Anda di halaman 1dari 26

STUDI ANALISIS MENGENAI MAKSUD MENINGGALKAN KASIHMU

YANG SEMULA DALAM WAHYU 2:1-7

MAKALAH

Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Yogyakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas
Mata Kuliah Hermeneutika Dasar

OLEH
FERIYANTO ADOLOF
NIM: 231013106

PROGRAM STUDI TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA
YOGYAKARTA

NOVEMBER 2023

i
ii

DAFTAR ISI

BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................2
B. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
C. Metodologi Penelitian…………...…………………………………………4
C. Sistematika Penulisan ...................................................................................4
BAB II ......................................................................................................................5
PROSES-PROSES HERMENEUTIK MAKSUD MENINGGALKAN
KASIHMU YANG SEMULA WAHYU 2:1-7 .......................................................6
A. Analisa Literal ...............................................................................................7
B. Analisa Gramatikal .......................................................................................8
C. Analisa Historis .............................................................................................9
D. Analisa Konteks ..........................................................................................10
E. Analisa Teologis .........................................................................................10
BAB III PROSEDUR-PROSEDUR HERMENEUTIK MAKSUD
MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA WAHYU 2:1-7 ...................14
A. Analisa Literal .............................................................................................14
B. Analisa Gramatikal .....................................................................................15
C. Analisa Historis ...........................................................................................16
D. Analisa Konteks ..........................................................................................17
E. Analisa Teologis .........................................................................................19
BAB IV ..................................................................................................................21
PENUTUP ..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

Kitab Wahyu adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah

Perjanjian Baru dalam Kitab Suci Kristen.1 Selain itu, Kitab Wahyu merupakan

salah satu kitab yang sulit dipahami sehingga menimbulkan banyak penafsiran.

Kitab Wahyu ditujukan untuk “Tujuh Jemaat” yang tersebar di Asia Kecil.

Ketujuh jemaat itu berasal dari wilayah Asia Kecil, dan meliputi jemaat-jemaat di

kota Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardia, Filadelfia dan Laodikia.

Kasih Allah yang begitu besar akan dunia (Yoh. 3:16), menjadi dasar

dalam setiap pelayanan kepada Tuhan. Jemaat di Efesus (Why. 2:1-11),

merupakan jemaat Allah yang menunjukkan kasih yang besar kepada Allah dalam

pelayanan awal mereka melayani Allah dengan segenap hati, ketika mereka

memiliki kasih mula-mula. Akan tetapi, sering berjalannya waktu Tuhan mencela

pelayanan mereka, sebab mereka telah kehilangan kasih mula-mula dalam

pelayanan mereka. Pelayanan kepada Tuhan tidak diungkapkan melalui

banyaknya aktivitas spiritual. Pelayanan yang Tuhan idamkan adalah pelayanan

yang bersumber dari kasih mula-mula yang selalu merindukan kehadiran Tuhan

dalam kehidupan setiap orang percaya.

1
Merrill C. Tenney. Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1995), 473.

1
2

Dalam mempelajari Wahyu secara umum berupaya memberikan penafsiran

khusus terhadap Wahyu 2:1-7. Disamping itu, menyajikan kepada pembaca suatu

penafsiran yang sederhana dan mudah dipahami berdasarkan hermeneutika dan

sesuai dengan kaidah penafsiran Perjanjian Baru.

Wahyu 2: 1-7 merupakan peringatan keras kepada gereja di Efesus untuk

mengubah cara hidup mereka yang jauh dari kasih mula-mula, kembali kepada

apa yang Tuhan Yesus kehendaki, dan melakukan pekerjaan Tuhan Yesus dengan

kasih yang semula. Dalam Wahyu 2:1-7, juga merupakan kitab yang berisi

nubuatan masa depan, sehingga juga memperhatikan aspek-aspek dalam

Perjanjian Lama.

Latar Belakang Masalah

Kitab Wahyu adalah kitab yang terakhir dalam Perjanjian Baru. Kitab

Wahyu ini juga merupakan kitab yang dikenal dengan kitab

“Apokalipsis/Apokaliptik”. 2 Sejak abad ke-2 M (mulai dengan Yustinus, lebih

kurang 160 M), Yohanes yang diperkenalkan sebagai penulis Wahyu disamakan

dengan Rasul Yohanes bin Zebedeus. Ia pun disamakan dengan Injil ke-4 dan

surat-surat Yohanes.

Dalam kitab Wahyu Wahyu 2:4 , naskah bahasa Yunani menulis "την

αγαπην σου την πρωτην αφηκας - tên agapên sou tên prôtên aphêkas", terjemahan

harfiah "engkau telah meninggalkan kasih yang pertama (terdahulu)". NIV

menerjemahkan "You have forsaken your first love". Kasih semula/ kasih yang

mula- mula “agapên”, diibaratkan seperti perasaan “sedang jatuh cinta” yaitu

2
Barclay Willian, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003).
3

kasih yang tidak pernah dicampur adukkan dengan kasih yang lain. Kasih disini

bisa diterjemaahkan dalam kata kerja yang berarti harus dikerjakan terus-menerus.

Jemaat Efesus generasi pertama mengerahkan segenap tenaga untuk menyiarkan

firman Tuhan.3 Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, mereka meninggalkan

kasih itu dan berpaling dari Allah.

Tuhan memberikan nasihat agar jemaat di Efesus kembali melihat ke

belakang untuk mengingat kembali pada titik mana mereka mengalami kejatuhan

itu. Dengan kata lain, bagi orang yang telah meninggalkan kasih yang mula- mula,

harus melihat ke belakang lagi untuk membandingkan keadaaan pada waktu ia

masih mempunyai kasih yang mula-mula itu.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama didalam

jemaat Efesus adalah hilangnya kasih mula-mula, sehingga jemaat di Efesus harus

kembali seperti keadaan dimana pertama kali mereka hidup dalam kehidupan

jemaat yang mendasari segala pelayanan mereka dengan kasih mula-mula (Kis.

2:41-47). Dengan demikian rumusan masalah yang didapatkan ialah apa maksud

dari meninggalkan kasih mula-mula tersebut?.

Tujuan Penelitian

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk mengetahui apa makna

betapa pentingnya kasih mula-mula dalam semua pelayanan kita kepada Tuhan

Yesus Kristus. Upah yang dihasilkan jika melayani sepenuh hati dalam

pekerjaan Tuhan Yesus dengan kasih mula-mula dalam Wahyu 4:1-11. Tujuan

3
Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu.
4

lain dari pembuatan karya ilmiah ini yaitu agar pembaca dapat melakukan

penerapan yang sederhana melalui Analisa Hermeneutika yang baik dan dapat

membantu para pembaca agar memiliki pemahaman dan pandangan yang benar

mengenai makna “Meninggalkan Kasihmu Yang Semula” tersebut.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-

langkah yang dipakai untuk melakukan suatu Analisa atau pekerjaan dalam

mendapatkan pengetahuan ilmiah. Menurut Sugiyono, metode penelitian adalah

suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,

yang mana hasilnya dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti.4

Metodologi penelitian yang dipakai untuk menganalisa makna “Meninggalkan

Kasihmu Yang Semula” dalam Wahyu 4:1-11 dalam makalah ini yaitu dengan

melakukan pendekatan Hermeneutika Biblika melalui metode Analisa

Literal, Analisa Gramatikal, Analisa Konteks, Analisa Historis, dan Analisa

Teologis. Sumber penafsiran yang dilakukan dalam makalah ini bersumber

pada Alkitab, kamus, jurnal artikel, dan buku-buku Teologi lainnya.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini terbagi atas 4 bab yaitu: Bab

I mencakup Pendahuluan yaitu menjelaskan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan mengenai prosedur-prosedur hermeneutika yang akan

4
Sugiyono, Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018).
5

dipakai dalam menafsirkan maksud “Meninggalkan Kasihmu Yang Semula”.

Pada Bab II merupakan landasan berpikir untuk melakukan analisa pada Bab

III. Metode analisa yang dipakai dalam Bab II yaitu Analisa Literal, Analisa

Gramatikal, Analisa Konteks, Analisa Historis, dan Analisa Teologis. Bab III

memaparkan penerapan metode-metode penafsiran yang dipakai dalam

makalah ini. Terakhir, pada Bab IV merupakan kesimpulan akhir dan

penerapan hasil dari pembahasan makalah ini.


BAB II
PROSES-PROSES HERMENEUTIKA DALAM PENAFSIRAN
MAKSUD MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA DALAM
WAHYU 2:1-7

Metode yang tepat dalam menafsirkan Alkitab dapat membantu seorang

penafsir menghindari kesalahan dan kekeliruan saat menafsirkan Alkitab, dan

metode yang tepat juga akan membantu menemukan arti atau makna yang

paling tepat. Oleh karena itu, proses yang tepat dalam menafsirkan Alkitab akan

memudahkan dan menjembatani seorang penafsir dalam menafsirkan teks

Alkitab.

Dalam menafsirkan Alkitab yaitu menggunakan prinsip-prinsip

hermeneutik. Hermeneutik adalah cara mengartikan kitab suci. Menurut

Zygmunt Baumant hermeneutik adalah upaya menjelaskan dan menelusuri

pesan dan pengertian dasar dari sebuah tulisan. 5

1. Pengertian Hermenutika

Hermeneutik dalam bahasa Yunani berarti

menginterpretasi, menerjemahkan atau menjelaskan. Dalam pengertian

sempit hermeneutik Alkitab hanya memusatkan perhatian pada

Alkitab orang Kristen saja. Hermeneutik adalah suatu bagian teologi

5
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh & Penulisan Biografi (Jakarta: Prenada
Media, 2014), 50. Harahap mengutip, Zygment Bauman, Hermeneutic and Social Scince (New
York: Calubia Univercity Press, 1978), 7.

6
7

yang bersifat ilmia dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu

bahkan melibatkan

diri penafsir sepenuhnya, dengan tujuan mencari maksud yang

ingin disampaikan oleh penulis Alkitab.6 Dalam ilmu Hermeneutika

Alkitab terdapat beragam metode yang dapat dapat digunakan untuk

menafsirkan suatu teks. Maksud “Meninggalkan Kasihmu Yang

Semula” dalam Wahyu 2:1-7 pada makalah ini terdapat sejumlah

metode atau prosedur yang digunakan, Metode penafsiran tersebut

adalah: Analisa Literal, Analisa Gramatikal, Analisa Konteks,

Analisa Historis, dan Analisa Teologis.

Analisa Literal

Analisis literal adalah cara melihat makna kata/frasa berdasarkan makna

konvensional atau umum.7 Dalam melakukan Analisa Literal ini, memerlukan dua

tahapan dalam menafsirkan Alkitab yakni dengan menggunakan kamus dalam

melihat makna maupun kata dan yang kedua yaitu dengan membandingkan

sebuah terjemahan alkitab dengan versi terjemahan Alkitab lainnya. Douglas

Stuart & Gordon Fee mengemukakan Jika seorang penafsir tidak memiliki

pemahaman yang baik tentang bahasa asli Alkitab, alat utama yang diperlukan

adalah mempelajari teks Alkitab dalam terjemahan yang baik dengan

6
Hasan Sutanto, Hermeneutik:Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), 2–3.
7
Saparman, Belajar Alkitab Cara dan Contoh (Yogyakarta: STTII Press, 2014), 97.
8

menggunakan versi terjemahan yang berbeda. 8 Tujuan penafsiran literal adalah

mempelajari kata sebagai satuan terkecil kalimat, sebab kalimat tersebut akan sulit

dipahami tanpa membaca konteksnya. 9 Dengan demikian, dalam upaya untuk

menafsirkan suatu teks dalam Alkitab, perlu adanya peninjauan dalam konteks

secara literal dengan melakukan peninjauan kembali terhadap teks kitab Wahyu

2:1-7 melalui perbandingan dari versi terjemahan Alkitab baik itu berbahasa

Indonesia maupun dalam berbahasa Inggris.

Analisa Gramatikal

Dalam karyanya, Yohanes Verdianto memaparkan metode analisis

gramatikal yang diperkenalkan oleh Friedrick Schleiermacher. Verdiant

menjelaskan, metode interpretasi gramatikal melibatkan pemahaman teks untuk

memahami kata dan bahasa umum.10 Metode ini mengharuskan penafsir

memperhatikan setiap kata dalam kosa kata dan hubungannya dengan kalimat dan

paragraf. Tindakan ini dilakukan untuk memahami secara utuh latar belakang

populasi yang diteliti. Selain itu, menurut Dana dan Mantey mengatakan bahwa

analisis gramatikal merupakan analisa yang menjelaskan tentang analisis

golongan kata berdasarkan petikan teks Alkitab. Kata-kata yang ditelaah untuk

8
Douglas Stuart & Gordon Fee, Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan dengan
tepat (Malang:Gandum Mas, 2021) 35.

9
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, 304.
10
Yohanes Verdianto, “Hermeneutika Alkitab Dalam Sejarah:Prinsip Penafsiran Alkitab Dari
Masa Ke Masa,” Mitra sriwijaya: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 52,
www.sttsriwijaya.ac.id/e-journal.
9

analisis gramatikal selalu dilihat berdasarkan kaitannya dengan ayat atau konteks

kalimat yang melingkupinya.

Dalam menganalisa tata Bahasa yang digunakan pada Analisa gramatikal

terkait maksud meninggalkan kasihmu yang semula pada Wahyu 2:1-7 ini ialah,

melihat dari ayat atau pasal sebelum atau sesudahnya dengan meninjau

penggunaan tata Bahasa yang digunakan. Penggunaan tata Bahasa yang bisa

digunakan seperti kata penghubung, korelasi dan atau bahkan penggunaan frasa

atau kalimat yang dipilih sehingga dapat dilihat keterkaitan antar teks pada ayat

tersebut.

Analisa Konteks

Konteks adalah bagian teks yang muncul sebelum dan sesudah apa yang

sedang dipelajari. Analisis kontekstual, yaitu menafsirkan suatu bagian teks

(kata/frasa), mencari tahu apakah kata/frasa yang sama digunakan sebelum atau

sesudah bagian atau bab tersebut. 11 Analisis konteks ini akan mengkaji hubungan

dari pemikiran-pemikiran yang ada di dalam nats dan di- susun menjadi satu.

Konteks diartikan sebagai bagian-bagian yang berada dalam hubungan yang

menghubungkan dengan keseluruhan. Kata konteks digunakan untuk

menunjukkan hubungan yang menghubungkan bagian-bagian Alkitab yang ingin

kita tafsirkan sesuai dengan keadaan atau peristiwa yang terjadi. 12 Praktik

11
Saparman, Belajar Alkitab Cara dan Contoh, 109-110.
12
Kaiser, Walter C. Jr. 1988. Toward An Exegetical Theology: Biblical Exegesis For Preaching
And Teaching. Grand Rapids, Michiga n: Baker Book House. (1988, p. 71
10

penafsiran yang baik memerlukan pertimbangan setiap detail teks dalam konteks

penuh.

Berdasarkan penjelasan diatas dalam menggunakan konsep Analisa

Konteks pada Wahyu 2:1-7 ini yakni dengan melakukan tinjauan konteks dekat

dan jauh dari sebuah teks yang akan dikaji. Dengan menggunakan Analisa

Konteks ini akan membantu dalam hal peninjauan Kembali antar keterkaitan teks

secara detail.

Analisa Historis

Analisis historis merupakan upaya penyelidikan untuk mengungkap fakta

sejarah yang sebenarnya secara objektif. 13 Dalam memahami Alkitab, tentunya

harus mempelajari latar belakang isi kitab. Beberapa hal yang akan ditelusuri

dalam analisa ini adalah situasi penerima surat, referensi sejarah, referensi

geografis, referensi kehidupan masyarakat sehari-hari di masa itu, dan adat

istiadat.

Dalam konteks meninggalkan kasihmu yang semula dituliskan mempunyai

tujuan yang jelas dan juga mempunyai keterkaitan dengan keadaan kehidupan

pembaca pertama surat tersebut. Oleh karena itu, dalam menelusuri latar belakang

yangterjadi disaat itu dan alasan apa yang melatar-belakangi maksud

meninggalkan kasihmu yang semula dalam Wahyu 2:1-7.

13
Verdianto, “Hermeneutika Alkitab Dalam Sejarah:Prinsip Penafsiran Alkitab Dari Masa Ke
Masa,” p. 50.
11

Analisa Teologis

Analisis teologis adalah interpretasi yang mengkaji makna kata-kata di

seluruh Alkitab. Dengan kata lain, analisis teologis merupakan suatu metode

penafsiran untuk memahami bagaimana sebuah teks dipandang dari keseluruhan

pernyataan Allah. 14 Tujuan dari Analisa Teologis ialah untuk mengetahui

keberagaman arti dari suatu kata dalam Alkitab.

Oleh karena itu, didalam melakukan Analisa teologis pada Wahyu 2:1-7

ini, akan dilakukan peninjauan beberapa perbandingan pada ayat-ayat lain dalam

Alkitab yang mempunyai makna yang sama mengenai kasih yang semula itu

dengan memeberikan tanggapan maupun kesimpulan yang mendukung makna

tersebut sesuai dengan Wahyu 2:1-7.

2. Kesimpulan Bab

Pada Bab ini merupakan landasan berpikir dalam melakukan

proses analisa pada Bab III. Bagian ini berisi penjelasan mengenai metode

dan Analisa-analisa yang nantinya akan diterapkan ke dalam bab III. Bab

ini menguraikan metode dan analisis yang akan dipakai untuk mencari

makna meninggalkan kasihmu yang semula dalam Wahyu 2:1-7.

14
Bdk. Henry A. Virkler & Karelynne G. Ayayo, Hermeneutik Prinsip-prinsip dan
Proses InterpretasiAlkitabiah, (Yogyakarta: Andi, 2019), 123-124.
BAB III
PENERAPAN PROSEDUR-PROSEDUR HERMENEUTIKA DALAM
PENAFSIRAN MAKNA MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA
DALAM WAHYU 2:1-7

Analisa Literal

Penulisan kitab Wahyu dalam konteks jemaat di Efesus, di yakini ahli

bahwa kondisi jemaat sedang dalam penjajahan Kaisar Domitianus.15 Saat itu,

kaisar memerintahkan semua orang untuk memanggilnya Tuhan, dan mereka yang

tidak taat akan disiksa dengan kejam, termasuk orang Kristen di kota Efesus.

Jemaat di Efesus, yang merupakan bagian dari komunitas Kristen pada saat itu,

mulai terpecah, beberapa tetap setia kepada Tuhan dan menghadapi risiko

hukuman, sementara yang lain berkompromi. Konteks ini sering kali muncul

dalam kehidupan gereja, dan bisa juga muncul dalam kehidupan pribadi orang-

orang yang konon percaya kepada Tuhan.

Pada saat itu jemaat di Efesus memiliki pergumulan yang berat, jemaat di Efesus

diperhadapkan akan kenyamanan hidup dengan menyembah Kaisar sebagai Allah,

tetapi tetap beribadah kepada Tuhan Yesus. Sebagian orang Kristen memilih

untuk melakukan itu. Kasih akan Allah itu mulai hilang pada saat seseorang

membuat sebuah pilihan yang mencari kenyamanan tertentu dalam hidup. Saat

15
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2017).

12
13

kenyamanan itu datang, lama kelamaan seseorang akan merasa bahwa kompromi

itu adalah benar, dia tidak perlu menderita tetapi tetap melayani Tuhan dengan

sungguh-sungguh. Tuhan mengetahui akan segala sesuatu, Ketika akhirnya jemaat

di Efesus sudah tidak memiliki kasih yang semula itu.

Perbandingan Terjemahan dari Alkitab versi


Bahasa Indonesia dan Inggris

Terjemahan
Tetapi Aku ada suatu hal ke atasmu, yaitu engkau sudah
Lama(TL) - 1954
meninggalkan kasihmu yang mula-mula itu.

Terjemahan Baru (TB) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau
- 1974 telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Firman Allah
“Tetapi ada hal yang tidak Kusukai: kasihmu tidak sama
Yang Hidup seperti semula!

Indonesia Tazi Tetapi ini keberatan-Ku terhadapmu: Kalian tidak lagi


NT mengasihi Aku seperti semula.

Terjemahan Tetapi satu hal yang membuat Aku kecewa terhadap


Sederhana Indonesia kalian: Kalian tidak lagi mengasihi Aku dan saudara-
saudari seimanmu seperti pada waktu kalian baru percaya
(TSI) - 2014 kepada-Ku.

Dalam Wahyu 2:1-7 secara keseluruhan menekankan pesan kepada Jemaat

di Efesus. Fokus pada Analisa literal ini yakni pada ayatnya yang ke-4 dimana

Jemaat Efesus sudah meninggalkan kasih mula-mula itu. Berikut perbandingan

teks pada ayat ini dengan berbagai versi terjemahan dalam Alkitab.
14

Nevertheless I have somewhat against thee, because


King James
thou hast left thy first love.
Version

New International
Yet I hold this against you: You have forsaken the
Version (NIV) -1978 love you had at first.

Easy to Read Version


“But I have this against you: You have left the love
(ERV) - 1987 you had in the beginning.

Dari berbagai versi terjemahan antara Indonesia dan Inggris pada tabel

diatas yaitu melakukan perbandingan dan menemukan bahwa yang menjadi topik

utama dalam Analisa ini adalah kata kasih. Hal ini dapat dilihat dari versi

terjemahan Bahasa Inggris yang mengatakan bahwa jemaat Efesus telah

kehilangan kasih atau the Love.

Kasih semula/ kasih yang mula- mula “agapên”, bisa diibaratkan kasih

dalam suasana "jatuh-cinta". Kasih semula menampakkan dirinya sebagai kasih

yang murni, tidak campur aduk dengan yang lain. Kasih disini bisa diterjemahkan

dalam kata kerja yang berarti harus dikerjakan terus-menerus. Kasih mula-mula

dalam kitab Wahyu digambarkan seperti kasih pernikahan, di dalam kasih tersebut

terdapat kesederhanaan, kemurnian. Kasih semula adalah tindakan untuk

meninggalkan segala sesuatu demi kasih yang sudah meninggalkan segala

sesuatu.

Wahyu 2:4 , naskah bahasa Yunani menulis "την αγαπην σου την πρωτην

αφηκας - tên agapên sou tên prôtên aphêkas", terjemahan harfiah "engkau telah
15

meninggalkan kasih yang pertama (terdahulu)". NIV menerjemahkan "You have

forsaken your first love". Ada beberapa macam cara pemakaian kata Yunani

"πρωτος protos" ini seperti menunjukkan waktu : "semula"; misalnya

menunjukkan status misalnya "yang tertinggi"; menunjukkan urutan seperti 'yang

pertama' dan sebagainya. Maka "kasih yang semula" juga boleh diterjemahkan

'kasih yang pertama' (first love), kasih yang terdahulu.

Berdasarkan penjelasan diatas, melalui Analisa literal ini dapat dipahami

bahwa maksud meninggalkan kasihmu yang semula disini ialah meninggalkan

kasih Kristus itu sendiri. Jemaat Efesus yang penuh dengan semangat dan penuh

dengan ketekunan dalam pelayanan kemudian telah meninggalkan kasih yang

semula mereka dapatkan yaitu Kristus.

Analisa Gramatikal

Melalui penelitian Analisa Gramatikal dapat dilihat tata Bahasa yang

digunakan yakni melalui ayat-ayat sebelum atau sesudah dari Kitab Wahyu 2:1-7

dengan menentukan kata dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Ada

beberapa teori yang berpendapat seperti yang pertama, terjemahan TEV dan

Charles Williams menganggap itu berarti cinta bagi Kristus. Kedua, James

Moffatt berasumsi itu berarti cinta untuk satu sama lain. Ketiga, Hershell Hobbs

dalam komentarnya mengasumsikan itu berarti cinta yang hilang dan yang

terakhir yaitu menurut J.B. Phillips dalam terjemahannya menggabungkan semua

hal di atas.
16

Beberapa orang berpikir hal itu berkaitan dengan masalah orang-orang

percaya generasi kedua (lih.Hak. 2: 7-10) Beberapa orang melihatnya sebagai

jemaat tanpa cinta dari ortodoksi yang dingini (lih.I Kor. 13) Akan tetapi dapat

dilihat dalam ayatnya yg ke-5 dalam hal ini hal ini struktur Bahasa yang

digunakan menggunakan bentuk Present Active Imperative yang mempunya

makna “selalu diingat”. Hal ini merujuk kepada jemaat Efesus dimana mereka

diingatkan untuk melihat keadaan mereka yang sudah jatuh dalam dosa namun

telah dibenarkan oleh Kristus Yesus dengan kasih dan kemurahan-Nya.

Analisa Konteks

Dalam memahami Analisa Konteks pada bagian ini dilakukan tinjauan

melalui Analisa konteks dekat antara satu dua Alinea sesudah dan sebelumnya.

Dengan demikian, arti kata yang dihasilkan bergantung pada kalimat-kalimat yang

ada disekitarnya. Sebagaimana kasih Allah terhadap umat manusia tidak pernah

berakhir, kasih itu diperbarui setiap hari (Ratapan 2: 22-23). Kasih kepada Tuhan

ini adalah standar bagi semua orang yang mengabdikan diri pada pelayanan-Nya.

Segala pelayanan yang dilakukan bukan untuk manusia melainkan untuk Tuhan

(Kolose 3: 17).

Tuhan memanggil orang percaya untuk melayani Dia dengan cinta abadi

(dengan semangat yang diperbarui setiap hari untuk pekerjaan Tuhan). Kasih yang

mula-mula terhadap Allah telah hilang dari gereja di Efesus. Gereja di Efesus

“bersemangat dan rajin”, namun telah kehilangan kasih aslinya, dan pelayanannya

tampaknya dikurangi menjadi melaksanakan tugas-tugasnya tanpa kasih kepada


17

Allah. Demikian pula contoh dalam konteks lain, seperti gereja di Laodikia (yang

“suam-suam kuku”, Wahyu 3: 14-22), menggambarkan sebuah gereja yang telah

kehilangan kasih mula-mula.16 Kasih mula-mula dalam Wahyu 2:4 terdiri dari dua

aspek yaikni yang pertama; Kasih kepada sesama manusia (kasih persaudaraan).

Hilangnya cinta pertama "dalam hubungan persaudaraan". Karena kegagalan ini,

gereja Efesus kehilangan kasih persaudaraan aslinya. Hal ini menimbulkan sikap

saling menyalahkan dan perpecahan di tengah masyarakat. Yang kedua; Kasih

kepada Allah. Kasih mula-mula kepada Allah, mungkin menunjuk pada dua

pengertian; Kasih yang merujuk kepada jemaat generasi pertama dan

Menunjukkan kasih yang ditimbulkan orang percaya pada saat untuk pertama

kalinya ia mengalami kelahiran baru.

Analisa Historis

Penulis Kitab

Penulis Wahyu adalah seorang pria bernama Yohanes. Ada beberapa

hubungan yang khas antara Wahyu dan Injil Yohanes, sehingga Injil ini hampir

pasti dikaitkan dengan Rasul Petrus. Baik Injil Yohanes maupun Wahyu

menyebut Yesus sebagai "Firman Tuhan" (Logos). Keduanya menyebut Yesus

sebagai “Anak Domba Allah”, namun mereka menggunakan kata Yunani yang

berbeda untuk istilah ini. Lebih jauh lagi, baik Injil maupun Surat Yohanes

tampaknya ada hubungannya dengan kota Efesus, salah satu kota yang disebutkan

dalam Wahyu.17 Kitab Wahyu ditujukan untuk “Tujuh Jemaat” yang tersebar di

16
Ibid.
17
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 509.
18

Asia Kecil. Ketujuh jemaat itu berasal dari wilayah Asia Kecil, dan meliputi

jemaat-jemaat di kota Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardia, Filadelfia dan

Laodikia.

Waktu dan Tempat Penulisan

Ada banyak tanda dalam kitab Wahyu yang ditulis pada masa yang

ditandai dengan penganiayaan dan penganiayaan terhadap orang Kristen.

Misalkan ditulis pada masa konflik, terutama dengan paganisme (kekafiran)

berupa penyembahan berhala (dewa Romawi) dan pemujaan kaisar (pemujaan

tsar). Namun terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan kitab Wahyu ditulis

ada yang berpendapat bahwa Kitab Wahyu ditulis pada masa pemerintahan

Kaisar Claudius (41-54 M). Ada yang percaya bahwa Kitab Wahyu ditulis

menjelang akhir pemerintahan Kaisar Nero (54-68 M). Namun, ada yang

mengatakan hal itu terjadi pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Kaisar

Domitianus (81-96 M), pada masa pemerintahan Nerva (96-98 M), atau bahkan

pada masa pemerintahan Traian (98 M-) 98 M) 117 M).

Penerima Surat

Yohanes melaporkan penglihatannya kepada tujuh gereja di provinsi

Romawi di Asia, yang terletak sekitar sepertiga bagian barat Asia Kecil. John

mungkin mengenal gereja-gereja ini secara pribadi sejak dia berada di daerah

tersebut. Alasan Yohanes memilih ketujuh gereja ini dan urutannya dalam daftar

mungkin berkaitan dengan geografi dan komunikasi.


19

Analisa Teologis

Analisa teologis mempunyai tujuan untuk melihat makna meninggalkan

kasihmu yang semula secara intertestament atau keseluruhan Alkitab. Hal ini

didasarkan pada pemikiran bahwa alkitab adalah suatu kesatuan dan tidak ada

pertentangan di dalam Alkitab. Menurut tinjauan teologis pada Analisa ini,

berikut tinjauan.

Sumber Arti
Ayat

Yeremia 2:2
Bangsa Israel pada mulanya mengandalkan
Pergilah memberitahukan kepada
Allah dengan kasih sungguh-sungguh.
penduduk Yerusalem dengan mengatakan:
Demikian eratnya hubungan mereka
Beginilah firman TUHAN: Aku teringat
sehingga bangsa itu dipandang sebagai istri
kepada kasihmu pada masa
Tuhan (bd. Yer 3:14; 31:32; Yes 54:5).
mudamu, kepada cintamu pada waktu
Tetapi sekarang seluruh Israel telah
engkau menjadi pengantin, bagaimana
meningglkan Allah dan mengikuti dewa-
engkau mengikuti Aku di padang
dewa lain
gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.

Matius 24:12
Makin bertambahnya kedurhakaan akan
Dan karena makin bertambahnya kurangnya kasih.
kedurhakaan , maka kasih kebanyakan
orang akan menjadi dingin.

Berdasarkan perbandingan dari kedua ayat diatas, terdapat satu ayat yang

berkaitan dengan hamper dekat dekat Kitab Wahyu 2:4 yaitu pada Yeremia 2:2.

Pada Yeremia 2:2 ditemukan bahwa bangsa Israel pada mulanya sungguh

mengasihi Allah. Hubungan mereka seperti pasangan dan bahkan dipandang

seperti istri Tuhan. Tetapi, sekarang seluruh umat Israel telah meninggalkan Allah

dengan mengikuti dewa-dewa lain.


20

Kesimpulan Bab

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab III ini,

didapatkan kesimpulan bahwa studi makna meninggalkan kasihmu yang semula

itu merujuk kepada kasih Kristus. Pelayanan yang dilakukan oleh jemaat Efesus

dalam hal ini telah meninggalkan kasih Kristus. Dalam kitab ini juga merupakan

peringatan keras kepada jemaat Efesus untuk kembali kepada kasih mereka yang

mula-mula itu dan kembali melakukan pekerjaan pelayanan Tuhan Yesus lagi

dengan kasih yang mula-mula.


BAB IV

PENUTUP

Jemaat di Efesus adalah jemaat yang baik dengan kerja keras dan

ketekunan. Namun, meskipun jemaat di Efesus mempunyai banyak hal baik,

Tuhan tetap saja mengkritiknya. Hakikat beribadah kepada Tuhan adalah kasih

kepada Tuhan yang dimulai ketika seseorang mengalami Tuhan Yesus secara

pribadi di dalam hatinya Cinta pertama adalah cinta sejati (1 Korintus 13:). Dalam

Wahyu 2:1-7 ini, menjadi sebuah refleksi bahwa Allah sangat merindukan anak-

anakNya untuk tetap terhubung dengan Dia. Disamping itu, juga merupakan

pengingat bahwa tanpa kasih kita akan kehilangan Roh-Nya sehingga semuanya

akan menjadi sia-sia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode hermeneutika,

maka diambil kesimpulan akhir dalam studi kasus mengenai makna meninggalkan

kasihmu yang semula dalam Wahyu 2:1-7 yakni adalah Kristus. Penafsiran ini

dapat terlihat jelas melalui Analisa Literal, Konteks dan Teologis.

Dalam proses penafsiran kitab-kitab Genre Epistle, diperlukan metode

analisis historis untuk mengerti situasi-kondisi dan latar belakang dari penerima

surat dan keadaan yang berlangsung di saat itu. Inti utama mengapa Wahyu

menulis makna meninggalkan kasihmu yang semula adalah untuk

21
22

memperingatkan jemaat di Efesus dan bahkan situasi saat ini agar Kembali

kepada kasih Kristus yang mula-mula itu sendiri.

Saran

Penafsiran studi kasus mengenai makna meninggalkan kasihmu yang

semula itu dalam Wahyu 2:1-7 ditinjau melalui metode analisis yang baik

melalui metode hermeneutik sehingga makna tersebut bisa didapatkan. Akan

tetapi dapat diberikan rekomendasi bagi mahasiswa agar penelitian ini dapat

diteliti dan dikaji kembali untuk hasil yang lebih maksimal.

Karya ilmiah bertujuan untuk memberikan pemaknaan dan penerapan

metode yang tepat mengenai makna meninggalkan kasihmu yang semula itu

dalam Wahyu 2:1-7. Karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi serta

manfaat kepada pembaca untuk mengerti maksud yang benar mengenai

makna meninggalkan kasihmu yang semula itu dengan tujuan bisa

mendapatkan pengetahuan dan berkat rohani melalui tulisan ini.


23

DAFTAR PUSTAKA

Bdk. Henry A. Virkler & Karelynne G. Ayayo, Hermeneutik Prinsip-prinsip dan

Proses Interpretasi Alkitabiah, (Yogyakarta: Andi, 2019).

Douglas Stuart & Gordon Fee, Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan

dengan tepat (Malang: Gandum Mas, 2021).

Drane, John Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008).

Harahap Syahrin, Metodologi Studi Tokoh & Penulisan Biografi (Jakarta:

Prenada Media, 2014), 50. Harahap mengutip, Zygment Bauman,

Hermeneutic and Social Scince (New York: Calubia Univercity Press,

1978).

Kaiser, Walter C. Jr. 1988. Toward An Exegetical Theology: Biblical Exegesis For

Preaching And Teaching. Grand Rapids, Michiga n: Baker Book House.

(1988).

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu.

LAI. Alkitab Terjemahan Baru.

Saparman, Belajar Alkitab Cara dan Contoh (Yogyakarta: STTII Press, 2014).

Sutanto Hasan , Hermeneutik:Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang:

Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998).

Sutanto Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, 304.

Tenney Merrill C. Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1995).

Tim Penyusun, Oxford English Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 2008.
24

Verdianto Yohanes, “Hermeneutika Alkitab Dalam Sejarah:Prinsip Penafsiran

Alkitab Dari Masa Ke Masa,” Mitra sriwijaya: Jurnal Teologi dan

Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 52, www.sttsriwijaya.ac.id/e-journal.

Verdianto, “Hermeneutika Alkitab Dalam Sejarah:Prinsip Penafsiran Alkitab Dari

Masa Ke Masa,”.

Willian Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2003).

Anda mungkin juga menyukai