Anda di halaman 1dari 4

Nobel Siagian

00320041MG

TUGAS AKHIR MATA KULIAH TEOLOGI PUJIAN

 MENANGGAPI VIDEO PEMBELAJARAN


a) Pengenalan Penulis
Dr. Johan Kim adalah seorang profesor dalam bidang musik gereja dengan fokus
Praise Theology di Cambodia Presbyterian Theological Institute. Pengalamannya yang
mumpuni dan terfokus pada Praise Theology mendorongnya meneliti keindahan dari makna
pujian serta kekuatan dari pujian yang dapat membawa kemenangan militer bagi bangsa
Israel, melalui artikel yang berjudul, “For great is the LORD, and greatly to be praised: he
also is to be feared above all gods.” (1Ch 16 : 25 KJV). Tujuan dari artikel ini adalah untuk
menunjukkan bahwa kualitas dari pujian dapat menghasilkan kekuatan yang besar. Dr. Johan
Kim bahkan memberikan fokus bagi pembacanya bahwa kekuatan yang besar ini hanya milik
Tuhan melalui keyakinan iman perseorangan dan komunal.

b) Introduksi, Isi dan Kesimpulan


Melalui selayang pandang introduksi, Dr. Johan Kim menjelaskan pengantar
yang di lihat dari konteks dekat antar pasal dan ayat, yaitu II Tawarikh 20 : 1 – 20.Dr. Johan
Kim mengawalinya dengan menjelaskan mengenai letak geografis saat terjadinya perang
antara bangsa Israel melawan bangsa – bangsa lain. Jika dilihat, kondisi georgrafis bangsa
lain lebih menguntungkan untuk langsung mengalahkan bangsa Israel,tetapi bangsa ini masih
bisa bertahan dan belum mendapatkan serangan. Raja yang memimpin pada saat itu adalah
Yosafat, yang merupakan raja keempat Kerajaan Yehuda pada tahun 873 – 849 SM. Tentu
kegelisahan menghampiri Yosafat juga (ayat 1 – 2, karena serangan dari bangsa lain
tampaknya tidak dapat diatasi). Dr. Johan Kim memaparkan secara sistematis bagaimana
bangsa Israel meresponi situasi yang mencekam ini.Pertama, mencari pertolongan Allah
dengan berpuasa dan berdoa (ayat 3 – 4). Kedua,Memuji Allah (ayat 5 – 6). Ketiga,
mengingat sejarah dan pertolongan Allah (ayat 7 – 9). Keempat memanjatkan doa yang tidak
pernah putus (ayat 13). Kelima menerapkan kesatuan seluruh umat (ayat 13). Dari kelima
tahapan ini maka Allah menjawabmelalui perantaraan nabi-Nya, bahwa Allah menjanjikan
suatu penghiburan (ayat 14 – 17).
Dr. Johan Kim berhasil melihat sisi yang mungkin jarang dilihat orang. Di bagian ini,
Kim berusaha memperlihatkan bagaimana peran dari musik, instrumen, alat musik dan
paduan suara terlibat peran dalam pertempuran melawan bangsa lain (ayat 19 – 21). Fokus
pembaca di arahkan kepada pemusik dan paduan suara. Pada saat penjelasannya dalam
perkuliahan, Kim menyatakan bahwa kondisi para paduan suara tidaklah diperlengkapi
dengan berbagai perlengkapan perang. Secara gamblang Dr. Johan Kim mengatakan bahwa
mereka berperang dengan tangan kosong. Kesulitan untuk memahami eksposisi ini juga hadir
ketika Dr. Johan Kim menjelaskan, jika para pemusik
dan paduan suara yang tidak memiliki senjata itu berada pada barisan paling depan diarmada
perang bangsa Israel. Menurut Dr. Johan Kim, ini adalah hal yang sulitdicernasecara logika,
namun inilah kenyataannya. Paduan suara bangsa Israel menjadi tamengdan tombak tajam
yang akan dihunuskan kearah tiap – tiap lawannya. Ini mungkin terlihat seperti suatu
tindakan yang bodoh bagi sebagian orang, namun bagi bangsa yangdilema dan terkekang ini,
tindakan mereka merupakan tindakan iman kepada Tuhan.

Menurut Dr. Johan Kim, jika bisa masuk dalam konteks pertempuran, kemungkinan
bangsa – bangsa lain menganggap bangsa Israel telah menyerah, dan menjadi
bangsa yang telah putus asa. Namun respons Dr. Johan Kim sangat menarik, bahwa
ternyata bangsa Israel telah memutuskan meletakkan setiap beban dan asa mereka kepada
Tuhan. Jadi bagi Dr. Johan Kim, ini adalah bentuk sikap menyimpan asa keTuhanbukan sikap
putus asa. Dengan demikian Dr. Johan Kim telah berhasil memperlihatkansuatu kekuatan
militer tidak harus dengan sarana juga instrumen yang begitu gagah, tetapi hal yang
sederhana dan dengan penuh iman kepada Sang pemberi Harapan yaitu Tuhan, maka
tindakan seperti ini akan menjadi kekuatan militer yang paling hebat.

Setelah melihat respons bangsa Israel, pembaca menikmati uraian


yangdisajikandengan baik oleh Dr. Johan Kim, mengenai respons Tuhan dari sikap bangsa
Israel. Dalam ayat 22 – 25, Tuhan memberikan kemenangan yang luar biasa bagi bangsa
yangtaat kepada Tuhan. Kemudian kemenangan ini diresponi kembali oleh bangsa Israel
dengan pujian kepada Allah, serta menjalin relasi dengan bangsa-banga lain (26 – 30).

Secara keseluruhan kesan menarik yang disoroti oleh Dr. Johan Kim dari eksposisi ini
adalah relasi antara pujian dan kemenangan. Bagi Dr. Johan Kim, terkadang seringkali
kekristenan meniadakan pujian dan bagi sebagian orang Kristen juga keutamaan hanya pada
Firman Tuhan. Namun, kisah ini menunjukkan bahwa pujian kepada Tuhan menjadi tiang
utama dan senjata dalam peperangan menghadapi bangsa lain. Menariknya, Dr. Johan Kim
mengajak pembaca untuk berimajinasi bahwa keputusanuntukberperang dan berada di dalam
posisi depan medan perang bukanlah hal yang mudah.Mungkin yang menjadi anggota paduan
suara itu adalah suami yang memiliki keluarga,atau seseorang yang sementara membangun
bisnisnya, tetapi mereka dengan penuhimankepada Tuhan maju ke depan medan perang
sebagai anggota paduan suara tanpa membawa senjata militer. Pengantar pertama ini diakhiri
dengan pernyataan Dr. Johan Kimtentang status Allah.

Tidak berhenti di sana, Dr. Johan Kim menjelaskan selayang pandangintroduksiyang


kedua. Di sana, Dr. Johan Kim mengerucutkan mengenai kekuatan dari pujian,
kemudian penyembahan dan pujian dari ekposisi pasal 16 : 25. Pembahasan artikel iniditutup
dengan pengalaman iman setiap orang yang menaikan Mazmur pujian melalui tema studi
tentang Mazmur.

c) Keunggulan dan Kekurangan


Keunggulan dari artikel ini adalah memberikan wawasan bagi setiap orang Kristen
untuk tidak memandang rendah pujian kepada Tuhan. Pujian memiliki peran yangpenting
dalam mempertegas iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Pemaparan Kim mengingatkan orang
Kristen untuk membawa pujian dalam pergumulan hidup dan dalam kemegahan hidup
dengan sentralitas hanya pada kemuliaan Tuhan.

Dr. Johan Kim juga berhasil menyajikan penjelasan mengenai teologi pujian dalam
bahasa yang bersahabat untuk dimengerti. Tidak hanya itu, imajinasi dari analogi – analogi
yang dipaparkannya sangat segar dan mendorong pembaca untuk kembali lagi menelisik
lebih jauh arti dari teologi pujian.

Kekurangan dari artikel ini adalah dalam ranah komprehensifnya. Meskipun


pembahasan artikel ini berfokus kepada teologi pujian, namun perlu juga diklarifikasi
kepentingan unsur liturgi lainnya sebagai pemenuhan dalam ranah komprehensif.

Meski demikian, Dr. Johan Kim berhasil menjawab kesalahan yang terjadi dalam
realita kontemporer masa kini, bahwa ternyata pujian yang mendapatkan status “sekedar
saja,” atau bahkan ketika melaksanakan persekutuan pujian hanya dipandang sebelah mata
dan tanpa latihan, diubah menjadi titik pusat yang sangat penting. Teologi pujian dapat
menjadi sarana firman yang berbicara di dalam hati, menegasi emosi, danmemaparkan kasih
kepada orang – orang terkasih yang ada disekitar kita. Karena melalui pujian dan
penyembahan yang kita naikkan, secara tidak langsung akan didengar orang sekitar dan
bahkan mungkin akan mengubahkan iman dan hidup mereka.

Untuk kalangan mahasiswa teologi dan musik gereja, artikel ini juga dapatmenjadiacuan
untuk pengajaran dalam ruang lingkup pelayanan dan ruang lingkup kekeluargaan. Bukan
hanya itu bahkan kita dapat berkontemplasi secara mendalam di dalam pujian penyembahan
perseorangan dengan cara melihat dari sudut pandang teologi pujian. Akhir kata, akan
berhasil membawa “For great is the LORD, and greatly to be praised: he also is to be feared
above all gods.” (1Ch 16 : 25 KJV), untuk kemuliaan
bagi Tuhan Yesus Kristus.

Anda mungkin juga menyukai