Anda di halaman 1dari 34

i

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DENGAN


MEMBACA SURAH SEBELUM BELAJAR GUNA
MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK YANG ISLAMI

Diusulkan Oleh:

YAYAT SUDRAJAT/151199

FATHUL QARIMAH/151102

TAUFIQ HIDAYAH/171548

SMAN 12 BULUKUMBA

BULUKUMBA

2017

i
ii

ii
iii

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman judul i
Lembar Pengesahan ii
Lembar Orisinalitas iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Abstrak viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah 1

1.2 Batasan masalah 3

1.3 Rumusan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3


BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Defenisi Karakter 5
2.2. Karakter Islami 6
2.3. Pendidikan Karakter Bangsa 7
BAB III METODE PENULISAN
3.1. Jenis penelitian 10
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 10
3.3. Populasi dan Sampel 10
3.4. Metode Pengumpulan Data 10
3.5. Instrumen Penelitian 11
3.6. Prosedur Penelitian 11
3.7. Analisis Data 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Babul Khaer 12
Bulukumba
4.2. Penerapan Metode Pembelajaran dengan Membaca Surah Sebelum 13

iv
v

Belajar
4.3. Karakter Peserta Didik Mengenai Metode Membaca Surah Sebelum 14
Belajar
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 20
5.2. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BIODATA HIDUP 22
LAMPIRAN
A. Scan Kartu Pelajar 23
B. Scan Pembayaran 24
C. Dokementasi 25
D. Pedoman Angket 26

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik karakter disiplin 16


Gambar 4.2 Grafik karakter Religius 17
Gambar 4.3 Grafik Karakter Bertanggung jawab 18
Gambar 4.4 Grafik Karakter Kejujuran 19

vi
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakter Disiplin 15


Tabel 4.2 Karakter Religius 16
Tabel 4.3 Karakter Bertanggung Jawab 18
Tabel 4.4 Karakter Kejujuran 19

vii
viii

ABSTRAK

Yayat Sudrajat, Fathul Qarimah, Taufiq Hidayah. 2017. Implementasi


Metode Pembelajaran dengan Membaca Surah Sebelum Belajar Guna
Membangun Karakter Peserta Didik yang Islami. SMAN 12 Bulukumba.
Lomba LKTIN CSS MoRA 2017

Tujuan dalam penelitian ini yaitu pertama, untuk mengetahui penerapan


metode pembelajaran dengan membaca surah sebelum belajar guna membangun
karakter islami peserta didik. Kedua, untuk mengetahui karakter peserta didik
dengan membaca surah sebelum belajar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Sumber data
diperoleh melalui pembagian angket, interview ata wawancara, serta lewat
observasi langsung. Tahapan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pengambilan data, 3) pengolahan data, 4)
tahap penyusunan penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis diperoleh bahwa: 1)
Pembentukan karakter dimulai dari nilai-nilai keimanan, yaitu adanya keyakinan
kepada kandungan makna surah al- fatihah serta menjadi inspirasi dalam hidupnya,
minimal segala sesuatunya harus dimulai dengan nilai- nilai keimanan kepada
tuhan yang maha esa; 2) pembentukan karakter peserta didik dengn metode
membaca surah sebelum belajar dapat meningkatkan karakter islami peserta didik
terutama karakter kejujuran, religius, bertanggung jawab, kedisiplinan.

Kata Kunci : Membaca Surah, Karakter Islami.

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Generasi muda adalah generasi pelanjut dimasa yang akan datang. Dia
adalah orang-orang yang akan memimpin bangsa maupun dunia ini. Jika generasi
muda hancur maka dunia kedepannya masih tanda tanya besar. Termasuk karakter
generasi muda. Karakter generasi muda sangat penting bagi dirinya dimasa yang
akan datang. Namun, apakah karakter generasi muda ini akan terjamin
kedepannya? Kita ketahui bersama karakter akan terbentuk dimasa muda, dari
didikan orang tua, orang disekitarnya maupun saat disekolah.
Karakter dari didikan orang tua didapatkan pada sehari- hari atas perlakuan
dari dirinya kepada orang tuanya maupun dari sifat dan perlakuan orang tua
kepada anaknya. Karakter dari orang disekitarnya didapatkan ketika sedang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.Yang terakhir
karakter yang terbentuk dari sekolah.Ini didapatkan ketika mendapat interaksi
maupun komunikasi dari guru- guru yang mengajar serta dari teman-teman
sepergaulannya ketika berada di sekolah. Karakter generasi muda yang kita lihat
sekarang sudah tergeser dengan kemajuan zaman dan teknologi yang serba
canggih. Ini faktor modernisasi alam. Bayangkan saja, sekarang anak muda telah
disibukkan dengan gadget yang terbarukan dan ingin dibilang eksis.
Selain gadget ada juga pengaruh yang membuat karakter generasi muda
tergeser yakni faktor pergaulan. Factor pergaulan ini sangat berbahaya bagi anak
muda yang baru beranjak dewasa, Karena akan terjadi yang namanya factor ikut-
ikutan. Factor ikut- ikutan terjadi karna adanya factor ingin dilihat keren, eksis,
maupun yang terbaik dari yang lain. Misal dari perilaku ini adalah kegiatan
merokok, berjudi maupun memakai Narkoba.Selanjutnya masalah yang
mengganggu karakter generasi muda adalah pengaruh dari bangsa asing.Bangsa
asing mulai digemari oleh generasi muda dan meniru parilaku yang mereka lihat,
baik di televisi maupun secara langsung. Karakter generasi muda apabila
dicampur dengan kebiasaan yang tidak baik untuk dirinya, maka dia kelak akan
mendapat ancaman bagi kehidupannya. Karakter-karekter bangsa asing yang
biasanya dilihat seperti yang kita lihat saat dipantai, mereka seenaknya saja

1
2

berpakaian yang tidak pantas ditiru oleh generasi muda.Selain melihat di pantai
generasi muda juga biasanya melihat di sinetron-sinetron barat yang berbaur
pornografi.Solusi dari factor yang berbahaya bagi generasi muda sampai sekarang
belum terlalu diketahui apa solusi untuk menanganinya.
Karakter yang terbaik adalah karakter yang tidak melanggar aturan aga ma,
bangsa dan Negara.Salah satu karakter yang penting adalah karakter islami bagi
generasi muda agar generasi muda bisa baik, sikap dan perilakunya kedepan.
Karakter islami adalah karakter atau watak seseorang yang bersifat islam.
Karakter islami sangat baik diterapkan pada generasi muda. Ini dilakukan agar
generasi muda dapat menjadikan akhlaknya seperti rasulullah saw. Yang bersifat
sangat baik dan dermawan terhadap semua orang. Karakter islami dapat membuat
perilaku dan sifat generasi muda lebih dewasa cara berpikirnya dan lebih sopan
terhadap apa yang dikatakannya. Serta lebih mempertimbangkan apa-apa yang
ingin diperbuatnya secara cermat dan teliti sesuai dengan ajaran islam yang
didapatkan dalam Al-qur`an dan Hadits. Didalam surah asy-syam ayat 8-10 yang
menjelaskan tentang karakter baik dan buruk, yang artinya “Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.”(QS. Asy-Syam: 8-10). 12
Karakter juga bisa didapatkan dalam lingkungan sekolah. Biasanya dalam
lingkungan sekolah terdapat beberapa kegiatan yang dapat membentuk karakter
peserta didik menjadi lebih baik. Misalnya dengan mengucapkan salam, berjabat
tangan dengan guru sebelum masuk ke sekolah serta membaca surah sebelum
pembelajarn dimulai. Sebab apapun yang ingin kita kerjakan, maka sempatkanlah
dengan melafashkan basmalah, agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan lancar
dan sukses. Salah satu surah yang memiliki banyak manfaat yaitu surah al- fatihah,
telah banyak kita ketahui bahwa surah al- fatihah sangat ampuh dalam menggali
kompetensi dan kemampuan para peserta didik dengan menerapkan dan
membacanya sebelum pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan penulis dngan panjang
lebar tentang permasalahannya, maka penulis berinisiatif membuat sebuah karya
tulis ilmiah yang berjudul Implementasi Metode Pembelajaran dengan

2
3

Membaca Surah sebelum Belajar Guna Membangun Karakter Peserta Didik


yang Islami. Mudah-mudahan karya yang penulis buat ini dapat menjadi bahan
acuan dalam menggali karakter yang ingin dicapainya.

1.2. Pembatasan Masalah


Dalam penelitian ini, penulis tidak akan membahas seluruh permasalahan
yang diidentifikasikan diatas. Penulis membatasi pada aspek pembelajaran metode
membaca surah sebelum belajar dan kaitannya tentang pembentukan karakter
peserta didik yang islami. Karakter islami yang dibahas hanya terbatas pada
karakter kejujuran, karakter disiplin, karakter bertanggung jawab dan karakter
religius.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran dengan membaca surah sebelum
belajar guna membangun karakter peserta didik yang islami?
2. Bagaimana karakter peserta didik dengan penerapan membaca surah sebelum
belajar?

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetauhi penerapan metode pembelajaran dengan membaca surah
sebelum belajar guna membangun karakter peserta didik yang islami.
2. Untuk mengetahui karakter peserta didik dengan penerapa membaca surah
sebelum belajar.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapu manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
Pemerintah dapat menjadikan metode pembelajaran dengan membaca surah
dalam pengembangan karakter islami di setiap sekolah-sekolah yang beragama
islam.

3
4

2. Bagi penulis
a. Penulis dapat menjadikannya solusi dalam efektivitas pembelajaran
peserta didik dengan media islami yang baik.
b. penulis dapat mendirikan karakter islami bagi peserta didik agar peserta
didik dapat mendapatkan karakter yang baik dalam lingkungan sekolah.

4
5

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Defenisi Karakter


Istilah karakter dalam berbagai literatur masih didefinisikan secara
beragam, namun secara aksiologi telah dipahami secara mendasar bahwa karakter
mempunyai peran dan kegunaan yang sangat penting dalam dimensi kehidupan
manusia, karenanya studi tentang karakter selalu menjadi kajian aktual,
khususnya dalam dunia pendidikan.
Istilah karakter sendiri sesunggunya menimbulkan ambiguitas karakter
secara etimologis berasal dari bahasa yunani “karasso” berarti “cetak biru”,
“format besar”, “siddik” seperti dalam sidik jari. Sedangkan menurut istilah ada
beberapa penertian mengenai karakter itu sendiri. Secara harfiah Hornby dan
panwell mengemukakan karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi.
Karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain; watak; (menurut kamus besar bahasa
Indonesia). Konfigurasi karakter sebagai sebuah tatalitas proses psikologis dan
social-kultural dapat dikelompokkan dalam: Olah hati (spiritual and emotional
develovment), Olah piker (intellectual development), Olah raga dan kinestetik
(physical and kinesthetic development), dan Olah rasa dan karsa (affective and
creativity development). Keempat proses psikososial (Olah hati, Olah raga, Olah
rasa dan karsa) tersebut secara holistic dan koheren memiliki saling keterkaitan
dan saling melengkapi, yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi
perwujudan dari nilai- nilai luhur.
Para filsuf muslim sedari awal telah mengemukakan pentingnya
pendidikan karakter. Ibnu Maskawih menulis buku khusus tentang akhlak dan
mengemukakan rumusan karakter utama seorang manusia.Demikian pula Al-
Ghazali, Ibnu Sina, Al-Farabi, dan banyak filsuf lainnya.Sebelum hasil penelitian
para ulama Islam terhadap Al-Qur’an dan Al- Hadits menunjukkan bahwa hakikat
agama Islam adalah akhlak dan mental spiritual (Nata, 1996 ).

5
6

Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan


kepada manusia.Pembangunan karakteradalah tujuan luar b iasa dari system
pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak untuk
perkembangan tabiat yang luhur, buat apakah system pendidikan itu, baik dalam
pendidikan rumah tangga maupun dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar
bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa karakter adalah
sikap pribadi yang stabil hasil proses kosolidasi secara progresif dan dinamis,
integrasi pernyataan dan tindakan. Sosok pribadi yang berkarakter itu tidak hanya
cerdas lahir dan batin, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menjalankan sesuatu
yang dipandangnya benar dan benar dan mampu membuat orang lain memberikan
dukungan terhadap apa yang dijalankannya tersebut. Cirri orang yang berbud i atau
berkarakter adalah saraso (serasi), sahino ( sehina), tenggang menenggang
(toleransi), tulak ansua (kelonggaran).
2.2. Karakter Islami
Islami berasal dari kata Islam, dengan akhiran huruf i (Islam- i) menjadi
Islami.Al-Qur’an menyebut kata Islam sebanyak 8 kali dalam 7 surah. Islam
berasal dari kata aslama derivasi (asal mula) dari kata assalmu, assalamu,
assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Dari asal
kata ini dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung makna suci, bersih tanpa
cacat atau sempurna.Kata Islam juga dapat diambil dari
kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Dari asal kata
ini Islam mengandung makna perdamaian dan keselamatan, karena itu
kata assalamu „alaikummerupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada
orang lain, karena itu ia selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada sesama.
Pendidikan Islam seperti pendidikan pada umumnya berusaha membentuk
pribadi manusia, harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak
dapat diketahui dengan segera (Ramayulis, 2010). Maka dari itu, agar usaha
tersebut memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan, haruslah diperhitungkan
dengan matang dan hati- hati berdasarkan pandangan dan rumusan-rumusan yang
jelas dan tepat. Pendidikan Islam harus memahami dan menyadari betul apa yang

6
7

ingin dicapai dalam proses pendidikan. Hal tersebut dalam istilah pendidikan
disebut dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan alat untuk pembentuk manusia Indonesia yang
berkualitas, penyayang, penyangga ekonomi nasional dan pembentuk bangsa
berkarakter. Bila nilai- nilai pendidikan tersebut diambil dari sumber dan dasar
ajaran agama islam sebagaimana termuat dalam al-qur`an dan hadits, maka proses
pendidikan tersebut disebut sebagai pendidikan islam. Dengan pengertian ini,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter islami adalah suatu system
penanaman nilai- nilai karakter kepada warga sekolah yang meiliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut.Baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), didi sendiri, sesame,
lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insane kamil.
Berdasarkan uraian yang lalu dapat dipahami, bahwa berpikir Islami
berarti berpikir selamat, dan ciri utama berpikir Islami adalah berpikir-zikir,
berpikir mengenai sumber ilmu adalah wahyu, otoritasnya al-Qur’an yang pada
hakikatnya sumber ilmu adalah Tuhan (Allah), berpikir non dikhotomi atau cara
berpikir tidak memisahkan urusan dunia berdiri sendiri dan urusan akhirat berdiri
sendiri, karena semua aktivitas manusia di dunia berimplikasi akhirat, aktivitas
baik mendapat pahala, dan aktivitas buruk mendapat dosa. Dengan demikian
secara filsafati Islami semua amalan (pekerjaan) harus diawali dengan niat suci
karena Allah (zikir-zikir) agar berdimensi ibadah, karena itu tidak boleh kita
berpikir ada aktivitas ibadah dan ada aktivitas bukan ibadah.Pikir-zikir adalah
implikasi dari makna hakiki Iqra’ bismi Rabbik. Dengan demikian Iqra’ yang
tidak dilandasi bismi Rabbik adalah Iqra’ sekuler.
2.3. Pendidikan Karakter Bangsa
Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU
Sikdiknas menyebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan
membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

7
8

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas
baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, karsa dan
perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai- nilai
Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika,
dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Fungsi Pendidikan Karakter
a. Pembentuk dan pengembang potensi: membentuk dan mengembangkan
potensi peserta didik untuk berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku
baik
b. Perbaikan dan penguatan: memperbaiki dan menguatkan peran satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah dalam mempertanggung jawabkan
potensi peserta didik yang lebih bermartabat
c. Penyaring: menyaring/ memilih budaya bangsa Iain yang tidak sesuai
dengan nilai- nilai budaya dan karakter budaya yang bermartabat
2. Tujuan Pendidikan Karakter
a. Mengembangkan potensi hati nurani peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
c. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan
d. Menanamkan jiwa keteladanan, kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa
e. Mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi.
3. Keterkaitan Nilai Karakter
a. Religius j. Tangggung jawab
b. Jujur k. Rasa ingin tahu

8
9

c. Toleransi l. Semangat kebangsaan


d. Disiplin m. Cinta tanah air
e. Kerja keras n. Menghargai prestasi
f. Kreatif o. Bersahabat/berkomunikasi
g. Mandiri p. Cinta damai
h. Demokratis q. Gemar membaca
i. Peduli sosial r. Peduli lingkungan
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui pendidikan formal, non formal, dan informal yang saling
melengkapi dan mempercayai dan diatur dalam peraturan dan undang- undang.
Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut
mencakup pada pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi
keagamaan dan khusus. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui jenjang pendidikan yang diimplementasikan pada kurik ulum di
tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran normatif, adaptif, produktif,
muatan lokal, dan pengembangan diri. Pendidikan karakter bangsa di sekolah
yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain; melalui
kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka,
PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni, Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan
ekstrakurikuler ini sangat menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan peserta
didik sebagai bagian penyaluran minat dan dilakukan peserta didik sebagai bagian
penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan sebagai perwujudan
pendidikan karakter bangsa.

9
10

BAB III
METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
dengan jenis metode deskriptif analisis. yaitu suatu pendekatan yang digunakan
melalui pemaparan pemikiran, pendapat para ahli atau fenomena yang ada dalam
kehidupan lingkungan sekolah. Sebagimana Sugiyono menjelaskan bahwa metode
kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama–sama dengan syarat, metode
tersebut dapat digunakan secara bersamaan dan dapat dipahami dengan jelas
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober sampai 1 November
2017 di Pondok Pesantren Babul Khaer, Kalumeme, Bulukumba.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di Pondok
Pesantren Babul Khaer Kalumeme Bulukumba. Sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian peserta didik Pondok Pesantren Babul Khaer
Kalumeme Bulukumba yang berjumlah 30 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mengambil data-data yang berasal dari
beberapa sumber, yaitu:
a. Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan percakapan
langsung dengan narasumber yang kompeten dan dapat dipertaggungjawabkan
kebenarannya.Melaui wawancara, dapat diperoleh data dan keterangan-
keterangan yang lebih lengkap dan mendalam.
b. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena
yang ada pada objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung.

10
11

c. Angket atau Kuesioner


Untuk mendapatkan data primer, maka dilakukan penyebaranangket penelitian
kepada peserta didik Pondok Pesantren Babul Khaer Kalumeme Bulukumba.
3.5.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara, angket, alat tulis, kamera dan perekam suara. Responden dipilih dari
guru- guru dan peserta didik/peserta didikwati Pondok Pesantren Babul Khaer,
Bulukumba.
3.6. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan.
Pada tahap ini dilakukan dengan menyusun jadwal penelitian, menyiapkan
pertanyaan untuk wawancara, mengumpulkan data awal dan mencari
referensi.
b. Tahap Pengambilan Data
Tahap ini meliputi wawancara dengan informan atau narasumber yaitu
guru- guru dan peserta didik di SMA Negeri 12 Bulukumba.
c. Pengolahan data
Tahap ini meliputi mengkaji referensi, menganalisis hasil wawancara serta
membuat tabulasi.
d. Tahap penyusunan hasil penelitian
Tahap ini merupakan tahp akhir yakni merumuskan hasil pengolahan data
dalam suatu karya tulis.
3.7. Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah secara kuantitatif sehingga
menghasilkan suatu karya ilmiah yang bersifat deskriptif. Cara ini terdiri atas
angka-angka dengan menggunakan rumus Persentase. Data yang ada dianalisis
lebih lanjut dalam bentuk tabulasi data yang disusun dalam bentuk grafik.
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis persentase dengan
menggunakan rumus :
X
 100%  PH
Y Keterangan : X = Jumlah Frekuensi
Y = Jumlah Sampel
PH = Persentase Hasil

11
12

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Sekilas Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Babul Khae r Bulukumba


Sejak tanggal 1 januari 1979 sudah berdiri pesantern Babul Khaer
Bulukumba, bertempat di mesjid Babul Khaer Bulukumba jalan Abd. Jabbar No.
22 Bulukumba, dan semua kegiatan pesantren didalam mesjid dengan jumlah
peserta didik 109 orang. Pesantren ini diasuh oleh almarhum M. Saleh Junaid
dengan sistem pendidikan informal dan hanya melaksanakan pengajian Al-
Qur’an. Atas prakarsa Bapak H. Abdullah Mangnguluang berusaha meneruskan
pesantren Babul Khaer. Maka pada tanggal 27 januari 1985 bertempat di gedung
UNIZAL Bulukumba, terbentuklah sebuah Badan dengan nama panitia pemikir
pembangunan pesantren Babul Khaer Kalumeme Bulukumba yang diketahui oleh
almarhum M. Thahir Dg. Pasara.
Hasil karya panitia pemikir ini membentuk pengurus dengan susunan
personalia ketua dewan pembina H.Abdullah Mangnguluang. Ketua pengurus
harian almarhum M. Thahir Dg. Pasara dan sekretaris pengurus harian Drs. H.
Syarkawi. Dewan pengurus harian, dibantu oleh ketua majelis fisik sosial logistik
dakwah dan pendidikan. Dari hasil pengurus dapat mengumpulkan dana pertama
sebanyak Rp. 5.505.720,- dengan areal 1,80 ha di lingkungan Kalumeme Kec
Ujung Bulu Kab. Bulukumba sebagai hibah dari Hj. Maemunah, H. Abdullah
Mangnguluang, H. Muh. Natsir mangnguluang dan lembang. Di lokasi tersebut
pada tanggal 8 maret 1985 mulai diadakan peletakan batu pertama asrama pondok
pesantren Babul Khaer. Oleh ketua BP7 mewakili Bupati Kepala Daerah TK II
Bulukumba untuk dua unit asrama, masing- masing berukuran 7 x 25 meter dan
satuunit rumah dapur umum peserta didik/wati.
Dengan rahmat Allah Swt, dalam usaha kurang lebih empat bulan semua
bangunan sudah dapat dimanfaatkan, pada tanggal 15 juli 1985 pondok pesantren
Babul Khaer Bulukumba diresmikan bapak Bupati kapala Daerah TK II
Bulukumba Drs. Andi Kube Dauda dalam satu upacara yang dihadiri oleh ketua
Muspidah, Kepala Jawatan/Dinas TK II Bulukumba dan para undangan lainnya.
Pada tahun pertama ini pondok Babul Khaer Bulukumba menerima peserta

12
13

didik/wati sebanyak 44 orang sampai saat ini telah 19 kali menamatkan, sedang
aluminya tersebar dibeberapa perguruan tinggi baik Negeri maupun swasta, baik
dalam Negeri maupun luar Negeri, utamanya Mesir Cairo untuk melanjutkan
pendidikannya, bahkan telah banyak menjadi PNS, POLRI dan TNI serta swasta.
4.2. Penerapan Metode Pembelajaran dengan Membaca Surah Sebelum
Belajar
a. Tanggapan Pujianti S.Ag,M.PdI. (45 Tahun)
Beliau merupakan guru agama di pondok pesantren Babul Khaer
Bulukumba. Kami mewawancarai tentang penerapan metode pembelajara
membaca surah sebelum belajar, beliau merespon dengan mengatakan bahwa
“penerapan metode tersebut sangat baik sekali, karna memiliki manfaat yang
sangat luar biasa diantaranya, anak – anak akan mudah memahami bacaan
surah, memudahkan guru untuk mengontrol hafalan peserta didik,
memudahkan guru untuk mengetahui kelancaran dalam membaca al-qur’an.”
Adapun karakter yang utama dalam pembentukan karakter islami peserta didik
yaitu karakter kedisiplinan, religius dan kejujuran. Dari segi kedisiplinan,
menurut ibu puji guru tidak repot lagi mengingatkan peserta didik tentang
bacaan – bacaan sebelumnya dan akan merefresh ingatan pesrta didik tentang
bacaan al-qur’an. Lanjut kata beliau bahwa salah satu cara meningkatkan
karakter yang islami bagi peserta didik yaitu dengan metode bershalawat.
b. Tanggapan Kamaruddin Lehong S.Pd, M.Pd (47 tahun)
Beliau merupakan kepala tata usaha di Pesantren Babul Khaer
Bulukumba. Sama seperti responden kami sebelumnya, kami mewawancarai
beliau dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang penerapan metode
pembelajaran dengan membaca surah sebelum belajar. Beliau mengatakan
bahwa “ ilmu merupakan hidayah, Nur (cahaya), seseorang yang menhawali
belajar dengan membaca al-qur’an itu hatinya mudah terbuka dan hati ang
terbuka ilmu akan mudah masuk. Beda watak seseorang dengan hati yang ada
al-qur’an dengan hati yang tidak ada al-qur’an. Doa yang terbaik itu dengan
membaca al-qur’an.” Belau lanjut mengatakan, Dalam pepatah arab tentang
pentingnya ilmu yaitu al ilmu qannuri fir hidayah yang berarti ilmu itu seperti
cahaya. Beliau lanjut berbicara tentang manfaat ketika membaca al-qur’an

13
14

sebelum belajar yaitu, menenangkan hati, menjernihkan ingatan, mendekatkan


diri kepada Allah Swt sebagai sumber ilmu dan terakhir akan mudah
menghafal surah-surah pendek, bukan hanya itu tapi membaca al-qur’an
merupakan perintah Alah dan Rasulullah saw. Adapun karakter yang muncul
ketika membaca al-qur’an sebelum belajar, beliau mengatakan pertama
melembutkan hati seseorang, kedua memunculkan pribadi-pribadi yang
qur’ani. Itupun akan terbentuk karena adanya niat yang sungguh-sungguh.
Lanjut kata beliau, karakter islami belum nampak dalam peserta didik/peserta
didikwati yaitu sekitar 70%, makanya kita harus lebih giat lagi dalam
menuntun mereka agar selalu membaca surah, walaupun dimuali dari surah-
surah pendek yang terdapat dalam al-qur’an. Adapun hambatan dalam
menerapkan metode membaca sebelum belajar kata beliau yakni bedanya
watak atau karakter setiap individu.
c. Tanggapan Nurul Hidayah M.Pd (43 tahun)
Beliau merupakan guru matematika yang mengajar di Pondok
Pesantren Babul Khaer Bulukumba. Beliau memberikan tanggapan bahwa
metode membaca sebelum belajar sangat positif, sangat bermanfaat untuk
peserta didik atau peserta didik/wati. Ada beberapa manfaat, pertama peserta
didik/wati selalu siap otomatis wudhunya tidak pernah batal karena mereka
selalu siap untuk membaca al-qur’an, kedua sebagai pencerahan yang siap
untuk mengikuti pelajaran yang otomatis pemikirannya akan terbuka dan tidak
pernah merasa ngantuk, ada beberapa manfaat lainnya tapi itu antaranya.
Karakter yang terpenting menurut beliau adalah karakter religius, karena
karakter tersebut akan diikuti oleh karakter-karakter islami lainnya yaitu
karakter kejujuran, karakter kedisiplinan dan karakter pertanggungjawaban.
Dengan menerapkan metode pembelajaran dengan membaca surah sebelum
belajar sangat berpengaruh terhadap pembentukan karaker islami bagi peserta
didik terutama karakter akhlak dan kesopanan.
d. Tanggapan Muhammad Rusman S.Pd. M.Pd. (46 Tahun)
Beliau merupakan pendidik di SMAN 12 Bulukumba yang
mengajarkan mata pelajaran PKN. Beliau mengatakan bahwa “Berbagai
manfaat ketika sering membaca surah al- fatihah: pertama mengangkat

14
15

seseorang untuk menjalani hidup atas rahmat kasih sayang tuhan, kedua
permohonan untuk ditunjuki jalan yang lurus, ketiga membaca surah al- fatihah
menjadi awal yang baik bagi peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan.”
Beliau lanjut mengatakan bahwa Pembentukan karakter di mulai dari nilai-
nilai keimanan, yaitu adanya keyakinan kepada kandungan makna surah
alfatihah serta menjadi inspirasi dalam hidupnya, minimal segala sesuatunya
harus dimulai dengan nilai- nilai keimanan kepada tuhan yang maha esa. Itu
bisa menjadi salah satu faktor utama dalam pembentukan karakter, yaitu
adanya keyakinan seseorang bahwa dia senantiasa dilihat, dipantau diawasi
oleh maha kuasa, sehingga semua ucapannya semua tindakannya agar
senantiasa sesuai dengan kehendak yang maha kuasa. Pembentukan karakter
tidak bisa lepas dari nilai-nilai keagamaan dan nilai- nilai bangsa.
4.3. Karakter Peserta Didik Mengenai Metode Membaca Surah Sebelum
Belajar
a. Karakter Disiplin Peserta didik
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang
dipercaya merupakan tanggung jawabnya. Sedangkan pendisiplinan adalah
usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki
kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Membangun pendidikan yang
cerdas dimulai dari disiplin, disiplin yang ditetapkan oleh seorang pelajar
tanpa disadari pelajar akan mendapatkan manfaat yang sangat berharga dari
kedisiplinan yang diterapkan.
Tabel 4.1 Karakter Disiplin
No Jawaban Peserta Didik Frekuensi Persentase (%)
1 Selalu 11 40
2 Sering 17 53.3
3 Jarang 2 6.6
4 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 30 100

15
16

60
50
40
30 Frekuensi
20 Persentase
10
0
selalu Kadang Jarang Tidak
kadang Pernah

Gambar 4.1 Grafik karakter disiplin


Dari grafik diatas tentang pembentukan karakter disiplin peserta didik
dengan pertanyaan tentang ketpatan waktu peserta didik dalam membaca
surah sebelum belajar. Dari grafik tersebut dengan total persentase 100%, 40%
memilih kategori selalu, 53,3% memilih kategori kadang-kadang, 6,6%
memilih kategori jarang dan 0% untuk kategori tidak pernah. Dalam grafik
tersebut persentase tertinggi terdapat pada kategori kadang-kadang dan
terendah pada kategori tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan, bahwa dari segi
pembentukan karakter dengan melihat ketepatan waktunya maka para peserta
didik/peserta didikwati dalam kategori kadang-kadang.
b. Karakter Religius Peserta Didik
Religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang
melekat pada diri seseorang. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam
hal ini peserta didik diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan
ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama
Tabel 4.2 Karakter Religius
No Jawaban Peserta Didik Frekuensi Persentase (%)
1 Selalu 9 28.8
2 Sering 13 47.7
3 Jarang 6 18.8
4 Tidak Pernah 2 4.4
Jumlah 30 100

16
17

60

40

20 Frekuensi
Persentase
0

Gambar 4.2 Grafik karakter Religius


Dari grafik diatas tentang pembentukan karater peserta didik yag
islami dari segi karakter religius dengan membaca surah secara bersungguh-
sungguh. Dengan total persentase 100%, terbagi atas berbagi kategori
diantaranya, kategori tidak pernah dengan persentase 4,4%, dalam kategori
jarang dengan persentase 18,8%, dalam kategori kadang-kadang dengan
persentase 47,7% dan kategori selalu dengan kategori 28,8%. Dalam grafik
tersebut persentase tertinngi terdapat pada kategori kadang-kadang, yang dapat
disimpulkan bahwa membaca surah dengan bersungguh-sungguh dalam
pembentukan karakter religius terdapat pada kategorikadang-kadang.
c. Karakter Bertanggung jawab Peserta Didik
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Tanggung jawab ialah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan manusia. Tanggung jawab sudah menjadi kodrat manusia,
artinya sudah menjadi bagian hidup manusia. Sikap tanggung jawab
menunjukkan apakah orangitu mempunyai karakter baik atau tidak. Orang
yang lain dari tanggung jawab berarti tidak memiliki tanggung jawab begitu
juga dengan orang yang suka bermain- main adalah orang yang tidak
bertanggung jawab, jadi unsur unsur tanggung jawab itu adalah keseriusan.

17
18

Tabel 4.3 Karakter Bertanggung Jawab


No Jawaban Peserta Didik Frekuensi Persentase (%)
1 Selalu 11 44.4
2 Sering 14 46.6
3 Jarang 5 8.8
4 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 30 100

50

40

30

20 Frekuensi
10 Persentase

0
Selau Kadang Jarang Tidak
Kadang Pernah

Gambar 4.3 Grafik Karakter Bertanggung jawab


Dari grafik pembentukan karakter bertanggung jawab pada peserta
didik/peserta didikwati dengan metode membaca surah diawal pembelajaran
dengan semangat. Dari persentase tersebut dengan total persentase 100%,
terbagi atas beberapa kategori, diantaranya 44,4% memilih kategori selalu,
46,6% memilih kategori kadang-kadang, 8,8% memilih kategori jarang dan
0% untuk kategori tidak pernah. Dari hasil tersebut persentase tertinggi pada
kategori kadang-kadang dan terendah pada kategori tidak pernah. Jadi,
pembentukan karakter dengan membaca surah sebelum belajar dengan
bersemangat terdapat pada kategori kadang-kadang.
d. Karakter Kejujuran Peserta Didik
Kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu
keyakinan, dan atas diri keyakinannya maka seseorag diketahui
kepribadiannya. Orang yang memiliki kejujuran tinggi akan memiliki
keyakina yang matang. Sebab, orang yang hatinya tidak bersih dan mau
berpikir curang memiliki ketidakpercayaan pada dirinya sendiri. Kejujuran

18
19

sangat penting pada peserta didik untuk menggapai kesuksesan dirinya dimasa
yang akan datang.
Tabel 4.4 Karakter Kejujuran
No Jawaban Peserta Didik Frekuensi Persentase (%)
1 Selalu 9 26.8
2 Sering 11 31.1
3 Jarang 6 21.1
4 Tidak Pernah 4 18.8
Jumlah 30 100

40

30

20
Frekuensi
10
Persentase
0
Selalu Kadang Jarang Tidak
Kadang Pernah

Gambar 4.4 Grafik Karakter Kejujuran


Dari grafik pembentukan karakter kejujuran yang dilihat dari segi
penilaian membaca surah diawal pembelajaran. Dari 100% total persentase
pada grafik tersebut, 28,80% memilih kategori selalu, 31,1% memilih kategori
kadang-kadang, 19,1% memilih kategori jarang dan 18,8% memilih kategori
tidak pernah. Dari penilaian pembentukan karakter kejujuran tersebut,
persentase tertinggi terdapat pada kategori kadang-kadang, nilai terendah pada
kategori tidak pernah. Jadi pembentukan karakter kejujuran terdapat pada
kategori kadang-kadang.

19
20

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Pujianti yang menyatakan tentang
penerapan metode membaca surah sebelum belajar yag memberikan
tanggapan sangat positif apabila penerapan tersebut diterapkan, adapun
manfaat yang didapat peserta didik yaitu dapat mengontrol bacaan surah dari
peserta didik serta memudahkan guru untuk mengetahui kelancaran membaca
Al-qur’an peserta didik.
2. Adapun berbagai karakter yang terdapat berdasarkan pembagian angket ke
peserta didik di Pondok Pesantren Babul Khaer Bulukumba. Karakter disiplin
dengan hasil persentase 53.3%, karakter religius dengan persentase 47,7%,
karakter bertanggung jawab dengan persentase 46,6%, karakter kejujuran
dengan persentase 31.1%. ini telah membuktikan bahwa penerapan metode
membaca sebelum belajar sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter
islami peserta didik
5.2. Saran
1. Bagi pemerintah
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai solusi dalam
meningkatkan karakter islami ke peserta didik serta pemerintah
mengembangkan penerapan tersebut.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai inovasi pembelajaran pada
pembentukan karakter islami pada peserta didik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya penelitian ini dikembangkan lebih mendalm dan lebih luas lagi
dalam membangun karakter islami peserta didik.

20
21

Daftar Pustaka

Jurnal
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak
DariRumah), (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, Anggota
IKAPI, 2010), Cet. 1 hlm 2.

Anselm Staruss, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2009), Cet. III, hlm. 4

Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas, Op.Cit, h. 9

Helmon Hoesien, “Pendidikan Moral Berdasarkan Adat Budaya


Minangkabau”,

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2001), hlm, 1-3

Mimbar Ilmiah, (No. 2, Desember/ 2009), hlm. 54

M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Kuat


dan Cerdas (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), Cet 2, hlm 12

Moh Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta: AR-RUZZ


MEDIA, 2009), Cet. 1, hlm. 54.

Nata, A. 1996.Akhlak Tasawwuf. Jakarta: Grafindo.

Ramaliyus.2010 .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif dengan


kualitatif, dan R & D,(Bandung : CV Alfabeta, 2010).

UU RI No 20 tahun 2003

Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta:


Pelangi Publishing, 2010), Cet 1, hlm 1.

Internet
Jbptunikomppgdl-herdyefend-35109-9-unikom_h- i.pdf
Badrusa2am.blogspot.com/2014/07/pentingnya-kedisiplinan-dan-
pendidikan.html?m=1

www.kamarsemut.com/2015/08/pengertian-dan-tinjauan-
tentang_76.html?m=1

21
22

BIODATA TIM PENULIS


KARYA TULIH ILMIAH TINGKAT NASIONAL
“Inovasi Pemuda dalam Modernisasi Pesantren”
1 Judul KTI Implementasi Metode Pembelajaran dengan
Membaca Surah Sebelum Belajar Guna
Membangun Karakter Peserta Didik yang
Islami
2 Nama Instansi SMAN 12 Bulukumba
3 Identitas Ketua Kelompok
Nama Ketua Yayat Sudrajat
Tempat tanggal lahir Bulukumba, 07 Mei 2000
e-mail Yayatsudrajat276@gmail.com
Nomor telfon 082349292647
4 Identitas Anggota Kelompok 2
Nama Fathul Qarimah
Tempat tanggal lahir Bulukumba, 28 April 2000
e-mail -
Nomor telfon 085145161312
5 Identitas Anggot Kelompok 3
Nama Taufiq Hidayah
Tempat tanggal lahir Bulukumba, 24 Oktober 2001
e-mail -
Nomor telfon 082346524969
6 Identitas Pe mbimbing
Nama Sufri Asmin S.Si., S.Pd., M.Si.
Tempat tanggal lahir Campaga, 04 Oktober 1983
Alamat Jalan Cendana Bulukumba
e-mail Opick_vn@yahoo.com
Nomor telfon 081355674932

22
23

Lampiran
Scan Kartu Pelajar

23
24

Dokumentasi

Wawancara dengan Ibu Pujianti

Foto bersama dengan Pimpinan Ponpes Babul Khaer

Proses Pembagian Angket

24
25

ANGKET

“Implementasi Metode Pembelajaran dengan Membaca Surah Sebelum


Belajar Guna Membangun Karakter Peserta Didik yang Islami”

Nama :

Kelas:

Cara Pengigisan Angket Tersebut Dengan Menceklis Pilihan Yang Telah


Disediakan

A. Indikator Disiplin
1. Apakah anda melakukan metode membaca surah diawal pembelajaran?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2. Apakah anda tepat waktu membaca surah sebelum pembelajaran
dimulai?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda mengikuti tata cara membaca surah sebelum belajar?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
B. Indikator Religius
1. Apakah anda membaca surah dengan sungguh-sungguh?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2. Apakah anda memahami makna surah yang dibaca?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda menerapkan arti surah yang dibacakan?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
C. Indikator bertanggung jawab
1. Apakah anda membaca surah dengan semangat?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Apakah anda tertib dalam membaca surah sebelum belajar?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda membawa Al – qur’an pribadi untuk membaca surah
sebelum belajar?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25
26

D. Indikator kejujuran
1. Apakah anda pernah berbohong mengenai membaca surah sebelum
belajar/
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Apakah anda pernah menyontek?
a. Selalu c. Jarang
b. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Mana yang lebih baik nilai pas – pasan dengan cara jujur, atau nilai
tinggi dengan cara curang?
a. Nilai pas-pasan tapi jujur
b. Nilai tinggi tapi curang
c. Ragu – ragu

Pedoman Wawancara

1. Bagaimana tanggapan ustadz mengenai penerapan metode pembelajaran


dengan membaca surah sebelum belajar?
2. Terkait dengan metode membaca surah sebelum belajar, apa saja manfaat-
manfaatnya menurut bapak?
3. Bagaimana tanggapan ustadz mengenai penerapan metode pembelajaran
dengan membaca surah pada karakter peserta didik? Sebutkan karakter
yang muncul?
4. Bagaimana tanggapan ustadz mengenai pembentukan karakter yang islami
bagi peserta didik/peserta didik?
5. Menurut ustadz, apakah ada metode lain tentang membaca surah dalam
meningkatkan karakter islami bagi peserta didik?
6. Apakah ada kendala/ hambatan dalam penerapan metode tersebut?
7. Jika ada, bagaimana solusinya?

26

Anda mungkin juga menyukai