Tugas Menanggapi Video - Teologi Pujian - Nobel Siagian
Tugas Menanggapi Video - Teologi Pujian - Nobel Siagian
00320041MG
Menurut Dr. Johan Kim, jika bisa masuk dalam konteks pertempuran, kemungkinan
bangsa – bangsa lain menganggap bangsa Israel telah menyerah, dan menjadi
bangsa yang telah putus asa. Namun respons Dr. Johan Kim sangat menarik, bahwa
ternyata bangsa Israel telah memutuskan meletakkan setiap beban dan asa mereka kepada
Tuhan. Jadi bagi Dr. Johan Kim, ini adalah bentuk sikap menyimpan asa keTuhanbukan sikap
putus asa. Dengan demikian Dr. Johan Kim telah berhasil memperlihatkansuatu kekuatan
militer tidak harus dengan sarana juga instrumen yang begitu gagah, tetapi hal yang
sederhana dan dengan penuh iman kepada Sang pemberi Harapan yaitu Tuhan, maka
tindakan seperti ini akan menjadi kekuatan militer yang paling hebat.
Secara keseluruhan kesan menarik yang disoroti oleh Dr. Johan Kim dari eksposisi ini
adalah relasi antara pujian dan kemenangan. Bagi Dr. Johan Kim, terkadang seringkali
kekristenan meniadakan pujian dan bagi sebagian orang Kristen juga keutamaan hanya pada
Firman Tuhan. Namun, kisah ini menunjukkan bahwa pujian kepada Tuhan menjadi tiang
utama dan senjata dalam peperangan menghadapi bangsa lain. Menariknya, Dr. Johan Kim
mengajak pembaca untuk berimajinasi bahwa keputusanuntukberperang dan berada di dalam
posisi depan medan perang bukanlah hal yang mudah.Mungkin yang menjadi anggota paduan
suara itu adalah suami yang memiliki keluarga,atau seseorang yang sementara membangun
bisnisnya, tetapi mereka dengan penuhimankepada Tuhan maju ke depan medan perang
sebagai anggota paduan suara tanpa membawa senjata militer. Pengantar pertama ini diakhiri
dengan pernyataan Dr. Johan Kimtentang status Allah.
Dr. Johan Kim juga berhasil menyajikan penjelasan mengenai teologi pujian dalam
bahasa yang bersahabat untuk dimengerti. Tidak hanya itu, imajinasi dari analogi – analogi
yang dipaparkannya sangat segar dan mendorong pembaca untuk kembali lagi menelisik
lebih jauh arti dari teologi pujian.
Meski demikian, Dr. Johan Kim berhasil menjawab kesalahan yang terjadi dalam
realita kontemporer masa kini, bahwa ternyata pujian yang mendapatkan status “sekedar
saja,” atau bahkan ketika melaksanakan persekutuan pujian hanya dipandang sebelah mata
dan tanpa latihan, diubah menjadi titik pusat yang sangat penting. Teologi pujian dapat
menjadi sarana firman yang berbicara di dalam hati, menegasi emosi, danmemaparkan kasih
kepada orang – orang terkasih yang ada disekitar kita. Karena melalui pujian dan
penyembahan yang kita naikkan, secara tidak langsung akan didengar orang sekitar dan
bahkan mungkin akan mengubahkan iman dan hidup mereka.
Untuk kalangan mahasiswa teologi dan musik gereja, artikel ini juga dapatmenjadiacuan
untuk pengajaran dalam ruang lingkup pelayanan dan ruang lingkup kekeluargaan. Bukan
hanya itu bahkan kita dapat berkontemplasi secara mendalam di dalam pujian penyembahan
perseorangan dengan cara melihat dari sudut pandang teologi pujian. Akhir kata, akan
berhasil membawa “For great is the LORD, and greatly to be praised: he also is to be feared
above all gods.” (1Ch 16 : 25 KJV), untuk kemuliaan
bagi Tuhan Yesus Kristus.