglas J. Moo, dan Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids: Zondervan,
1992), 391–406.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 212
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
mereka
720X tergoda untuk mengkompromikan sebanyak mungkin perbedaan kekristenan untuk dapat

merengkuh identitas dan kepercayaan Yahudi mereka. 4 Dalam latar belakang seperti inilah
kemungkinan surat Ibrani dituliskan.
Penulis mengirimkan nasihatnya dalam bentuk surat untuk mengingatkan mereka agar tetap
setia kepada Kristus. Dia menulis kepada penerima suratnya dengan menunjukkan kesia-siaan ketika
seseorang kembali ke perjanjian yang lama. Hanya Kristus dalam perjanjian yang baru yang dapat
menyelamatkan. Kembali ke hukum lama akan menyebabkan kemurtadan dan keterpisahan dari
Kristus. Dalam hal ini penulis Ibrani secara runut menunjukkan bahwa Kristus lebih tinggi dari
semua orang di bawah perjanjian lama, termasuk para malaikat di surga. Tidak ada harapan jika
mereka murtad, mereka akan mati di padang gurun seperti nenek moyang Israel dan tidak mencapai
tanah perjanjian. Pada sisi selanjutnya, surat Ibrani juga menekankan kemanusiaan Yesus untuk
menunjukkan bahwa Dia dapat mengerti setiap kebutuhan dan pergumulan orang percaya. Dia adalah
Imam Besar yang berbela rasa karena Dia pernah menjadi manusia. Surat Ibrani juga tampaknya
memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa Kristus adalah penggenapan nubuatan Perjanjian Lama
bagi orang Yahudi yang belum percaya. Bagian yang terdapat dalam surat ini meliputi ajaran agung
tentang finalitas wahyu Allah dalam Sang Anak, Tuhan Yesus Kristus. Dalam susunan yang runut
tersebut, terdapat sebuah peringatan keras tentang bahaya kemurtadan yang akan diulas dalam artikel
ini.

Konteks Literer

Konteks literer ini juga membantu untuk memberi informasi tentang karakteristik
παραπεσόντας yang diberi peringatan keras oleh penulis surat. Konteks literer dari Ibrani 6:4-6 dapat
ditemukan dalam unit besarnya, yakni bagian yang dimulai dari Ibr 5:11 dan meluas hingga Ibr 6:
20. Dalam konteks literer ini, penulis Ibrani memperingatkan pendengarnya tentang bahaya
kemurtadan yang terjadi dalam komunitas kristen ditandai dengan kelambanan otot rohani dan
ketidak-berbuahan walaupun mereka sudah lama ada dalam komunitas kristen. Penulis pertama-tama
menegur penerima suart ini karena ketidakdewasaan rohani mereka (5:11-14), kemudian mendorong
mereka untuk sungguh-sungguh menghasilkan pertumbuhan iman yang matang (6:1-3),
memperingatkan mereka tentang bahaya kemurtadan (6: 4-6), memberikan ilustrasi akibat dari

4
D. A. Carson, Douglas J. Moo, dan Leon Morris, An Introduction to the New Testamen, 405-6.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 213
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
kemurtadan
720X (6:7-8), dan akhirnya memberikan dorongan khusus untuk bertekun dalam iman mereka
kepada Kristus (6: 9-20).
Dalam bagian awal konteks lini, penulis menegur adanya ketidak-dewasaan rohani yang
terjadi di dalam jemaat. Ada beberapa tanda ketidak-dewasaan rohani yang dapat dicermati di sini,
antara lain: kemalasan atau kelambanan terhadap Firman (Ibr 5:11), ketidakmampuan untuk
mengajarkan Firman kepada orang lain (Ibr 5: 12), masih perlu diajarkan azas-azas pokok dari
penyataan Allah (Ibr 5:12-13) dan kurangnya keterampilan dalam menerapkan Firman (Ibr 5:14).
Dalam hal ini penulis surat menekankan pentingnya latihan rohani agar jemaat dapat menuju
kedewasaan rohani. Jadi penulis Ibrani menegor agar jemaat seharusnya tidak demikian puas dengan
kondisi mereka saat ini. Kedewasaan rohani yang dimaksudkan oleh penulis, meliputi: menerima
dan menanggapi dengan tepat kebenaran yang terungkap, semangat untuk bertekun dalam
pengharapan, iman dan ketekunan yang teguh. Kedewasaan rohani tidak datang begitu saja datang
dengan sendirinya, tetapi itu terjadi dengan kesadaran yang melibatkan tindakan ketaatan orang
percaya untuk melakukan kehendak-Nya, sambil bergantung pada pertolongan-Nya. Jadi
kedewasaan itu datang, saat orang percaya mengikuti tuntunan Roh Kudus yang memimpin dan
memberdayakan mereka.
Penulis menasehati agar pembacanya meninggalkan pemahaman mereka tentang Mesias
seperti kepercayaan yang di masa lalu. Hal ini tampaknya terkait dengan ajaran dasar Yudaisme yang
masih melekat dalam pikiran dan kehidupan jemaat (Ibr 6:1-2). Alur ini kemudian bergerak kepada
bagian yang dieksegesis ini, yakni peringatan keras mengenai kemurtadan (Ibr 6:4-6). Jadi informasi
dari konteks tersebut akan menolong pembaca surat ini untuk mengenali karakteristik orang yang
murtad tersebut. Dalam konteks setelahnya, penulis menjelaskan ilustrasi tentang konsekuensi serius
dari kemurtadan (Ibr 6:7-8). Ilustrasi yang digunakan adalah tanah yang seharusnya menghasilkan
buah, karena telah menerima hujan yang turun ke atasnya. Sebaliknya jika tanah itu menghasilkan
semak duri, maka ia akan dibakar. Gagasan tersebut menunjukkan bahwa bertumbuh dan
menghasilkan buah adalah sesuatu yang penting. Peringatan ini tidak berhenti sampai di sana, karena
kemudian penulis melanjutkannya dengan memberikan dorongan untuk bertekun (Ibr 6:9-12) dan
ditutup dengan indah dalam bagian unit ini dengan kepastian janji Tuhan yang menjadi landasan
pengharapan orang percaya (Ibr 6:13-20).

Eksegesis Ibrani 6:4-6

Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 214


Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X Dalam hal ini penulis akan membuat perbandingan versi BNT dengan tiga versi yang umum

digunakan (ESV, NIV dan ITB). Setelah itu penulis akan menunjukan beberapa perbedaan
terjemahan dan memberikan alternatif terjemahan terkait bagian ini. Dalam versi BNT, bagian ini
dinyatakan sebagai berikut:
Αδύνατον γὰρ τοὺς ἅπαξ φωτισθέντας, γευσαμένους τε τῆς δωρεᾶς τῆς ἐπουρανίου καὶ
μετόχους γενηθέντας πνεύματος ἁγίου καὶ καλὸν γευσαμένους θεοῦ ῥῆμα δυνάμεις τε μέλλοντος
αἰῶνος καὶ παραπεσόντας, πάλιν ἀνακαινίζειν εἰς μετάνοιαν, ἀνασταυροῦντας ἑαυτοῖς τὸν υἱὸν τοῦ
θεοῦ καὶ παραδειγματίζοντας.

NIV ESV ITB


It is impossible for those For it is impossible, in the Sebab mereka yang pernah
who have once been case of those who have once diterangi hatinya, yang pernah
enlightened, who have tasted been enlightened, who have mengecap karunia sorgawi, dan
the heavenly gift, who have tasted the heavenly gift, and yang pernah mendapat bagian
shared in the Holy Spirit. have shared in the Holy dalam Roh Kudus
Spirit
who have tasted the and have tasted the goodness dan yang mengecap firman yang
goodness of the word of God of the word of God and the baik dari Allah dan karunia-
and the powers of the powers of the age to come karunia dunia yang akan datang
coming age
and who have fallen away, to and then have fallen away, to namun yang murtad lagi, tidak
be brought back to restore them again to mungkin dibaharui sekali lagi
repentance. To their loss repentance, since they are sedemikian, hingga mereka
they are crucifying the Son crucifying once again the Son bertobat, sebab mereka
of God all over again and of God to their own harm and menyalibkan lagi Anak Allah
subjecting him to public holding him up to contempt. bagi diri mereka dan menghina-
disgrace. Nya di muka umum

Dalam tabel tersebut, ada beberapa perbedaan terjemahan (NIV, ESV dan ITB) dibandingkan
dengan versi BNT yang dapat dicermati. Pertama dalam terjemahan NIV, Konjungsi penghubung
γὰρ tidak dimunculkan, di mana pada versi lain konjungsi tersebut diterjemahkan sebagai karena
dalam versi ITB dan for dalam versi ESV. Konjungsi ini sangat penting karena menjadi jembatan
dari kalimat sebelumnya, yakni rujukan tentang mereka yang meletakan dasar pertobatan dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia.
Perbedaan kedua adalah kata “Αδύνατον” di bagian awal kalimat dalam versi BNT (ay.4)
memiliki variasi terjemahan dengan versi ITB. Tampaknya ITB memasukan terjemahan ini dalam
ayat 6. Dalam tata bahasa Yunani, hal ini diperbolehkan, mengingat penerjemahan bukan ditentukan
oleh susunan kata tersebut dalam sintaksisnya. Kendati demikian kata “Αδύνατον” yang ditulis di
awal bagian memberikan penekanan yang keras, bahwa adalah “tidak-mungkin” bagi mereka yang

Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 215


Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
murtad
720X untuk diperbaharui lagi kepada pertobatan. Ada beberapa opsi dari ketidak-mungkinan ini

yang akan dielaborasi dalam bagian eksegesis selanjutnya.


Perbedaan ketiga dalam terjemahan versi ESV, terkait dengan frase “in the case” yang tidak
secara eksplisit dapat ditemukan korespondensi kata dalam versi BNT. Kendati demikian hal ini
masih dapat diterima, mengingat frase tersebut (in the case) merujuk kepada kasus khusus yang
terjadi dalam dosa kemurtadan. Tampaknya versi ESV menambahkan frase ini untuk memberikan
penekanan bahwa kasus ini secara khusus merujuk kepada mereka yang meletakan dasar pertobatan
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia.
Perbedaan keempat dalam versi ITB ditunjukkan oleh klausa “yang pernah mendapat bagian
dalam Roh Kudus.” Rujukan pada terjemahan versi NIV dan ESV hampir identik, yakni “who have
shared in the Holy Spirit.” Kendati tidak ada perbedaan yang signifikan dalam klausa tersebut,
penulis memberikan sedikit penekanan, karena ada kata γενηθέντας sebagai verba partisip yang
mengindikasikan bahwa orang-orang tersebut pernah menjadi (γίνομαι) bagian dalam Roh Kudus.
Hanya saja kata “bagian (μετόχους)” dapat memiliki beberapa alternatif terjemahan yang dapat
menunjukan derajat intensitas berbeda dari partisipan tersebut. Perbedaan ini akan dielaborasi secara
eksegesis dalam bagian berikutnya.
Perbedaan kelima klausa “pernah mengecap firman yang baik (καλὸν γευσαμένους θεοῦ
ῥῆμα)” memiliki perbedaan dalam terjemahan. Perbedaan ini secara khusus terkait dengan frase
“firman yang baik,” di mana dalam NIV dan ESV menerjemahkan kata tersebut sebagai “the
goodness of the word of God.” Frase “καλὸν θεοῦ ῥῆμα” muncul tanpa definite article, oleh
karenanya konteks kalimat akan menjadi penuntun terjemahan, apakah καλὸν dilihat sebagai
substantif, atributif atau predikatif. 5 Dalam konteksnya kedua kemungkinan itu tetap ada, sehingga
καλὸν di sini dapat diterjemahkan sebagai kata sifat (baik) ataupun kata benda (goodness). Kendati
ada perbedaan dalam terjemahan tersebut, kedua pilihan itu tidak mengubah maksud kalimat secara
besar, hanya memberikan nuansa penekanan dan penjelasan kata, pada καλὸν ataukah pada ῥῆμα.
Perbedaan keenam adalah kata “δυνάμεις” yang memiliki perbedaan dalam terjemahan ITB,
yang diartikan sebagai “karunia-karunia.” Jika dibandingkan dengan terjemahan versi NIV dan ESV,
mereka menerjemahkannya secara cukup identik sebagai “the powers.” Kedua bagian ini (kuasa dan
karunia) cukup berbeda, walaupun saling terkait satu sama lain. Dalam beberapa bagian, kata “kuasa”
dapat diartikan secara umum yang merujuk kepada pekerjaan ajaib dari Allah yang dapat terjadi

5
Daniel B . Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics, 306-7.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 216
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
dalam
720X kehidupan manusia. Sedangkan kata “karunia” secara khusus biasanya dipahami sebagai

pemberian karunia rohani dari Allah untuk membangun tubuh Kristus. Tampaknya dalam konteks
Ibrani, kata “δυνάμεις ” lebih merujuk kepada opsi yang pertama (Ibr 1:3, 2:4; 7:16; 11:11; 11:34).
Ketujuh, frase τε μέλλοντος αἰῶνος memiliki perbedaan terjemahan dalam ITB, “dunia yang
akan datang,” sedangkan dalam NIV dan ESV diterjemahkan cukup identik, yaitu “the coming age
(versi NIV)” dan “the age to come (versi ESV).” Terjemahan “dunia yang akan datang” versi ITB
tampaknya dapat memberikan nuansa tersendiri. Apakah αἰῶνος tersebut merujuk kepada suatu
dunia yang akan datang. Pada bagian yang lain dalam surat Ibrani, penerjemah ITB juga
menerjemahkan αἰῶνος sebagai “zaman akhir dan kekekalan (Ibr 1:8; 5:6; 6:20; 7:17,21,24,28; 9:26;
11:3; 13:8 dan 13:21).” Dalam hal ini konteks kalimat tersebut akan kembali dicermati dan
dielaborasi pada bagian eksegesis berikutnya.
Kedelapan, klausa “πάλιν ἀνακαινίζειν εἰς μετάνοιαν” memiliki perbedaan dari nuansa
penekanan dalam versi ITB “dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat”
dibandingkan dengan versi NIV, “to be brought back to repentance” dan cukup identik dengan versi
ESV “to restore them again to repentance.” Penambahan kata “sedemikian” dalam versi ITB
tampaknya untuk mendukung ketidak-mungkinan yang akan terjadi, walaupun tidak didukung secara
korespondensi dalam versi BNT. Perbedaan sedikit penekanan terjemahan NIV dengan ESV,
mungkin lebih kepada aspek ketidak-mungkinan untuk dibawa kembali (NIV) ataupun ketidak-
mungkinan untuk direstorasi (ESV).
Kesembilan, konjungsi “sebab” versi ITB dan “since” versi ESV dari ay. 6, tampaknya tidak
ditemukan korespondensinya dalam BNT. Pada sisi yang lain, NIV menerjemahkan bagian ini
sebagai bagian kalimat yang baru, dengan terjemahan sebagai berikut “…to be brought back to
repentance. To their loss…” Dengan kata lain NIV melihat bagian ini sebagai kalimat kedua atau
kalimat yang baru, sedangkan dalam versi lain (BNT, ESV dan ITB) melihat bahwa ay.4-6
merupakan 1 kalimat yang tak terpisah.
Kesepuluh refective pronoun “ἑαυτοῖς ” memiliki terjemahan berbeda dalam versi NIV
sebagai “their loss,” dan cukup berbeda dalam versi ESV diterjemahkan sebagai “their own harm”
sedangkan kata ini diterjemahkan “bagi diri mereka” dalam versi ITB. Versi ESV dan NIV
tampaknya memberikan penjelasan dari ἑαυτοῖς tersebut walaupun tidak ada korespondensi dengan
versi BNT. Dalam hal ini, NIV menekankan aspek tanggung jawab atas kehilangan diri mereka
sendiri, sedangkan ESV lebih menekankan aspek tanggung jawab atas malapetaka yang dibuat oleh
mereka sendiri. Versi ITB tidak menambahkan atau memberikan keterangan, mungkin karena dirasa
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 217
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X dapat dipahami oleh pembaca dengan menerjemahkan ἑαυτοῖς tersebut sebagai konsekuensi
cukup
dari tindakan mereka sendiri.
Kesebelas verba παραδειγματίζοντας memiliki terjemahan yang sedikit berbeda, di mana
NIV menerjemahkannya sebagai “subjecting him to public disgrace.” Versi ESV menerjemahkannya
sebagai “holding him up to contempt,” sedangkan versi ITB menerjemahkan, “menghina-Nya di
muka umum.” Dalam versi ESV, tidak diberikan keterangan kata kerja itu sebagai penghinaan di
depan publik, sebagaimana versi ITB dan NIV menerjemahkannya. Kendati tidak ada datif ataupun
akusatif setelah verba ini, namun terjemahan ITB dan NIV masih dapat diterima mengingat kata
kerja tersebut biasa digunakan untuk menggambarkan: “to set forth as a public example, make an
example in a bad sense, to hold up to infamy or to expose to public disgrace.” 6

Terjemahan Penulis

Karena (adalah) tidak mungkin bagi mereka yang pernah diterangi, yang pernah mengecap
karunia surgawi, dan yang pernah menjadi bagian di dalam Roh Kudus dan yang pernah mengecap
kebaikan dari firman Allah dan dan kuasa-kuasa dari zaman yang akan datang tetapi murtad, untuk
diperbaharui lagi kepada pertobatan, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka
dan menghina-Nya di depan umum (Ibr 6:4-6).

Tinjauan Sintaksis

Dalam hal ini, penulis akan mencermati klausa partisip yang paralel untuk mengenali
karakteristik παραπεσόντας. Jadi dalam tinjauan sintaksis Ibr 6:4-6 ini, penulis akan mencermati
bagan diagram kalimatnya untuk melihat kaitan paralel yang menjadi karakteristik tentang mereka
yang murtad. Pencermatan diagram ini akan sangat membantu untuk memetakan bagaimana kata-
kata tersebut membentuk frase, frase membentuk kluasa dan klausa yang membentuk kalimat.
Susunan paralel terhadap masing-masing bagiannya akan membantu penafsir untuk menemukan
manakah yang menjadi inti kalimat dan kompleksitas kalimatnya. 7 Demikian pula paralel dari klausa
akan memperjelas bagaimana anak kalimat tersebut membentuk induk kalimatnya secara runut dan
unik. Berikut adalah diagram untuk bagian tersebut 8:

6
Analysis, Origin: from 3844 and 1165; TDNT - 2:32,141, Bibleworks9. Copyright © 2011 bibleworks, LLC Version
9.0 ; Bdk. S. McKnight, “The Warning Passages of Hebrews: A Formal Analysis and Theological Conclusions,” TrinJ
NS 13/1 (1992) 40–42.
7
Daniel B . Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics, 656-58.
8

Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 218


Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X Dalam kalimat utama tersebut terdapat 1 verba infinitif (ἀνακαινίζειν)9 dan anak kalimat

dengan 6 verba partisip 10, antara lain: φωτισθέντας11, γευσαμένους12, γενηθέντας13,


παραπεσόντας,14 ἀνασταυροῦντας,15 dan παραδειγματίζοντας.16 Jika partisip tersebut dilihat secara
mandiri, maka frase dalam ay. 4–5 tampaknya mengidentifikasi kejadian yang dialami orang percaya
yakni pengalaman keselamatan.17 Kesan awal dari pernyataan ini adalah bahwa pertobatan yang
terjadi adalah pertobatan yang tulus. Pernyataan “dibaharui sekali lagi (πάλιν ἀνακαινίζειν)”
sepertinya menunjukan bahwa orang-orang tersebut pernah mengalami pertobatan dan dengan
demikian mereka pernah diselamatkan. Hal ini mungkin menjadi bukti keberatan bagi mereka yang
berpendapat bahwa frasa dalam ay. 4–5 menggambarkan orang-orang yang belum diselamatkan.
Kendati demikian keberatan ini dapat diklarifikasi, karena semua partisip yang diungkapkan dalam
ay. 4–5 masih bersifat ambigu yang tidak secara eksplisit menjelaskan karakteristik rohani dari
orang-orang tersebut.
Selanjutnya frase “mereka yang pernah diterangi (ἅπαξ φωτισθέντας), ditulis dalam kalimat
pasif yang memiliki arti “pernah diajar” atau “diterangi” oleh Tuhan dan atau oleh firman-Nya. Frase
tersebut sering diasumsikan atau mengandung konotasi yang paralel dengan pengalaman regenerasi
dalam karya keselamatan. Asumsi ini biasanya didasarkan pada tiga alasan. Pertama, istilah ini
biasanya dirujuk kepada pengalaman keselamatan yang umumnya ditemukan dalam PB dan
membawa arti yang sama. Kedua, kata keterangan “pernah (ἅπαξ)” merujuk kepada tindakan awal
dimana orang-orang tersebut pernah mendengar dan menanggapi Injil. Ketiga, satu-satunya
penggunaan kata ἅπαξ φωτισθέντας oleh penulis ada di dalam Ibrani 10:32. Bagian itu
mengidentifikasi pembaca sebagai orang-orang yang pernah diselamatkan.

9
Kata kerja infinitif present aktif dari kata ἀνακαινίζω.
10
Daniel B . Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics , 614-16. Tidak ada kepentingan waktu dalam
partisip. Partisip aorist merupakan salah satu konstruksi sintaksis bahasa yunani Koine yang fleksibel, di mana sifat
kelenturannya mengakibatkan beberapa persoalan bagi para penerjemah dan penafsir Alkitab. Dengan demikian makna
Partisip aorist akan selalu ditentukan oleh hubungannya dengan verba utama dalam konteks. Sedangkan partisip
present biasanya digunakan untuk menunjukan tindakan yang terus-menerus.
11
Kata Kerja partisip aorist pasif akusatif maskulin jamak dari kata φωτίζω.
12
Kata Kerja partisip aorist medium akusatif maskulin jamak dari kata γεύω. Verba partisip ini muncul 2 kali
dalam ayat 4 dan5.
13
Kata Kerja partisip aorist pasif akusatif makulin jamak dari kata γίνομαι.
14
Kata Kerja partisip aorist pasif akusatif maskulin jamak dari kata παραπίπτω.
15
Kata Kerja partisip present aktif akusatif maskulin jamak dari kata ἀνασταυρόω.
16
Kata Kerja partisip present aktif akusatif maskulin jamak dari kata παραδειγματίζω.
17
W. R. Kempson, “Hebrews 6:1–8,” RevExp 91 (1994), 570.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 219
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X Sejumlah argumen tersebut tampaknya cukup kuat, namun bukti dan analisis bagian ini dapat

memberikan pertimbangan yang berbeda. Pencermatan kepada bentuk kata kerja ἅπαξ φωτισθέντας
yang diasosiasikan dengan regenerasi, menimbulkan masalah baru: apakah kata kerja itu sendiri
digunakan dalam pengertian ini dalam surat Ibrani? 18 Kedua, keterangan “ἅπαξ” yang hanya
menekankan pada tindakan awal, akan sangat berbeda dengan konsep regenerasi yang secara
konsisten menekankan tindakan awal hingga akhir. Kata keterangan “ἅπαξ” kadang ditafsirkan
sebagai pengalaman yang terjadi sekali untuk seterusnya (Ibr 9:26-28), sehingga ini diparerelkan
dengan regenerasi. Pada sisi lain, hal itu juga dibantah oleh Ibrani 9:7, di mana “ἅπαξ” dapat merujuk
kepada tindakan yang dilakukan lebih dari sekali.
Demikian pula kata keterangan “lagi (πάλιν)” dalam ay. 6 terkait dengan “pada awalnya
(ἅπαξ)” dalam ay. 4. Klausa “yang pernah diterangi hatinya” juga dapat dibandingkan dengan Ibr
10:32, Ibr 10:26, “setelah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,” namun tidak ada indikasi
bahwa hal ini merupakan regenerasi. Pada sisi lain, frase ini dapat berarti bahwa para pembaca telah
diajarkan kebenaran Firman Tuhan. Pada intinya adalah bahwa bukti untuk menganggap frase ἅπαξ
φωτισθέντας berarti mereka yang pernah mengalami regenerasi atau sungguh-sungguh diselamatkan
adalah tidak eksplisit. Dalam hal probabilitas, tampaknya kemungkinan melihat hal ini sebagai
“regenerasi” adalah tidak terlalu didukung, mengingat partisip yang digunakan ini tidak pernah
secara konsisten menggambarkan karakteristik mereka yang mengalami kelahiran baru.
Klausa partisip “yang pernah mengecap karunia sorgawi (γευσαμένους τε τῆς δωρεᾶς)”
dalam ay.4 memiliki paralel dengan konstruksi partisip sebelumnya. Klausa ini paralel dalam ay. 5,
yakni “yang pernah mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan
datang.” Pada umumnya klausa ini juga ditafsirkan sebagai bagian dari keselamatan. Dukungan
untuk interpretasi ini didasarkan pada dua argumen. Argumen pertama adalah bahwa kata mengecap
(γευσαμένους) yang digunakan secara metaforis, tidak hanya berarti mencicipi sedikit, tetapi juga
untuk mengalami sepenuhnya. Satu-satunya penggunaan lain dalam surat ini adalah dalam Ibr 2:9,
di mana kata ini menggambarkan pengecapan kematian Kristus untuk setiap orang. 19 Dengan kata
lain frase “mengecap karunia sorgawi” dapat merujuk kepada karakteristik orang yang pernah
diselamatkan.

18
Pada sisi lain, terdapat contoh dalam PB, dimana kata ini tidak bisa merujuk pada regenerasi, misalnya, Yoh
1: 9 yang menggambarkan Kristus sebagai terang sejati yang “menerangi setiap orang.” Dengan melihat bahwa “setiap
orang” di sini berarti seluruh umat manusia, maka “yang diterangi” tidak dapat diartikan sebagai regenerasi.
19
Argumen lain bahwa karunia surgawi adalah merujuk pada Injil dan atau berkat yang terkait dengannya
(Yoh 4:10), Roh Kudus (Kis 2:38; 8:20; 10:45; 11:17) dan keselamatan (Rom 5:15,17).
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 220
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X Penggunaan kata kerja partisip “mengecap (γευσαμένους)” memang membawa serta gagasan

“mengalami” di dalamnya, sebagaimana yang disebutkan dalam Ibr 2: 9 bahwa Kristus merasakan
kematian. Kristus merasakan kematian berarti bahwa Dia mengalami kematian. Demikian pula
“mengecap” seperti dalam Ibrani 2: 9, melibatkan pengalaman yang nyata. Dengan kata lain,
mencicipi karunia surgawi dalam ay.4 berarti bahwa mereka benar-benar mengalami karunia ini.
Kendati demikian “mencicipi” tidak dapat diartikan sebagai mengalami seluruhnya. Mengecap
secara kiasan seperti dicatat dalam Ibrani 2: 9, justru merujuk kepada pengalaman yang sesaat,
sementara, atau tidak berkelanjutan. 20 Demikian pula setiap penggunaan kiasan mengecap dalam PB
tidak serta merta merupakan pengalaman keselamatan. Dengan kata lain, ada kemungkinan di mana
seseorang mengalami kuasa dan kebaikan Tuhan, tetapi tidak selalu berlanjut dalam pengalaman
keselamatan. Oleh karena itu, pertanyaan dalam ay. 4 yang perlu diperhatikan adalah apakah
pengalaman “cicipan” tersebut berlanjut kepada keselamatan. Dengan demikian kata “γευσαμένου”
tidak dapat menentukan karakteristik apakah mereka sungguh selamat atau tidak.
Demikian pula klausa partisip “pernah mengecap karunia sorgawi (γευσαμένους τε τῆς
δωρεᾶς τῆς ἐπουρανίου),” tidak selalu menunjukan karakteristik orang yang telah diselamatkan.
Karunia sorgawi ini mungkin dapat berbentuk kuasa supra-alami yang Allah lakukan, namun bukan
berarti mereka yang pernah mencicipinya sungguh-sungguh mengalami keselamatan.21 Dengan kata
lain semua orang Kristen yang sejati pasti pernah mengalami berkat-berkat rohani tersebut, tetapi
tidak semua orang yang pernah mengalami hal-hal itu pada akhirnya menjadi orang Kristen yang
sejati.
Selanjutnya klausa partisip “mendapat bagian dalam Roh Kudus (μετόχους γενηθέντας
πνεύματος ἁγίου) memiliki konstruksi seperti sebelumnya dan dianggap mengacu pada regenerasi.
Penafsiran ini didasarkan pada penggunaan serupa “mendapat bagian” yang disebutkan dalam Ibr
3:14. Di sana ungkapan “mendapat bagian dalam Kristus” dengan jelas merujuk kepada mereka yang
diselamatkan. Jadi klausa mengambil bagian dalam Roh Kudus dapat berarti sebuah keikutsertaan
yang intim atau substansial (Ibr 3:14, “kita telah beroleh bagian di dalam Kristus”). Pada sisi yang

20
Hal yang sama juga ditunjukkan dalam Mat 27:34 yang mengisahkan Kristus mengecap anggur saat di
kayu salib, namun bukan berarti Dia meminum seluruh dari anggur masam tersebut. Demikian pula kematian yang
dicicipi Kristus adalah pengalaman yang tidak terjadi tanpa batas, namun itu terjadi dalam periode waktu tertentu,
karena Dia bangkit dari kematian.
21
Banyak orang yang menyaksikan perbuatan Roh Kudus tetapi tetap menghujat Dia (Mat 12:31) atau
menentang Dia (Kis 7:51). Hal yang sama juga dapat dibandingkan dengan pengalaman supra-alami,
seperti: kesembuhan (Luk 4:14, 40; 1 Kor 12:9) atau pengusiran roh-roh jahat (Mat 12:28), namun belum tentu
pengalaman itu bersifat menyelamatkan.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 221
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
lain
720Xkata “μετόχους” juga bisa merujuk sekadar kebersamaan biasa, di mana Ibr 1:9 menggunakan
kata ini untuk menjelaskan sekutu atau seorang partisipan biasa. Jadi penggunaan arti mana yang
lebih tepat, harus ditentukan oleh konteksnya.
Klausa “mengecap firman yang baik dari Allah dan kuasa-kuasa dari dunia yang akan datang”
juga tidak secara eksplisit merujuk kepada keselamatan. Sebagaimana sudah dijabarkan sebelumnya,
penggunaan pada kata “mengecap (γευσαμένους)” adalah bisa bersifat tindakan yang sementara.
Frase firman Allah dalam ay. 5 ini memiliki penekanan yang sama dalam Ibr 2:1–4. Penulis surat ini
menggunakan frase “firman Allah” sehubungan dengan tindakan Allah dalam menciptakan alam
semesta (Ibr 11:3), dalam memberikan wahyu di Sinai (Ibr 12:19) dan dalam menyampaikan Injil
melalui Sang Putra (Ibr 1: 1–2; 2: 3). Demikian pula kata “kuasa-kuasa” secara teratur merujuk
kepada mukjizat dalam PB. Selain itu kata ini juga menggambarkan kuasa yang mencirikan sesuatu
yang sedang dialami sehubungan dengan proklamasi Injil Kristus. Jadi menurut Ibrani 2: 3–4,
mukjizat ini berfungsi sebagai bagian kesaksian dan peneguhan kebenaran Injil. 22 Jadi klausa
“mengecap kebaikan dari firman Allah (καλὸν γευσαμένους θεοῦ ῥῆμα)” mungkin dapat merujuk
pada mereka yang diselamatkan. Pada sisi yang lain frase ini juga dapat menggambarkan mereka
yang telah mendengar dan memahami Injil, mempercayainya, telah mengalami kebaikan (καλὸν)
dari Allah, dan bahkan telah menyaksikan mukjizat, tetapi yang tidak pernah menanggapi dengan
iman yang menyelamatkan.23 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa frase itu sendiri tidak
secara eksplisit menujukan karakteristik dari orang-orang yang sungguh diselamatkan.
Selanjutnya frase “kuasa-kuasa dari dunia yang akan datang (μέλλοντος αἰῶνος)” di sini
tampaknya tidak merujuk pada kekekalan, tetapi kepada zaman di mana Kerajaan Allah dinyatakan
melalui kuasa Roh Kudus (Ibr 2:4-5; bdk. Mat 12:28). Oleh karenanya tidaklah mengherankan
dengan adanya kuasa-kuasa dari dunia yang akan datang, beberapa orang dalam komunitas Kristen
(bahkan nabi-nabi palsu sekali pun) dapat bernubuat dan mengusir roh-roh jahat demi nama Tuhan,
tetapi hal itu tidak berarti bahwa mereka pernah mengalami pengalaman pertobatan dan keselamatan
yang sejati. 24

22
Dengan kata lain firman Allah dan kuasa dari zaman yang akan datang” dalam ay.5 mungkin mengacu
kepada proklamasi Injil Kristus dan kuasa mukjizat yang menyertai proklamasi tersebut.
23
Mereka mungkin pernah mengecap firman Tuhan dengan sukacita, tetapi tidak berakar di dalam firman
sehingga tidak bertahan lama (Mar 4:16-17).
24
Bdk. Mat 7:22-23 yang menjelaskan bahwa: “pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 222
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
720X Klausa “mereka yang murtad (παραπεσόντας)” hanya ditemukan satu kali dalam surat ini di

PB, yang menyebabkan kata ini tidak dapat dibandingkan dalam penggunaannya di PB. Kendati
demikian penggunaannya kata “παραπεσόντας” terdapat dalam LXX, yakni terjemahan Yunani
untuk kitab Yeh 14:13; 15:8; 18:24. Ungkapan tersebut merujuk kepada dosa kemurtadan yang
dilakukan oleh Yehuda. Dalam hal ini, penggunaan παραπεσόντας dituliskan dalam konteks yang
melibatkan ketidaksetiaan atau perzinahan rohani. Terjemahan “murtad” juga diungkapan dalam
Ibrani 3:12 dengan kata yang berbeda (ἀφίστημι) tampaknya menekankan pada maksud yang sama.
Penjelasan “kemurtadan” dalam ay 6 selanjutnya juga melibatkan aspek “kesengajaan” yang
memiliki paralel dengan peringatan dalam Ibr 10:26. Jadi dosa kemurtadan itu dilakukan oleh orang
yang telah menerima pengetahuan tentang kebenaran. Bahkan dalam penggunaan dalam LXX,
“kemurtadan” ini merupakan dosa melakukan penentangan. Jadi dosa ini bukan hanya pelanggaran
yang dilakukan secara sadar terhadap hukum Allah, tetapi secara juga secara menyeluruh melakukan
penolakan wahyu ilahi dengan disengaja. 25
Frase “murtad” yang ada dalam bagian ini maupun di tempat lain dari surat Ibrani mungkin
dapat dipahami secara utuh, dalam konteksnya walaupun menggunakan kata yang berbeda. Mereka
yang “murtad (ἀφίστημι)” dalam Ibrani 3:12 dijelaskan sebagai seseorang yang “hatinya jahat dan
yang tidak percaya.” Demikian pula dalam Ibrani 6: 6, mereka yang murtad (παραπίπτω)
“menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” Kedua bagian
ini mengindikasikan mereka yang telah diterangi oleh firman, tetapi meremehkan firman-Nya.
Dengan melakukan tindakan tersebut, seorang yang murtad itu telah menempatkan diri mereka
sendiri (ἑαυτοῖς) pada posisi yang sama dengan orang-orang yang menolak Kristus dan menyalibkan
lagi Anak Allah.26 Penulis Ibrani secara sengaja menggunakan frase yang sangat emosional untuk
menjelaskan mereka yang murtad, pernah terlibat secara sadar dalam komunitas orang percaya dan
sengaja menolak kasih karunia Tuhan yang dinyatakan melalui Injil Kristus. Dengan demikian
karakteristik kemurtadan dapat dilihat di sini sebagai suatu tindakan yang direncanakan dari orang
yang pernah mengecap Injil, pernah diajarkan dan bahkan menerimanya untuk jangka waktu tertentu,
tapi pada akhirnya mereka menolaknya.
Kata sifat “tidak mungkin (ay.6)” memiliki 2 opsi. Pertama ketidak-mungkinan tersebut
diartikan secara relatif, yakni tidak mungkin bagi manusia tetapi bukan bagi Tuhan. Kedua, ketidak-

25
G. L. Cockrell, Hebrews: A Commentary in the Wesleyan Tradition (Indianapolis: Wesley, 1999), 139.
26
Hal yang sama dapat dilihat dalam Ibrani 10:29, frase “menginjak-injak Anak Allah, memandang rendah
darah perjanjian, dan menghina Roh Kasih Karunia.”
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 223
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
mungkinan
720X dilihat dalam arti absolut, yakni tidak mungkin untuk Tuhan dan juga untuk manusia. 27
Beberapa bagian lain dari penggunaan kata ini dalam surat Ibrani menunjukkan opsi yang kedua.
Kata “tidak mungkin” digunakan dalam surat Ibrani dan memiliki arti absolut. Dalam Ibrani 6:18,
dinyatakan bahwa, “Allah tidak mungkin berdusta.” Dalam 10:4, dinyatakan bahwa, “tidak mungkin
darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.” Demikian pula dalam Ibr 11:6,
dinyatakan bahwa tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” Jadi “tidak mungkin”
dalam ketiga kasus tesebut dilihat sebagai tanpa pengecualian dengan opsi absolut.28 Dengan kata
lain, mereka yang melakukan dosa ini, tidak ada pengampunan lagi, hanya ada kepastian murka ilahi
yang mengerikan yang diilustrasikan dengan tanah yang tidak berbuah dan hanya menghasilkan
semak duri dan rumput duri. Jadi opsi ketidak-mungkinan dalam Ibr 6: 4 adalah bersifat mutlak,
sehingga tidak mungkin bagi mereka yang telah murtad untuk mendapat pengampunan.
Semua klausa partisip tersebut mendukung kata kerja utamanya, yakni ketidak-mungkinan
untuk “diperbaharui sedemikian kepada pertobatan (πάλιν ἀνακαινίζειν εἰς μετάνοιαν).” Penekanan
kata kerja infinitif ini, mempertegas kekuatan ancaman ini. Opsi di atas mungkin akan menimbulkan
pertanyaan kembali mengapa dosa ini tidak dapat diampuni? Ketidak-mungkinan untuk diampuni
kembali disebabkan oleh dosa kemurtadan yang telah menolak satu-satunya cara pengampunan.
Keselamatan atau rekonsiliasi adalah tindakan anugerah ilahi, yang diresponi oleh iman. Jadi ketika
seseorang menolak keselamatan itu, maka mereka sendiri yang menolak pengampunan Allah. Klausa
“tidak mungkin diperbarui sekali lagi sedemikian sehingga mereka bertobat,” mungkin juga dapat
dicermati kata kuncinya pada kata “bertobat (μετάνοιαν).” Dalam surat Ibrani, kata ini ternyata tidak
selalu menyiratkan sebuah pertobatan yang melibatkan iman yang sejati. Kata μετάνοιαν juga
memiliki arti yang variatif, baik menyesal maupun berbalik.
Demikian pula dalam konteksnya penulis mengingatkan agar “janganlah kita meletakkan lagi
dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah (Ibr
6:1).” Dengan kata lain ada pertobatan sejati, tetapi ada juga pertobatan yang tidak sejati, yakni
pertobatan yang “meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia.” Jadi

27
Donald A. Hagner, Hebrews, New International Biblical Commentary (Peabody, MA: Hendrickson, 1990),
91.
28
Ekspresi paralel dalam bagian peringatan lainnya menambahkan dukungan untuk interpretasi ini. Kekuatan
dari pertanyaan retoris dalam peringatan dalam Ibr 2:2–3, “bagaimanakah kita akan luput” adalah bahwa tidak ada
jalan keluar dari konsekuensi dosa ini. Hal yang sama dapat dikatakan tentang pernyataan serupa dalam Ibr 12:25,
“tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia.” Demikian pula dalam Ibr 10:26, mereka yang murtad
memperoleh ancaman keras di sini, “tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.” Tidak ada pengorbanan
menunjukan tidak ada lagi pengampunan yang berujung pada keadaan seperti dalam Ibr 10:27, “kematian yang
mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat .”
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 224
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
orang
720X yang menyesali (μετάνοια) dosa-dosanya belum tentu pada akhirnya mempercayakan diri

mereka kepada Allah. Penulis Surat Ibrani menampilkan Esau sebagai contoh konkritnya (Ibr 12:16-
17) yang mengalami μετάνοια dalam artian ini. Walaupun penyesalan dapat menjadi dukacita yang
menghasilkan pertobatan sejati,29 tetapi tidak semua μετάνοια (dalam arti penyesalan) memimpin
kepada hidup.30
Dengan demikian jika seseorang sungguh memiliki iman yang menyelamatkan, maka ia tidak
akan kehilangan iman itu.31 Jika seseorang sampai kehilangan, maka artinya ia sejak semula memang
tidak pernah memilikinya. Hal yang sulit dan akan menjadi perdebatan yang terus berkembang
adalah bagaimana mengharmoniskan bagian firman dalam surat Ibrani ini yang menekankan dimensi
janji keselamatan pada satu sisi, dengan dimensi peringatan keras tentang bahaya murtad pada sisi
yang lain. Mungkin dalam hal ini kedua paradoks itu dapat dilihat secara utuh, bahwa baik janji dan
peringatan keras adalah sarana Tuhan untuk memastikan keselamatan dari orang percaya. Jadi
jaminan keselamatan itu bukan cuma bicara dari teks-teks tentang janji keselamatan dari Allah, tetapi
juga terletak pada kekuatan peringatan keras ini yang menjaga sehingga mereka tidak murtad.

KESIMPULAN

Diskusi tentang mereka yang murtad (παραπεσόντας) dalam Ibrani 6:4-6 merupakan salah
satu topik biblika yang masih akan terus berkembang. Artikel ini tidak memungkiri bahwa setiap
penafsir tetap memiliki dasar eksegesis masing-masing, namun tampaknya setiap pandangan tidak
terlepas dari anomali yang ada. Kendati demikian sebuah penafsiran tetap diperlukan dengan
menyimpulkan hasil analisa berdasarkan anomali yang paling minimum. Artikel ini melakukan
tinjauan eksegesis dari ay. 4–6 dengan kembali mencermati tujuan, latar belakang surat, konteks
literer, analisis gramatika hingga kepada tinjauan sintaksisnya untuk dapat dibangun sebuah
penafsiran yang koheren.
Variasi penafsiran atas klausa partisip παραπεσόντας tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang diberikan oleh klausa partisip yang dalam konstruksi kalimat tersebut, yaitu: φωτισθέντας,
γευσαμένους, γενηθέντας, ἀνασταυροῦντας, dan παραδειγματίζοντας. Jadi pengalaman yang

29
Alkitab kadangkala menambahkan penjelasan tertentu untuk kata μετάνοια yang merujuk pada pertobatan
sejati, misalnya pertobatan yang membawa keselamatan; bdk. ἡ γὰρ κατὰ θεὸν λύπη μετάνοιαν εἰς σωτηρίαν
ἀμεταμέλητον ἐργάζεται· ἡ δὲ τοῦ κόσμου λύπη θάνατον κατεργάζεται (2 Kor 7:10 BNT).
30
Pertobatan yang memimpin pada hidup; bdk. Ἀκούσαντες δὲ ταῦτα ἡσύχασαν καὶ ἐδόξασαν τὸν θεὸν
λέγοντες· ἄρα καὶ τοῖς ἔθνεσιν ὁ θεὸς τὴν μετάνοιαν εἰς ζωὴν ἔδωκεν (KPR 11:18 BNT).
31
G. H. Guthrie, Hebrews : NIVApplication Commentary (Grand Rapids: Eerdmans, 1998), 226–28.
Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 225
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
digambarkan
720X dalam semua kata kerja partisip tersebut belum tentu dapat disimpulkan secara kuat
bahwa mereka sungguh telah mengalami karya keselamatan dari Kristus. Kesimpulan ini koheren
dengan konteks dekatnya, di mana penulis melanjutkannya dengan memberikan dorongan untuk
bertekun bagi orang percaya (6:9-12) dan ditutup secara indah dalam bagian unit ini dengan kepastian
janji Tuhan yang menjadi landasan pengharapan orang percaya (6:13-20). Demikian pula kesimpulan
ini tetap koheren dengan konteks keseluruhan surat ini yang menekankan superioritas dan kuasa
keimaman Kristus yang menjadi juru damai bagi orang kristen yang sejati. Fungsi keimaman Kristus
dipahami sebagai bagian karya Kristus, di mana Sang Imam Agung menuntun orang percaya untuk
sampai kepada tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Bateman IV, Herbert W. (Ed). Four Views on the Warning Passages in Hebrews. Grand Rapids:
Kregel, 2007.
BDAG Greek Lexicon. Bibleworks9. Copyright © 2011 bibleworks, LLC Version 9.0.
Carson, D. A. Douglas J. Moo, dan Leon Morris, An Introduction to the New Testament. Grand
Rapids: Zondervan, 1992.
Cockrell, G. L., Hebrews: A Commentary in the Wesleyan Tradition. Indianapolis: Wesley, 1999.
Ellingworth, Paul, The epistle to the Hebrews. The New International Greek Testament Commentary.
Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1993.
Gleason, Randall C. “The Old Testament Background of the Warning in Hebrews 6:4-8” Biliotecha
Sacra 155 (1998)
Guthrie, Donald. The Letter to the Hebrews: Tyndale New Testament Commentaries. Grand Rapids:
Eerdmans, 1983.
Guthrie, George H. The NIV Application Commentary: Hebrews. Grand Rapids: Zondervan, 1998.
Hagner, Donald A. Hebrews, New International Biblical Commentary (Peabody, MA: Hendrickson,
1990.
Lane, William L. Hebrews 1-8: Word Biblical Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 1993.
Lenski, R. C. H. The Interpretation of the Epistle to the Hebrews and the Epistle of James.
Minneapolis: Augsburg, 1966.
Mathewson, Dave “Reading Heb 6:4-6 in Light of the Old Testament,” Westminster Theological
Journal 61 (1999)
Oberholtzer, Kem. “The Thorn-infested Ground in Hebrews 6:4-12” Bibliotecha Sacra 155 (1998)
S. McKnight, “The Warning Passages of Hebrews: A Formal Analysis and Theological
Conclusions,” TrinJ NS 13/1 (1992)
Schreinder, Thomas R dan Ardel B. Caneday, The Race Set Before Us: A Biblical Theology of
Perseverance & Assurance. Downers Grove: Intervarsity Press, 2001.
T.R. Schreiner dan B. Ware (ed). The Grace of God, the Bondage of the Will. Grand Rapids, MI:
Eerdmans, 1995.

Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 226


Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-8842
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship P-ISSN: 2775-
Vol 2, No 1 (Maret 2022)
8842 E-ISSN: 2775-720X
Vol 1, No 2 (September 2021) E-ISSN: 2775-
Wallace,
720X Daniel B. Greek Grammar Beyond the Basics: an Exegetical Syntax of the New Testament.
Grand Rapids: Zondervan, 1996.

Copyright© 2022 Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship |. 227

Anda mungkin juga menyukai