Laporan Final Tim Ascarya Energy LTD
Laporan Final Tim Ascarya Energy LTD
Merupakan perusahaan di jasa yang bergerak di bidang panas bumi yang memiliki
target bisa berkompetitif di pasar internasional. Perusahaan kami memiliki para
konsultan ahli di bidang panas bumi baik di bidang geoscience maupun
engineering. Perusahaan menjalankan misi dengan menerapkan nilai-nilai sosial
dan adil dan merakyat sehingga dapat dirasakan masyarakat luas yang ramah
lingkungan untuk kemajuan energi panas bumi terutama di Indonesia.
KAJIAN GEOLOGI
1
Sedangkan morfologi bagian selatan relatif teksturnya lebih halus karena tersusun
oleh endapan alluvial dan batuan sedimen berumur Tersier. Sebaran zona alterasi
pada area Cisolok memiliki pH asam–alkaline. Manifestasi pH netral muncul
sepanjang sungai yang dibentuk oleh sesar Cisolok. Interpretasi manifestasi yang
muncul sepanjang lembah pada area Cisukarame terbentuk oleh sesar berarah U-S.
Zona alterasi dominan muncul pada segmen bagian barat zona sesar tersebut.
Berdasarkan konseptual model geologi tentatif tidak dapat ditentukan keberadaan
heat source maupun reservoir. Namun perkiraan area recharge berasal dari
morfologi yang lebih tinggi yaitu dari arah NE WKP.
KAJIAN GEOKIMIA
Sistem panas bumi Cisolok dan Cisukarame adalah dua sistem berbeda dengan
sumber fluida reservoir yang berbeda. Tipe fluida pada lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame adalah air klorida dengan pH netral. Berdasarkan
geothermometer, reservoir geothermal yang berada di Cisolok bertemperatur
165oC, sedangkan di Cisukarame bertemperatur 205oC. Berdasarkan lesson learned
Lapangan Nevada Wabuska (dominasi air dikontrol struktur) fraksi uap 1.3%, Air
98.7%. Potensi Scaling Ca sebagai efek dari pelarutan CaCO3 litologi batuan.
KAJIAN GEOFISIKA
Delineasi nilai resistivitas >50 ohm.m sebagai batas caprock adalah berdasarkan
nilai resistivitas teori minimal untuk litologi gamping yang memiliki range
resistivitas 50 - 104 Ohm.m. Batuan alterasi yang terplot di section berada di
permukaan memiliki nilai resistivitas <20 ohm. Top of Reservoir sistem panas bumi
Cisolok adalah 2 km di bawah permukaan laut, sedangkan Top of Reservoir Sistem
Panas Bumi Cisukarame adalah 1,5 km di bawah permukaan laut.
Sumur pemboran pada wilayah Cisolok dengan nama sumur CSL-1 didapatkan
temperature gradien sebesar 4°/100m. Temperature didapatkan pada kedalaman
1477 sebesar 95.47°C. Hasil pengeboran lapangan sumur wilayah Cicolok tidak
dapat menggambarkan profil temperature dikarenakan kurangnya kedalaman
pemboran dan keterbatasan data yang didapatkan.
2
Sumur pemboran pada wilayah Cisukarame dengan nama sumur XPL 1 didapatkan
temperature maksimum 204°C dan tekanan 83 ksc, Injectivity 37.23 kg/s bara,
kedalaman main feedzone 1800-1900 m dan transmisivitas 9.90 darcy m. Sumur
XPL 2 didapatkan temperatur maksimum 207°C dan tekanan 86 ksc, injectivity
5.77 kg/s bara, enthalpy fluida ± 1265 kJ/kg dengan fraksi uap kepala sumur ± 26%
dan total massflow ± 59 kg/s, pemodelan IPR sumur mendekati korelasi isochronal,
dan potensi sumur XPL2 4.3 MW (combined cycle) atau 3.6 MW (single flash).
Sumur XPL 3 didapatkan temperatur maksimum mencapai 228°C dan tekanan 85
ksc Injectivity 29.30 kg/s bara
3
bumi Cisolok adalah 2 km di bawah permukaan laut, sedangkan Top of Reservoir
Sistem Panas Bumi Cisukarame adalah 1,5 km di bawah permukaan laut.
RESOURCE ASSESSMENT
KAJIAN KEEKONOMIAN
Dengan nilai NPV positif dan PI lebih dari 1, tetapi kisaran harga listrik masih
berada diatas BPP Jawa Barat, maka proyek ini dapat dikatakan tidak feasible
secara keekonomian. Total capital pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD
58,997 Million dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million. Sedangkan untuk
Skenario 2 adalah USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe USD 6,424
Million. Dengan demikian harga listrik yang disarankan untuk Skenario 1 yaitu
16,95 USD cent/kWh (IRR 13,64%; NPV USD 11,77 Million; payback period 9,15
tahun). Sedangkan untuk Skenario 2 yaitu 17,12 USD cent/kWh (IRR 12,54%;
NPV USD 17,12 Million; payback period 9,20 tahun). Dengan nilai listrik yang
lebih murah, maka skenario yang disarankan adalah skenario 1, tetapi harus adanya
kerjasama dari pemerintah dan turut andil dalam menurunkan harga jual ini untuk
memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) serta peran pemerintah dalam
menurunkan harga jual beli listrik.
4
COMPANY PROFILE
Energy : Energi
Lingkaran : Bumi
5
Ascarya Energy merupakan perusahan konsultan nasional yang menawarkan jasa
pengembangan lapangan panas bumi baik di bidang geoscience maupun
engineering. Pakar kami adalah insinyur dan ahli Teknik panas bumi yang telah
berkecimpung di industry selama bertahun-tahun dengan latar belakang Pendidikan
yang relevan dari universitas terkemuka. Perusahaan kami memiliki komitmen
yang kuat dalam mengembangkan energi panas bumi untuk menopang ketahanan
dan swasembada energi nasional. Sejak didirikannya pada tanggal 8 Agustus 2017,
Ascarya Energi telah menangani beberapa project seperti Feasibility Study WKP
Rantau Dedap tahun 2017, resource assessment WKP Kotamubagu tahun 2018,
feasibility study WKP Bituang tahun 2019, Feasibility study WKP Cisolok-
Cisukarame tahun 2021.
6
Visi dan Misi Ascarya Energy
Visi Perusahaan:
Adapun Misi Perusahaan untuk mendukung Visi tersebut adalah sebagai berikut.
Struktur Organisasi
7
DAFTAR ISI
COMPANY PROFILE............................................................................................ 5
8
II.3 Analisis Remote Sensing (LST) .................................................... 24
9
IV.2.1 Data .................................................................................... 46
10
BAB VIII Pengajuan Survei 3G Rinci................................................................... 76
11
XI.4 Skenario Pengembangan ............................................................. 111
BAB XIII Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ............... 134
Lampiran ……………………………………………………………………….138
12
DAFTAR TABEL
Tabel X.IV Heating-Up Test Sumur XPL1, XPL2, dan XPL3 ............................. 95
Tabel X.V Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 .................... 96
Tabel X.VI Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 (Refined) .. 97
Tabel X.XIII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling)
............................................................................................................................. 101
13
Tabel X.XIV Data kimia uap sumur XPL2 ......................................................... 104
Tabel XII.VI Biaya Pokok Penyediaan Tahun 2020 (Keputusan Menteri ESDM
nomor: 169.K/HK.02/MEM.M/2021) ................................................................. 132
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Peta elevasi dan keberadaan manifestasi lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame .............................................................................................. 31
Gambar III.4 Hasil plot diagram ternary manifestasi Cisolok (kiri) dan Cisukarame
(kanan)................................................................................................................... 37
Gambar III.5 Plot Diagram Na-K-Mg Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan ..... 38
Gambar III.7 Plot isotop lapangan Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan) ......... 40
Gambar IV.1 Desain akusisi survei gaya berat lapangan Cisolok-Cisukarame .... 47
Gambar IV.2 Plot drift (simpangan) dari pengukuran per hari pada survei gaya berat
(atas) dan distribusi error topografi dari GPS (bawah) ......................................... 48
15
Gambar IV.8 (a) hasil pengolahan data anomali residual, (b) input data anomali
residual, (c) initial model 3D inversi..................................................................... 52
Gambar IV.16 Peta Sistem Panas Bumi Berdasarkan data Geofisika .................. 60
Gambar VII.1Penggolongan kelas sumber daya dan cadangan menurut SNI 6009-
2017 ....................................................................................................................... 68
Gambar VIII.5 Magnetometer proton (kiri) dan gravimeter CG-6 (kanan) .......... 79
16
Gambar X.5 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL1 ......................... 90
Gambar X.6 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL2 ......................... 91
Gambar X.7 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL3 ......................... 92
Gambar X.8 Semi-log Plot Tekanan Terhadap Waktu Fall-Off Test Sumur XPL3
............................................................................................................................... 93
Gambar X.16 Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling) ..................... 101
Gambar X.17 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Reverse Modeling) .............. 102
Gambar X.18 Estimasi Potensi Sumur XPL2 menggunakan software HYSIS® 103
17
BAB I PENDAHULUAN
Pada tahun 1986 telah dilakukan pemboran eksplorasi CSL-1 di wilayah Pasir
Pameungpeuk, Cisolok oleh PT Pertamina. Namun dari data landaian temperatur,
temperatur dasar sumur pada kedalaman 1477 m sebesar 95,47 °C. Sumur tersebut
belum dapat memproduksikan fluida geotermal yang cukup untuk pengembangan
kapasitas pembangkit yang direncanakan, sehingga diperlukan kajian lebih lanjut
dan interpretasi yang lebih baik untuk mencapai target pengembangan WKP
Cisolok-Cisukarame.
18
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh PT. PLN, pada tahun 2021
kebutuhan listrik Jawa-Bali hingga saat ini mencapai 35.000 MW tetapi jumlah
ketersediaan pasokan listrik masih 22.900 MW. Oleh karena itu, lapangan Cisolok-
Cisukarame menarik untuk dikaji guna menopang kebutuhan listrik interconnection
Jawa-Bali. Selain itu WKP Cisolok-Cisukarame juga terletak pada lokasi strategis,
dimana bagian utara WKP Cisolok-Cisukarame berbatasan dengan Taman Nasional
Halimun Salak dan bagian selatan terdapat Pelabuhan Ratu. Mudahnya akses
moving melalui jalur laut yang dapat menghemat biaya pengangkutan alat, dan
dekatnya akses dengan tempat wisata memberikan kenyamanan bagi pekerja,
menjadi suatu kelebihan bagi project yang akan dikembangkan pada WKP Cisolok-
Cisukarame.
Tujuan pelaksanaan kajian yang akan dilakukan oleh Ascarya Energy Ltd
antara lain:
19
I.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan kajian dan evaluasi yang dilakukan Ascarya Energy Ltd. pada
lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame meliputi:
I.4.1 Data Geologi meliputi peta geologi regional, data penginderaan jauh
berupa data LANDSAT-08 dan Digital Elevation Model (DEM).
I.4.2 Data Geokimia meliputi peta lokasi manifestasi permukaan, kimia air
dan gas.
I.4.3 Data Geofisika meliputi peta anomali gaya berat dan penampang
anomali resistivitas Magnetotelurik (MT).
I.5.1 Lokasi
20
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dengan nomor
1937 K/30/MEM/2007 pada 09 Juli 2007 serta memiliki luas wilayah
sebesar 15.580 ha dengan titik koordinat (6°53'-29.36''LS dan 106°-
29'00.28''BT). Wilayah Kerja Panas bumi Cisolok-Cisukarame
berjarak lebih kurang 180 km dari Bandara Soekarno-Hatta ke
Pelabuhan Ratu dengan waktu tempuh sekitar 5 jam melalui jalur
darat dan 30 menit melalui jalur laut dari Pelabuhan Ratu ke Wilayah
Kerja Cisolok-Cisukarame.
I.5.2 Akses
21
I.6 Workflow proyek
22
BAB II Kajian Geologi
II.1 Pendahuluan
23
II.3 Analisis Remote Sensing (LST)
Pada analisis Land Surface Temperature (LST) di area Cisolok maupun Cisukarame
menunjukkan indeks suhu >50°C. Hal ini terkonfirmasi oleh manifestasi yang
muncul didominasi mata air panas dengan suhu 98 - 99°C. Kemudian temperatur
permukaan di sekitar Teluk Pelabuhan Ratu, pemukiman dan sepanjang garis pantai
relatif hangat dan hal tesebut sangat wajar karena aktifitas penduduk dan bukaan
lahan. Efek awan terkonfirmasi berwarna buru pada NE WKP.
24
II.4 Analisis Peta Geologi
25
selatan Pulau Jawa. Terdapat sesar turun pada area manifestasi Cisolok yang
membatasi antara manifestasi dengan sumur CSL-01.
26
II.6 Analisis Peta Geomorfologi
27
II.7 Analisis Manifestasi dan Alterasi
28
merupakan litologi lava dan diperkiran manifestasi muncul karena adanya rekahan
yang intens sebagai akibat dari struktur geologi yang berkembang di area tersebut.
Jika dilihat dari bentukan beberapa zona alterasi yang memanjang berarah NE –
SW menunjukkan kontrol utama kemunculannya adalah sesar / rekahan.
Selanjutnya pada bagian utara area Cisukarame terdapat blok hitam besar zona
teralterasi kuat pH bersifat netral dengan bentuk mengikuti morfologi / kontur.
29
II.9 Kesimpulan Kajian Geologi
30
BAB III Kajian Geokimia
III.1 Pendahuluan
Kajian geokimia bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia yang dimiliki oleh
manifestasi termal baik dari hot springs maupun fumarole. Karakteristik kimia yang
diperoleh dari manifestasi termal dipermukaan dapat merepresentasikan kondisi
fluida di dalam reservoir. Selain itu, melalui karakteristik kimia manifestasi termal,
dalapt diketahui asal dan tipe fluida di reservoir, perkiraan atau estimasi
temperature reservoir menggunakan geotermometer kimia air, dan perkiraan jumlah
reservoir menggunakan rasio kandungan kimia manifestasi.
Gambar III.1 Peta elevasi dan keberadaan manifestasi lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame
Analisis kimia air didasarkan pada jumlah konsentrasi kimia yang terlarut dalam
fluida manifestasi termal hot springs. Keberadaan manifestasi di lapangan panas
bumi Cisolok-Cisukarame terkonsentrasi menjadi 2 daerah. Manifestasi Cisolok
didominasi oleh mata air panas dan adanya spouting springs sedangkan manifestasi
Cisukarame didominasi oleh mata air panas, steaming ground, dan fumarole
(Gambar III.1).
31
III.2.2 Kandungan Kimia
Berdasarkan hasil analisis kimia air dari manifestasi termal hot springs di
daerah Lumut Balai, kandungan kimia yang terukur ialah Na, K, Ca, Mg, Li, NH 4,
Cl, HCO3, SO4, F, B, SiO2, Al, Cs, dan Br. Kandungan kimia Na, K, Ca, Mg, Li,
dan Al bertindak sebagai kation dalam larutan, sedangkan Cl, HCO 3, SO4, F, dan
Br bertindak sebagai anion dalam larutan. Adapun NH4, B, dan SiO2 yang
merupakan unsur netral dalam fluida. Berdasarkan nilai dari nilai kation dan anion
dari setiap manifestasi termal, diperoleh bahwa ion balance berberada pada angka
< ±5%. Nilai ini cukup representatif untuk memberikan gambaran bahwa sampel
manifestasi diambil pada keadaan equilibrium dapat dilakukan analisis lanjutan.
(Gambar III.2 dan Gambar III.3
III.2.2.1 pH
III.2.2.3 Ca (kalsium)
32
Kemungkinan terdapat nilai yang lebih besar sebagai akibat kemungkinan
terlarutnya Ca dari CaCO3 ke fluida manifestasi. Manifestasi termal di lapangan ini
berada dikisaran 2.92-72,96 mg/kg Terbentuknya scaling Ca sangat mungkin terjadi
di lapangan ini.
III.2.2.4 Mg (Magnesium)
III.2.2.5 Cl (Klorida)
Klorida adalah zat kimia yang merepresentasikan air reservoir. Kandungan Cl pada
reservoir berada pada kisaran 100-10000 mg/kg. Besaran Cl yang berada dari
manifestasi adalah 1-621 mg/kg. Nilai ini berada pada range besaran CL reservoir.
Hal yang perlu diperhatikan adalah letak manifestasi dari Cisolok yang berada dekat
dengan pantai. Indikasi apakah manifestasi mengalami pencampuran dengan air
laut cukup mungkin terjadi. Akan tetapi berdasarkan nilai Cl, tidak ada indikasi
adanya terjadi pencampuran tersebut. Apabila terjadi pencampuran dengan air laut,
nilai Cl akan >100.000 mg/kg.
III.2.2.6 HCO3
Adapun unsur anion HCO3 yang merupakan indikator fluida reservoir hasil
kondensasi gas CO2 dalam air tanah. Konsentrasi HCO3 yang tinggi dapat
diindikasikan sebagai zona outflow dari sistem geotermal. Sampel manifestasi
menunjukkan nilai HCO3 dengan kisaran 5,1-210,5 mg/kg.
III.2.2.7 SO4
Konsentrasi SO4 dalam fluida geotermal di kedalaman yang dalam ialah rendah
(<50 mg/kg), tetapi dapat meningkat seiring meningkatnya oksidasi gas H 2S. Nilai
SO4 berada pada kisaran 0.1-279.77 mg/kg.
33
Sample type temp pH E.C. Na K Ca Mg NH4 Li Fe As HCO3 SO4 Cl F Br NO3 HS ∑ anion ∑ cation Ion balance
oC µS/cm mg/kg mg/kg %
C-01 thermal spring 35,9 8,84 322 3,18 0,00 0,15 0,02 0,01 0,00 0,003 0,001 3,10 0,16 0,04 0,01 0,00 0,01 0,00 3,28 3,33 0,70
C-20 spouting spring 96,6 8,08 1676 12,09 0,28 3,24 0,30 0,04 0,04 0,000 0,011 3,12 4,92 7,37 0,17 0,01 0,02 0,02 15,00 15,35 1.10
C-21 thermal spring 87 7,57 1780 13,15 0,29 3,33 0,33 0,04 0,04 0,000 0,008 3,21 5,63 8,33 0,18 0,01 0,00 0,00 16,78 16,81 -0,50
C-22 thermal spring 87,2 7,79 1640 11,35 0,25 3,36 0,36 0,04 0,03 0,000 0,007 3,44 4,96 6,91 0,16 0,01 0,00 0.00 14,97 14,88 -0,30
C-24 thermal spring 75,5 6,84 1604 11,14 0,28 3,64 0,37 0,07 0,03 0,001 0,005 3,54 5,12 6,65 0,17 0,02 0,04 0,02 15,14 15,12 0,00
C-25 spouting spring 95,8 7,97 1870 13,97 0,30 3,14 0,32 0,04 0,05 0,001 0,008 3,23 5,72 9,13 0,18 0,01 0,00 0,02 17,50 17,11 -1,30
C-26 spouting spring 97,4 8,03 1870 14,07 0,31 2,99 0,32 0,04 0,04 0,000 0,006 2,88 5,79 9,25 0,19 0,02 0,01 0,02 17,41 17,05 -1,10
C-27 spouting spring 100,1 7,92 1840 13,96 0,30 2,97 0,33 0,07 0,04 0,000 0,005 2,84 5,83 9,18 0,18 0,01 0,00 0,02 17,29 16,92 -1,10
C-28 spouting spring 104,2 8,15 1934 13,54 0,31 3,36 0,29 0,06 0,04 0,000 0,006 3,19 5,42 9,13 0,18 0,02 0,01 0,03 17,15 16,81 -1,00
C-29 spouting spring 99,2 8,31 1846 13,36 0,29 2,95 0,32 0,04 0,04 0,000 0,005 2,80 5,76 8,79 0,18 0,02 0,00 0,02 16,83 16,29 -1,60
C-30 spouting spring 100,7 8,35 1772 10,74 0,23 2,52 0,27 0,02 0,04 0,000 0,005 2,85 4,49 6,70 0,15 0,01 0,00 0,02 13,60 13,23 -1,40
C-31 thermal spring 72,3 8,02 1731 11,13 0,24 3,36 0,30 0,04 0,04 0,000 0,005 3,29 4,81 7,23 0,16 0,01 0,01 0,02 15,15 14,75 -1,30
C-32 spouting spring 99,9 8,26 1860 13,07 0,28 3,02 0,29 0,03 0,04 0,000 0,005 2,94 5,47 8,72 0,18 0,02 0,00 0,02 16,60 16,03 -1,70
C-34 thermal spring 86,7 8,08 1640 8,73 0,19 2,55 0,24 0,04 0,03 0,000 0,004 3,38 3,77 5,27 0,13 0,01 0,00 0,01 17,15 11,43 -3,20
C-35 thermal spring 80,6 7,47 1676 9,06 0,20 2,66 0,18 0,03 0,04 0,000 0,004 3,35 4,22 5,84 0,13 0,01 0,00 0,03 13,16 11,81 -5,40
C-36 thermal spring 69,3 7,8 1410 11,61 0,25 3,02 0,28 0,02 0,03 0,001 0,004 2,81 4,95 7,45 0,16 0,01 0,00 0,01 15,05 14,86 0,60
C-37 thermal spring 97,4 7,43 1709 9,56 0,23 2,71 0,34 0,01 0,03 0,001 0,004 3,26 4,02 5,90 0,13 0,01 0,00 0,01 12,79 12,37 -1,70
C-38 thermal spring 76,4 7,38 1557 7,80 0,20 2,62 0,42 0,05 0,03 0,000 0,002 3,54 3,60 4,71 0,12 0,01 0,01 0,02 11,68 10,83 -3,80
C-39 thermal spring 78,9 7,35 1581 9,12 0,20 2,30 0,20 0,06 0,03 0,000 0,002 3,48 4,19 5,61 0,13 0,01 0,00 0,01 16,95 17,11 0,50
C-40 thermal spring 82,9 7,12 1810 13,09 0,29 3,29 0,92 0,02 0,04 0,000 0,004 3,04 5,78 8,47 0,18 0,01 0,00 0,01 - - -
sample type temp pH E.C. Na K Ca Mg NH4 Li Fe As HCO3 SO4 Cl F Br NO3 HS S 0 Ion balance
oC µS/cm mg/kg mg/kg %
C-09 thermal spring 54,2 6,92 825 5,83 0,26 1,25 0,15 0,01 0,08 0,002 0,040 1,67 1,18 4,52 0,04 0,01 0,02 0,00 7,33 7,47 0,90
C-11 boiling spring 99,4 7,71 1925 14,53 0,64 2,41 0,08 0,00 0,20 0,001 0,066 3,16 2,67 12,01 0,10 0,01 0,02 0,00 17,22 17,12 -0,30
C-12 boiling spring 97,7 8,13 2050 17,99 0,78 1,11 0,03 0,01 0,26 0,000 0,113 1,91 3,41 15,63 0,12 0,02 0,04 0,00 20,27 19,37 -2,30
C-13 boiling spring 98,7 8,15 2230 17,79 0,70 1,56 0,04 0,00 0,22 0,000 0,099 2,35 3,32 15,26 0,12 0,02 0,04 0,00 20,23 19,47 -1,90
C-14 boiling spring 99,6 8,09 2420 19,94 0,82 1,12 0,01 0,00 0,25 0,000 0,090 1,74 3,74 17,52 0,13 0,02 0,00 0,00 22,19 21,22 -2,20
C-15 boiling spring 98,9 8,2 2200 15,87 0,71 1,55 0,06 0,01 0,23 0,000 0,088 2,14 2,98 13,53 0,11 0,01 0,02 0,00 18,02 17,00 -1,00
C-16 boiling spring 99 8,08 2700 19,82 0,89 0,98 0,01 0,00 0,29 0,000 0,109 1,84 3,69 17,36 0,13 0,02 0,02 0,00 22,11 21,09 -2,40
C-17 thermal spring 53,6 6,83 765 3,66 0,20 3,14 0,35 0,00 0,04 0,000 0,029 3,12 1,70 2,49 0,02 0,00 0,00 0,00 7,23 7,28 0,40
C-19 boiling pool 98,7 7,02 94 0,36 0,21 0,35 0,09 0,01 0,00 0,001 0,010 0,34 0,70 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 1,04 0,97 -3,50
34
III.2.3 Rasio Kimia Air
Manifesatasi yang ditemukan pada daerah Cisolok dan Cisukarame memiliki jenis
dan kandungan kimia yang berbeda. Indikasi bahwa dua daerah ini memiliki sistem
yang berbeda satu dengan yang lain dapat dibuktikan dengan beberapa
perbandingan kandungan kimia.
35
Cisukarame pada kisaran 20 sedangkan pada manifestasi Cisolok berada dikisaran
>70. Hal ini cukup untuk mengidentifikasikan bahwa fluida manifestasi yang
muncul berasal dari dua reservoir yang berbeda.
(∑ 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − ∑ 𝑎𝑛𝑖𝑜𝑛)
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑜𝑛 (𝐼𝐵) =
(∑ 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 + ∑ 𝑎𝑛𝑖𝑜𝑛)
Pada dasarnya tipe fluida yang terkandung dalam reservoir temperatur tinggi ialah
fluida yang memiliki pH mendekati netral dan mengandung klorida yang dominan.
Diagram Cl-SO4-HCO3 merupakan diagram yang sering digunakan untuk
menginterpretasi tipe fluida manifestasi air termal di permukaan.
36
Gambar III.4 Hasil plot diagram ternary manifestasi Cisolok (kiri) dan
Cisukarame (kanan)
Berdasarkan Gambar III.4 dapat dilihat bahwa manifestasi Cisolok dan Cisukarame
memiliki trend yang berbeda. Untuk manifestasi Cisolok manifestasi terplot pada
bagian tengah dari diagram ternary. Indikasi rasio dari Cl, SO 4, dan HCO3 berada
pada nilai yang sama. Secara teori, jika manifestasi ditemukan pada temperatur
boiling dan dengan debit yang besar, dapat diindikasikan berasal dari reservoir yang
kaya akan Cl. Namun dari plot yang diperoleh nilai dari Cl sebanding dengan SO 4
dan HCO3. Nilai HCO3 yang tinggi ini kemungkinan besar diperoleh sebagai akibat
dari kontak dengan batuan litologi yaitu gamping karbonat. Manifestasi
Cisukarame terplot pada bagian mature water. Nilai dari HCO3 yang terdapat di
Cisukarame lebih kecil perbandingannya dengan jumlah Cl manifestasi. Namun
demikian, tipe air reservoir yang berada di daerah Cisukarame lebih cenderung
menunjukkan bahwa reservoirnya adalah air klorida. Gambar lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Rasio dari jumlah Cl, Li, dan B dapat menunjukkan delineasi reservoir. Diagram
yang menunjukkan kluster rasio yang berbeda akan memberikan informasi bahwa
terdapat dua sistem yang berbeda. Lampiran 3 dan Lampiran 4 memberikan
gambaran tentang sistem panas bumi area Cisolok dan Cisukarame yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan bahwa fluida berasal dari dua tempat yang berbeda dengan
kata lain dari reservoir yang berbeda.
37
III.2.7 Geothermometer Air (Diagram Na-K-Mg)
Gambar III.5 Plot Diagram Na-K-Mg Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan
Manifestasi Cisolok berada pada bagian immature water (Gambar III.5) sehingga
akan mendapatkan nilai overestimate pada pengukuran geothermometer. Namun
jika dikesampingkan nilai Mg, dan diproyeksikan maka temperaturnya berada pada
o
140-165 C. Lain halnya dengan manifestasi Cisukarame yang beberapa
manifestasinya menunjukkan kondisi partial equilibrium dan dapat memberikan
temperatur 200oC.
38
Gambar III.6 Hubungan antara K-Na-Mg dalam rasio untuk menghitung
geothermomoter Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan
Gambar III.6 memberikan konfirmasi besaran geothermometer hasil perhitungan.
Beberapa nilai yang out of range contohnya adalah sampel C-19 yang memiliki
overestimate hingga lebih dari 300oC. Hal ini disebabkan oleh jumlah Mg yang
tinggi dan Na yang kecil. Manifestasi ini terplot di daerah yang mendekati penciri
limestone/gamping dan diinterpretasikan sebagai akibat dari kontak antara fluida
dan batuan sekitar yang melarutkan mineral batuannya. Gambar yang lebih jelas
dapat dilihat di Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7, dan Lampiran 8.
III.2.8 Isotop
Analisis isotop pada suatu sistem panas bumi merupakan studi yang sangat penting
karena dapat memberikan informasi mengenai asal mula fluida panas bumi dan
18
proses-proses yang mempengaruhinya. Data isotop O dan 2H yang digunakan
adalah data dari PT. PLN. Adanya pergeseran isotop oksigen dipengaruhi oleh
komposisi air meteorik, jenis batuan (litologi), mineralogi batuan, permeabilitas
dan porositas, umur sistem panas bumi, temperatur reservoir dan luas permukaan
batuan yang memungkinkan terjadinya reaksi. Adanya interaksi antara fluida panas
bumi dengan batuan menyebabkan fluida panas bumi mengalami pengkayaan
isotop 18O sementara kandungan 2H relatif tetap.
39
Gambar III.7 Plot isotop lapangan Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan)
Plot isotop manifestasi berada di daerah meteoric trend line yang menunjukkan
bahwa fluida ini berasal dari air meteorik. Tidak terdapat indikasi adanya air
magmatik yang ditunjukkan dari plot isotop (Gambar III.7). Gambar yang lebih
jelas dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
Data kimia gas manifestasi yang diambil hanya berasal dari manifestasi Cisukarame
dengan nilai data yang diberikan dari PT.PLN. Manifestasi yang disampel adalah
manifesatasi fumaroles dan steaming ground. Rincian dari kimia gas manifestasi
dapat dilihat pada Tabel III.III. Dari data manfestasi gas yang diberikan didapati
bahwa nilai dari H2O yang terbentuk berada pada kisaran nilai yang sama.
Kandungan Argon berada pada kisaran 7-18 µmol/mol. N2 berada pada kisaran 184-
431 µmol/mol
40
Gambar III.8 Plot N2-He-Ar sampel manifestasi gas Cisukarame.
Jika dilakukan perbandingan antara kandungan N2 dan Ar dapat dilihat
hubungan antara adanya pengaruh magmatik kepada manifestasi gas. Ternyata
setelah dilakukan perhitungan dan plot diagram ternary N2-He-Ar diperoleh bahwa
perbandingan antara Nitrogen dan Argon mendekati 38 dengan indikasi bahwa
sumber dari manifestasi gas tersebut adalah dari meteorik dan tidak terdapat
indikasi magmatik (
Gambar III.8).
41
Sample G19A G19B G16A G16B G99A
42
III.4 Konseptual Model Tentatif Geokimia
Gambar III.10 memberikan gambaran bahwa adanya barrier yang membatasi kedua
sistem tersebut yang perlu dikonfirmasi lebih lanjut menggunakan metode
geofisika.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa daerah upflow pada lapangan panas
bumi Cisolok dan Cisukarame berada tepat di daerah manifestasi termal yang
keluar. Aliran fluida dari arah Gunung Halimun Salak menjadi sumber air meteorik
yang mengisi reservoir dan kemudian keluar melalui manifestasi. Terdapat indikasi
43
manifestasi C-01 yang berada di utara manifestasi Cisolok merupakan daerah
outflow dari Cisolok. Perlu adanya konfirmasi metode geofisika lanjut untuk
mengetahuinya. Peta sederhana sistem aliran fluida dan sistem panas bumi lapangan
Cisolok-Cisukarame digambarkan pada Gambar III.11.
Dari kajian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan. Sistem panas
bumi Cisolok dan Cisukarame adalah dua sistem berbeda dengan sumber fluida
reservoir yang berbeda. Tipe fluida pada lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame
adalah air klorida dengan pH netral. Berdasarkan geothermometer, reservoir
geothermal yang berada di Cisolok bertemperatur 160oC, sedangkan di Cisukarame
bertemperatur 200oC. Zona upflow pada lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame
berada di daerah keluaran manifestasi termal. Kandungan Ca yang tinggi dapat
memicu terjadinya potensi scaling saat pengembangan.
44
BAB IV Kajian Geofisika
IV.1 Pendahuluan
Salah satu metode eksplorasi utama yang digunakan dalam eksplorasi panas
bumi adalah metode geofisika. Tujuan dari eksplorasi menggunakan metode
geofisika adalah untuk membantu memberikan geometri bawah permukaan dari
sistem panas bumi. Metode geofisika yang digunakan dalam studi kali ini adalah
metode gaya berat (gravity) dan metode magnetotellurik (MT). Kedua metode ini
kemudian diintegrasikan dengan data survey geologi dan geokimia untuk
mendapatkan gambaran bawah permukaan yang representatif.
Metode gaya berat adalah metode yang mengidentifikasi nilai dari percepatan
gravitasi dalam satu titik observasi di permukaan bumi. Nilai percepatan gravitasi
disetiap ketinggian di permukaan bumi tidaklah sama dikarenakan adanya pengaruh
perbedaan massa di bawah permukaan. Jika pada titik geoid rata-rata percepatan
gravitasi adalah 9,80665 m/s2 maka jika ada anomali di bawah permukaan dengan
massa yang lebih besar maka akan teridentifikasikan nilai percepatan gravitasi yang
lebih besar dan sebaliknya.
45
residual adalah anomali yang berasal dari daerah dangkal (untuk survei kali ini
adalah 1.3 km).
IV.2.1 Data
Total Waktu
20 Hari
Akusisi Data
Adapun desain akusisi yang dilakukan pada survei gaya berat yang
dilakukan pada daerah Cisolok-Cisukarame telihat pada Gambar IV.1 dengan
jumlah titik observasi adalah 74 titik. Titik observasi terfokus pada daerah
Cisukarame dengan jumlah titik yang lebih banyak, sedangkan titik obeservasi di
Cisolok hanya berada di sekitar manifestasi.
46
Gambar IV.1 Desain akusisi survei gaya berat lapangan Cisolok-Cisukarame
IV.2.2 Data Quality Control
Data yang diberikan adalah dalam bentuk raw data dengan hanya memberikan nilai
CBA yang telah dikoreksi sebelumnya. Koreksi data yang dilakukan adalah
1. Drift Correction
2. FAc
3. Bouguer Correction
4. Topographic Correction
Berdasarkan Gambar IV.2 nilai dari Drift Error adalah sebesar 0.01 mGal/hari
meskipun terdapat beberapa hari yang menunjukkan tingkat kelelahan alat yang
tinggi. Rata-rata unutk Vertical Elevation error adalah sebesar ±2,7 cm. Kualitas
data yang diberikan diasumsikan baik dan representatif terhadap gambaran bawah
permukaan lapangan Cisolok-Cisukarame.
47
Gambar IV.2 Plot drift (simpangan) dari pengukuran per hari pada survei gaya
berat (atas) dan distribusi error topografi dari GPS (bawah)
IV.2.3 Data Processing
48
Gambar IV.3 Hasil pemisahan anomali regional dan residual
Gambar IV.4 memberikan gambaran hasil grid data anomali regional
lapangan Cisolok-Cisukarame dengan metode minimum curvature. Dari gambar ini
dapat diperoleh gambaran bahwa nilai percepatan gravitasi di bagian Cisolok lebih
tinggi dari pada Cisukarame. Peta anomali regional ini tidak dapat memberikan
gambaran geologi secara menyeluruh mengingat titik observasi yang tidak luas dan
tidak mencakup semua litologi yang telah digambarkan pada kajian geologi
49
Gambar IV.4 Peta Anomali Regional lapangan Cisolok-Cisukarame
50
Gambar IV.6 FHD dari data anomali regional
51
IV.2.4 Model 3D Gaya Berat
Untuk memberikan gambaran kedalaman dari struktur yang berada pada lapangan
Cisolok-Cisukarame, dilakukan pemodelan inversi 3D lapangan Cisolok-
Cisukarame. Input dari model 3D yang yang akan dibangun adalah data anomali
residual (Gambar IV.8) dengan kedalaman model adalah 2.2 km.
a b
c
Gambar IV.8 (a) hasil pengolahan data anomali residual, (b) input data anomali
residual, (c) initial model 3D inversi
52
Berdasarkan model yang diperoleh pada Gambar IV.9 memberikan informasi
perbedaan nilai percepatan gravitasi yang kemudian memberikan informasi posisi
dan kedalaman struktur.
Gambar IV.10 terlihat bahwa letak manifestasi berasosiasi dengan struktur yang
berkembang di bawah permukaan lapangan Cisolok-Cisukarame. Terlihat pada
Section CD dan DF terdapat struktur yang berasosiasi langsung dengan reservoir
(digambarkan dengan anomali residual rendah) sehingga dapat diinterprestasikan
bahwa terdapat minimal 2 struktur yang berkembang di daerah Cisukarame. Namun
manifestasi hanya keluar disalah satu struktur saja. Hal ini diinterpretasikan sebagai
akibat dari water table yang jauh di bawah topografi daerah struktur yang tidak
keluar manifestasi.
53
Gambar IV.10 Slice Model 3D anomali residual Cisolok-Cisukarame
54
IV.3 Metode Magnetotellurik (MT)
Data MT yang diperoleh pada studi ini adalah data section hasil pengolahan
data MT. Terdapat 11 section yang diperoleh dan tersebar di seluruh titik yang
bersinggungan dengan titik pengukuran metode gaya berat (Gambar IV.11).
55
Gambar IV.12 Penampang 4,5,6, dan 7 memberikan gambaran lapisan konduktif
pada daerah Cisukarame
56
Gambar IV.13 Penampang 1,8,9, dan 10 memberikan gambaran lapisan konduktif
pada daerah Cisolok-Cisukarame
Gambar IV.13 memberikan gambaran penampang MT dari Cisolok hingga
Cisukarame yang dihubungkan oleh penampang MT 1A-1B. Dari penampang 1A-
1B dapat memberikan informasi keberadaan zona konduktif pada lapangan
Cisolok-Cisukarame. Penampang 1A-1B kemudian diintegrasikan dengan data
57
gaya berat untuk memberikan tentative conceptual model berdasarkan data
geofisika (Gambar IV.15). Lapisan konduktif yang menjadi batas dari daerah yang
teralterasi diinterpretasikan berada di kedalaman -50 mdpl dengan asumsi nilai
resistivitasnya adalah 50 ohm.m dengan anggapan bahwa dibawah lapisan
konduktif ini terdapat batuan gamping seperti dalam litologi (Gambar IV.14). Dapat
dilihat bahwa zona konduktif pada bagian Cisukarame cenderung mengikuti
punggungan Bukit Terisolasi (BT).
58
IV.4 Konseptual Model Tentatif Geofisika
59
IV.5 Sistem Panas Bumi Berdasarkan Kajian Geofisika
60
BAB V Kajian Data Sumur Pemboran
V.1 Pendahuluan
Lokasi sumur ini berada pada koordinat 106o 27’-9.97” LS dan 6o 56’-7.09”
BT dengan elevasi permukaan 75.19 m. Waktu pengeboran sumur eksplorasi
CSL-1 dilakukan selama 127 hari, dimulai dari tanggal 1 Maret 1986 sampai 06 Juli
1986. Saat ini sumur CSL-1 berstatus under investigation/stoped drilling dan
mencapai kedalaman 1477,36 m dengan temperatur yang tercatat sebesar 95.84 oC.
Ascarya Energy Ltd melakukan analisa data sumur eksplorasi tersebut untuk
menunjang pengkajian ulang terhadap resource assessment pada WKP Cisolok-
Cisukarame.
Lokasi sumur CSL-1 disajikan pada gambar V.Sumur deleniasi ini dibor pada
Pasir Pameungkeup Kecamatan Cisolok dengan titik koordinat 106 o 27’-9.97” LS
dan 6o56’-7.09” BT dan elevasi permukaan ± 75.19 m yang diperkirakan
merupakan daerah upflow. Satu sumur deliniasi (CSL-1) telah dibor pada lokasi ini
telah dilakukan selama 127 hari dan dimulai pada tanggal 1 Maret 1986 sampai 06
Juli 1986. Saat ini sumur CSL-1 berstatus under investigation/stoped drilling. Data
sumur yang diperoleh pada tahap awal berupa data litologi di sekitar lubang sumur,
temperature bawah permukaan, serta data lumpur. Lokasi sumur CSL-1 disajikan
pada gambar V.I.
61
Well Location
62
Temperature vs Depth
T (deg-C)
0 20 40 60 80 100
0
100
200
300
400
500
600
Depth (m)
700
800
900
1000
1100
1200
1300
y = 25.704x - 786.27
1400
R² = 0.9056
1500
63
Distribusi mineral sekunder mulai muncul pada kedalaman 540 m hingga
1.450 m. Mineral klorit terkonfirmasi pada kedalaman 820 m sebagai indikasi
lingkungan pH netral. Namun perlu dilakukan kajian kembali apakah mineral
tersebut terbentuk bersamaan dengan aktifitas termal saat ini ataukah sudah
terbentuk masa lampau. Mineral epidot hingga kedalaman 1.500 m belum
ditemukan sehingga diperkirakan keberadaan Top of Reservoir masih lebih dalam
lagi.
Berdasarkan hasil kajian data sumur pemboran pada wilayah cisolok dengan nama
sumur CSL-1 didapatkan temperature gradien sebesar 4°/100m. Temperature
didapatkan pada kedalaman 1477 sebesar 95.47°C. Hasil pengeboran lapangan
sumur wilayah Cicolok tidak dapat menggambarkan profil temperature dikarenakan
kurangnya kedalaman pemboran dan keterbatasan data yang didapatkan. Pada
satuan batugamping ditemukan zona total loss circulation diinterpretasikan sebagai
caving akibat proses pelarutan batugamping tersebut. Kemudian pada kedalaman
1.140 m ditemukan zona partial loss circulation. Hal tersebut diinterpretasikan
sebagai zona permeabel dan kemungkinan sebagai efek dari aktifitas patahan. Tidak
64
ditemukannya mineral epidot sebagai indikasi Top of Reservoir menunjukkan
bahwa kemungkinan reservoir masih berada lebih dalam lagi.
65
BAB VI Model Konseptual
VI.1 Pendahuluan
Model konseptual adalah representasi skema dari sistem panas bumi yang terbaik
saat ini (IGA, 2014). Selama fase eksplorasi, model konseptual sistem panas bumi
terus diperbarui saat data baru dikumpulkan. Model konseptual berisi informasi
geologi, hidrologi, dan tektonik yang cukup untuk memungkinkan perkiraan
pertama kedalaman, suhu, dan luas dari resrvoir. Tujuan model konseptual adalah
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dari sistem panas bumi. Model
konseptual didapatkan dari hasil kajian data geologi, geokimia, geofisika dan data
pengeboran sumur yang didapatkan.
66
Gambar VI. 1 Model konseptual 3G tentatif WKP Cisolok – Cisukarame.
67
BAB VII Resource Assessment
VII.1 Pendahuluan
Penentuan klasifikasi potensi energi panas bumi mengacu pada Standard Nasional
Indonesia (SNI) 6009-2017. Potensi energi panas bumi terbagi dalam dua bagian
yaitu sumber daya (resources) dan cadangan (reserves) dengan berbagai tingkatan
yang bergantung pada parameter yang digunakan dan tingkat kepastiannya.
Penggolongan sumber daya dan cadangan menurut SNI tahun 2017 ditampilkan
dalam Gambar 7.1 (Badan Standardisasi Nasional, 2017).
Gambar VII.1Penggolongan kelas sumber daya dan cadangan menurut SNI 6009-
2017
SNI 6009-2017 menngklasifikasikan cadangan geotermal menjadi tiga kelompok,
yaitu cadangan mungkin (possible reserves), cadangan terduga (probable
reserves), dan cadangan terbukti (proven reserves). Cadangan mungkin adalah
perhitungan potensi cadangan geotermal berdasarkan hasil kajian geologi,
geokimia dan/atau sumur landaian temperatur. Cadangan mungkin adalah hasil
akhir yang didapatkan yaitu sebuah model konseptual, estimasi dimensi serta fluida
dan batuan reservoir. Cadangan terduga adalah perhitungan potensi cadangan
geotermal berdasarkan hasil kajian geologi, geokimia dan/atau sumur landaian
temperatur, serta minimal satu sumur eksplorasi untuk mengkonfirmasi model
konseptual yang telah dibuat. Cadangan terbukti adalah perhitungan potensi
cadangan geotermal berdasarkan hasil kajian geologi, geokimia dan/atau sumur
landaian temperatur, serta minimal tiga sumur eksplorasi dan satu sumur eksplorasi
68
berhasil melakukan produksi untuk memvalidasi model konseptual yang telah
dibuat.
Dalam Buku Potensi Panas Bumi (2017) diperkirakan besarnya sumber daya
spekulatif untuk WKP CIsolok-Cisukarame adalah 45 MWe. Bedasarkan data dan
hasil kajian yang telah dilakukan pada WKP Cisolok-Cisukarame, reservoir
Cisolok termasuk ke dalam kategori cadangan terduga karena terdapat data sumur
eksplorasi yaitu sumur CSL-1 yang mengkonfirmasi hasil kajian 3G yang telah
dilakukan. Sedangkan reservoir Cisukarame diklasifikasikan sebagai cadangan
mungkin.
Prosedur perhitungan yang digunakan pada metode heat stored adalah sebagai
berikut:
1. Hitung kandungan energi pada keadaan awal (initial) atau besarnya sumber
daya geothermal.
69
𝑄𝑒𝑖 = 𝐴ℎ[(1 − ∅)𝜌𝑟 𝑐𝑟 𝑇𝑖 + ∅(𝑆𝐿 𝜌𝐿 𝑢𝐿 + 𝑆𝑉 𝜌𝑉 𝑢𝑉 )𝑖 ] (7.1)
5. Hitung energi panas yang dapat dimanfaatkan untuk kurun waktu t tahun
(biasanya 25-30 tahun).
𝑑𝑒𝑄
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 𝑡×365×24×3600 (7.5)
6. Hitung besarnya potensi listrik, yaitu energi listrik yang dapat digunakan
untuk kurun waktu t tahun (MWe).
ℎ𝐻𝑑𝑒
𝑄𝑒𝑙 = 𝑡×365×24×3600 = ℎ𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 (7.6)
70
Di mana 𝐻𝑒𝑙 adalah kandungan energi panas (kJ), 𝐴 adalah luar area prospek panas
bumi (km2 ), Qde adalah Energi geotermal yang dimanfaatkan pada kenyataannya
(kj), ℎ adalah ketebalan reservoir (m), ∅ adalah porositas batuan reservoir (fraksi),
t adalah lama waktu pembangkitan 𝑇 adalah temperatur reservoir (°C), 𝐶𝑟 adalah
kapasitas panas batuan (kJ/kg°C), 𝜑𝑟 adalah densitas batuan (kg/m3 ), 𝜑𝐿 adalah
densitas air (kg/m3 ), 𝜑𝑉 adalah densitas uap (kg/m3 ), 𝑈𝐿 adalah energi dalam air
(kJ/kg), 𝑈𝑉 adalah energi dalam uap (kJ/kg) , 𝑆𝐿 adalah saturasi air (fraksi),
𝑆𝑉 adalah saturasi uap (fraksi), adalah faktor konversi listrik, 𝑅𝑓 adalah faktor
perolehan (%).
7. Untuk parameter lain yang tidak diketahui dapat mengacu pada SNI 6482-
2018.
71
VII.2 Hasil Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat Stored
72
tersebut. Oleh karena itu, pemilihan parameter-parameter tersebut harus ditentukan
harus dilakukan secara hati-hati.
73
Gambar VII.4. Analisis sensitivitas parameter input perhitungan potensi
cadangan terduga reservoir Cisolok
74
akan dijadikan sumur injeksi. Untuk penentuan jumlah sumur dapat dilihat pada
Table VII.III.
75
BAB VIII Pengajuan Survei 3G Rinci
Area prospek Cisolok-Cisukarame memiliki dua sistem panas bumi yang berbeda.
Berdasarkan resource assessment yang telah dilakukan diketahui bahwa lapangan
yang memiliki potensi paling besar adalah yang berada di area Cisukarame.
Sehingga survey 3G rinci yang akan dilakukan berfokus pada area ini. Survei yang
telah dilakukan belum dapat mendapatkan kesimpulan zona permeabilitas dan batas
sistem di bagian Utara dari sistem. Sehingga perlu dilakukan kajian survey 3G rinci
untuk mendapatkan informasi tersebut.
76
Survei yang dilakukan adalah pemetaan geologi rinci, pengambilan data kimia gas
tanah, dan survei geofisika metode gaya berat dan magnetik. Adapun diagram alir
pengerjaannya dapat dilihat pada Gambar VIII.1.
Pemetaan rinci difokuskan pada area Perbukitan Vulkanik Breksi (Gambar VIII.2)
Adapun tujuan utama dari pemetaan ini adalah:
77
adanya daerah yang memiliki tingkat keasaman tinggi. Desain survei dapat dilihat
pada Gambar VIII.3.
78
Survei geofisika yang telah dilakukan sudah terfokus pada daerah Cisukarame akan
tetapi tidak dapat memberikan gambaran adanya batas sistem yang jelas terutama
di bagian Utara dari sistem. Tujuan utama adalah untuk memperoleh batas utara
sistem panas bumi dan memperoleh sebaran struktur dan kedalamannya untuk
memperoleh sebaran daerah dengan permeabiltas tinggi. Kemudian dapat
digunakan sebagai guide untuk penentuan sumur eksplorasi. Banyak titik
rekomendasi adalah sebanyak 76 titik survei (Gambar VIII.4)
Minggu
Survey Kegiatan Estimasi Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8
Pemetaan Geologi
Survey Geologi Rp 80.000.000
Analisis dan Interpretasi
Akuisisi
Total Rp 636.000.000
79
Survei yang dilakukan membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dengan rincian kegiatan
pada Tabel VIII.I. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh total proyek untuk 3G rinci
adalah sebesar Rp 636.000.000.
Adapun kesimpulan dari pengajuan survei 3G rinci ini adalah sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan kajian 3G rinci untuk mengetahui zona permeabel dan batas
utara sistem panas bumi Cisukarame
2. Kajian 3G rinci meliputi pemetaan geologi, survei kimia tanah, dan survei
geofisika metode gaya berat dan magnetik
80
BAB IX Well Targeting
IX.1 Pendahuluan
Well targeting adalah kegiatan untuk menentukan titik sumur yang akan
dilaksanakan pemboran eksplorasi berdasarkan geologi, struktur, dan
hidrogeokima. Zona upflow dan struktur/sesar yang memiliki sifat permeabilitas
tinggi adalah target prioritas dalam melakukan well bor modeling. Dalam
melakukan target pemboran harus mempertimbangkan aspek geografi (kemiringan
lereng, tidak rawan gempa dan tidak merupakan daerah longsor), dan aspek
demografi (jauh dari rumah penduduk, akses jalan menuju lokasi sumur),
81
Rincian dari target pengeboran dapat dilihat dalam tabel Tabel IX.I.
43 m (North),
Wet 231 (West) 300 m (Southwest)
150 m (West)
Depth 2 km 2 km 2 km
82
Gambar IX.2 Well targeting berdasarkan MT Section 1,6, dan 10
83
IX.2 Kesimpulan
84
BAB X Kajian Data Sumur
X.1 Pendahuluan
Data hasil pengujian sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3 mencakup hasil uji
komplesi seperti water loss test, gross permeability test, fall-off test, heating-up
survey, dan hasil uji produksi dengan uji lip pressure datar. Data water loss test
hanya tersedia untuk sumur XPL1. Data gross permeability test tersedia untuk
ketiga sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3. Data fall-off test tersedia hanya
untuk sumur XPL1. Data heating-up survey juga tersedia untuk ketiga sumur
eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3. Selain itu, data hasil uji produksi dengan uji lip
pressure datar hanya tersedia untuk sumur XPL2. Data water loss test digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi zona permeabel (feed zones) di dalam sumur. Data
gross permeability test dan fall-off test digunakan untuk menentukan kualitas
batuan reservoir seperti perkiraan kapasitas produksi/injeksi (productivity index
(PI) atau injectivity index (II)), perkiraan laju alir massa maksimal dari sumur,
perkiraan nilai permeability-thickness (transmisivitas) dan storage coefficient
(skin). Data heating-up survey digunakan untuk mengetahui temperatur dan
tekanan aktual formasi, serta ketebalan reservoir. Selanjutnya, data uji produksi
dengan uji lip pressure datar digunakan untuk mengetahui entalpi, fraksi uap di
kepala sumur, laju alir produksi serta dapat digunakan untuk menghitung besarnya
potensi sumur.
85
X.2 Trajektori Sumur
86
Gambar X.2 Trajektori Sumur XPL2
87
Gambar X.3 Trajektori Sumur XPL3
X.3 Hasil Uji Komplesi
Water loss test ini bertujuan untuk mengidentifikasi kedalaman zona permeabel
(feed zones) di dalam sumur. Water loss test dilakukan dengan menginjeksikan
fluida injeksi pada laju injeksi konstan. Umumnya pada saat water loss test
diinjeksikan fluida dingin dan dari profil landaian tekanan dan temperatur, kita
dapat mengidentifikasi kedalaman feed zones. Saat tekanan formasi lebih besar
daripada tekanan di dalam sumur, aliran fluida akan masuk ke dalam sumur
88
(inflow). Sebaliknya, saat tekanan dalam sumur lebih besar daripada tekanan
formasi, aliran fluida akan masuk ke formasi (outflow). Data water loss test hanya
tersedia untuk sumur XPL1. Dari hasil water loss test terindikasi feedzone terletak
pada kedalaman 1200-1400 m (inflow) dan 1800-1900 m (outflow) (Gambar X.4).
Namun karena keterbatasan ketersediaan data, perlu dikonfirmasi kembali
kedalaman inflow dan outflow dengan melihat data tekanan injeksi dan tekanan
shut-in dari sumur XPL1.
89
X.3.2 Gross Permeability Test
Pada prinsipnya, gross permeability test (multi-rate injectivity test) sama dengan
water loss test, hanya saja dilakukan pada laju injeksi yang bervariasi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan nilai injectivity index (II) sumur dimana kapasitas
injeksi sumur dan laju alir massa maksimal dari sumur dapat diperkirakan. Data
gross permeability test tersedia untuk ketiga sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan
XPL3.
Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL1
ditunjukkan Gambar X.5 dan Tabel X.1. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 37,23
kg/s.bara dengan temperatur feed point 204,42°C.
90
Gambar X.6 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL2
Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL2
ditunjukkan Gambar X.6 dan Tabel X.2. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 5,77
kg/s.bara dengan temperatur feed point 207,83°C.
91
Gambar X.7 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL3
Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL3
ditunjukkan Gambar X.7 dan Tabel X.3. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 29,30
kg/s.bara dengan temperatur feed point 228°C.
Fall-off test dilakukan ketika injeksi dihentikan, tekanan dasar sumur diamati
hingga mencapai kestabilan. Fungsi dari fall-off test ini adalah untuk
memperkirakan nilai permeability-thickness (transmisivitas) dan storage coefficient
(skin). Data fall-off test tersedia hanya untuk sumur XPL1. Dari hasil fall-off test,
diperoleh transmisivitas sumur XPL1 9.90 darcy m.
92
Gambar X.8 Semi-log Plot Tekanan Terhadap Waktu Fall-Off Test Sumur XPL3
Heating-up test dilakukan dengan menutup sumur pada periode penutupan tertentu.
Dengan melihat profil landaian tekanan dan temperatur, pengujian ini bertujuan
untuk menentukan jenis reservoir, kedalaman zona permeabel, ketebalan reservoir
dan estimasi temperature reservoir. Data heating-up survey tersedia untuk ketiga
sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3 seperti yang ditunjukkan pada Gambar
X.9, X.10, dan X.11. Hasil interpretasi heating-up survey untuk sumur eksplorasi
XPL1, XPL2 dan XPL3 dirangkum pada Tabel X.4. Dari interpretasi hasil
pengujian, jenis reservoir yaitu reservoir dominasi air dengan zona boiling pada
bagian atas reservoir. Berdasarkan klasifikasi Sanyal, reservoir Cisukarame
berdasarkan data sumur eksplorasi lanjut XPL 1-3 dikategorikan sebagai sistem
moderate temperature (190°C - 230°C)
93
Gambar X.9 Heating-Up Test Sumur XPL1
94
Gambar X.11 Heating-Up Test Sumur XPL3
Selanjutnya, dilakukan uji produksi menggunakan lip pressure datar pada sumur
XPL2. Uji lip pressure tegak digunakan untuk memperkirakan fraksi uap di kepala
sumur, laju alir massa yang diproduksikan dan untuk mengetahui korelasi antara
laju alir dengan tekanan dasar sumur. Data dan perhitungan hasil uji datar sumur
XPL2 ditampilkan pada Tabel X.5.
95
Tabel X.V Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2
Dari hasil perhitungan pada Tabel X.5, laju alir massa dan entalpi fluida produksi
diplot terhadap tekanan kepala sumur, seperti yang ditunjukkan pada Gambar X.12.
Namun terdapat anomali pada tekanan kepala sumur 8.79 bara dimana hasil
perhitungan laju alir massa memberikan nilai yang lebih rendah. Kemudian,
dilakukan adjustment terhadap data tekanan kepala sumur untuk memperbaiki
korelasi antara laju alir massa dan entalpi terhadap tekanan kepala sumur, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel X.6 dan Gambar X.13.
96
Tabel X.VI Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 (Refined)
97
Gambar X.14 Wellbore Model Sumur XPL2
Selanjutnya dari data wellbore dan tekanan reservoir pada 86 bar (Tabel IX.8),
ditentukan persamaan inflow performance relationship (IPR) dengan berbagai
korelasi, antara lain menggunakan korelasi Vogel, Isochronal, Moya dan Saptadji
yang ditunjukkan pada Tabel X.9 hingga Tabel X.12 berturut-turut.
98
Tabel X.IX Tabel Perhitungan IPR Vogel Sumur XPL2
99
Setelah dibandingkan berbagai korelasi IPR menggunakan metode-metode
tersebut, hasil perhitungan persamaan yang mendekati dengan nilai hasil
pemodelan sumur XPL2 adalah menggunakan korelasi Isochronal, dengan
persamaan sebagai berikut:
2 2 n
q0 = C(Pr - Pwf ) (9.1)
2 2 5.3764
q0 = 1.8E-19(Pr - Pwf ) (9.2)
Dari persamaan IPR tersebut, data tekanan dasar sumur (Pwf) terhadap laju alir
antara model dengan data aktual kemudian dibandingkan. Gambar X.14
menunjukkan korelasi yang baik antara model dengan data aktual, sehingga dapat
disimpulkan model IPR dapat merepresentasikan dengan cukup baik.
100
Tabel X.XIII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling)
Kemudian, diperoleh deliverability curve (output curve) sumur XPL2 seperti yang
ditunjukkan pada Gambar X.16. Dari output curve terserbut, terdapat sedikit
pergeseran tekanan kepala sumur untuk laju alir massa yang sama. Sehingga model
telah disempurnakan dan dianggap mampu menggambarkan kondisi aktual.
101
Gambar X.17 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Reverse Modeling)
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 𝐻 × 𝑀 (9.3)
102
Gambar X.18 Estimasi Potensi Sumur XPL2 menggunakan software HYSIS®
103
Tabel X.XIV Data kimia uap sumur XPL2
104
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data kimia uap sumur XPL2 seperti yang
ditunjukkan pada Tabel X.13. Dari data kimia uap, volume NCG termasuk rendah
yaitu 0.13 % dari total volume. Namun terdapat kondensat asam pada sumur XPL2
dengan rata-rata pH 4.54. Hal ini menunjukkan adanya potensi korosi pada surface
facilities. Sehingga, Ascarya Energy, Ltd. memberikan rekomendasikan untuk
mencampur kondensat yaitu dengan melakukan condensate treatment dengan brine
dari sumur lain yang memiliki pH lebih rendah sebelum masuk ke pembangkit
(dengan syarat brine tersebut memiliki pH yang netral); atau melakukan pemboran
sumur baru dengan pertimbangan nilai injektivitas sumur XPL yang paling rendah
diantara 2 sumur lainnya (XPL1 dan XPL3) dan terdapat kondensat asam yang
berisiko untuk korosi.
105
BAB XI Plan of Development
XI.1 Pendahuluan
106
XI.2.1 Single flash
Single flash merupakan sebuah sistem pembangkit pada lapangan panas bumi dua
fasa, fluida tersebut akan dipisahkan dalam separator, uap akan dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan brine untuk di injeksikan kembali.
Pada Gambar XI.I menjelaskan proses kerja siklus single flash. Pada posisi 1 sumur
memproduksikan fluida dua fasa berentalpi tinggi ke dalam separator. Posis 2
menjelaskan fluida dua fasa di dalam separator akan dipisahkan menjadi fasa uap
dan fasa cair (brine). Pada posisi 3, fluida telah mengalami pemisahan dari separator
menjadi brine yang akan diinjeksikan kembali ke dalam reservoir melalui sumur re-
injeksi menggunakan pompa seperti pada posisi 4. Pada posisi 5 fluida telah
berubah fasa menjadi uap yang dimanfaatkan untuk memutar turbin selanjutnya
energi mekanik pada turbin digunakan untuk menghasilkan listrik pada generator.
Pada posisi 6 uap masih dalam keadaan jenuh dan uap tersebut akan di turunkan
temperature didalam kondensor. Fluida yang digunakan sebagai pendingin adalah
air yang berasal dari cooling tower, c1 merupakan masuknya air pendingin dengan
temperature rendah dan c2 merupakan keluarnya air pendingin dengan temperature
tinggi. Kemudian air kondensat yang telah diturunkan temperature dari kondensor
akan dipompakan pada posisi 7 ke sumur injeksi pada posisi 4. Proses ini kemudian
107
ditampilkan dengan T-s diagram dimana temperatur di siklus diplot terhadap
entropi fluida. Komponen utama dari single flash antara lain separator, turbin,
kondenser, dan pompa.
Single flash terbagi menjadi beberapa komponen utama dalam sistem operasinya.
Komponen tersebut yaitu
1. Separator
Separator memiliki fungsi utama yaitu memisahkan fluida dua fasa menjadi uap
dan cair dengan menurunkan tekanan fluida geothermal sebelum fluida masuk ke
turbin. Pada proses pemisahan uap dan cair ini, kualitas uap (fraksi uap) yang
diperoleh x2 dapat dihitung berdasarkan kaidah termodinamika yaitu:
ℎ −ℎ
𝑥2 = ℎ2 −ℎ3 (11.1)
4 3
h1=h2 (11,2)
2. Turbin
Turbin adalah fasilitas dalam pembangkit listrik yang memanfaatkan energi fluida
kerja yaitu uap yang digunakan langsung untuk memutar roda turbin. Energi kinetic
yang digunakan turbin ubah menjadi energi mekanik dan kemudian dikirimkan ke
108
generator dalam bentuk energi listrik. Generator adalah mesin yang mengubah
energi kinetik berupa putaran rotor turbin menjadi energi listrik. Makin besar energi
kinetik yang dihasilkan turbin makin besar pula energi listrik yang dihasilkan. Daya
turbin dihitung melalui persamaan (11,3) dan efisiensi turbin dapat dihitung pada
persamaan (11,4).
3. Kondenser
Laju panas yang diserap oleh air pendingin [Qkond] dengan mengabaikan adanya
panas yang ke luar ke lingkungan pada persamaan (11,6) Sedangkan laju massa air
pendingin [mair pend] yang diperlukan dapat dievaluasi berdasarkan kaidah kekekalan
energi pada persamaan (11,7)
109
𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑
𝑚𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑑 = (𝐶𝑝 (11,7)
𝑎𝑖𝑟 −(𝑇6 −𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑑 )
4. Pompa
Combined cycle merupakan gabungan antara siklus single flash dan binary cycle.
Mekanisme kerja dari combined cycle adalah memanfaatkan fluida brine hasil
pemisahan dari separator yang temperature telah turun sebagai source untuk
dimanfaatkan kembali memanaskan fluida kerja pada siklus ORC. Terdapat dua
jenis siklus binary cycle yaitu ORC (Organic Rankine Cycle) dan Kalina cycle. Jika
temperatur dari fluida geotermal yang digunakan sebagai fluida pemanas kurang
dari 180oC maka penggunaan ORC akan lebih efisien dan ekonomis. Komponen
utama yang digunakan dalam sebuah siklus binary yaitu heat exchanger, turbin,
condenser, dan pompa. Perhitungan pada turbin, condenser dan pompa sama
dengan persamaan pada siklus single flash.
110
Gambar XI.3 Siklus combined cycle
1. Heat Exchanger
Heat exchanger berfungsi sebagai alat menukarkan panas antar 2 jenis fluida. Heat
Exchanger pada siklus binary biasanya terbagi atas tiga bagian yaitu Pre-Heater,
Evaporator dan Recuperator. Pre-Heater berfungsi untuk memanaskan fluida kerja
(bentuk cair) hingga mencapai kondisi saturasinya (dua fasa) sehingga siap untuk
diuapkan pada evaporator. Pada evaporator, fluida kerja berubah fasanya dari dua
fasa menjadi fasa uap dengan kondisi isobaric dan tidak terjadi perubahan
temperatur. Recuperator adalah komponen yang digunakan untuk mengubah fasa
fluida kerja sebelum masuk ke dalam kondenser untuk diubah dari dua fasa menjadi
fasa air sepenuhnya agar tidak menyulitkkan kinerja dari kondenser. Adapun
persamaan yang digunakan adalah:
111
Cisukarame dibagi menjadi dua yaitu skenario satu menggunakan pengembangan
single flash dan skenario dua menggunakan pengembangan combined cycle. Kedua
skenario ini dipilih berdasarkan karakteristik fluida yang ada di kepala sumur.
Parameter Value
Sistem konversi Single flash
WHP 10 bara
Turbine Inlet Pressure 7,35 bara
Condensor Pressure 0,1 bara
Efisiensi turbin 85%
Parameter pada table XI.1 akan digunakan untuk menghitung nilai dari Specific
Steam Consumption (SSC) dan jumlah brine yang harus diinjeksikan. Desain dan
kondisi operasi single flash telah diilustrasikan pada Gambar XI.4.
112
Separator
P : 7,35 bara
X2 : 27%
SSC: 2,09 kg/s/MW
Mv : 7,5 kg/s SSC: 7,5 ton/jam/MW
Ml : 20,2 kg/s
Wellhead
10MW
P : 10 bara Turbine
WT : 4 MW
X : 25 % mv : 7,5 kg/s
Kondensor
P : 0,1 bara
Brine Injection
Well
P : 7,35 bara
T : 167oC
Ml : 20,2 kg/s
Pada Gambar XI.4 Laju alir massa dari wellhead ke separator sebesar 27,7 kg/s dan
tekanan separator 7,35 bara serta nilai-nilai komponen pendukung lainnya seperti
pada Gambar 9.2, maka daya yang dihasilkan oleh unit 1 adalah 10 MW. Hal ini
dapat terjadi apabila semua sumur pada unit 1 dapat memenuhi kebutuhan tekanan
dan massa uap di turbine untuk menghasilkan daya sebesar 55 MW. Specific Steam
Consumption (SSC) yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya pada pembangkit
panasbumi Unit 1 Cisukarame sebesar 7,5 ton/jam/MW.
Pada skenario pembangkitan combined cycle atau gabungan antara single flash dan
binary cycle, brine hasil pemisahan dari separator yang harusnya di injeksikan ke
sumur re-injeksi tetapi tidak dilakukan dan brine tersebut digunakan sebagai
sumber panas untuk memanaskan fluida kerja pada sistem binary. Binary
cycle adalah sebuah proses termodinamika dimana sumber utamanya adalah fluida
113
panas yang digunakan untuk memanaskan fluida kerja melalui heat exchanger.
Kajian pengembangan combined cycle dilakukan untuk melihat kemungkinan
untuk dimanfaatkan secara maksimal pengembangan PLTP single flash. Desain
siklus combined dan kondisi operasi dapat dilihat pada gambar XI.5. Brine
memiliki laju alir massa sebesar 20,2 kg/s dengan temperature 167 oC yang akan
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memanaskan fluida kerja pada sistem
ini. Teknologi ORC mampu mengolah temperature low-medium yang tidak dapat
dilakukan oleh pembangkit lain karena faktor keekonomian dan efektivitas kerja.
Dengan menggunakan siklus biner sebagai gabungan dari single flash, maka akan
mendapatkan tambahan daya yang dihasilkan sebesar 2 MWe dengan menggunakan
n-pantane sebanyak 15 kg/s. Tekanan inlet turbin pada siklus biner yang digunakan
adalah 9,5 bar dengan tekanan outlet turbin sebesar 1,6 bar. Pemilihan fluida kerja
dapat dilahat pada Tabel XI.2.
114
Tabel XI.II Pemilihan fluida kerja berdasarkan lingkungan, keamanan dan
kesehatan
Lindal diagram merupakan refrensi dalam merancang sebuah siklus direct use
cascade sistem dapat dilihat Gambar XI.6 dengan range temperature 40°C sampai
dengan 110°C. Berdasarkan referensi Lindal diagram, maka pada temperature kerja
level 3 dapat digunakan sebagai:
115
Gambar XI.6 Lindal Diagram
Penetapan jenis pemanfaatan energi panas bumi pada level 3 sesuai dengan potensi
yang ada di wilayah Cisolok. Tiga produk dikawasan Cisolok yang berpeluang
ditransformasikan menjadi nilai tambah adalah hasil laut berupa pengeringan ikan,
hasil perkebunan berupa pengeringan biji kopi, dan pariwisata berupa pemandian
air panas pada Table XI.6. Tujuan utama penggunaan konsep casecade sistem
adalah:
116
Skema pengembangan cascade sistem menggunakan teknologi heat transfer
dimana secara skematis dapat digambarkan pada Gambar XI.7. Brine dengan
temperature 110°C digunakan sebagai input dan output temperature dengan nilai
40°C. Brine tersebut digunakan untuk memanaskan fluida air dingin menggunakan
Heat exchnger, fluida air yang telah terpanaskan ini dimanfaatkan untuk
mengeringkan biji kopi, pengeringan produk laut dan pemandian air panas. Brine
yang digunakan untuk memanaskan fluida air dingin akan dialirkan ke sumur
injeksi. Pada perhitungan lebih detai butuh kajian lebih lanjut.
Penentuan lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi pada WKP Cisolok-
Cisukarame berdasarkan beberapa studi yaitu level kemiringan lereng, jarak dengan
permukiman, akses jalan, jarak PLTP dengan wellpad. Berdasarkan hasil studi
tersebut Ascarya Ltd akan membangun pembangkit dengan ketinggian 550 mdpl
dan tingkat kemiringan slope 0-8% yang mengindikasikan lokasi tersebut
merupakan daerah datar Dengan kondisi tersebut maka tidak banyak diperlukan
pekerjaan site preparation seperti cut and fill sehingga dapat mengurangi biaya
proyek. Lokasi pembangkit dan wellpad berdekatan sedangkan jarak pembangkit
ke perumahan warga cukup jauh sekita 2 km. Jarak pada wellpad mempengaruhi
117
waktu dalam hal monitoring karena semakin dekat jarak antar welpad dan
pembangkit maka semakin mudah dalam monitoring dan mengurangi biaya
operasonal. Jarak pembangkit dan permukiman yang jauh memberikan keamanan
dan menguranggi gangguan sosial.
1. Akses Jalan
Keberadaan akses road sangat diperlukan untuk mengurangi biaya yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek seperti pembebasan lahan dan menghemat waktu dalam
118
melakukan proses perijinan. Perusahaan tetap perlu melakukan pembukaan jalan
perusahaan dengan memperhatikan luas jalan
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dapat dilakukan melalui jalur laut dan jalur
darat. Jalur laut lebih diutamakan karena beberapa faktor seperti keamanan,
keselamatan, harga, dan waktu. Jarak proyek Ratu relative dekat yaitu sejauh 17 km
dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Jarak mobilsasi dan demobilisasi proyek
akan mempengaruhi besarnya biaya, dikarenakan semakin jauh jarak yang di
tempuh maka semakin besar biaya yang akan di tangung
olehpengembang/perusahaan. Dengan semakin dekatnya lokasi pelabuhan maka
dapat dilakukan penghematan dalam hal perkuatan jalur mobilisasi dan
demobilisasi.
119
7. Sistem uap SAGS dirancang sebagai sistem "dua-setengah", masing-masing
secara nominal mesupport satu unit turbin-generator. Kedua bagian
biasanya saling berhubungan dan keduanya berfungsi tetapi memiliki katup
isolasi untuk memungkinkan shutdown yang aman dari satu setengah
sementara yang lain terus beroperasi. Cold reinjection system: Kondensat
hasil cooling tower dialirkan ke sumur injeksi.
XI.7 Kesimpulan
Berdasarkan data diatas diperoleh skenario 1 sebagai skenario terbaik yaitu single
flash untuk kapasitas pembangkitan 10 MW dan jumlah sumur produksi yang akan
dibor sebanyak 3 sumur dengan kapasitas 4 MW untuk memenuhi pembangkitan
110 MW.
XI.8 Rekomendasi
120
BAB XII Kajian Finansial
XII.1 Pendahuluan
121
XII.3 Parameter model finansial
2. Revenue
Pendapatan panas bumi berasal dari penjualan listrik panas bumi. Besarnya
penerimaan dipengaruhi oleh tarif listrik dan capacity factor panas bumi. Kinerja
yang baik dari beberapa pembangkit panas bumi di seluruh dunia menggunakan
availability faktor antara 90-97%.
4. Incentive tax
Pajak insentif diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2010
mengenai pemberian fasilitas perpajakan dan kepabeanan bagi kegiatan
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Insentif pajak berupa pengurangan pajak
penghasilan meliputi:
Tarif penurunan laba bersih sebesar 30% dari total investasi yang dikenakan selama
enam tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
122
c. Production bonus
Pemilik izin panas bumi harus mengeluarkan bonus produksi kepada pemerintah
daerah pada wilayah kerja yang bersangkutan. Bonus produksi diatur dalam UU
No. 21/2014 tentang panas bumi. Bonus produksi dibebankan dengan persentase
tertentu dari pendapatan kotor sejak unit pertama diproduksi secara komersial.
Besaran bonus produksi diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28/2016. Bonus
produksi dibebankan sebesar 0,05% dari pendapatan kotor penjualan tenaga listrik
dengan ketentuan belum berproduksi pada saat UU No 21/2014 berlaku, mulai dari
unit pertama diproduksi secara komersial.
5. Taxable Income
Tarif pajak penghasilan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 mengenai Pajak Penghasilan. Tarif yang sesuai untuk perusahaan panas bumi
adalah 25% dari pendapatan kotor (setelah pengurangan pajak insentif), yang
berlaku sejak tahun pajak 2010.
6. Loan
Ekuitas dapat disesuaikan oleh pengguna, dengan nilai tipikalnya adalah 70:30.
Dalam pinjaman, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu jangka waktu
pengembalian, interest during construction (IDC) dan bunga. Lamanya jangka
waktu pembayaran akan mempengaruhi jumlah pembayaran tahunan. Lamanya
jangka waktu pembayaran, IDC dan bunga tergantung pada jenis bank yang
memberikan pinjaman.
7. Indikator keekonomian
Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih yang telah diskon (nilai sekarang) dari
pengeluaran dan pendapatan selama umur proyek dengan menggunakan tingkat
discount rate yang ditawarkan. Jika NPV lebih besar dari nol, maka investasi lebih
menarik daripada tingkat discount rate. Tarif discount rate untuk proyek panas
bumi biasanya ditetapkan sebesar 10%.
123
Discount rate di mana sekarang bersih adalah nol adalah Internal Rate of Return
(IRR). Jika IRR lebih besar dari Required Rate of Return (RRR), maka proyek yang
diusulkan layak untuk dilaksanakan.
PI adalah rasio jumlah arus kas nilai sekarang di masa depan dengan jumlah nilai
sekarang dari investasi awal. Jika PI lebih tinggi dari satu, maka investasi lebih
menarik daripada discount rate. PI lebih tinggi dari 1,2 yang lebih banyak dicari
dalam bisnis panas bumi.
POT adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan semua biaya yang
dikeluarkan dalam suatu proyek. POT dapat menjadi pertimbangan dalam
berinvestasi karena jangka waktu yang lebih lama biasanya tidak terlalu diinginkan
dalam investasi panas bumi. Semua variabel yang mempengaruhi pemodelan
finansial dirangkum pada Tabel XII.5.
124
1. Skenario 1: Single flash
Berdasarkan perhitungan model finansial skenario 1 yaitu dengan
pengembangan kapasitas 1x10 MW menggunakan teknologi konversi
single flash, didapatkan nilai NPV sebesar 11,77 juta USD dan PI 1,2.
IRR on equity dari skenario 1 didapatkan sebesar 13,64%. Total capital
investment pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD 58,997 Million
dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million.
2. Skenario 2: Combined cycle
Berdasarkan perhitungan model finansial skenario 1 yaitu dengan
pengembangan kapasitas 1x10 MW menggunakan teknologi konversi
combined cycle, didapatkan nilai NPV sebesar 6,59 juta USD dan PI
0,98. IRR on equity dari skenario 2 didapatkan sebesar 12,54%. Total
capital investment sebesar USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe
USD 6,424 Million.
125
Tabel XII.I. Jadwal proyek kegiatan scenario 1 dan 2
126
Penyusunan laporan kajian studi kelayakan (blankable report) 1 bulan
Development
Persiapan lahan dan infrastruktur 6 bulan
Rig mobilisasi 3 bulan
Pengeboran sumur produksi (2) 3 bulan
Pengujian sumur dan evaluasi reservoir 3 bulan
Power plant construction (Single flash) 9 bulan
Steam Gathering System and Substation, Connection to Grid 9 bulan
(transmission)
Commissioning 1 bulan
Operation 30 tahun
Manajemen reservoir 30 tahun
Pengeboran sumur make-up /10 tahun
127
2021 2022 2023
Deskripsi
1 2 3
Biaya Studi Kelayakan dan studi G&G 100% 0%
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 100% 0%
Biaya Drilling Sumur Development 100% 0%
Biaya Manajemen Proyek 0% 100%
Gathering & Separation System 50% 50%
EPC Power Plant (MW) 50% 50%
Biaya Overhead Pengembang 0% 100%
Pengujian Sumur 100% 0%
128
No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 1 1,000,000 500,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Drilling Sumur Produksi (standar hole) 2 4,500,000 9,000,000 GT Management, (2019)
EPC Power Plant (10 MW) 10 2,000,000 20,000,000 Winofa et al., (2021)
Gathering & Separation System 1 670,000 670,000 Winofa et al., (2020)
Pengujian Sumur 2 120,000 240,000 GT Management, (2019)
3 Operasi
Biaya Manajemen Proyek 5% 1,033,500 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Overhead Pengembang 1 9,000,000 9,000,000 GT Management, (2019)
Total Biaya Eksploitasi - Development 40,593,500
TOTAL 58,997,805
Biaya per MW 5,899,781
129
No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber
Biaya Studi Kelayakan dan studi G&G 1 150,000 150,000 GT Management, (2019)
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 1 1,000,000 500,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Drilling Sumur Produksi (standar hole) 2 4,500,000 9,000,000 GT Management, (2019)
EPC Power Plant (10 MW) 10 2,500,000 25,000,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Gathering & Separation System 1 670,000 670,000 Winofa et al., (2020)
Pengujian Sumur 2 120,000 240,000 GT Management, (2019)
3 Operasi
Biaya Manajemen Proyek 5% 1,283,500 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Overhead Pengembang 1 9,000,000 9,000,000 GT Management, (2019)
Total Biaya Eksploitasi - Development 45,843,500
TOTAL 64,247,805
Biaya per MW 6,424,781
130
Parameter Nilai Referensi
Parameter teknis
Sumur development produksi
Success ratio 80% Winofa et al., (2020)
Jumlah sumur produksi 1 sumur Ascarya Energy Ltd
Alih Fungsi ke Sumur Injeksi 1 sumur Ascarya Energy Ltd
Sumur Make-up
Success Ratio 80% Winofa et al., (2020)
Jumlah sumur Make-up 3 sumur Ascarya Energy Ltd
Parameter finansial
Tangible cost 30% Damar & Sukyar, (2010)
Depreciation periode 8 Tahun Kementrian keuangan (2010)
Depreciation rate 25% Kementrian keuangan (2010)
Equity : Debt 30 : 70 Quinlivan et al, (2015)
Loan period 20 Tahun Quinlivan et al, (2015)
Interest 4% Quinlivan et al, (2015)
Interest During Constraction (IDC) 4% Quinlivan et al, (2015)
Production bonus 0.50% Kemenrian ESDM (2016)
Tax rate 25% Kementrian ESDM (2008)
Discount rate 10% Quinlivan et al, (2015)
131
Tabel XII.VI Biaya Pokok Penyediaan Tahun 2020 (Keputusan Menteri ESDM nomor: 169.K/HK.02/MEM.M/2021)
Skenario 1 Skenario 2
Parameter Satuan
Single flash Combined cycle
Total Capital 58,997 64,247 USD*1000
Total Cost/Mwe (Total 10MW) 5,899 6,424 USD*1000
NPV 11,77 6,59 Juta USD
IRR 13,64 12,54 %
PI 1,2 0,98
Payback 9,15 9,20 Tahun
Tarif listrik 16,95 17,12 US cent/kWh
132
XII.5 Kesimpulan
Dengan nilai NPV positif dan PI lebih dari 1, tetapi kisaran harga listrik masih
berada diatas BPP Jawa Barat, maka proyek ini dapat dikatakan tidak feasible
secara keekonomian. Total capital pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD
58,997 Million dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million. Sedangkan untuk
Skenario 2 adalah USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe USD 6,424
Million. Dengan demikian harga listrik yang disarankan untuk Skenario 1 yaitu
16,95 USD cent/kWh (IRR 13,64%; NPV USD 11,77 Million; payback period 9,15
tahun). Sedangkan untuk Skenario 2 yaitu 17,12 USD cent/kWh (IRR 12,54%;
NPV USD 17,12 Million; payback period 9,20 tahun). Dengan nilai listrik yang
lebih murah, maka skenario yang disarankan adalah skenario 1, tetapi harus adanya
kerjasama dari pemerintah dan turut andil dalam menurunkan harga jual ini untuk
memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) serta peran pemerintah dalam
menurunkan harga jual beli listrik. Untuk meningkatkan keekonomian agar menjadi
feasible dapat juga mengembangkan pemanfaatan langsung panas bumi pada area
Cisukarame seperti yang disarankan pada area Cisolok.
133
BAB XIII Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup
1. Tahap Pra-Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
3. Tahap Pengoperasian
Tahap ini merupakan tahap eksploitasi fluida geotermal dilakukan. Tahap ini
memiliki perkembangan yang lebih fleksibel yaitu disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan di rangkum
pada tabel XII.I dan lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
134
Tabel XIII.I Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
Komponen aktivitas
Dampak potensial
lingkungan
Tahap pra-konstruksi
Izin dan Sosialisasi 1. Pengurusan izin untuk pembebasan lahan
2. Terdapat pihak-pihak yang menuntut hak atas lahan
3. Terjadi keresahan masyarakat
Tahap Konstruksi
Pembukaan lahan 1. Habitat flora dan fauna terganggu
2. Vegetasi berkurang
Pengeboran 1. Risiko terjadi pencemaran udara akibat non condensible gas seperti H 2S
dan pengujian sumur 2. Risiko terjadi pencemaran air akibat logam berat, limbah berbahaya dan beracun (B3)
3. Risiko terjadi pencemaran suara akibat kebisingan yang timbul karena mobilisasi peralatan, pengeboran
sumur, proses rig-up dan rig-down, dan kegiatan uji produksi
Tahap Pengoperasian
Pengoperasian PLTP 1. Risiko terjadi pencemaran suara akibat kebisingan di area PLTP
2. Risiko terjadi pencemaran udara akibat kadar emisi NCG dan kebocoran uap sumur/pipa atau uap
isopentane
3. Risiko kebakaran area pembangkit
4. Tuntutan keterbukaan kesempatan kerja untuk masyarakat total
5. Timbul keresahan masyarakat selama kegiatan pengoperasian PLTP
135
Daftar Pustaka
Ditjen EBTKE. 2017. “Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1” ISBN 978-602-
50394-0-9 ISBN 978-602-50394-1-6, Jakarta: Direktorat Panas Bumi
Direktorat Jenderal Energi Baru.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2016. Besaran dan Tata
Cara Pemberian Bonus Produksi Panas Bumi (Republic of Indonesia)
Government Regulation No. 28/2016
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2008) Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
(Republic of Indonesia) Law No. 36/2008
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Penetapan Wilayah
Kerja Panas bumi di Daerah Cisolok-Cisukarame, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2021. link:
http://203.189.88.27/index.php/web/result/957/detail
Mulyana, C., Adiprana R., Saad, A.H., H., M.R., & Muhammad, F. 2 0 1 6 .
The thermodynamic cycle models for Geothermal power plants by
136
considering the working fluid characteristic. AIP conference proceedings
Vol.1712, pp. 020002–1–020002–7.
Winofa, N., C., Lesmana, A., Pratama, HB., Saptadji, NM., Ashat, AA. 2020. The
Application of Numerical Simulation Result for Geothermal Financial Model
with Probabilistic Approach: A Comprehensive Study. IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science 417.
Winofa, NC., Stephani, J., Situmorang, J., & Harry, M. 2021. Techno-economic
Analysis in Developing Low to Intermediate Temperature Geothermal
System in the Eastern Region of Indonesia. PROCEEDINGS, 46th Workshop
on Geothermal Reservoir Engineering.
137
Lampiran
138
Lampiran 2 Diagram Cl-SO4-HCO3 Air Panas Area Cisukarame
139
Lampiran 3 Diagram Cl-Li-B Air Panas Area Cisolok
140
Lampiran 4 Diagram Cl-Li-B Air Panas Area Cisukarame
141
Lampiran 5 Diagram Na-K-Mg Air Panas Area Cisolok
142
Lampiran 6 Diagram Na-K-Mg Air Panas Area Cisukarame
143
Lampiran 7 Geothermometer Giggenbach Na-K-Mg Cisolok
144
Lampiran 8 Geothermometer Giggenbach Na-K-Mg Cisukarame
145
Lampiran 9 Isotop Air Panas Cisolok
146
Lampiran 10 Isotop Air Panas Area Cisukarame
147
Lampiran 11 Analisis Gas Manifestasi Fumarol, Cisukarame
148
Lampiran 12 Geothermometer Gas Cisukarame
149
Lampiran 13. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Tahap pra-konstruksi
Izin dan 1. Pembebasan 1. Rencana pembebasan lahan 1. Melakukan WKP Selama tahap
Sosialisasi lahan sesuai dengan peraturan pemetaan Cisukarame pra- konstruksi
2. Hak atas lahan yang ada kepemilikan tanah
3. Keresahan 2. Melakukan kegiatan yang akan
masyarakat sosialisasi dengan digunakan untuk
masyarakat setempat pengembangan
mengenai pengembangan 2. Membuat peta
wilayah panas bumi kepemilikan tanah
3. Memastikan legalitas bekerja sama
pemilikan tanah dengan Biro
4. Bersikap terbuka terhadap Pengelolaan Tanah
masyarakat dan selalu Kabupaten
melakukan dialog atas Sukabumi
rencana pembebasan lahan 3. Mencatat segala jenis
keresahan
masyarakat yang
ditimbulkan dan
berusaha
memberikan
feedback yang positif
terhadap keluhan
yang diajukan
150
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Tahap Konstruksi
Pembukaan 1. Habitat flora dan Tidak melakukan pembangunan Memantau flora dan WKP Seminggu sekali
lahan fauna di kawasan sensitif (Hutan fauna dan kondisi Cisukarame selama
2. Vegetasi lindung, daerah pemandangan, vegetasi tahap konstruksi
dll) dan melakukan rehabilitasi
setelah kegiatan konstruksi
Pengeboran Kualitas udara 1. Lokasi pengeboran dan uji Pengukuran H2S WKP Selama tahap
dan pengujian (Konsentrasi H2S) produksi dilengkapi dengan dengan menggunakan Cisukarame konstruksi
sumur peralatan monitoring H2s peralatan yang telah
2. Membatasi akses warga lokal memenuhi standar
selama pengeboran dan
pengujian sumur
3. Pekerja harus dilengkapi
dengan PPE (Personal
Protective Equipment)
4. Apabila hasil monitoring
H2S melebihi standar batas,
maka sumur produksi akan
dikurangi hingga konsentrasi
H2S normal kembali
151
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengeboran Kualitas air dan 1. Limbah dibuang sesuai 1. Mengukur jumlah WKP Selama tahap
dan pengujian limbah standar negara limbah padat yang Cisukarame konstruksi
sumur (Limbah, logam 2. Limbah dikumpulkan dalam dihasilkan dari
berat, berbahaya dan kolam pembuangan, hitungan truk yang
beracun (B3)) digunakan dalam proses keluar-masuk dari
pengeboran sebagai area pembuangan
komponen lumpur limbah
pengeboran yang nantinya 2. Memantau
akan dikembalikan ke dalam penanganan limbah
sumur. sesuai dengan SOP
3. Pelatihan untuk pekerja yang 3. Melaksanakan uji
menangani limbah B3 TCLP untuk lumpur
pengeboran, limbah
setengah cair, dan
bubuk pengeboran
152
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengeboran Kebisingan 1. Memasang silencer Mengukur tingkat WKP Selama tahap
dan pengujian (Mobilisasi, 2. Menanam pohon dengan kebisingan yang Cisukarame konstruksi
sumur pengeboran sumur, menutupi area dihasilkan
proses rig-up dan pengembangan menggunakan alat
rig-down, uji 3. Mengurangi kecepatan pengukuran yang valid
produksi) kendaraan hingga maksimum
20 km/jam
4. Merencanakan kerja pada
malam hari/libur
5. Lokasi jauh dari permukiman
warga
6. Memasang tanda pengaman
bahwa akan terjadi tingkat
kebisingan yang lebih dari
normal untuk meningkatkan
kewaspadaan
Tahap Pengoperasian
Pengoperasian Tingkat kebisingan 1. Pekerja menggunakan ear Dilakukan pengukuran Area PLTP 3 bulan sekali tahun
PLTP plug pada area PLTP tingkat kebisingan dan area pertama dan 6 bulan
2. Melakukan instalasi peredam sesuai dengan metode sekitar PLTP sekali pada tahun
diarea PLTP yang tepat yang masih berikutnya
3. Menanam pohon dengan menjangkau
menutupi area PLTP aktivitas
penduduk
153
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengoperasian Kualitas udara Memasang alat detektor Melakukan sampling Area sekitar Satu bulan sekali
PLTP (kadar emisi NCG kebocoran udara ambient dan cooling tower, selama
dari fluida serta dianalisis di power station, operasional PLTP
kebcoroan uap laboartorium untuk sekitar sumur
sumur/pipa atau uap mengetahui tingkat (produksi dan
isopentane) konsentrasi dan injeksi) dan
dibandingkan dengan jalur
tingkat batas wajar pipa
Pengoperasian Kemungkinan Memasang tanda flammable di Memasang gas detector Area dalam Monitoring
PLTP kebakaran area sekitar lokasi pembangkit, dan pemantauan PLTP dan area kebocoran
pembangkit rambu larangan merokok, dan pembangkit dan pipa sekitar PLTP setiap hari
memasang detektor asap
Pengoperasian Kesempatan kerja 1. Menyediakan lapangan kerja Mendata jumlah, Area Setiap enam bulan
PLTP kepada masyarakat lokal persentase, dan asal Cisukarame sekali serta review
yang memenuhi persyaratan daerah para pekerja yang kinerja dari pekerja
dan kualifikasi PT.PLN kontraktor dan PT. digunakan
2. Mendorong kontraktor untuk PLN dari data tenaga sebagai lokasi
mempekerjakan tenaga kerja kerja yang tersedia pengembangan
lokal sebanyak mungkin PLTP dan area
sekitar serta
area kantor
PT. PLN
154
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengoperasian Keresahan 1. Merencanakan penerimaan Mencatat segala jenis Desa-desa di Setiap enam bulan
PLTP masyarakat tenaga kerja lokal secara adil keresahan atau area sekali
dan terbuka keluhan masyarakat Cisukarame
2. Melakukan sosialisasi yang ditimbulkan dan Kantor
kegiatan pengoperasian dan akibat adanya PT.PLN
transmisi pembangkit pengembangan PLTP pada lokasi
proyek
155