Anda di halaman 1dari 155

EXECUTIVE SUMMARY

ASCARYA ENERGY LTD

Merupakan perusahaan di jasa yang bergerak di bidang panas bumi yang memiliki
target bisa berkompetitif di pasar internasional. Perusahaan kami memiliki para
konsultan ahli di bidang panas bumi baik di bidang geoscience maupun
engineering. Perusahaan menjalankan misi dengan menerapkan nilai-nilai sosial
dan adil dan merakyat sehingga dapat dirasakan masyarakat luas yang ramah
lingkungan untuk kemajuan energi panas bumi terutama di Indonesia.

LATAR BELAKANG PROYEK

Untuk memperbanyak portofolio perusahaan dalam pengelolaan energi panas bumi,


Ascarya Energy Ltd mengambil peluang yang di tawarkan PT PLN (Persero) untuk
melakukan kajian pengambangan WKP Cisolok-Cisukarame dengan target
pengembangan sesuai dengan RUPTL 2021-2030. Dalam hal ini Ascarya Energy
Ltd sebagai perusahaan konsultan diminta oleh PT PLN (Persero) untuk melakukan
pengkajian ulang dan evaluasi terhadap kelayakan pengembangan WKP Cisolok-
Cisukarame untuk kapasitas pembangkit 10 MW berdasarkan survey geosains yang
telah dilakukan pada kajian sebelumnya, khususnya penentuan cadangan, strategi
pemboran dan engineering design PLTP Cisolok-Cisukarame dengan target COD
pada tahun 2026.

KAJIAN GEOLOGI

Kajian remote sensing WKP Cisolok–Cisukarame terindikasi memiliki anomali


temperatur permukaan >45°C (LST) dan anomali NDVI –0.3-0.3 yang menandakan
adanya vegetation stress kemungkinan oleh aktifitas termal manifestasi.
Manifestasi area Cisolok muncul pada batuan sedimen tersier (batugamping) dan
komplek batuan acidic (granodiorit). Sedangkan pada area Cisukarame manifestasi
muncul pada sungai diantara satuan lava dan breksi membentuk morfologi
lembahan. Lineament struktur geologi yang berkembang relatif berarah NW – SE
dan NE – SW. Geomorfologi pada bagian utara WKP didominasi oleh morfologi
bertekstur kasar dengan punggungan yang tersusun oleh litologi breksi dan lava.

1
Sedangkan morfologi bagian selatan relatif teksturnya lebih halus karena tersusun
oleh endapan alluvial dan batuan sedimen berumur Tersier. Sebaran zona alterasi
pada area Cisolok memiliki pH asam–alkaline. Manifestasi pH netral muncul
sepanjang sungai yang dibentuk oleh sesar Cisolok. Interpretasi manifestasi yang
muncul sepanjang lembah pada area Cisukarame terbentuk oleh sesar berarah U-S.
Zona alterasi dominan muncul pada segmen bagian barat zona sesar tersebut.
Berdasarkan konseptual model geologi tentatif tidak dapat ditentukan keberadaan
heat source maupun reservoir. Namun perkiraan area recharge berasal dari
morfologi yang lebih tinggi yaitu dari arah NE WKP.

KAJIAN GEOKIMIA

Sistem panas bumi Cisolok dan Cisukarame adalah dua sistem berbeda dengan
sumber fluida reservoir yang berbeda. Tipe fluida pada lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame adalah air klorida dengan pH netral. Berdasarkan
geothermometer, reservoir geothermal yang berada di Cisolok bertemperatur
165oC, sedangkan di Cisukarame bertemperatur 205oC. Berdasarkan lesson learned
Lapangan Nevada Wabuska (dominasi air dikontrol struktur) fraksi uap 1.3%, Air
98.7%. Potensi Scaling Ca sebagai efek dari pelarutan CaCO3 litologi batuan.

KAJIAN GEOFISIKA

Delineasi nilai resistivitas >50 ohm.m sebagai batas caprock adalah berdasarkan
nilai resistivitas teori minimal untuk litologi gamping yang memiliki range
resistivitas 50 - 104 Ohm.m. Batuan alterasi yang terplot di section berada di
permukaan memiliki nilai resistivitas <20 ohm. Top of Reservoir sistem panas bumi
Cisolok adalah 2 km di bawah permukaan laut, sedangkan Top of Reservoir Sistem
Panas Bumi Cisukarame adalah 1,5 km di bawah permukaan laut.

KAJIAN DATA SUMUR PEMBORAN

Sumur pemboran pada wilayah Cisolok dengan nama sumur CSL-1 didapatkan
temperature gradien sebesar 4°/100m. Temperature didapatkan pada kedalaman
1477 sebesar 95.47°C. Hasil pengeboran lapangan sumur wilayah Cicolok tidak
dapat menggambarkan profil temperature dikarenakan kurangnya kedalaman
pemboran dan keterbatasan data yang didapatkan.

2
Sumur pemboran pada wilayah Cisukarame dengan nama sumur XPL 1 didapatkan
temperature maksimum 204°C dan tekanan 83 ksc, Injectivity 37.23 kg/s bara,
kedalaman main feedzone 1800-1900 m dan transmisivitas 9.90 darcy m. Sumur
XPL 2 didapatkan temperatur maksimum 207°C dan tekanan 86 ksc, injectivity
5.77 kg/s bara, enthalpy fluida ± 1265 kJ/kg dengan fraksi uap kepala sumur ± 26%
dan total massflow ± 59 kg/s, pemodelan IPR sumur mendekati korelasi isochronal,
dan potensi sumur XPL2 4.3 MW (combined cycle) atau 3.6 MW (single flash).
Sumur XPL 3 didapatkan temperatur maksimum mencapai 228°C dan tekanan 85
ksc Injectivity 29.30 kg/s bara

MODEL KONSEPTUAL LAPANGAN CISOLOK-CISUKARAME

Berdasarkan kajian 3G (Geologi, Geokimia, Geofisika) dan ditambah dengan data


sumur pemboran maka Sistem panas bumi area prospek Cisolok-Cisukarame
dibatasi oleh fault N-S & NE-SW. Permeabilitas reservoir kemungkinan dikontrol
oleh patahan yang ditunjukkan oleh kemunculan manifestasi. Sistem Panas bumi
Cisolok dan Cisukarame merupakan dua sistem yang berbeda yang dibatasi oleh
barrier. Berdasarkan analisis geokimia, temperatur reservoir Cisolok adalah 165 oC
dan temperatur reservoir Cisukarame adalah 205oC. Kedua sistem ini merupakan
dominasi air dengan air reservoir adalah air klorida. Top of Reservoir sistem panas

3
bumi Cisolok adalah 2 km di bawah permukaan laut, sedangkan Top of Reservoir
Sistem Panas Bumi Cisukarame adalah 1,5 km di bawah permukaan laut.

RESOURCE ASSESSMENT

Potensi cadangan pada WKP Cisolok-Cisukarame dilakukan dalam beberapa tahap


berdasarkan ketersediaan data dan tingkat kepastian data yang dimiliki. Perhitungan
cadangan dilakukan menggunakan pendekatan metode heat stored dengan
melakukan simulasi Monte Carlo. Hasil resource assessment menggunakan
simulasi Monte Carlo tersebut menunjukkan bahwa besar cadangan mungkin
reservoir Cisolok adalah 6.18 MWe. Besar cadangan mungkin reservoir
Cisukarame adalah 30.09 MWe. Besar cadangan terduga reservoir Cisolok adalah
1.05 MWe.

PLAN OF DEVELOPMENT (POD)

Skenario pembangkitan PLTP Cisukarame Unit 1 yang dianggap sesuai untuk


proyek ini yaitu dengan menggunkan jenis pembangkit Single flash dengan
kapasitas 1x10 MW. Sehingga untuk pemenuhan 10 MW, sumur produksi yang
harus dibor adalah 3 sumur. Sedangkan sumur reinjeksi yang harus dibor yaitu 1
sumur.

KAJIAN KEEKONOMIAN

Dengan nilai NPV positif dan PI lebih dari 1, tetapi kisaran harga listrik masih
berada diatas BPP Jawa Barat, maka proyek ini dapat dikatakan tidak feasible
secara keekonomian. Total capital pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD
58,997 Million dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million. Sedangkan untuk
Skenario 2 adalah USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe USD 6,424
Million. Dengan demikian harga listrik yang disarankan untuk Skenario 1 yaitu
16,95 USD cent/kWh (IRR 13,64%; NPV USD 11,77 Million; payback period 9,15
tahun). Sedangkan untuk Skenario 2 yaitu 17,12 USD cent/kWh (IRR 12,54%;
NPV USD 17,12 Million; payback period 9,20 tahun). Dengan nilai listrik yang
lebih murah, maka skenario yang disarankan adalah skenario 1, tetapi harus adanya
kerjasama dari pemerintah dan turut andil dalam menurunkan harga jual ini untuk
memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) serta peran pemerintah dalam
menurunkan harga jual beli listrik.

4
COMPANY PROFILE

Filosofi Ascarya Energy

Ascarya : Diambil dari Bahasa Sansekerta yang artinya tampil ke depan

Energy : Energi

3 Gerigi : 3 motto penggerak perusahaan trust, professional, dan integrity

Energy Listrik : Pembangkitan energi listrik

Gunung : Eksplorasi geothermal yang berasosiasi dengan gunung api

Lingkaran : Bumi

Warna Hijau : Green Energy

Warna Orange : Inovasi dan kreatifitas

5
Ascarya Energy merupakan perusahan konsultan nasional yang menawarkan jasa
pengembangan lapangan panas bumi baik di bidang geoscience maupun
engineering. Pakar kami adalah insinyur dan ahli Teknik panas bumi yang telah
berkecimpung di industry selama bertahun-tahun dengan latar belakang Pendidikan
yang relevan dari universitas terkemuka. Perusahaan kami memiliki komitmen
yang kuat dalam mengembangkan energi panas bumi untuk menopang ketahanan
dan swasembada energi nasional. Sejak didirikannya pada tanggal 8 Agustus 2017,
Ascarya Energi telah menangani beberapa project seperti Feasibility Study WKP
Rantau Dedap tahun 2017, resource assessment WKP Kotamubagu tahun 2018,
feasibility study WKP Bituang tahun 2019, Feasibility study WKP Cisolok-
Cisukarame tahun 2021.

6
Visi dan Misi Ascarya Energy

Visi Perusahaan:

“To become a leading consulting company, professional, competent, innovative,


and able to compete globally.”

Adapun Misi Perusahaan untuk mendukung Visi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Running a company with the principle of integrity and environmental


insight

2. Providing professional consulting services in the development of


geothermal energy

3. Providing competent human resources in their fields

4. Provide innovative solutions in every project undertaken

5. Establish collaboration with domestic and foreign stockholders

Struktur Organisasi

Roda bisnis perusahaan Ascarya Energy dikomandoi oleh Afdhal Baravanni


sebagai Chief Executive Officer (CEO), memiliki 2 tim Geoscience Analyst yaitu
After Helfert Pasaribu sebagai Geochemist and Geophysics dan Dedy Pramudityo
sebagai Geologist and Geochemist, Project Engineer yaitu William Abraham Rasu
sebagai Production and Power Plant Engineer dan memiliki Project Analyst yaitu
Dinda Permatasari RB sebagai Economic and Environment.

7
DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY ..................................................................................... 1

COMPANY PROFILE............................................................................................ 5

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 8

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 15

DAFTAR TABEL ................................................................................................. 13

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 15

I.1 Latar Belakang Proyek .................................................................. 18

I.2 Tujuan Proyek ............................................................................... 19

I.3 Ruang Lingkup Kegiatan............................................................... 20

I.3.1 Studi literatur dan hasil kajian terdahulu ............................. 20

I.3.2 Analisis kajian geoscience (geologi, geokimia, geofisika) .. 20

I.3.3 Pembuatan model konseptual............................................... 20

I.3.4 Perancangan strategi pengembangan ................................... 20

I.3.5 Analisis keekonomian .......................................................... 20

I.3.6 Analisis kajian risiko............................................................ 20

I.4 Batasan Masalah Proyek................................................................ 20

I.5 Lokasi dan Akses Lokasi ............................................................... 20

I.5.1 Lokasi ................................................................................... 20

I.5.2 Akses .................................................................................... 21

I.6 Metodologi Penelitian ................................................................... 21

BAB II Kajian Geologi ...................................................................................... 23

II.1 Pendahuluan .................................................................................. 23

II.2 Analisis Remote Sensing (NDVI) ................................................. 23

8
II.3 Analisis Remote Sensing (LST) .................................................... 24

II.4 Analisis Peta Geologi .................................................................... 25

II.5 Analisis Peta Pola Pengaliran ........................................................ 26

II.6 Analisis Peta Geomorfologi .......................................................... 27

II.7 Analisis Manifestasi dan Alterasi .................................................. 28

II.8 Konseptual Model Geologi Tentatif .............................................. 29

II.9 Kesimpulan Kajian Geologi .......................................................... 30

BAB III Kajian Geokimia ................................................................................... 31

III.1 Pendahuluan .................................................................................. 31

III.2 Analisis Kimia Air......................................................................... 31

III.2.1 Data Manifestasi Air .......................................................... 31

III.2.2 Kandungan Kimia .............................................................. 32

III.2.3 Rasio Kimia Air ................................................................. 35

III.2.4 Ion Balance (kesetimbangan ion) ...................................... 36

III.2.5 Tipe Air (Diagram Cl-SO4-HCO3) .................................... 36

III.2.6 Analisis Fluida Reservoir (Cl-Li-B) .................................. 37

III.2.7 Geothermometer Air (Diagram Na-K-Mg) ....................... 38

III.2.8 Isotop ................................................................................. 39

III.3 Analisis Kimia Gas ........................................................................ 40

III.4 Konseptual Model Tentatif Geokimia ........................................... 43

III.5 Sistem Panas Bumi Berdasarkan Geokimia .................................. 43

III.6 Kesimpulan Kajian Geokimia ....................................................... 44

BAB IV Kajian Geofisika ................................................................................... 45

IV.1 Pendahuluan .................................................................................. 45

IV.2 Metode Gaya Berat ........................................................................ 45

9
IV.2.1 Data .................................................................................... 46

IV.2.2 Data Quality Control ......................................................... 47

IV.2.3 Data Processing ................................................................ 48

IV.2.4 Model 3D Gaya Berat ........................................................ 52

IV.3 Metode Magnetotellurik (MT) ...................................................... 55

IV.4 Konseptual Model Tentatif Geofisika ........................................... 59

IV.5 Sistem Panas Bumi Berdasarkan Kajian Geofisika ....................... 60

IV.6 Kesimpulan Kajian Geofisika........................................................ 60

BAB V Kajian Data Sumur Pemboran .............................................................. 61

V.1 Pendahuluan .................................................................................. 61

V.2 Data Sumur .................................................................................... 61

V.2.1 Gradien Temperatur ............................................................. 62

V.2.2 Composite Log ..................................................................... 63

V.3 Kesimpulan Kajian Data Sumur Pemboran ................................... 64

BAB VI Model Konseptual................................................................................. 66

VI.1 Pendahuluan .................................................................................. 66

VI.2 Model Konseptual Terintegrasi ..................................................... 66

BAB VII Resource Assessment ........................................................................... 68

VII.1 Pendahuluan .................................................................................. 68

VII.1.1Prosedur Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat


Stored ................................................................................... 69

VII.1.2Parameter Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode


Heat Stored .......................................................................... 71

VII.2 Hasil Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat Stored 72

VII.3 Penentuan Jumlah Sumur .............................................................. 74

VII.4 Kesimpulan Resource Assessment ................................................ 75

10
BAB VIII Pengajuan Survei 3G Rinci................................................................... 76

VIII.1 Latar Belakang dan Tujuan Survei 3G Rinci ........................... 76

VIII.2 Survei Geologi ......................................................................... 77

VIII.3 Survei Geokimia ...................................................................... 77

VIII.4 Survei Geofisika ...................................................................... 78

VIII.5 Scheduling dan Pembiayaan .................................................... 79

VIII.6 Kesimpulan Pengajuan Survei 3G Rinci ................................. 80

BAB IX Well Targeting ...................................................................................... 81

IX.1 Pendahuluan .................................................................................. 81

IX.2 Kesimpulan .................................................................................... 84

BAB X Kajian Data Sumur ............................................................................... 85

X.1 Pendahuluan .................................................................................. 85

X.2 Trajektori Sumur ........................................................................... 86

X.3 Hasil Uji Komplesi ........................................................................ 88

X.3.1 Water Loss Test ................................................................... 88

X.3.2 Gross Permeability Test ....................................................... 90

X.3.3 Fall-Off Test......................................................................... 92

X.3.4 Heating-Up Test ................................................................... 93

X.4 Hasil Uji Produksi ......................................................................... 95

X.5 Kesimpulan Kajian Data Sumur .................................................. 105

BAB XI Plan of Development .......................................................................... 106

XI.1 Pendahuluan ................................................................................ 106

XI.2 Siklus konversi ............................................................................ 106

XI.2.1 Single flash ....................................................................................... 107

XI.3 Combined cycle ........................................................................... 110

11
XI.4 Skenario Pengembangan ............................................................. 111

XI.4.1 Skenario 1: Pengembangan single flash .......................... 112

XI.4.2 Skenario 2: Pengembangan combined cycle ................... 113

XI.5 Direct use..................................................................................... 115

XI.5.1 Steam Above Ground System .......................................................... 119

XI.6 Kesimpulan .................................................................................. 120

XI.7 Rekomendasi ............................................................................... 120

BAB XII Kajian Finansial .................................................................................. 121

XII.1 Pendahuluan ................................................................................ 121

XII.2 Parameter perhitungan keekonomian .......................................... 121

XII.3 Parameter model finansial ........................................................... 122

XII.4 Model finansial proyek ................................................................ 124

XII.5 Kesimpulan .................................................................................. 133

BAB XIII Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ............... 134

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 136

Lampiran ……………………………………………………………………….138

12
DAFTAR TABEL

Tabel III.I Rasio Kimia Manifestasi Cisolok ........................................................ 35

Tabel III.II Rasio kimia manifestasi Cisukarame ................................................. 35

Tabel III.III Data kimia gas manifestasi Cisukarame ........................................... 41

Tabel IV.I Rincian survei gaya berat .................................................................... 46

Tabel VII.I Parameter Perhitungan Cadangan Hipotesis WKP Cisolok-Cisukarame


............................................................................................................................... 72

Tabel VII.II. Hasil Perhitungan Cadangan pada Reservoir Cisolok-Cisukarame. 74

Tabel VII.III. Penentuan Jumlah Sumur ............................................................... 75

Tabel VIII.I Rincian kegiatan survei 3G rinci ...................................................... 79

Tabel IX.I Well targeting parameter ..................................................................... 82

Tabel X.I Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL1 ........................................ 90

Tabel X.II Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL2 ....................................... 91

Tabel X.III Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL3 ...................................... 92

Tabel X.IV Heating-Up Test Sumur XPL1, XPL2, dan XPL3 ............................. 95

Tabel X.V Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 .................... 96

Tabel X.VI Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 (Refined) .. 97

Tabel X.VII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2 ........................... 98

Tabel X.VIII Tabel Wellbore Data Sumur XPL2 ................................................ 98

Tabel X.IX Tabel Perhitungan IPR Vogel Sumur XPL2 ...................................... 99

Tabel X.X Tabel Perhitungan IPR Isochronal Sumur XPL2 ................................ 99

Tabel X.XI Tabel Perhitungan IPR Moya Sumur XPL2 ...................................... 99

Tabel X.XII Tabel Perhitungan IPR Saptadji Sumur XPL2 ................................. 99

Tabel X.XIII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling)
............................................................................................................................. 101

13
Tabel X.XIV Data kimia uap sumur XPL2 ......................................................... 104

Tabel XI.I Parameter operasi single flash ........................................................... 112

Tabel XI.II Pemilihan fluida kerja berdasarkan lingkungan, keamanan dan


kesehatan ............................................................................................................. 115

Tabel XI.III Potensi Komoditas Perikanan dan Perkebunan di Kabupaten Sukabumi


............................................................................................................................. 116

Tabel XII.I. Jadwal proyek kegiatan scenario 1 dan 2 ........................................ 126

Tabel XII.II Jadwal investasi proyek scenario 1 dan 2 ....................................... 127

Tabel XII.III Capital investment skenario 1 ....................................................... 128

Tabel XII.IV Capital Investment skenario 2 ....................................................... 129

Tabel XII.V Parameter keekonomian proyek ..................................................... 130

Tabel XII.VI Biaya Pokok Penyediaan Tahun 2020 (Keputusan Menteri ESDM
nomor: 169.K/HK.02/MEM.M/2021) ................................................................. 132

Tabel XII.VII Model Finansial skenario 1 dan 2 proyek .................................... 132

Tabel XIII.I Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan ........................ 135

14
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Lokasi dan Akses wilayah Cisolok-Cisukarame............................... 21

Gambar I.2. Workflow proyek .............................................................................. 22

Gambar III.1 Peta elevasi dan keberadaan manifestasi lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame .............................................................................................. 31

Gambar III.2 Data kimia manifestasi Air Cisolok ................................................ 34

Gambar III.3 Data kimia manifestasi Air Cisukarame.......................................... 34

Gambar III.4 Hasil plot diagram ternary manifestasi Cisolok (kiri) dan Cisukarame
(kanan)................................................................................................................... 37

Gambar III.5 Plot Diagram Na-K-Mg Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan ..... 38

Gambar III.6 Hubungan antara K-Na-Mg dalam rasio untuk menghitung


geothermomoter Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan ....................................... 39

Gambar III.7 Plot isotop lapangan Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan) ......... 40

Gambar III.8 Plot N2-He-Ar sampel manifestasi gas Cisukarame. ....................... 41

Gambar III.9 Plot Log CO2/Ar terhadap log H2/Ar .............................................. 42

Gambar III.10 Model konseptual Tentatif Geokimia lapangan Cisolok Cisukarame


............................................................................................................................... 43

Gambar III.11 Sistem panas bumi berdasarkan kajian geokimia .......................... 44

Gambar IV.1 Desain akusisi survei gaya berat lapangan Cisolok-Cisukarame .... 47

Gambar IV.2 Plot drift (simpangan) dari pengukuran per hari pada survei gaya berat
(atas) dan distribusi error topografi dari GPS (bawah) ......................................... 48

Gambar IV.3 Hasil pemisahan anomali regional dan residual .............................. 49

Gambar IV.4 Peta Anomali Regional lapangan Cisolok-Cisukarame .................. 50

Gambar IV.5 Peta anomali residual lapangan Cisolok-Cisukarame ..................... 50

Gambar IV.6 FHD dari data anomali regional ...................................................... 51

Gambar IV.7 FHD dari data anomali residual ...................................................... 51

15
Gambar IV.8 (a) hasil pengolahan data anomali residual, (b) input data anomali
residual, (c) initial model 3D inversi..................................................................... 52

Gambar IV.9 Hasil pemodelan 3D data anomali residual..................................... 52

Gambar IV.10 Slice Model 3D anomali residual Cisolok-Cisukarame ................ 54

Gambar IV.11 Desain akusisi metode magenetolurik (MT) lapangan Cisolok-


Cisukarame............................................................................................................ 55

Gambar IV.12 Penampang 4,5,6, dan 7 memberikan gambaran lapisan konduktif


pada daerah Cisukarame ....................................................................................... 56

Gambar IV.13 Penampang 1,8,9, dan 10 memberikan gambaran lapisan konduktif


pada daerah Cisolok-Cisukarame.......................................................................... 57

Gambar IV.14 Lapisan konduktif dengan nilai resistivitas 50 ohm.m ................. 58

Gambar IV.15 Model Konseptual Tentatif Geofisika ........................................... 59

Gambar IV.16 Peta Sistem Panas Bumi Berdasarkan data Geofisika .................. 60

Gambar VII.1Penggolongan kelas sumber daya dan cadangan menurut SNI 6009-
2017 ....................................................................................................................... 68

Gambar VIII.1 Diagram alir Studi 3G Rinci ......................................................... 76

Gambar VIII.2 Rencana Pemetaan Geologi .......................................................... 77

Gambar VIII.3 Rekomendasi titik sampling tanah Hg dan CO2 ........................... 78

Gambar VIII.4 Desain survei pengambilan data geofisika ................................... 78

Gambar VIII.5 Magnetometer proton (kiri) dan gravimeter CG-6 (kanan) .......... 79

Gambar IX.1. Lokasi well targeting Area Cisukarame. ........................................ 81

Gambar IX.2 Well targeting berdasarkan MT Section 1,6, dan 10....................... 83

Gambar X.1Trajektori Sumur XPL1 ..................................................................... 86

Gambar X.2 Trajektori Sumur XPL2 .................................................................... 87

Gambar X.3 Trajektori Sumur XPL3 .................................................................... 88

Gambar X.4 Profil Landaian Temperatur Injeksi Sumur XPL1 ........................... 89

16
Gambar X.5 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL1 ......................... 90

Gambar X.6 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL2 ......................... 91

Gambar X.7 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL3 ......................... 92

Gambar X.8 Semi-log Plot Tekanan Terhadap Waktu Fall-Off Test Sumur XPL3
............................................................................................................................... 93

Gambar X.9 Heating-Up Test Sumur XPL1 ......................................................... 94

Gambar X.10 Heating-Up Test Sumur XPL2 ....................................................... 94

Gambar X.11 Heating-Up Test Sumur XPL3 ....................................................... 95

Gambar X.12 Deliverability Curve Sumur XPL2 ................................................. 96

Gambar X.13 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Refined) ................................ 97

Gambar X.14 Wellbore Model Sumur XPL2 ....................................................... 98

Gambar X.15 Pwf vs Q Sumur XPL2 (Reverse Modeling) ................................ 100

Gambar X.16 Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling) ..................... 101

Gambar X.17 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Reverse Modeling) .............. 102

Gambar X.18 Estimasi Potensi Sumur XPL2 menggunakan software HYSIS® 103

Gambar XI.1 Sistem single flash ........................................................................ 107

Gambar XI.2 Diagram T-S Siklus Single flash(Mulyana,2016) ......................... 108

Gambar XI.3 Siklus combined cycle .................................................................. 111

Gambar XI.4 Desain single flash ........................................................................ 113

Gambar XI.5 Desain siklus Combined Cycle ..................................................... 114

Gambar XI.6 Lindal Diagram ............................................................................. 116

Gambar XI.7 Skema direct use ........................................................................... 117

Gambar XI.8. Lokasi PLTP ................................................................................ 118

17
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Proyek

Kebijakan hijau dalam Draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik


(RUPTL) tahun 2021-2030 memberikan penambahan porsi kapasitas dan
persentase pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 19.899 MW atau
48% untuk pembangkit EBT. Pada tahun 2025, Indonesia mempunyai target
pengembangan pembangkit EBT 23%. Namun hingga akhir tahun 2020, kontribusi
pengembangan pembangkit EBT baru mencapai 11,2%. Dengan adanya
peningkatan laju permintaan kelistrikan yang diprediksi naik 9,1% per tahunnya,
pemerintah melakukan berbagai program percepatan yang mendukung
pengembangan pembangkit listrik EBT untuk mencapai target pada tahun 2025.

Lapangan Cisolok-Cisukarame merupakan salah satu Wilayah Kerja


Panasbumi (WKP) yang ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia dengan nomor 1937 K/30/MEM/2007 pada 9 Juli 2007
memiliki luas wilayah sebesar 15.580 ha. Lapangan Cisolok-Cisukarame terletak
di kecamatan Cisolok Desa Cisolok-Cisukarame, provinsi Jawa Barat. Saat ini
lapangan Cisolok-Cisukarame masih pada tahap eksplorasi. Potensi cadangan
terduga WKP Cisolok-Cisukarame sebesar 45 MWe (EBTKE, 2017). Pemegang
izin pertama kali Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) lapangan Cisolok-Cisukarame
yaitu PT Jabar Rekind Geothermal (PT JRG) yang kemudian diambil alih oleh
Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan Government
Drilling.

Pada tahun 1986 telah dilakukan pemboran eksplorasi CSL-1 di wilayah Pasir
Pameungpeuk, Cisolok oleh PT Pertamina. Namun dari data landaian temperatur,
temperatur dasar sumur pada kedalaman 1477 m sebesar 95,47 °C. Sumur tersebut
belum dapat memproduksikan fluida geotermal yang cukup untuk pengembangan
kapasitas pembangkit yang direncanakan, sehingga diperlukan kajian lebih lanjut
dan interpretasi yang lebih baik untuk mencapai target pengembangan WKP
Cisolok-Cisukarame.

18
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh PT. PLN, pada tahun 2021
kebutuhan listrik Jawa-Bali hingga saat ini mencapai 35.000 MW tetapi jumlah
ketersediaan pasokan listrik masih 22.900 MW. Oleh karena itu, lapangan Cisolok-
Cisukarame menarik untuk dikaji guna menopang kebutuhan listrik interconnection
Jawa-Bali. Selain itu WKP Cisolok-Cisukarame juga terletak pada lokasi strategis,
dimana bagian utara WKP Cisolok-Cisukarame berbatasan dengan Taman Nasional
Halimun Salak dan bagian selatan terdapat Pelabuhan Ratu. Mudahnya akses
moving melalui jalur laut yang dapat menghemat biaya pengangkutan alat, dan
dekatnya akses dengan tempat wisata memberikan kenyamanan bagi pekerja,
menjadi suatu kelebihan bagi project yang akan dikembangkan pada WKP Cisolok-
Cisukarame.

Pemerintah melalui kementrian ESDM menugaskan PT PLN (Persero) untuk


melakukan kajian pengambangan WKP Cisolok-Cisukarame dengan target
pengembangan sesuai dengan RUPTL 2021-2030. Dalam hal ini Ascarya Energy
Ltd sebagai perusahaan konsultan diminta oleh PT PLN (Persero) untuk melakukan
pengkajian ulang dan evaluasi terhadap kelayakan pengembangan WKP Cisolok-
Cisukarame untuk kapasitas pembangkit 10 MW berdasarkan survey geosains yang
telah dilakukan pada kajian sebelumnya, khususnya penentuan cadangan, strategi
pemboran dan engineering design PLTP Cisolok-Cisukarame.

I.2 Tujuan Proyek

Tujuan pelaksanaan kajian yang akan dilakukan oleh Ascarya Energy Ltd
antara lain:

1. Menentukan kelayakan pengembangan wilayah kerja panas bumi Cisolok-


Cisukarame untuk kapasitas pembangkit 10 MW berdasarkan kajian teknis
yang meliputi analisis kajian geologi, geokimia, geofisika, kajian reservoir,
perancangan fasilitas pengembangan, serta kajian non teknis yang meliputi
kajian keekonomian, kajian lingkungan dan analisis risiko.

2. Memberikan rekomendasi alternatif pengembangan wilayah kerja panas


bumi Cisolok-Cisukame untuk pemanfaatan langsung (direct use).

19
I.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan kajian dan evaluasi yang dilakukan Ascarya Energy Ltd. pada
lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame meliputi:

I.3.1 Studi literatur dan hasil kajian terdahulu

I.3.2 Analisis kajian geoscience (geologi, geokimia, geofisika)

I.3.3 Pembuatan model konseptual

I.3.4 Perancangan strategi pengembangan

I.3.5 Analisis keekonomian

I.3.6 Analisis kajian risiko

I.4 Batasan Masalah Proyek

Pada studi pengembangan wilayah kerja panas bumi Cisolok-Cisukarame,


tinjauan dan analisis yang dilakukan dibatasi pada data geologi, geokimia,
geofisika berdasarkan data studi sebelumnya. Data-data yang digunakan untuk
proses analisis adalah:

I.4.1 Data Geologi meliputi peta geologi regional, data penginderaan jauh
berupa data LANDSAT-08 dan Digital Elevation Model (DEM).

I.4.2 Data Geokimia meliputi peta lokasi manifestasi permukaan, kimia air
dan gas.

I.4.3 Data Geofisika meliputi peta anomali gaya berat dan penampang
anomali resistivitas Magnetotelurik (MT).

I.4.4 Data pengeboran eksplorasi pada sumur CSL-1 meliputi profil


landaian temperatur dan litologi batuan.

I.5 Lokasi dan Akses Lokasi

I.5.1 Lokasi

Lapangan prospek geotermal Cisolok-Cisukarame terletak di desa


Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. Diputuskan menjadi WKP melalui Surat Keputusan Menteri

20
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dengan nomor
1937 K/30/MEM/2007 pada 09 Juli 2007 serta memiliki luas wilayah
sebesar 15.580 ha dengan titik koordinat (6°53'-29.36''LS dan 106°-
29'00.28''BT). Wilayah Kerja Panas bumi Cisolok-Cisukarame
berjarak lebih kurang 180 km dari Bandara Soekarno-Hatta ke
Pelabuhan Ratu dengan waktu tempuh sekitar 5 jam melalui jalur
darat dan 30 menit melalui jalur laut dari Pelabuhan Ratu ke Wilayah
Kerja Cisolok-Cisukarame.

I.5.2 Akses

Perjalanan dari Bandung ke Wilayah Kerja Panas bumi Cisolok-


Cisukarame dapat di akses melalui dua rute perjalanan darat. Rute
pertama melalui Jalan Tol Cipularang dengan jarak tempuh lebih
kurang 269 km dan waktu tempuh selama 5 jam 6 menit. Rute kedua
melalui Jl. Nasional III dengan jarak tempuh lebih kurang 175 km dan
waktu tempuh selama 5 jam 19 menit.

Gambar I.1. Lokasi dan Akses wilayah Cisolok-Cisukarame

21
I.6 Workflow proyek

Gambar I.2. Workflow proyek

22
BAB II Kajian Geologi

II.1 Pendahuluan

Kajian geologi bertujuan untuk memberikan gambaran awal terutama kondisi


geologi permukaan yang meliputi lineament, geomorfologi, pola aliran, stratigrafi
batuan, struktur geologi dan sebaran manifestasi serta alterasi pada daerah kajian.
Analisis geologi akan memberikan gambaran terbatas atau deliniasi awal sistem
panas bumi pada daerah Cisolok–Cisukarame. Selanjutnya dari data tentatif
konseptual model geologi yang ada akan dielaborasikan dengan data geokimia dan
geofisika untuk memberikan gambaran sistem panas bumi bawah permukaan yang
lebih baik.

II.2 Analisis Remote Sensing (NDVI)

Gambar II. 1 Peta NDVI WKP Cisolok-Cisukarame.


Berdasarkan analisis NDVI pada WKP Cisolok – Cisukarame didominasi
oleh warna hijau yang menunjukkan vegetasi sekitra area sehat karena pada WKP
ini sebagian merupan taman nasional. Namun setempat pada area manifestasi
Cisolok maupun Cisukarame didapati anomali vegetasi dengan nilai indeks –0.3
berwarna merah. Hal tersebut mengindikasikan adanya aktifitas termal yang
mempengaruhi kesehatan / kehidupan vegetasi di area tersebut tidak baik. Anomali
efek awan pada bagian NE WKP terdeteksi menunjukkan warna kuning – merah
yang sama dengan nilai indeks vegetation stress.

23
II.3 Analisis Remote Sensing (LST)

Pada analisis Land Surface Temperature (LST) di area Cisolok maupun Cisukarame
menunjukkan indeks suhu >50°C. Hal ini terkonfirmasi oleh manifestasi yang
muncul didominasi mata air panas dengan suhu 98 - 99°C. Kemudian temperatur
permukaan di sekitar Teluk Pelabuhan Ratu, pemukiman dan sepanjang garis pantai
relatif hangat dan hal tesebut sangat wajar karena aktifitas penduduk dan bukaan
lahan. Efek awan terkonfirmasi berwarna buru pada NE WKP.

Gambar II. 2 Peta LST WKP Cisolok-Cisukarame.

24
II.4 Analisis Peta Geologi

Gambar II. 3 Peta geologi WKP Cisolok-Cisukarame (modifikasi PLN).


Berdasarkan peta geologi yang sudah dimodifikasi dari PLN, WKP
Cisolok-Cisukarame pada area sekitar manifestasi Cisolok disusun oleh batuan
berumur Tersier berupa sedimen batugamping, batupasir, konglomerat dan dolomit.
Setempat didapatkan intrusi dasit, lava andesit, lava basalt, batuan piroklastika
breksi tuf dan ignimbrit. Pada area manifestasi Cisukarame disusun oleh batuan
berumur Kuarter didominasi oleh batuan vulkanik berupa lava andesit basaltik,
basalt, breksi vulkanik, endapan aluvium dan tepian laut.

Struktur geologi yang berkembang berupa pola kelurusan yang relatif


berarah Timur Laut – Barat Daya dan Barat Laut – Tenggara. Interpretasi awal
merupakan pola patahan pada WKP Cisolok-Cisukarame. Struktur geologi
memotong batuan berumur kuarter menandakan adanya pengaruh subduksi aktif di

25
selatan Pulau Jawa. Terdapat sesar turun pada area manifestasi Cisolok yang
membatasi antara manifestasi dengan sumur CSL-01.

II.5 Analisis Peta Pola Pengaliran

Gambar II. 4 Peta pola pengaliran WKP Cisolok-Cisukarame.


Berdasarkan hasil analisis pola aliran WKP Cisolok - Cisukarame
didapatkan 4 jenis pola aliran yaitu dendritic, trellis, radial dan rectangular. Pola
aliran dendritic secara umum dikontrol oleh resistensi batuan menengah – rendah
pada WKP yang berupa breksi tuf dan breksi vulkanik. Sedangkan pola aliran trellis
lebih dikontrol oleh struktur geologi berupa patahan sehingga memberikan
kenampakan aliran yang cenderung tegak lurus. Kemudian pola aliran rectangular
terbentuk oleh struktur geologi pada batuan koheren/batuan beku. Kenampakannya
menunjukkan percabangan sungai yang kecil-kecil sebagai efek dari rekahan yang
intens pada batuan. Pola aliran radial menunjukkan adanya morfologi vulkanik.
Memberikan kenampakan aliran sungai yang melingkar/memutar mengikuti
morfologi.

26
II.6 Analisis Peta Geomorfologi

Gambar II. 5 Peta geomorfologi WKP Cisolok-Cisukarame.


Berdasarkan analisis peta geomorfologi WKP Cisolok – Cisukarame
menunjukkan variasi morfologi yang beragam. Morfologi dengan tekstur
cenderung kasar berada pada bagian utara WKP. Hal tersebut terkonfirmasi oleh
litologi yang disusun breksi vulkanik dan lava berumur Kuarter. Kemudian tekstur
morfologi yang relatif sedang – halus ditunjukkan pada bagian selatan WKP. Pada
bagian ini disusun oleh batuan sedimen Tersier dan endapan alluvial. Selanjutnya
satuan geomorfologi dibagi menjadi 11 satuan yang meliputi: Dataran Alluvial &
Tepian Pantai (DAT), Kipas Alluvial (KA), Kerucut Vulkanik G. Tumpeng (KVT),
Tubuh G. Tumpeng (TGT), Punggungan Breksi Vulkanik (PBV), Punggungan
Lava Halimun (PLH), Punggungan Vulkanik Tersier (PVT), Punggungan Lava
Talaga (PLT), Punggungan Breksi Kuarter (PBK), Perbukitan Sedimen Tersier
(PST), dan Perbukitan Struktural Buriwangi (PSB).

Manifestasi pada area Cisolok muncul pada batas satuan geomorfologi


Punggungan Vulkanik Tersier (PVT) dengan Dataran Alluvial & Tepian Pantai
(DAT) dan pada area Cisukarame muncul pada batas satuan Punggungan Lava
Halimun (PLH) dengan Punggungan Breksi Vulkanik (PBV).Pada batas area
tersebut merupakan struktur patahan yang berarah NNE.

27
II.7 Analisis Manifestasi dan Alterasi

Gambar II. 6 Peta sebaran zona alterasi WKP Cisolok-Cisukarame.


Berdasarkan pemetaan manifestasi dan zona alterasi yang sudah dilakukan
team PLN pada area Cisolok manifestasi mincul sepanjang sesar Cisolok berarah
NNE. Sesar tersebut diinterpretasikan sebagai zona permeabel. Pada area tersebut
terdapat zona alterasi calcareous sinter sebagai akibat kontak fluida termal dengan
batu gamping Tersier melarutkan mineral karbonat sehingga terjadi pengendapan
mineral tersebut. Zona berwarna merah alterasi intermediet (kaolinite) bersifat
asam muncul mendoninasi area Cisolok. Zona ini diinterpretasikan sebagai relik
karena terbentuk terlebih dahulu. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya
manifestasi saat ini yang memiliki pH netral (7-8). Pada area sekitar manifestasi
Cisolok juga didapatkan zona alterasi lemah bersifat near netral-netral dengan
ditandai warna biru. Dilihat dari intensitasnya yang lemah kemungkinan zona
alterasi ini muncul sebagai efek aktifitas fluida termal saat ini.

Pada area Cisukarame manifestasi muncul sepanjang sungai berarah N – S


pada bagian lembahan. Manifestasi berupa fumarola dan didominasi oleh boiling
spring (99 deg C) dengan pH netral (7 – 8). Kemunculan manifestasi dominan
berada di segmen bagian barat. Berdasarkan peta geologi segmen tersebut

28
merupakan litologi lava dan diperkiran manifestasi muncul karena adanya rekahan
yang intens sebagai akibat dari struktur geologi yang berkembang di area tersebut.
Jika dilihat dari bentukan beberapa zona alterasi yang memanjang berarah NE –
SW menunjukkan kontrol utama kemunculannya adalah sesar / rekahan.
Selanjutnya pada bagian utara area Cisukarame terdapat blok hitam besar zona
teralterasi kuat pH bersifat netral dengan bentuk mengikuti morfologi / kontur.

II.8 Konseptual Model Geologi Tentatif

Gambar II. 7 Konseptual model geologi tentatif WKP Cisolok-Cisukarame.


Pada WKP Cisolok – Cisukarame dibagi menjadi 2 area prospek panas bumi
yaitu Prospek Cisolok dan Prospek Cisukarame. Kedia prospek tersebut dibatasi
oleh sebuah patahan impermeabel relatif berarah NNW – SSE. Zona recharge
berasal dari elevasi yang lebih tinggi yaitu NE WKP ini mengarah ke Gunung
Halimun dan zona discharge akan mengikuti elevasi yang lebih rendah mengarah
ke SW. Berdasarkan sayatan geologi yang sudah dibuat pada prospek Cisukarame
memiliki cakupan yang lebih luas dibandungkan dengan prospek Cisolok.
Kemudian dengan munculnya manifestasi boiling spring pH netral diperkirakan
pada area ini memiliki indikasi prospek yang baik dan perlu dilakukan kajian lebih
detil lagi. Untuk fluida geotermal yang dihasilkan kemungkinan akan membawa
mineral kalsit karena berkaitan erat dengan batugamping Tersier yang mengalasi
area WKP Cisolok – Cisukarame.

29
II.9 Kesimpulan Kajian Geologi

Berdasarkan kajian remote sensing yang sudah dilakukan WKP Cisolok –


Cisukarame terindikasi memiliki anomali temperatur permukaan >45°C (LST) dan
anomali NDVI –0.3 - 0.3 yang menandakan adanya vegetation stress kemungkinan
oleh aktifitas termal manifestasi. Merujuk pada modifikasi peta geologi PLN pada
area Cisolok manifestasi muncul pada batuan sedimen tersier (batugamping) dan
komplek batuan acidic (granodiorit). Sedangkan pada area Cisukarame manifestasi
muncul pada sungai diantara satuan lava dan breksi membentuk morfologi
lembahan. Lineament struktur geologi yang berkembang relatif berarah NW – SE
dan NE – SW. Hal tersebut sesuai dengan pola tegasan utama kompresi U – S pulau
Jawa. Geomorfologi pada bagian utara WKP didominasi oleh morfologi bertekstur
kasar dengan punggungan yang tersusun oleh litologi breksi dan lava. Sedangkan
morfologi bagian selatan relatif teksturnya lebih halus karena tersusun oleh endapan
alluvial dan batuan sedimen berumur Tersier. Sebaran zona alterasi pada area
Cisolok memiliki pH asam – alkaline. Manifestasi pH netral muncul sepanjang
sungai yang dibentuk oleh sesar Cisolok. Pada area Cisukarame Manifestasi muncul
sepanjang lembah yang diinterpretasikan terbentuk oleh sesar berarah U – S. Zona
alterasi dominan muncul pada segmen bagian barat zona sesar tersebut.
Berdasarkan konseptual model geologi tentatif tidak dapat ditentukan keberadaan
heat source maupun reservoir. Namun perkiraan area recharge berasal dari
morfologi yang lebih tinggi yaitu dari arah NE WKP.

30
BAB III Kajian Geokimia

III.1 Pendahuluan

Kajian geokimia bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia yang dimiliki oleh
manifestasi termal baik dari hot springs maupun fumarole. Karakteristik kimia yang
diperoleh dari manifestasi termal dipermukaan dapat merepresentasikan kondisi
fluida di dalam reservoir. Selain itu, melalui karakteristik kimia manifestasi termal,
dalapt diketahui asal dan tipe fluida di reservoir, perkiraan atau estimasi
temperature reservoir menggunakan geotermometer kimia air, dan perkiraan jumlah
reservoir menggunakan rasio kandungan kimia manifestasi.

III.2 Analisis Kimia Air

III.2.1 Data Manifestasi Air

Gambar III.1 Peta elevasi dan keberadaan manifestasi lapangan panas bumi
Cisolok-Cisukarame
Analisis kimia air didasarkan pada jumlah konsentrasi kimia yang terlarut dalam
fluida manifestasi termal hot springs. Keberadaan manifestasi di lapangan panas
bumi Cisolok-Cisukarame terkonsentrasi menjadi 2 daerah. Manifestasi Cisolok
didominasi oleh mata air panas dan adanya spouting springs sedangkan manifestasi
Cisukarame didominasi oleh mata air panas, steaming ground, dan fumarole
(Gambar III.1).

31
III.2.2 Kandungan Kimia

Berdasarkan hasil analisis kimia air dari manifestasi termal hot springs di
daerah Lumut Balai, kandungan kimia yang terukur ialah Na, K, Ca, Mg, Li, NH 4,
Cl, HCO3, SO4, F, B, SiO2, Al, Cs, dan Br. Kandungan kimia Na, K, Ca, Mg, Li,
dan Al bertindak sebagai kation dalam larutan, sedangkan Cl, HCO 3, SO4, F, dan
Br bertindak sebagai anion dalam larutan. Adapun NH4, B, dan SiO2 yang
merupakan unsur netral dalam fluida. Berdasarkan nilai dari nilai kation dan anion
dari setiap manifestasi termal, diperoleh bahwa ion balance berberada pada angka
< ±5%. Nilai ini cukup representatif untuk memberikan gambaran bahwa sampel
manifestasi diambil pada keadaan equilibrium dapat dilakukan analisis lanjutan.
(Gambar III.2 dan Gambar III.3

III.2.2.1 pH

Manifestasi yang ditemukan di lapangan memiliki pH dikisaran 6.83-8.84.


Hal ini menunjukkan manifestasi dalam kondisi netral di permukaan. Besaran pH
pada reservoir akan memiliki pH diantara 5-6 sebagai akibat temperatur tinggi
reservoir. Semakin tinggi temperatur fluida, maka tingkat pH netralnya akan
semakin bergeser ke rendah. Pada kasus lapangan ini, terdapat indikasi adanya
percampuran antara air yang berasal dari reservoir dengan air dekat permukaan atau
adanya kontak dengan batuan sehingga membentuk nilai pH yang lebih tinggi dari
yang berada di reservoir.

III.2.2.2 Na (Natrium) dan K (Kalium)

Nilai Na dan K dikontrol oleh temperatur fluida. Unsur Na merupakan


kation utama dalam fluida reservoir dengan kisaran konsentrasi sekitar 200 – 2000
mg/kg. Sedangkan unsur K memiliki konsentrasi sebesar sepersepuluh dari unsur
Na atau sekitar 20 – 200 mg/kg. Pada sampel manifestasi termal yang diperoleh,
nilai Na bekisar pada 8,25 hingga 455 mg/kg sedangkan nilai K berkisar dari 0.12-
34.93 mg/kg.

III.2.2.3 Ca (kalsium)

Konsentrasi Ca yang terkandung dalam fluida bertemperatur tinggi berkisar <~50


mg/kg, tetapi dapat meningkat karena pengaruh pengasaman dan salinitas.

32
Kemungkinan terdapat nilai yang lebih besar sebagai akibat kemungkinan
terlarutnya Ca dari CaCO3 ke fluida manifestasi. Manifestasi termal di lapangan ini
berada dikisaran 2.92-72,96 mg/kg Terbentuknya scaling Ca sangat mungkin terjadi
di lapangan ini.

III.2.2.4 Mg (Magnesium)

Pada fluida bertemperatur tinggi, jumlah konsentrasi Mg cenderung sangat rendah


(0.01– 0.1 mg/kg). Jumlah konsentrasi Mg yang tinggi pada fluida mengindikasikan
adanya proses dilusi atau pengenceran dengan air tanah. Berdasarkan data yang
diperoleh nilai konsentrasi Mg berada pada kisaran 0.1-11 mg/kg yang semakin
menguatkan kemungkinan adanya pencampuran dengan air tanah sehingga
kemungkinan nilai dari perhitungan geothermometer nantinya akan overestimate.

III.2.2.5 Cl (Klorida)

Klorida adalah zat kimia yang merepresentasikan air reservoir. Kandungan Cl pada
reservoir berada pada kisaran 100-10000 mg/kg. Besaran Cl yang berada dari
manifestasi adalah 1-621 mg/kg. Nilai ini berada pada range besaran CL reservoir.
Hal yang perlu diperhatikan adalah letak manifestasi dari Cisolok yang berada dekat
dengan pantai. Indikasi apakah manifestasi mengalami pencampuran dengan air
laut cukup mungkin terjadi. Akan tetapi berdasarkan nilai Cl, tidak ada indikasi
adanya terjadi pencampuran tersebut. Apabila terjadi pencampuran dengan air laut,
nilai Cl akan >100.000 mg/kg.

III.2.2.6 HCO3

Adapun unsur anion HCO3 yang merupakan indikator fluida reservoir hasil
kondensasi gas CO2 dalam air tanah. Konsentrasi HCO3 yang tinggi dapat
diindikasikan sebagai zona outflow dari sistem geotermal. Sampel manifestasi
menunjukkan nilai HCO3 dengan kisaran 5,1-210,5 mg/kg.

III.2.2.7 SO4

Konsentrasi SO4 dalam fluida geotermal di kedalaman yang dalam ialah rendah
(<50 mg/kg), tetapi dapat meningkat seiring meningkatnya oksidasi gas H 2S. Nilai
SO4 berada pada kisaran 0.1-279.77 mg/kg.

33
Sample type temp pH E.C. Na K Ca Mg NH4 Li Fe As HCO3 SO4 Cl F Br NO3 HS ∑ anion ∑ cation Ion balance
oC µS/cm mg/kg mg/kg %
C-01 thermal spring 35,9 8,84 322 3,18 0,00 0,15 0,02 0,01 0,00 0,003 0,001 3,10 0,16 0,04 0,01 0,00 0,01 0,00 3,28 3,33 0,70
C-20 spouting spring 96,6 8,08 1676 12,09 0,28 3,24 0,30 0,04 0,04 0,000 0,011 3,12 4,92 7,37 0,17 0,01 0,02 0,02 15,00 15,35 1.10
C-21 thermal spring 87 7,57 1780 13,15 0,29 3,33 0,33 0,04 0,04 0,000 0,008 3,21 5,63 8,33 0,18 0,01 0,00 0,00 16,78 16,81 -0,50
C-22 thermal spring 87,2 7,79 1640 11,35 0,25 3,36 0,36 0,04 0,03 0,000 0,007 3,44 4,96 6,91 0,16 0,01 0,00 0.00 14,97 14,88 -0,30
C-24 thermal spring 75,5 6,84 1604 11,14 0,28 3,64 0,37 0,07 0,03 0,001 0,005 3,54 5,12 6,65 0,17 0,02 0,04 0,02 15,14 15,12 0,00
C-25 spouting spring 95,8 7,97 1870 13,97 0,30 3,14 0,32 0,04 0,05 0,001 0,008 3,23 5,72 9,13 0,18 0,01 0,00 0,02 17,50 17,11 -1,30
C-26 spouting spring 97,4 8,03 1870 14,07 0,31 2,99 0,32 0,04 0,04 0,000 0,006 2,88 5,79 9,25 0,19 0,02 0,01 0,02 17,41 17,05 -1,10
C-27 spouting spring 100,1 7,92 1840 13,96 0,30 2,97 0,33 0,07 0,04 0,000 0,005 2,84 5,83 9,18 0,18 0,01 0,00 0,02 17,29 16,92 -1,10
C-28 spouting spring 104,2 8,15 1934 13,54 0,31 3,36 0,29 0,06 0,04 0,000 0,006 3,19 5,42 9,13 0,18 0,02 0,01 0,03 17,15 16,81 -1,00
C-29 spouting spring 99,2 8,31 1846 13,36 0,29 2,95 0,32 0,04 0,04 0,000 0,005 2,80 5,76 8,79 0,18 0,02 0,00 0,02 16,83 16,29 -1,60
C-30 spouting spring 100,7 8,35 1772 10,74 0,23 2,52 0,27 0,02 0,04 0,000 0,005 2,85 4,49 6,70 0,15 0,01 0,00 0,02 13,60 13,23 -1,40
C-31 thermal spring 72,3 8,02 1731 11,13 0,24 3,36 0,30 0,04 0,04 0,000 0,005 3,29 4,81 7,23 0,16 0,01 0,01 0,02 15,15 14,75 -1,30
C-32 spouting spring 99,9 8,26 1860 13,07 0,28 3,02 0,29 0,03 0,04 0,000 0,005 2,94 5,47 8,72 0,18 0,02 0,00 0,02 16,60 16,03 -1,70
C-34 thermal spring 86,7 8,08 1640 8,73 0,19 2,55 0,24 0,04 0,03 0,000 0,004 3,38 3,77 5,27 0,13 0,01 0,00 0,01 17,15 11,43 -3,20
C-35 thermal spring 80,6 7,47 1676 9,06 0,20 2,66 0,18 0,03 0,04 0,000 0,004 3,35 4,22 5,84 0,13 0,01 0,00 0,03 13,16 11,81 -5,40
C-36 thermal spring 69,3 7,8 1410 11,61 0,25 3,02 0,28 0,02 0,03 0,001 0,004 2,81 4,95 7,45 0,16 0,01 0,00 0,01 15,05 14,86 0,60
C-37 thermal spring 97,4 7,43 1709 9,56 0,23 2,71 0,34 0,01 0,03 0,001 0,004 3,26 4,02 5,90 0,13 0,01 0,00 0,01 12,79 12,37 -1,70
C-38 thermal spring 76,4 7,38 1557 7,80 0,20 2,62 0,42 0,05 0,03 0,000 0,002 3,54 3,60 4,71 0,12 0,01 0,01 0,02 11,68 10,83 -3,80
C-39 thermal spring 78,9 7,35 1581 9,12 0,20 2,30 0,20 0,06 0,03 0,000 0,002 3,48 4,19 5,61 0,13 0,01 0,00 0,01 16,95 17,11 0,50
C-40 thermal spring 82,9 7,12 1810 13,09 0,29 3,29 0,92 0,02 0,04 0,000 0,004 3,04 5,78 8,47 0,18 0,01 0,00 0,01 - - -

Gambar III.2 Data kimia manifestasi Air Cisolok

sample type temp pH E.C. Na K Ca Mg NH4 Li Fe As HCO3 SO4 Cl F Br NO3 HS S 0 Ion balance
oC µS/cm mg/kg mg/kg %
C-09 thermal spring 54,2 6,92 825 5,83 0,26 1,25 0,15 0,01 0,08 0,002 0,040 1,67 1,18 4,52 0,04 0,01 0,02 0,00 7,33 7,47 0,90
C-11 boiling spring 99,4 7,71 1925 14,53 0,64 2,41 0,08 0,00 0,20 0,001 0,066 3,16 2,67 12,01 0,10 0,01 0,02 0,00 17,22 17,12 -0,30
C-12 boiling spring 97,7 8,13 2050 17,99 0,78 1,11 0,03 0,01 0,26 0,000 0,113 1,91 3,41 15,63 0,12 0,02 0,04 0,00 20,27 19,37 -2,30
C-13 boiling spring 98,7 8,15 2230 17,79 0,70 1,56 0,04 0,00 0,22 0,000 0,099 2,35 3,32 15,26 0,12 0,02 0,04 0,00 20,23 19,47 -1,90
C-14 boiling spring 99,6 8,09 2420 19,94 0,82 1,12 0,01 0,00 0,25 0,000 0,090 1,74 3,74 17,52 0,13 0,02 0,00 0,00 22,19 21,22 -2,20
C-15 boiling spring 98,9 8,2 2200 15,87 0,71 1,55 0,06 0,01 0,23 0,000 0,088 2,14 2,98 13,53 0,11 0,01 0,02 0,00 18,02 17,00 -1,00
C-16 boiling spring 99 8,08 2700 19,82 0,89 0,98 0,01 0,00 0,29 0,000 0,109 1,84 3,69 17,36 0,13 0,02 0,02 0,00 22,11 21,09 -2,40
C-17 thermal spring 53,6 6,83 765 3,66 0,20 3,14 0,35 0,00 0,04 0,000 0,029 3,12 1,70 2,49 0,02 0,00 0,00 0,00 7,23 7,28 0,40
C-19 boiling pool 98,7 7,02 94 0,36 0,21 0,35 0,09 0,01 0,00 0,001 0,010 0,34 0,70 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 1,04 0,97 -3,50

Gambar III.3 Data kimia manifestasi Air Cisukarame

34
III.2.3 Rasio Kimia Air

Manifesatasi yang ditemukan pada daerah Cisolok dan Cisukarame memiliki jenis
dan kandungan kimia yang berbeda. Indikasi bahwa dua daerah ini memiliki sistem
yang berbeda satu dengan yang lain dapat dibuktikan dengan beberapa
perbandingan kandungan kimia.

Tabel III.I Rasio Kimia Manifestasi Cisolok

Cl/B B/Li Cl/Mg Ca/Mg


C-01 5,4 7,6 6,38 13,81
C-20 90,0 11,7 70,90 17,63
C-21 103,8 10,6 73,39 16,58
C-22 90,4 12,4 56,38 15,52
C-24 90,8 11,5 52,09 16,12
C-25 97,8 10,4 84,05 16,32
C-26 103,6 11,6 84,85 15,50
C-27 105,1 10,6 82,11 15,00
C-28 100,4 10,9 93,16 19,37
C-29 107,1 10,2 80,54 15,26
C-30 77,3 12,2 71,96 15,28
C-31 94,8 11,1 71,08 18,66
C-32 102,2 10,7 88,98 17,42
C-34 72,9 10,8 64,11 17,55
C-35 84,5 10,0 96,17 24,74
C-36 123,6 10,8 79,02 18,10
C-37 75,2 11,7 50,30 13,08
C-38 71,0 12,1 32,87 10,32
C-39 97,2 10,9 83,00 19,27
C-40 116,9 9,7 26,73 5,88
Tabel III.II Rasio kimia manifestasi Cisukarame

Cl/B B/Li Cl/Mg Ca/Mg


C-09 20,0 13,6 90,23 14,11
C-11 20,8 15,0 416,53 47,14
C-12 19,1 16,1 1363,59 54,87
C-13 19,6 18,1 1128,04 65,22
C-14 20,5 17,2 5413,64 195,45
C-15 19,2 15,8 686,57 44,48
C-16 19,6 15,7 5903,00 188,00
C-17 20,7 14,4 21,00 15,00
C-19 4,3 56,0 1,18 6,62
Berdasarkan Tabel III.I dan Tabel III.II, rasio Cl/B manifestasi Cisolok dan
Cisukarame memiliki nilai yang cenderung berbeda. Cl./B pada manifestasi

35
Cisukarame pada kisaran 20 sedangkan pada manifestasi Cisolok berada dikisaran
>70. Hal ini cukup untuk mengidentifikasikan bahwa fluida manifestasi yang
muncul berasal dari dua reservoir yang berbeda.

III.2.4 Ion Balance (kesetimbangan ion)

Kesetimbangan ion dapat disebut juga sebagai kesetimbangan muatan yang


dimiliki oleh suatu larutan. Kesetimbangan ion digunakan untuk mengecek
keakuratan terhadap analisis kimia fluida terutama terhadap jenis unsur kimia
bermuatan utama, seperti Na, K, Cl, SO4, dan HCO3. Hal ini tidak berlaku untuk
unsur kimia tidak bermuatan, seperti NH4, SiO2, dan B. Kesetimbangan ion juga
kurang begitu sensitif atau baik dalam mengidentifikasi keakuratan unsur trace atau
minor dari suatu larutan.

Perhitungan kesetimbangan ion dilakukan dengan mengkonversi terlebih


dahulu satuan dari setiap konsentrasi unsur yang biasa dinyatakan dalam ppm atau
mg/kg kedalam satuan meq. Setelah dalam bentuk satuan meq, maka
kesetimbangan ion dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut:

(∑ 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − ∑ 𝑎𝑛𝑖𝑜𝑛)
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑜𝑛 (𝐼𝐵) =
(∑ 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 + ∑ 𝑎𝑛𝑖𝑜𝑛)

Hasil perhitungan kesetimbangan ion akan bervariasi, tetapi kesetimbangan ion


dianggap baik atau valid jika nilainya tidak melebihi 5% atau dalam kisaran dari -
5% hingga 5%. Manifestasi termal yang disampel memiliki ion balance ±5% dan
sampel dengan range tersebut dapat dilakukan analisis (Gambar III.2 dan Gambar
III.3). Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kesetimbangan ion ialah
faktor teknis (cara sampling dan analisisnya), non teknis (pengaruh hujan dan lain
sebagainya), dan lingkungan atau komposisi batuan di sekitarnya (teralterasi atau
tidak).

III.2.5 Tipe Air (Diagram Cl-SO4-HCO3)

Pada dasarnya tipe fluida yang terkandung dalam reservoir temperatur tinggi ialah
fluida yang memiliki pH mendekati netral dan mengandung klorida yang dominan.
Diagram Cl-SO4-HCO3 merupakan diagram yang sering digunakan untuk
menginterpretasi tipe fluida manifestasi air termal di permukaan.

36
Gambar III.4 Hasil plot diagram ternary manifestasi Cisolok (kiri) dan
Cisukarame (kanan)
Berdasarkan Gambar III.4 dapat dilihat bahwa manifestasi Cisolok dan Cisukarame
memiliki trend yang berbeda. Untuk manifestasi Cisolok manifestasi terplot pada
bagian tengah dari diagram ternary. Indikasi rasio dari Cl, SO 4, dan HCO3 berada
pada nilai yang sama. Secara teori, jika manifestasi ditemukan pada temperatur
boiling dan dengan debit yang besar, dapat diindikasikan berasal dari reservoir yang
kaya akan Cl. Namun dari plot yang diperoleh nilai dari Cl sebanding dengan SO 4
dan HCO3. Nilai HCO3 yang tinggi ini kemungkinan besar diperoleh sebagai akibat
dari kontak dengan batuan litologi yaitu gamping karbonat. Manifestasi
Cisukarame terplot pada bagian mature water. Nilai dari HCO3 yang terdapat di
Cisukarame lebih kecil perbandingannya dengan jumlah Cl manifestasi. Namun
demikian, tipe air reservoir yang berada di daerah Cisukarame lebih cenderung
menunjukkan bahwa reservoirnya adalah air klorida. Gambar lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

III.2.6 Analisis Fluida Reservoir (Cl-Li-B)

Rasio dari jumlah Cl, Li, dan B dapat menunjukkan delineasi reservoir. Diagram
yang menunjukkan kluster rasio yang berbeda akan memberikan informasi bahwa
terdapat dua sistem yang berbeda. Lampiran 3 dan Lampiran 4 memberikan
gambaran tentang sistem panas bumi area Cisolok dan Cisukarame yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan bahwa fluida berasal dari dua tempat yang berbeda dengan
kata lain dari reservoir yang berbeda.

37
III.2.7 Geothermometer Air (Diagram Na-K-Mg)

Geotermometer air merupakan salah satu metode yang digunakan untuk


memperkirakan temperatur reservoir dari suatu sistem panas bumi. Metode ini
diterapkan berdasarkan kelarutan mineral silika dan reaksi kimia (Na-K, Na-K-Ca,
dan lain sebagainya) dalam larutan. Akan tetapi, perkiraan temperatur reservoir
menggunakan geotermometer air kurang begitu merepresentasi di daerah Lumut
Balai. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik kimia yang dimiliki oleh fluida
manifestasi air termal menunjukkan kondisi tidak setimbang.

Gambar III.5 Plot Diagram Na-K-Mg Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan
Manifestasi Cisolok berada pada bagian immature water (Gambar III.5) sehingga
akan mendapatkan nilai overestimate pada pengukuran geothermometer. Namun
jika dikesampingkan nilai Mg, dan diproyeksikan maka temperaturnya berada pada
o
140-165 C. Lain halnya dengan manifestasi Cisukarame yang beberapa
manifestasinya menunjukkan kondisi partial equilibrium dan dapat memberikan
temperatur 200oC.

38
Gambar III.6 Hubungan antara K-Na-Mg dalam rasio untuk menghitung
geothermomoter Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan
Gambar III.6 memberikan konfirmasi besaran geothermometer hasil perhitungan.
Beberapa nilai yang out of range contohnya adalah sampel C-19 yang memiliki
overestimate hingga lebih dari 300oC. Hal ini disebabkan oleh jumlah Mg yang
tinggi dan Na yang kecil. Manifestasi ini terplot di daerah yang mendekati penciri
limestone/gamping dan diinterpretasikan sebagai akibat dari kontak antara fluida
dan batuan sekitar yang melarutkan mineral batuannya. Gambar yang lebih jelas
dapat dilihat di Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7, dan Lampiran 8.

III.2.8 Isotop

Analisis isotop pada suatu sistem panas bumi merupakan studi yang sangat penting
karena dapat memberikan informasi mengenai asal mula fluida panas bumi dan
18
proses-proses yang mempengaruhinya. Data isotop O dan 2H yang digunakan
adalah data dari PT. PLN. Adanya pergeseran isotop oksigen dipengaruhi oleh
komposisi air meteorik, jenis batuan (litologi), mineralogi batuan, permeabilitas
dan porositas, umur sistem panas bumi, temperatur reservoir dan luas permukaan
batuan yang memungkinkan terjadinya reaksi. Adanya interaksi antara fluida panas
bumi dengan batuan menyebabkan fluida panas bumi mengalami pengkayaan
isotop 18O sementara kandungan 2H relatif tetap.

39
Gambar III.7 Plot isotop lapangan Cisolok (kiri) dan Cisukarame (kanan)
Plot isotop manifestasi berada di daerah meteoric trend line yang menunjukkan
bahwa fluida ini berasal dari air meteorik. Tidak terdapat indikasi adanya air
magmatik yang ditunjukkan dari plot isotop (Gambar III.7). Gambar yang lebih
jelas dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

III.3 Analisis Kimia Gas

Data kimia gas manifestasi yang diambil hanya berasal dari manifestasi Cisukarame
dengan nilai data yang diberikan dari PT.PLN. Manifestasi yang disampel adalah
manifesatasi fumaroles dan steaming ground. Rincian dari kimia gas manifestasi
dapat dilihat pada Tabel III.III. Dari data manfestasi gas yang diberikan didapati
bahwa nilai dari H2O yang terbentuk berada pada kisaran nilai yang sama.
Kandungan Argon berada pada kisaran 7-18 µmol/mol. N2 berada pada kisaran 184-
431 µmol/mol

40
Gambar III.8 Plot N2-He-Ar sampel manifestasi gas Cisukarame.
Jika dilakukan perbandingan antara kandungan N2 dan Ar dapat dilihat
hubungan antara adanya pengaruh magmatik kepada manifestasi gas. Ternyata
setelah dilakukan perhitungan dan plot diagram ternary N2-He-Ar diperoleh bahwa
perbandingan antara Nitrogen dan Argon mendekati 38 dengan indikasi bahwa
sumber dari manifestasi gas tersebut adalah dari meteorik dan tidak terdapat
indikasi magmatik (

Gambar III.8).

Tabel III.III Data kimia gas manifestasi Cisukarame

Sample G19A G19B G16A G16B G99A

H20 996978 996798 995514 991431 995944

C02 2810 2724 4188 8177 3815

H2S 11.06 7.72 7.11 14.93 7.35

N2 184.6 431.8 268.6 348.7 212.7

Ar 7.63 18.71 9.62 14.52 11.33

41
Sample G19A G19B G16A G16B G99A

CH4 6.17 18.04 10.56 11.64 8.06

H2 1.04 1.53 1.03 0.92 0.63

CO 0.0011 0.0025 0.0017 (0.0017) 0.0007

Fumarole/ Fumarole/ Fumarole/


Jenis Steaming ground Boiling pool
boiling pool boiling pool boiling pool

Temperature 99.5 99.1 99.4 99.0 99.3

18O -10.05 -10.23 -10.17 -10.00 -9.85

D -56.8 -57.6 -57.6 -56.3 -54.9

Setelah dilakukan analisis tentang N2 dan Ar didapati kesimpulan bahwa data


manifestasi gas yang diperoleh tidak berada di fasa equilibrium (Gambar III.9)

Gambar III.9 Plot Log CO2/Ar terhadap log H2/Ar

42
III.4 Konseptual Model Tentatif Geokimia

Berdasarkan data yang diperoleh, manifestasai Cisolok dan Cisukarame


menunjukkan adanya dua sumber yang berbeda. Sistem ini diasumsikan keluar dari
zona rekahan yang berada tempat di bawah manifestasi dikarenakan jumlah
debitnya yang tinggi, sehingga asumsi adanya zona lemah sebagai jalan alir massa
fluida.

Gambar III.10 Model konseptual Tentatif Geokimia lapangan Cisolok Cisukarame

Gambar III.10 memberikan gambaran bahwa adanya barrier yang membatasi kedua
sistem tersebut yang perlu dikonfirmasi lebih lanjut menggunakan metode
geofisika.

III.5 Sistem Panas Bumi Berdasarkan Geokimia

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa daerah upflow pada lapangan panas
bumi Cisolok dan Cisukarame berada tepat di daerah manifestasi termal yang
keluar. Aliran fluida dari arah Gunung Halimun Salak menjadi sumber air meteorik
yang mengisi reservoir dan kemudian keluar melalui manifestasi. Terdapat indikasi

43
manifestasi C-01 yang berada di utara manifestasi Cisolok merupakan daerah
outflow dari Cisolok. Perlu adanya konfirmasi metode geofisika lanjut untuk
mengetahuinya. Peta sederhana sistem aliran fluida dan sistem panas bumi lapangan
Cisolok-Cisukarame digambarkan pada Gambar III.11.

Gambar III.11 Sistem panas bumi berdasarkan kajian geokimia


III.6 Kesimpulan Kajian Geokimia

Dari kajian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan. Sistem panas
bumi Cisolok dan Cisukarame adalah dua sistem berbeda dengan sumber fluida
reservoir yang berbeda. Tipe fluida pada lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame
adalah air klorida dengan pH netral. Berdasarkan geothermometer, reservoir
geothermal yang berada di Cisolok bertemperatur 160oC, sedangkan di Cisukarame
bertemperatur 200oC. Zona upflow pada lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame
berada di daerah keluaran manifestasi termal. Kandungan Ca yang tinggi dapat
memicu terjadinya potensi scaling saat pengembangan.

44
BAB IV Kajian Geofisika

IV.1 Pendahuluan

Salah satu metode eksplorasi utama yang digunakan dalam eksplorasi panas
bumi adalah metode geofisika. Tujuan dari eksplorasi menggunakan metode
geofisika adalah untuk membantu memberikan geometri bawah permukaan dari
sistem panas bumi. Metode geofisika yang digunakan dalam studi kali ini adalah
metode gaya berat (gravity) dan metode magnetotellurik (MT). Kedua metode ini
kemudian diintegrasikan dengan data survey geologi dan geokimia untuk
mendapatkan gambaran bawah permukaan yang representatif.

Lapangan Cisolok-Cisukarame sudah melakukan eksplorasi sejak tahun


1980an dan kemudian data survey geofisika yang digunakan dilengkapi di ekplorasi
lanjutan. Adapun data yang diberikan adalah dalam bentuk raw data Complete
Bouger Anomaly metode gaya berat dan section MT dalam bentuk .jpg. Untuk
metode gaya berat pengolahan data sekunder yang diberikan masih dapat dilakukan
quality control dan processing sedangkan untuk data MT diasumsikan telah valid
pengolahannya oleh pengambil dan pengolah data terkait.

IV.2 Metode Gaya Berat

Metode gaya berat adalah metode yang mengidentifikasi nilai dari percepatan
gravitasi dalam satu titik observasi di permukaan bumi. Nilai percepatan gravitasi
disetiap ketinggian di permukaan bumi tidaklah sama dikarenakan adanya pengaruh
perbedaan massa di bawah permukaan. Jika pada titik geoid rata-rata percepatan
gravitasi adalah 9,80665 m/s2 maka jika ada anomali di bawah permukaan dengan
massa yang lebih besar maka akan teridentifikasikan nilai percepatan gravitasi yang
lebih besar dan sebaliknya.

Metode ini dapat mengidentifikasi perbedaan percepatan gravitasi yang


merepresentasikan adanya perbedaan litologi ataupun struktur yang terdapat di
daerah survei. Satuan unit yang digunakan pada survei ini adalah dalam milligal
(mgal) sehingga memberikan tingkat ketelitian yang lebih tinggi. Nilai anomali
yang terbentuk adalah dalam bentuk anomali regional dan anomali residual.
Anomali regional berasal dari bawah permukaan yang dalam, sedangkan anomali

45
residual adalah anomali yang berasal dari daerah dangkal (untuk survei kali ini
adalah 1.3 km).

IV.2.1 Data

Rincian survei gaya berat lapangan Cisolok-Cisukarame tertuang dalam


Tabel IV.I. Tabel ini memberikan informasi gambaran kualitas data yang diperoleh
saat pengukuran. Alat yang digunakan adalah LaCoste-Romberg yang sudah
berumur tua sehingga dapat diprediksi bahwa anomali residual yang dapat dideteksi
akan dangkal dan terbukti bahwa penetrasi dari anomali dangkalnya adalah hanya
1.3 km.

Tabel IV.I Rincian survei gaya berat

Alat LaCoste-Romberg G804 gravimeter

Stasiun ikat Lagusa Villas Hotel

(6°.95805 S, 106°.4751 E, elevasi 48 m), g=977976.398


mGal

Total Waktu
20 Hari
Akusisi Data

GPS Support Trimble 4600

Adapun desain akusisi yang dilakukan pada survei gaya berat yang
dilakukan pada daerah Cisolok-Cisukarame telihat pada Gambar IV.1 dengan
jumlah titik observasi adalah 74 titik. Titik observasi terfokus pada daerah
Cisukarame dengan jumlah titik yang lebih banyak, sedangkan titik obeservasi di
Cisolok hanya berada di sekitar manifestasi.

46
Gambar IV.1 Desain akusisi survei gaya berat lapangan Cisolok-Cisukarame
IV.2.2 Data Quality Control

Data yang diberikan adalah dalam bentuk raw data dengan hanya memberikan nilai
CBA yang telah dikoreksi sebelumnya. Koreksi data yang dilakukan adalah

1. Drift Correction
2. FAc
3. Bouguer Correction
4. Topographic Correction

Berdasarkan Gambar IV.2 nilai dari Drift Error adalah sebesar 0.01 mGal/hari
meskipun terdapat beberapa hari yang menunjukkan tingkat kelelahan alat yang
tinggi. Rata-rata unutk Vertical Elevation error adalah sebesar ±2,7 cm. Kualitas
data yang diberikan diasumsikan baik dan representatif terhadap gambaran bawah
permukaan lapangan Cisolok-Cisukarame.

47
Gambar IV.2 Plot drift (simpangan) dari pengukuran per hari pada survei gaya
berat (atas) dan distribusi error topografi dari GPS (bawah)
IV.2.3 Data Processing

Pemisahan anomali regional dan residual metode gaya berat menggunakan


FFT. Hasil pemisahan (Gambar IV.3) memberikan informasi penetrasi kedalaman
yang dapat dideteksi oleh metode gaya berat. Kemudian dari hasil ini, dilakukan
grid data untuk memperoleh peta anomali.

48
Gambar IV.3 Hasil pemisahan anomali regional dan residual
Gambar IV.4 memberikan gambaran hasil grid data anomali regional
lapangan Cisolok-Cisukarame dengan metode minimum curvature. Dari gambar ini
dapat diperoleh gambaran bahwa nilai percepatan gravitasi di bagian Cisolok lebih
tinggi dari pada Cisukarame. Peta anomali regional ini tidak dapat memberikan
gambaran geologi secara menyeluruh mengingat titik observasi yang tidak luas dan
tidak mencakup semua litologi yang telah digambarkan pada kajian geologi

Gambar IV.5 memberikan gambaran hasil grid data anomali residual


lapangan Cisolok-Cisukarame. Secara garis besar dapat diperhatikan bahwa adanya
daerah anomali percepatan gravitasi rendah yang berada di daerah Cisukarame
terutama pada bagian punggungan bukit terisolasi (BT). Hal ini dapat memperkuat
dugaan bahwa manifestasi yang berada di Cisukarame berasosiasi dengan anomali
gaya berat rendah yang berada bagian utara (warna biru). Untuk manifestasi yang
berada di Cisolok dapat dilihat adanya korelasi dengan perbedaan nilai anomali
gaya berat yang berada di dekat manifestasi. Untuk memberikan gambaran yang
lebih detail tentang hubungan struktur permukaan dengan data gaya berat dilakukan
pengalohan data First Horizontal Derivative (FHD) untuk data anomali regional
dan residual.

49
Gambar IV.4 Peta Anomali Regional lapangan Cisolok-Cisukarame

Gambar IV.5 Peta anomali residual lapangan Cisolok-Cisukarame


FHD memberikan gambaran delineasi struktur pada permukaan yang cukup
saling mengkonfirmasi satu sama lain terutama pada bagian Cisukarame yang
perbedaan nilai percepatan gravitasinya sangat tinggi (memberikan konfirmasi
adanya struktur) terlihat pada Gambar IV.6 dan Gambar IV.7.

50
Gambar IV.6 FHD dari data anomali regional

Gambar IV.7 FHD dari data anomali residual

51
IV.2.4 Model 3D Gaya Berat

Untuk memberikan gambaran kedalaman dari struktur yang berada pada lapangan
Cisolok-Cisukarame, dilakukan pemodelan inversi 3D lapangan Cisolok-
Cisukarame. Input dari model 3D yang yang akan dibangun adalah data anomali
residual (Gambar IV.8) dengan kedalaman model adalah 2.2 km.

a b

c
Gambar IV.8 (a) hasil pengolahan data anomali residual, (b) input data anomali
residual, (c) initial model 3D inversi

Gambar IV.9 Hasil pemodelan 3D data anomali residual

52
Berdasarkan model yang diperoleh pada Gambar IV.9 memberikan informasi
perbedaan nilai percepatan gravitasi yang kemudian memberikan informasi posisi
dan kedalaman struktur.

Gambar IV.10 terlihat bahwa letak manifestasi berasosiasi dengan struktur yang
berkembang di bawah permukaan lapangan Cisolok-Cisukarame. Terlihat pada
Section CD dan DF terdapat struktur yang berasosiasi langsung dengan reservoir
(digambarkan dengan anomali residual rendah) sehingga dapat diinterprestasikan
bahwa terdapat minimal 2 struktur yang berkembang di daerah Cisukarame. Namun
manifestasi hanya keluar disalah satu struktur saja. Hal ini diinterpretasikan sebagai
akibat dari water table yang jauh di bawah topografi daerah struktur yang tidak
keluar manifestasi.

53
Gambar IV.10 Slice Model 3D anomali residual Cisolok-Cisukarame

54
IV.3 Metode Magnetotellurik (MT)

Data MT yang diperoleh pada studi ini adalah data section hasil pengolahan
data MT. Terdapat 11 section yang diperoleh dan tersebar di seluruh titik yang
bersinggungan dengan titik pengukuran metode gaya berat (Gambar IV.11).

Gambar IV.11 Desain akusisi metode magenetolurik (MT) lapangan Cisolok-


Cisukarame
Penampang yang berarah NW-SW digambarkan pada Gambar IV.12 menunjukkan
bahwa lapisan kondutif yang berada di daerah Cisukarame bernilai <50 ohm.m dan
diinterpretasikan sebagai bentukan dari proses alterasi yang terbentuk di atas
permukaan sehingga membentuk lapisan yang memiliki resistivitas rendah. Nilai
50 ohm.m juga diambil sebagai batas bawah nilai resistivas batuan gamping yang
diidentifikasikan terdapat di bawah lapisan konduktif.

55
Gambar IV.12 Penampang 4,5,6, dan 7 memberikan gambaran lapisan konduktif
pada daerah Cisukarame

56
Gambar IV.13 Penampang 1,8,9, dan 10 memberikan gambaran lapisan konduktif
pada daerah Cisolok-Cisukarame
Gambar IV.13 memberikan gambaran penampang MT dari Cisolok hingga
Cisukarame yang dihubungkan oleh penampang MT 1A-1B. Dari penampang 1A-
1B dapat memberikan informasi keberadaan zona konduktif pada lapangan
Cisolok-Cisukarame. Penampang 1A-1B kemudian diintegrasikan dengan data

57
gaya berat untuk memberikan tentative conceptual model berdasarkan data
geofisika (Gambar IV.15). Lapisan konduktif yang menjadi batas dari daerah yang
teralterasi diinterpretasikan berada di kedalaman -50 mdpl dengan asumsi nilai
resistivitasnya adalah 50 ohm.m dengan anggapan bahwa dibawah lapisan
konduktif ini terdapat batuan gamping seperti dalam litologi (Gambar IV.14). Dapat
dilihat bahwa zona konduktif pada bagian Cisukarame cenderung mengikuti
punggungan Bukit Terisolasi (BT).

Gambar IV.14 Lapisan konduktif dengan nilai resistivitas 50 ohm.m

58
IV.4 Konseptual Model Tentatif Geofisika

Gambar IV.15 Model Konseptual Tentatif Geofisika

Berdasarkan model (Gambar IV.15) reservoir Cisukarame berada


kedalaman 1.4 km di bawah permukaan laut. Sehingga jika melakukan pengeboran
pada lapangan Cisukarame (700 mdpl) diperlukan sumur dengan kedalaman ±2.1
km.

Nilai resistivitas <50 ohm.m di delineasikan sebagai zona konduktif yang


terbentuk sebagai akibat dari zona alterasi. Alterasi akan memberikan respon
resistivitas rendah akibat dari peningkatan temperatur dan perubahan dari
mineralnya. Dari studi ini, daerah yang direkomendasikan untuk dikembangkan
adalah daerah Cisukarame dengan area reservoir yang cenderung lebih besar
ditunjukkan oleh penampang resistivitas.

59
IV.5 Sistem Panas Bumi Berdasarkan Kajian Geofisika

Gambar IV.16 Peta Sistem Panas Bumi Berdasarkan data Geofisika


Daerah upflow pada daerah Cisolok dan Cisukarame sama-sama berada tepat di
daerah manifestasi spouting spring dan fumarole (Cisukarame). Tidak terdapat
indikasi adanya heat source berupa magma yang tergambarkan dari sistem panas
bumi ini. Kontrol temperatur pada lapangan ini adalah struktur yang berarah NE-
SW.

IV.6 Kesimpulan Kajian Geofisika

Berdasarkan kajian geofisika yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan. Tidak terdapat indikasi heat source magmatik pada lapangan Cisolok-
Cisukarame. Zona resistivitas rendah yang terlihat pada penampag MT adalah zona
konduktif yang terbentuk akibat dari proses alterasi. Struktur yang berkembang di
daerah Cisolok-Cisukarame (berarah NE-SW) merupakan kontrol aliran fluida dan
temperatur lapangan Cisolok Cisukarame. Kedalaman top of reservoir yang terlihat
dipenampang MT terlihat jelas di daerah Cisukarame dengan kedalaman 1400 di
bawah permukaan laut.

60
BAB V Kajian Data Sumur Pemboran

V.1 Pendahuluan

Kajian data sumur pemboran dilakukan untuk lebih memahami struktur


bawah permukaan pada lapangan Cisolok-Cisukarame. Tujuan dari pemboran
sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya sumber daya bawah permukaan dan
juga karakteristik fluida dan batuan yang telah dilakukan sebelumnya,
menggunakan data-data dari hasil kajian geologi, geokimia dan geofisika. Data
sumur yang diperoleh dari laporan pemboran sumur oleh Pertamina. Data yang
didapatkan berupa data litologi di sekitar lubang sumur, temperature bawah
permukaan, serta data lumpur.

V.2 Data Sumur

Lokasi sumur ini berada pada koordinat 106o 27’-9.97” LS dan 6o 56’-7.09”
BT dengan elevasi permukaan  75.19 m. Waktu pengeboran sumur eksplorasi
CSL-1 dilakukan selama 127 hari, dimulai dari tanggal 1 Maret 1986 sampai 06 Juli
1986. Saat ini sumur CSL-1 berstatus under investigation/stoped drilling dan
mencapai kedalaman 1477,36 m dengan temperatur yang tercatat sebesar 95.84 oC.
Ascarya Energy Ltd melakukan analisa data sumur eksplorasi tersebut untuk
menunjang pengkajian ulang terhadap resource assessment pada WKP Cisolok-
Cisukarame.

Lokasi sumur CSL-1 disajikan pada gambar V.Sumur deleniasi ini dibor pada
Pasir Pameungkeup Kecamatan Cisolok dengan titik koordinat 106 o 27’-9.97” LS
dan 6o56’-7.09” BT dan elevasi permukaan ± 75.19 m yang diperkirakan
merupakan daerah upflow. Satu sumur deliniasi (CSL-1) telah dibor pada lokasi ini
telah dilakukan selama 127 hari dan dimulai pada tanggal 1 Maret 1986 sampai 06
Juli 1986. Saat ini sumur CSL-1 berstatus under investigation/stoped drilling. Data
sumur yang diperoleh pada tahap awal berupa data litologi di sekitar lubang sumur,
temperature bawah permukaan, serta data lumpur. Lokasi sumur CSL-1 disajikan
pada gambar V.I.

61
Well Location

Gambar V. 1 Lokasi Sumur CSL-1.


V.2.1 Gradien Temperatur

Data yang diperoleh dari pemboran sumur mencapai kedalaman 1477,36 m


dan temperatur yang tercatat sebesar 95.84oC. Hasil perhitungan gradien
temperature pada daerah Cisolok didapatkan sebesar 4.73°/100m (dapat dilihat
pada Gambar V.II), temperature gradien yang didapatkan berada diatas gradien
temperature normal yaitu sebesar 3°/100m.

Top of Reservoir (TOR) didapatkan dari data MT kajian geofisika pada


kedalaman 2200 m sebesar 116.18oC. Berdasarkan data SNI (2018) kedalaman
batas kedalaman reservoir mencapai 3000 m, sehingga didapatkan temperature
maksimum yaitu sebesar 147.3 oC. Hasil tersebut digunakan sebagai asumsi dalam
memperkirakan resource assessment pada lapangan prospek panasbumi Cisolok.

62
Temperature vs Depth
T (deg-C)
0 20 40 60 80 100
0
100
200
300
400
500
600
Depth (m)

700
800
900
1000
1100
1200
1300
y = 25.704x - 786.27
1400
R² = 0.9056
1500

Mud Temperature T Measured


Linear (T Measured) Linear (T Measured)

Gambar V. 2 Hasil pengukuran temperatur sumur pada daerah Cisolok (CSL-01).

V.2.2 Composite Log


Berdasarkan hasil pengeboran Sumur CSL-01 terkonfirmasi menembus
satuan batugamping pada kedalaman (0 – 800m) dan satuan granodiorit (800 –
1470m). Merujuk kepada peta geologi dari PLN bahwa satuan batugamping
berumur Miosen Awal sedangkan satuan granodiorit berumur Miosen Tengah –
Akhir sebagai intrusi. Pada kedalaman 300m dan 700m terdapat zona total loss
circulation dengan meningkatnya nilai ROP dan menurunnya temperatur pada
batugamping yang diinterpretasikan caving sebagai efek pelarutan. Kemudian pada
kedalaman 1.140 m terkonfirmasi ada zona partial los dengan peningkatan nilai
ROP di satuan granodiorit. Hal tersebut mengindikasikan adanya zona permeabel
kemungkinan karena efek struktur geologi yang berkembang di sekitaran sumur
CSL-01.

63
Distribusi mineral sekunder mulai muncul pada kedalaman 540 m hingga
1.450 m. Mineral klorit terkonfirmasi pada kedalaman 820 m sebagai indikasi
lingkungan pH netral. Namun perlu dilakukan kajian kembali apakah mineral
tersebut terbentuk bersamaan dengan aktifitas termal saat ini ataukah sudah
terbentuk masa lampau. Mineral epidot hingga kedalaman 1.500 m belum
ditemukan sehingga diperkirakan keberadaan Top of Reservoir masih lebih dalam
lagi.

Gambar V. 3 Data hasil pemboran sumur berdasarkan kajian litologi sumur


CSL-01.
V.3 Kesimpulan Kajian Data Sumur Pemboran

Berdasarkan hasil kajian data sumur pemboran pada wilayah cisolok dengan nama
sumur CSL-1 didapatkan temperature gradien sebesar 4°/100m. Temperature
didapatkan pada kedalaman 1477 sebesar 95.47°C. Hasil pengeboran lapangan
sumur wilayah Cicolok tidak dapat menggambarkan profil temperature dikarenakan
kurangnya kedalaman pemboran dan keterbatasan data yang didapatkan. Pada
satuan batugamping ditemukan zona total loss circulation diinterpretasikan sebagai
caving akibat proses pelarutan batugamping tersebut. Kemudian pada kedalaman
1.140 m ditemukan zona partial loss circulation. Hal tersebut diinterpretasikan
sebagai zona permeabel dan kemungkinan sebagai efek dari aktifitas patahan. Tidak

64
ditemukannya mineral epidot sebagai indikasi Top of Reservoir menunjukkan
bahwa kemungkinan reservoir masih berada lebih dalam lagi.

65
BAB VI Model Konseptual

VI.1 Pendahuluan

Model konseptual adalah representasi skema dari sistem panas bumi yang terbaik
saat ini (IGA, 2014). Selama fase eksplorasi, model konseptual sistem panas bumi
terus diperbarui saat data baru dikumpulkan. Model konseptual berisi informasi
geologi, hidrologi, dan tektonik yang cukup untuk memungkinkan perkiraan
pertama kedalaman, suhu, dan luas dari resrvoir. Tujuan model konseptual adalah
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dari sistem panas bumi. Model
konseptual didapatkan dari hasil kajian data geologi, geokimia, geofisika dan data
pengeboran sumur yang didapatkan.

VI.2 Model Konseptual Terintegrasi

Berdasarkan kajian 3G (Geologi, Geokimia, Geofisika) dan ditambah dengan data


sumur pemboran maka sistem geotermal WKP Cisolok – Cisukarame dibagi
menjadi 2 area yang dibatasi oleh patahan / sesar. Area Cisolok berada pada SW
WKP dan area Cisukarame berada pada NE WKP. Namun sumur pemboran CSL-
01 ternyata tidak menembus sistem geotermal pada WKP ini. Walaupun dekat
dengan area Cisolok namun sumur tersebut dibor pada hanging wall sesar yang
membatasi sistem geotermal (segmen timur). Area Cisukarame memiliki luasan
yang lebih besar dibandingkan dengan Cisolok. Berdasarkan data MT kemungkinan
reservoir berada pada kedalaman 1.000 - 1.500 m dibawah permukaan dengan
estimasi suhu 210°C. Zona recharge diperkirakan berada pada elevasi yang lebih
tinggi yaitu NE dari WKP. Cap rock relatif berada di permukaan dengan
ditunjukkannya low resisrivity pada data MT.

66
Gambar VI. 1 Model konseptual 3G tentatif WKP Cisolok – Cisukarame.

67
BAB VII Resource Assessment

VII.1 Pendahuluan

Penentuan klasifikasi potensi energi panas bumi mengacu pada Standard Nasional
Indonesia (SNI) 6009-2017. Potensi energi panas bumi terbagi dalam dua bagian
yaitu sumber daya (resources) dan cadangan (reserves) dengan berbagai tingkatan
yang bergantung pada parameter yang digunakan dan tingkat kepastiannya.
Penggolongan sumber daya dan cadangan menurut SNI tahun 2017 ditampilkan
dalam Gambar 7.1 (Badan Standardisasi Nasional, 2017).

Gambar VII.1Penggolongan kelas sumber daya dan cadangan menurut SNI 6009-
2017
SNI 6009-2017 menngklasifikasikan cadangan geotermal menjadi tiga kelompok,
yaitu cadangan mungkin (possible reserves), cadangan terduga (probable
reserves), dan cadangan terbukti (proven reserves). Cadangan mungkin adalah
perhitungan potensi cadangan geotermal berdasarkan hasil kajian geologi,
geokimia dan/atau sumur landaian temperatur. Cadangan mungkin adalah hasil
akhir yang didapatkan yaitu sebuah model konseptual, estimasi dimensi serta fluida
dan batuan reservoir. Cadangan terduga adalah perhitungan potensi cadangan
geotermal berdasarkan hasil kajian geologi, geokimia dan/atau sumur landaian
temperatur, serta minimal satu sumur eksplorasi untuk mengkonfirmasi model
konseptual yang telah dibuat. Cadangan terbukti adalah perhitungan potensi
cadangan geotermal berdasarkan hasil kajian geologi, geokimia dan/atau sumur
landaian temperatur, serta minimal tiga sumur eksplorasi dan satu sumur eksplorasi

68
berhasil melakukan produksi untuk memvalidasi model konseptual yang telah
dibuat.

Dalam Buku Potensi Panas Bumi (2017) diperkirakan besarnya sumber daya
spekulatif untuk WKP CIsolok-Cisukarame adalah 45 MWe. Bedasarkan data dan
hasil kajian yang telah dilakukan pada WKP Cisolok-Cisukarame, reservoir
Cisolok termasuk ke dalam kategori cadangan terduga karena terdapat data sumur
eksplorasi yaitu sumur CSL-1 yang mengkonfirmasi hasil kajian 3G yang telah
dilakukan. Sedangkan reservoir Cisukarame diklasifikasikan sebagai cadangan
mungkin.

Dalam menentukan estimasi potensi sumber daya panas bumi dibutuhkan 2


parameter fisis yaitu parameter dengan nilai variabel dan nilai tetap. Nilai variabel
adalah nilai yang ditentukan berdasarkan statistik data hasil penyelidikan di
berbagai lapangan/daerah panas bumi. Nilai variabel dapat berubah menjadi nilai
tetap jika nilainya ditentukan berdasarkan pengukuran atau penghitungan langsung
di lapangan. Berdasarkan SNI 6482:2018 terdapat 3 metode untuk menentukan
besar nilai dari estimasi cadangan panas bumi yaitu metode perbandingan, metode
volumetrik, metode simulasi reservoir. Penentuan cadangan energi di lapangan
panas bumi Cisolok-Cisukarame didasarkan pada klasifikasi yang dijelaskan oleh
Sarmiento dkk., (2011) dan SNI 6009-2017).

Metode heatstored dengan simulasi numerik Monte Carlo digunakan untuk


menghitung cadangan pada WKP Cisolok-Cisukarame. Metode heatstored adalah
pendekatan yang digunakan untuk menghitung kandungan energi panas terkandung
di dalam reservoir, sedangkan simulasi probabilistik Monte Carlo digunakan
untuk memperhitungkan variasi nilai parameter yang digunakan di dalam
perhitungan.

VII.1.1 Prosedur Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat Stored

Prosedur perhitungan yang digunakan pada metode heat stored adalah sebagai
berikut:

1. Hitung kandungan energi pada keadaan awal (initial) atau besarnya sumber
daya geothermal.

69
𝑄𝑒𝑖 = 𝐴ℎ[(1 − ∅)𝜌𝑟 𝑐𝑟 𝑇𝑖 + ∅(𝑆𝐿 𝜌𝐿 𝑢𝐿 + 𝑆𝑉 𝜌𝑉 𝑢𝑉 )𝑖 ] (7.1)

2. Hitung kandungan energi pada keadaan akhir (Tf).

𝑄𝑒𝑓 = 𝐴ℎ[(1 − ∅)𝜌𝑟 𝑐𝑟 𝑇𝑓 + ∅(𝑆𝐿 𝜌𝐿 𝑢𝐿 + 𝑆𝑉 𝜌𝑉 𝑢𝑉 )𝑓 ] (7.2)

3. Hitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan.

𝑄𝑡ℎ = 𝑄𝑒𝑖 − 𝑄𝑒𝑓 (7.3)

4. Hitung energi geothermal yang dapat dimanfaatkan pada kenyataannya


(besarnya cadangan apabila dinyatakan dalam kJ).

𝑄𝑑𝑒 = 𝑄𝑡ℎ ∙ 𝑅𝐹 (7.4)

5. Hitung energi panas yang dapat dimanfaatkan untuk kurun waktu t tahun
(biasanya 25-30 tahun).

𝑑𝑒𝑄
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 𝑡×365×24×3600 (7.5)

6. Hitung besarnya potensi listrik, yaitu energi listrik yang dapat digunakan
untuk kurun waktu t tahun (MWe).
ℎ𝐻𝑑𝑒
𝑄𝑒𝑙 = 𝑡×365×24×3600 = ℎ𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 (7.6)

70
Di mana 𝐻𝑒𝑙 adalah kandungan energi panas (kJ), 𝐴 adalah luar area prospek panas
bumi (km2 ), Qde adalah Energi geotermal yang dimanfaatkan pada kenyataannya
(kj), ℎ adalah ketebalan reservoir (m), ∅ adalah porositas batuan reservoir (fraksi),
t adalah lama waktu pembangkitan 𝑇 adalah temperatur reservoir (°C), 𝐶𝑟 adalah
kapasitas panas batuan (kJ/kg°C), 𝜑𝑟 adalah densitas batuan (kg/m3 ), 𝜑𝐿 adalah
densitas air (kg/m3 ), 𝜑𝑉 adalah densitas uap (kg/m3 ), 𝑈𝐿 adalah energi dalam air
(kJ/kg), 𝑈𝑉 adalah energi dalam uap (kJ/kg) , 𝑆𝐿 adalah saturasi air (fraksi),
𝑆𝑉 adalah saturasi uap (fraksi),  adalah faktor konversi listrik, 𝑅𝑓 adalah faktor
perolehan (%).

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan tersebut antara lain:

1. Porositas batuan = 10% untuk sistem geotermal temperatur sedang (125°C-


225°C) (SNI 6482-2018).

2. Recovery Factor (RF) merupakan fungsi dari porositas (Muffler, 1978).


Recovery Factor (RF) untuk sistem geotermal temperatur sedang (125°C-
225°C) (SNI 6482-2018) = 25%.

3. Electricity Conversion Factor  = 10% untuk sistem geotermal


temperatur sedang (125°C-225°C) (SNI 6482-2018).

4. Berdasarkan interpretasi hasil kajian Geologi, Geokimia dan Geofisika,


kandungan air dan uap pada keadaan awal (SL dan SV) adalah 90% dan
10%. Pada keadaan akhir, kandungan air dan uap diasumsikan adalah 50%
dan 50%.

5. Temperatur final 180°C adalah temperature minimum untuk siklus


konversi konvensional, sedangkan untuk binary adalah 130°C (Saptadji,
2018).

6. Lama pembangkitan listrik 30 tahun (SNI 6482-2018).

7. Untuk parameter lain yang tidak diketahui dapat mengacu pada SNI 6482-
2018.

VII.1.2 Parameter Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat Stored

71
VII.2 Hasil Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Heat Stored

Berdasarkan hasil perhitungan cadangan menggunakan metode heat stored


dan pendekatan probabilitas Monte Carlo, parameter yang digunakan dalam
perhitungan dan asumsi yang digunakan dirangkum dalam Tabel 7.1.

Tabel VII.I Parameter Perhitungan Cadangan Hipotesis WKP Cisolok-Cisukarame

Parameter Cisolok Cisukarame Sumber


Luas area (km2) 1.75 3.8 Kajian Geofisika
Temperature reservoir (oC) 170 210 Kajian Geokimia
Ketebalan reservoir (m) 800 1000 Kajian Geofisika
Porositas batuan reservoir 0.1 0.1 SNI 6482 2018
(%)
Kapasitas panas batuan 0.9 0.9 SNI 6482 2018
(kJ/kg C)
Densitas batuan (kg/m3) 2650 2650 SNI 6482 2018
Faktor konversi (%) 0.1 0.1 SNI 6482 2018
Recovery factor (%) 0.25 0.25 SNI 6482 2018

Kemudian dilakukan sensitivity analysis terhadap parameter input yang


digunakan dalam perhitungan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.2, Gambar
7.3, dan Gambar 7.4. Dalam menentukan besarnya sumber daya hipotesis parameter
luas area merupakan parameter paling sensitif di antara parameter yang digunakan.
Parameter yang paling sensitif, baik dalam perhitungan cadangan mungkin,
cadangan terduga, adalah luas area. Selain itu, ketebalan dan temperatur reservoir
merupakan parameter yang memberikan pengaruh cukup besar dalam perhitungan

72
tersebut. Oleh karena itu, pemilihan parameter-parameter tersebut harus ditentukan
harus dilakukan secara hati-hati.

Gambar VII.2. Analisis sensitivitas parameter input perhitungan potensi cadangan


mungkin reservoir Cisukarame

Gambar VII.3. Analisis sensitivitas parameter input perhitungan potensi cadangan


mungkin reservoir Cisolok

73
Gambar VII.4. Analisis sensitivitas parameter input perhitungan potensi
cadangan terduga reservoir Cisolok

Tabel VII.II. Hasil Perhitungan Cadangan pada Reservoir Cisolok-Cisukarame

Probabilistik Cadangan Mungkin (MWe) Cadangan Terduga (MWe)

Cisolok Cisukarame Cisolok

P10 6.18 30.09 1.05

P50 12.97 55.69 7.94

P90 21.71 93.95 16.00

VII.3 Penentuan Jumlah Sumur

Jumlah sumur dapat ditentukan berdasarkan hasil kajian 3G dan resource


assessment serta strategi pengembangan WKP Cisolok-Cisukarame (dinda
tambahin). Klasifikasi sistem geotermal berdasarkan temperatur dan jenis fluida
oleh Sanyal (2005), sistem geotermal cisolok-cisukarame dikelompokan menjadi
o
low-moderate temperatur dengan temperatur reservoir 180-210 C. Dalam
perhitungan penentuan jumlah sumur, kapasitas rata-rata sumur di Indonesia
sebesar 3-5 MW dengan rasio kesuksesan pengeboran 62% (Geothermex, 2010).
Untuk skenario pengembangan 1 10 MW dan kapasitas sumur 3 MW/sumur maka
jumlah sumur yang akan dibor sebanyak 7 sumur. Sumur yang tidak bisa produksi

74
akan dijadikan sumur injeksi. Untuk penentuan jumlah sumur dapat dilihat pada
Table VII.III.

Tabel VII.III. Penentuan Jumlah Sumur

Target Potensi Jumlah Sumur yang


Kapasitas Pembangkit (MW)
Sumur (MW) akan di Bor
110 3 7

VII.4 Kesimpulan Resource Assessment

Perhitungan potensi cadangan pada WKP Cisolok-Cisukarame dilakukan dalam


beberapa tahap berdasarkan ketersediaan data dan tingkat kepastian data yang
dimiliki. Perhitungan cadangan dilakukan menggunakan pendekatan metode heat
stored dengan melakukan simulasi Monte Carlo. Hasil resource assessment
menggunakan simulasi Monte Carlo tersebut menunjukkan bahwa:

1. Besar sumber daya spekulatif WKP Cisolok-Cisukarame adalah 45 MWe.

2. Besar cadangan mungkin reservoir Cisolok adalah 6.18 MWe.

3. Besar cadangan mungkin reservoir Cisukarame adalah 30.09 MWe.

4. Besar cadangan terduga reservoir Cisolok adalah 1.05 MWe.

75
BAB VIII Pengajuan Survei 3G Rinci

VIII.1 Latar Belakang dan Tujuan Survei 3G Rinci

Area prospek Cisolok-Cisukarame memiliki dua sistem panas bumi yang berbeda.
Berdasarkan resource assessment yang telah dilakukan diketahui bahwa lapangan
yang memiliki potensi paling besar adalah yang berada di area Cisukarame.
Sehingga survey 3G rinci yang akan dilakukan berfokus pada area ini. Survei yang
telah dilakukan belum dapat mendapatkan kesimpulan zona permeabilitas dan batas
sistem di bagian Utara dari sistem. Sehingga perlu dilakukan kajian survey 3G rinci
untuk mendapatkan informasi tersebut.

Gambar VIII.1 Diagram alir Studi 3G Rinci

76
Survei yang dilakukan adalah pemetaan geologi rinci, pengambilan data kimia gas
tanah, dan survei geofisika metode gaya berat dan magnetik. Adapun diagram alir
pengerjaannya dapat dilihat pada Gambar VIII.1.

VIII.2 Survei Geologi

Gambar VIII.2 Rencana Pemetaan Geologi

Pemetaan rinci difokuskan pada area Perbukitan Vulkanik Breksi (Gambar VIII.2)
Adapun tujuan utama dari pemetaan ini adalah:

1. Surface mapping fokus pada fault & litologi.

2. Pencarian kemungkinan keberadaan manifestasi / indikasi zona permeabel


(segmen timur).

VIII.3 Survei Geokimia

Tahap pertama adalah melakukan quality control terhadap sampling Manifestasi


Air dan Gas untuk melakukan cross-check data manifestasi yang telah dilakukan
dengan menggunakan standar lab yang lebih baik. Kemudian melakukan survei
geokimia tanah (Hg dan CO2) untuk mendelineasi batas sistem dan kemungkinan

77
adanya daerah yang memiliki tingkat keasaman tinggi. Desain survei dapat dilihat
pada Gambar VIII.3.

Gambar VIII.3 Rekomendasi titik sampling tanah Hg dan CO2

VIII.4 Survei Geofisika

Gambar VIII.4 Desain survei pengambilan data geofisika

78
Survei geofisika yang telah dilakukan sudah terfokus pada daerah Cisukarame akan
tetapi tidak dapat memberikan gambaran adanya batas sistem yang jelas terutama
di bagian Utara dari sistem. Tujuan utama adalah untuk memperoleh batas utara
sistem panas bumi dan memperoleh sebaran struktur dan kedalamannya untuk
memperoleh sebaran daerah dengan permeabiltas tinggi. Kemudian dapat
digunakan sebagai guide untuk penentuan sumur eksplorasi. Banyak titik
rekomendasi adalah sebanyak 76 titik survei (Gambar VIII.4)

Kualitas data juga perlu diperhatikan sehingga disarankan menggukan alat


pengukuran yang dapat menghasilkan data yang baik. Disarankan menggunakan
gravimeter CG-6 dan magnetometer proton (Gambar VIII.5)

Gambar VIII.5 Magnetometer proton (kiri) dan gravimeter CG-6 (kanan)

VIII.5 Scheduling dan Pembiayaan

Tabel VIII.I Rincian kegiatan survei 3G rinci

Minggu
Survey Kegiatan Estimasi Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8

Pemetaan Geologi
Survey Geologi Rp 80.000.000
Analisis dan Interpretasi

Akuisisi

Survey Geofisika Processing Rp 456.000.000

Modeling & Interpretation

Sampling Tanah Rp 100.000.000


Survey Geokimia
Analisis Lab

Total Rp 636.000.000

79
Survei yang dilakukan membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dengan rincian kegiatan
pada Tabel VIII.I. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh total proyek untuk 3G rinci
adalah sebesar Rp 636.000.000.

VIII.6 Kesimpulan Pengajuan Survei 3G Rinci

Adapun kesimpulan dari pengajuan survei 3G rinci ini adalah sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan kajian 3G rinci untuk mengetahui zona permeabel dan batas
utara sistem panas bumi Cisukarame

2. Kajian 3G rinci meliputi pemetaan geologi, survei kimia tanah, dan survei
geofisika metode gaya berat dan magnetik

3. Kajian dilakukan selama 2 bulan dengan total biaya Rp 636.000.000.

80
BAB IX Well Targeting

IX.1 Pendahuluan

Well targeting adalah kegiatan untuk menentukan titik sumur yang akan
dilaksanakan pemboran eksplorasi berdasarkan geologi, struktur, dan
hidrogeokima. Zona upflow dan struktur/sesar yang memiliki sifat permeabilitas
tinggi adalah target prioritas dalam melakukan well bor modeling. Dalam
melakukan target pemboran harus mempertimbangkan aspek geografi (kemiringan
lereng, tidak rawan gempa dan tidak merupakan daerah longsor), dan aspek
demografi (jauh dari rumah penduduk, akses jalan menuju lokasi sumur),

Tujuan utama dilakukan well targeting adalah untuk menentukan lokasi


sumur, meminimalisir terjadinya kegagalan saat sumur di produksikan dan
memperkecil biaya project pengeboran sumur eksplorasi. Rekomendasi area yang
menjadi target untuk pemboran berada pada lembahan timur manifestasi
Ciskarame. Lokasi ini dipilih karena berada pada litologi breksi yang kompak sert
memiliki lereng yang tidak curam. Pengeboran dilakukan ke arah struktur patah N–
S. Posisi wellpad berada tepat diatas zona yang diinterpretasikan sebagai cap rock
dan pada bagian bawahnya adalah reservoir geotermal.

Gambar IX.1. Lokasi well targeting Area Cisukarame.

81
Rincian dari target pengeboran dapat dilihat dalam tabel Tabel IX.I.

Tabel IX.I Well targeting parameter


XPL1 XPL2 XPL3
Parameter Location
Cisukarame Cisukarame Cisukarame
X (m) 664857,06 665407 665985
Coordinate
Well pad

Y (m) 9238635,01 9239984 9238283

Z (m) 359 547 529

Standard Hole Standard Hole Standard Hole


Configuration
Directional Well Directional Well Directional Well

Proving existence of Proving existence of


Proving existence of
the Cisukarame the Cisukarame
the Cisukarame
sistems, F-1 as sistems, F-2 as
sistems, actual TOR,
Objectives boundary sistem, boundary sistem,
reservoir fluid
actual TOR, reservoir actual TOR, reservoir
characteristics, and
fluid characteristics, fluid characteristics,
temperature.
and temperature. and temperature.

Fault F-1, temperature Fault-1 extension, Fault F-2,


o o
205 C temperature 180 C temperature 200oC
Target
X: 664665 m X: 665044 m X: 665981 m
Y: 9238855 m Y: 9240017 m Y: 9238056 m
Slope (o) 18,5 16.1 6,17

43 m (North),
Wet 231 (West) 300 m (Southwest)
150 m (West)

Depth 2 km 2 km 2 km

Sistem panas bumi Cisolok-Cisukarame merupakan sistem panas bumi yang


dikontrol oleh patahan. Dua patahan yang diketahui berdasarkan survei gaya berat
adalah patahan F1 yang berarah N-S dan patahan F2 yang berarah NE-SW.
Sehingga yang menjadi target pengeboran dalam tahap ekplorasi adalah mengincar
struktur F1 dan F2 tersebut.

82
Gambar IX.2 Well targeting berdasarkan MT Section 1,6, dan 10

83
IX.2 Kesimpulan

Target pengeboran berada di timur manifestasi Cisukarame. Posisi wellpad


berada di atas zona yang diinterpretasikan sebagai caprock dengan reservoir
dibawahnya. Targer pengeboran adalah sutuktur patahan berarah N –S.

84
BAB X Kajian Data Sumur

X.1 Pendahuluan

Berdasarkan rekomendasi survei 3G lanjut dan penentuan well targeting untuk


menentukan lokasi sumur dengan berbagai pertimbangan pada Bab IX, kemudian
dilakukan pengeboran 3 sumur eksplorasi di timur manifestasi Cisukarame dengan
menargetkan struktur patahan yang relatif berarah N–S. Tujuan dari dilakukannya
pengeboran sumur eksplorasi ini adalah untuk membuktikan adanya sumber daya
geotermal di bawah permukaan beserta sifat-sifat fluida dan batuannya. Pengeboran
sumur eksplorasi ini dilaksanakan pada kuarter ketiga dan keempat tahun 2021.
Hasil pengujian sumur akan menambah pengetahuan sumber daya panas bumi
khususnya di area Cisukarame dari adanya data temperatur aktual, entalpi dan laju
alir.

Data hasil pengujian sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3 mencakup hasil uji
komplesi seperti water loss test, gross permeability test, fall-off test, heating-up
survey, dan hasil uji produksi dengan uji lip pressure datar. Data water loss test
hanya tersedia untuk sumur XPL1. Data gross permeability test tersedia untuk
ketiga sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3. Data fall-off test tersedia hanya
untuk sumur XPL1. Data heating-up survey juga tersedia untuk ketiga sumur
eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3. Selain itu, data hasil uji produksi dengan uji lip
pressure datar hanya tersedia untuk sumur XPL2. Data water loss test digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi zona permeabel (feed zones) di dalam sumur. Data
gross permeability test dan fall-off test digunakan untuk menentukan kualitas
batuan reservoir seperti perkiraan kapasitas produksi/injeksi (productivity index
(PI) atau injectivity index (II)), perkiraan laju alir massa maksimal dari sumur,
perkiraan nilai permeability-thickness (transmisivitas) dan storage coefficient
(skin). Data heating-up survey digunakan untuk mengetahui temperatur dan
tekanan aktual formasi, serta ketebalan reservoir. Selanjutnya, data uji produksi
dengan uji lip pressure datar digunakan untuk mengetahui entalpi, fraksi uap di
kepala sumur, laju alir produksi serta dapat digunakan untuk menghitung besarnya
potensi sumur.

85
X.2 Trajektori Sumur

Berdasarkan parameter well targeting yang dilampirkan pada Tabel VIII.1,


dilakukan pengeboran sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3 secara berarah
(directional). Gambar IX.1, Gambar IX.2 dan Gambar IX.3 menunjukkan trajektori
sumur XPL1, XPL2 dan XPL3 secara berturut-turut. Sumur XPL1 menargetkan
Fault F-1, dengan slope 18,5° dan kedalaman vertikal 1967 m. Sumur XPL2
menargetkan Fault-1 extension, dengan slope 16,1° dan kedalaman vertikal 2116
m. Sumur XPL3 menargetkan Fault F-2, dengan slope 6,17° dan kedalaman vertikal
2000 m.

Gambar X.1Trajektori Sumur XPL1

86
Gambar X.2 Trajektori Sumur XPL2

87
Gambar X.3 Trajektori Sumur XPL3
X.3 Hasil Uji Komplesi

X.3.1 Water Loss Test

Water loss test ini bertujuan untuk mengidentifikasi kedalaman zona permeabel
(feed zones) di dalam sumur. Water loss test dilakukan dengan menginjeksikan
fluida injeksi pada laju injeksi konstan. Umumnya pada saat water loss test
diinjeksikan fluida dingin dan dari profil landaian tekanan dan temperatur, kita
dapat mengidentifikasi kedalaman feed zones. Saat tekanan formasi lebih besar
daripada tekanan di dalam sumur, aliran fluida akan masuk ke dalam sumur

88
(inflow). Sebaliknya, saat tekanan dalam sumur lebih besar daripada tekanan
formasi, aliran fluida akan masuk ke formasi (outflow). Data water loss test hanya
tersedia untuk sumur XPL1. Dari hasil water loss test terindikasi feedzone terletak
pada kedalaman 1200-1400 m (inflow) dan 1800-1900 m (outflow) (Gambar X.4).
Namun karena keterbatasan ketersediaan data, perlu dikonfirmasi kembali
kedalaman inflow dan outflow dengan melihat data tekanan injeksi dan tekanan
shut-in dari sumur XPL1.

Gambar X.4 Profil Landaian Temperatur Injeksi Sumur XPL1

89
X.3.2 Gross Permeability Test

Pada prinsipnya, gross permeability test (multi-rate injectivity test) sama dengan
water loss test, hanya saja dilakukan pada laju injeksi yang bervariasi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan nilai injectivity index (II) sumur dimana kapasitas
injeksi sumur dan laju alir massa maksimal dari sumur dapat diperkirakan. Data
gross permeability test tersedia untuk ketiga sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan
XPL3.

Gambar X.5 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL1

Tabel X.I Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL1

Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL1
ditunjukkan Gambar X.5 dan Tabel X.1. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 37,23
kg/s.bara dengan temperatur feed point 204,42°C.

90
Gambar X.6 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL2

Tabel X.II Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL2

Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL2
ditunjukkan Gambar X.6 dan Tabel X.2. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 5,77
kg/s.bara dengan temperatur feed point 207,83°C.

91
Gambar X.7 Profil Laju Injeksi terhadap Tekanan Sumur XPL3

Tabel X.III Hasil Perhitungan Injektivitas Sumur XPL3

Profil laju injeksi terhadap tekanan dan perhitungan injektivitas sumur XPL3
ditunjukkan Gambar X.7 dan Tabel X.3. Diperoleh injektivitas sumur XPL1 29,30
kg/s.bara dengan temperatur feed point 228°C.

X.3.3 Fall-Off Test

Fall-off test dilakukan ketika injeksi dihentikan, tekanan dasar sumur diamati
hingga mencapai kestabilan. Fungsi dari fall-off test ini adalah untuk
memperkirakan nilai permeability-thickness (transmisivitas) dan storage coefficient
(skin). Data fall-off test tersedia hanya untuk sumur XPL1. Dari hasil fall-off test,
diperoleh transmisivitas sumur XPL1 9.90 darcy m.

92
Gambar X.8 Semi-log Plot Tekanan Terhadap Waktu Fall-Off Test Sumur XPL3

X.3.4 Heating-Up Test

Heating-up test dilakukan dengan menutup sumur pada periode penutupan tertentu.
Dengan melihat profil landaian tekanan dan temperatur, pengujian ini bertujuan
untuk menentukan jenis reservoir, kedalaman zona permeabel, ketebalan reservoir
dan estimasi temperature reservoir. Data heating-up survey tersedia untuk ketiga
sumur eksplorasi XPL1, XPL2 dan XPL3 seperti yang ditunjukkan pada Gambar
X.9, X.10, dan X.11. Hasil interpretasi heating-up survey untuk sumur eksplorasi
XPL1, XPL2 dan XPL3 dirangkum pada Tabel X.4. Dari interpretasi hasil
pengujian, jenis reservoir yaitu reservoir dominasi air dengan zona boiling pada
bagian atas reservoir. Berdasarkan klasifikasi Sanyal, reservoir Cisukarame
berdasarkan data sumur eksplorasi lanjut XPL 1-3 dikategorikan sebagai sistem
moderate temperature (190°C - 230°C)

93
Gambar X.9 Heating-Up Test Sumur XPL1

Gambar X.10 Heating-Up Test Sumur XPL2

94
Gambar X.11 Heating-Up Test Sumur XPL3

Tabel X.IV Heating-Up Test Sumur XPL1, XPL2, dan XPL3

X.4 Hasil Uji Produksi

Selanjutnya, dilakukan uji produksi menggunakan lip pressure datar pada sumur
XPL2. Uji lip pressure tegak digunakan untuk memperkirakan fraksi uap di kepala
sumur, laju alir massa yang diproduksikan dan untuk mengetahui korelasi antara
laju alir dengan tekanan dasar sumur. Data dan perhitungan hasil uji datar sumur
XPL2 ditampilkan pada Tabel X.5.

95
Tabel X.V Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2

Dari hasil perhitungan pada Tabel X.5, laju alir massa dan entalpi fluida produksi
diplot terhadap tekanan kepala sumur, seperti yang ditunjukkan pada Gambar X.12.
Namun terdapat anomali pada tekanan kepala sumur 8.79 bara dimana hasil
perhitungan laju alir massa memberikan nilai yang lebih rendah. Kemudian,
dilakukan adjustment terhadap data tekanan kepala sumur untuk memperbaiki
korelasi antara laju alir massa dan entalpi terhadap tekanan kepala sumur, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel X.6 dan Gambar X.13.

Gambar X.12 Deliverability Curve Sumur XPL2

96
Tabel X.VI Tabel Perhitungan Uji Lip Pressure Datar Sumur XPL2 (Refined)

Gambar X.13 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Refined)

Selanjutnya, dibuat wellbore model menggunakan metode homogeneous untuk


menentukan hubungan antara tekanan kepala sumur (Pwh) dan laju alir (Q)
terhadap tekanan dasar sumur (Pwf). Plot antara tekanan dasar sumur terhadap
kedalaman ditampilkan pada Gambar X.13 dengan tabel perhitungan wellbore
model sumur XPL2 ditunjukkan Tabel IX.7.

97
Gambar X.14 Wellbore Model Sumur XPL2

Tabel X.VII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2

Selanjutnya dari data wellbore dan tekanan reservoir pada 86 bar (Tabel IX.8),
ditentukan persamaan inflow performance relationship (IPR) dengan berbagai
korelasi, antara lain menggunakan korelasi Vogel, Isochronal, Moya dan Saptadji
yang ditunjukkan pada Tabel X.9 hingga Tabel X.12 berturut-turut.

Tabel X.VIII Tabel Wellbore Data Sumur XPL2

98
Tabel X.IX Tabel Perhitungan IPR Vogel Sumur XPL2

Tabel X.X Tabel Perhitungan IPR Isochronal Sumur XPL2

Tabel X.XI Tabel Perhitungan IPR Moya Sumur XPL2

Tabel X.XII Tabel Perhitungan IPR Saptadji Sumur XPL2

99
Setelah dibandingkan berbagai korelasi IPR menggunakan metode-metode
tersebut, hasil perhitungan persamaan yang mendekati dengan nilai hasil
pemodelan sumur XPL2 adalah menggunakan korelasi Isochronal, dengan
persamaan sebagai berikut:

2 2 n
q0 = C(Pr - Pwf ) (9.1)

2 2 5.3764
q0 = 1.8E-19(Pr - Pwf ) (9.2)

Dari persamaan IPR tersebut, data tekanan dasar sumur (Pwf) terhadap laju alir
antara model dengan data aktual kemudian dibandingkan. Gambar X.14
menunjukkan korelasi yang baik antara model dengan data aktual, sehingga dapat
disimpulkan model IPR dapat merepresentasikan dengan cukup baik.

Gambar X.15 Pwf vs Q Sumur XPL2 (Reverse Modeling)


Selanjutnya, dari korelasi IPR tersebut dilakukan reverse modeling untuk wellbore
model seperti yang ditunjukkan pada Tabel X.12 dan digambarkan pada Gambar
X.15.

100
Tabel X.XIII Tabel Perhitungan Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling)

Gambar X.16 Wellbore Model Sumur XPL2 (Reverse Modeling)

Kemudian, diperoleh deliverability curve (output curve) sumur XPL2 seperti yang
ditunjukkan pada Gambar X.16. Dari output curve terserbut, terdapat sedikit
pergeseran tekanan kepala sumur untuk laju alir massa yang sama. Sehingga model
telah disempurnakan dan dianggap mampu menggambarkan kondisi aktual.

101
Gambar X.17 Deliverability Curve Sumur XPL2 (Reverse Modeling)

Untuk menentukan potensi sumur XPL2, dapat dihitung secara sederhana


menggunakan persamaan berikut.

𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 𝐻 × 𝑀 (9.3)

𝑄𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑟𝑖𝑐 = 𝜂 × 𝑄𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 (9.4)

Perhitungan separator method diperoleh entalpi fluida yang diproduksikan dari


sumur XPL2 yaitu ± 1265 kJ/kg, dengan fraksi uap dikepala sumur ± 26% dan total
mass flow yang diproduksikan ± 59 kg/s. Untuk range discharge enthalpy dari
interval 900-2800 kJ/kg dapat diasumsikan besar energi listrik yang dihasilkan kira-
kira 10% dari MW thermalnya (Saptadji, 2020). Sehingga, perhitungan potensi
sumur XPL2 berdasarkan data hasil separator method menghasilkan potensi sebesar
7.4 MW.

Secara detail, potensi sumur XPL2 dihitung berdasarkan analisis menggunakan


perangkat lunak HYSIS® didapatkan sebesar 4.3 MW (combined cycle) atau 3.6
MW (single flash) (Gambar IX.17).

102
Gambar X.18 Estimasi Potensi Sumur XPL2 menggunakan software HYSIS®

103
Tabel X.XIV Data kimia uap sumur XPL2

104
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data kimia uap sumur XPL2 seperti yang
ditunjukkan pada Tabel X.13. Dari data kimia uap, volume NCG termasuk rendah
yaitu 0.13 % dari total volume. Namun terdapat kondensat asam pada sumur XPL2
dengan rata-rata pH 4.54. Hal ini menunjukkan adanya potensi korosi pada surface
facilities. Sehingga, Ascarya Energy, Ltd. memberikan rekomendasikan untuk
mencampur kondensat yaitu dengan melakukan condensate treatment dengan brine
dari sumur lain yang memiliki pH lebih rendah sebelum masuk ke pembangkit
(dengan syarat brine tersebut memiliki pH yang netral); atau melakukan pemboran
sumur baru dengan pertimbangan nilai injektivitas sumur XPL yang paling rendah
diantara 2 sumur lainnya (XPL1 dan XPL3) dan terdapat kondensat asam yang
berisiko untuk korosi.

X.5 Kesimpulan Kajian Data Sumur

1. Sumur XPL1 memiliki temperatur maksimum mencapai 204°C dengan


injektivitas 37.23 kg/s bara, kedalaman main feedzone 1800-1900 m, serta
transmisivitas 9.90 darcy m.
2. Sumur XPL2 memiliki temperatur maksimum 207°C, injektivitas 5.77 kg/s
bara, enthalpy fluida produksi ± 1265 kJ/kg dengan fraksi uap kepala sumur ±
26% dan total massflow ± 59 kg/s. Pemodelan IPR sumur XPL2 mendekati
korelasi Isochronal. Potensi sumur XPL2 4.3 MW (combined cycle) atau 3.6
MW (single flash) dari analisis perhitungan menggunakan perangkat lunak
HYSIS®.
3. Sumur XPL3 memiliki temperatur maksimum mencapai 228°C dan injektivitas
29.30 kg/s bara.
4. Terdapat kondensat asam pada sumur XPL2 dengan rata-rata pH 4.54 yang
berisiko menyebabkan korosi pada surface facilities. Direkomendasikan untuk
melakukan condensate treatment atau melakukan pemboran sumur baru.

105
BAB XI Plan of Development

XI.1 Pendahuluan

Plan of Development adalah kegiatan yang berkaitan tentang perencanaan dalam


hal pembangkitan yang akan digunakan dalam tahapan pengembangan lapangan
Cisolok-Cisukarame. Plan of Development dilakukan agar pengembang dapat
memilih skenario terbaik dalam mengembangan lapangan tersebut berdasarkan
waktu pengembangan dan biaya yang diperlukan. Skenario pengembangan suatu
lapangan panas bumi didasarkan pada besarnya resource assessment pada lapangan
tersebut, karakteristik fluida yang diproduksikan dan aspek ekonomi berkaitan
dengan biaya selama pengembangan proyek tersebut. Tujuan utama dari POD tim
Ascarya energi adalah untuk melakukan kajian dengan harapan memperoleh
teknologi yang tepat untuk dikembangkan sehingga dapat dilakukan COD pada
tahun 2026 dan melakukan kajian terkait dengan potensi sumur untuk teknologi
pembangkit listrik yang akan dikembangkan.

XI.2 Siklus konversi

Siklus konversi pembangkit listrik pada lapangan geothermal di dunia di bagi


menjadi beberapa jenis yaitu Direct Dry Steam, Separated Steam, Single flash
Steam, Double Flash Steam, Triple Flash Cycle, Binery Cycle, Combine Cycle dan
Wellhead Generating Unit. Pemilihan siklus konversi ini berdasarkan karakteristik
fluida, resource assessment, waktu pengoperasian, topografi dan aspek
keekonomian. Berdasarkan data tersebut, pada lapangan Cisolok-Cisukarame telah
dibaut dua scenario pembangkitan yaitu single flash dan combine cycle. Single flash
adalah pembangkin yang digunakan pada sumur berentalpi menengah-tinggi
sedangkan combine cycle adalah pembangkit yang memanfaatkan brine dari
separator sebagai sumber panas dan working fluid sebagai fluida kerja untuk
pembangkitan. Single flash memanfaatkan separator sebagai alat pemisahan antara
uap dan brine dimana uap akan dimanfaatkan untuk proses pembangkitan dan brine
di injeksikan ke dalam reservoir. Selanjutnya single flash dan combine cycle akan
dijelaskan lebih detail.

106
XI.2.1 Single flash

Single flash merupakan sebuah sistem pembangkit pada lapangan panas bumi dua
fasa, fluida tersebut akan dipisahkan dalam separator, uap akan dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan brine untuk di injeksikan kembali.

Gambar XI.1 Sistem single flash

Pada Gambar XI.I menjelaskan proses kerja siklus single flash. Pada posisi 1 sumur
memproduksikan fluida dua fasa berentalpi tinggi ke dalam separator. Posis 2
menjelaskan fluida dua fasa di dalam separator akan dipisahkan menjadi fasa uap
dan fasa cair (brine). Pada posisi 3, fluida telah mengalami pemisahan dari separator
menjadi brine yang akan diinjeksikan kembali ke dalam reservoir melalui sumur re-
injeksi menggunakan pompa seperti pada posisi 4. Pada posisi 5 fluida telah
berubah fasa menjadi uap yang dimanfaatkan untuk memutar turbin selanjutnya
energi mekanik pada turbin digunakan untuk menghasilkan listrik pada generator.
Pada posisi 6 uap masih dalam keadaan jenuh dan uap tersebut akan di turunkan
temperature didalam kondensor. Fluida yang digunakan sebagai pendingin adalah
air yang berasal dari cooling tower, c1 merupakan masuknya air pendingin dengan
temperature rendah dan c2 merupakan keluarnya air pendingin dengan temperature
tinggi. Kemudian air kondensat yang telah diturunkan temperature dari kondensor
akan dipompakan pada posisi 7 ke sumur injeksi pada posisi 4. Proses ini kemudian

107
ditampilkan dengan T-s diagram dimana temperatur di siklus diplot terhadap
entropi fluida. Komponen utama dari single flash antara lain separator, turbin,
kondenser, dan pompa.

Gambar XI.2 Diagram T-S Siklus Single flash(Mulyana,2016)

Single flash terbagi menjadi beberapa komponen utama dalam sistem operasinya.
Komponen tersebut yaitu

1. Separator

Separator memiliki fungsi utama yaitu memisahkan fluida dua fasa menjadi uap
dan cair dengan menurunkan tekanan fluida geothermal sebelum fluida masuk ke
turbin. Pada proses pemisahan uap dan cair ini, kualitas uap (fraksi uap) yang
diperoleh x2 dapat dihitung berdasarkan kaidah termodinamika yaitu:
ℎ −ℎ
𝑥2 = ℎ2 −ℎ3 (11.1)
4 3

Proses penurunan tekanan fluida geotermal diasumsikan merupakan proses iso-


entalpi, sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut:

h1=h2 (11,2)

2. Turbin

Turbin adalah fasilitas dalam pembangkit listrik yang memanfaatkan energi fluida
kerja yaitu uap yang digunakan langsung untuk memutar roda turbin. Energi kinetic
yang digunakan turbin ubah menjadi energi mekanik dan kemudian dikirimkan ke

108
generator dalam bentuk energi listrik. Generator adalah mesin yang mengubah
energi kinetik berupa putaran rotor turbin menjadi energi listrik. Makin besar energi
kinetik yang dihasilkan turbin makin besar pula energi listrik yang dihasilkan. Daya
turbin dihitung melalui persamaan (11,3) dan efisiensi turbin dapat dihitung pada
persamaan (11,4).

𝑊𝑇 = 𝑚𝑢𝑎𝑝 (ℎ4̇ − ℎ5 ) (11,3)

Selanjutnya dihutung besar nilai efisiensi pada turbin yaitu


ℎ4 −ℎ5
𝜂𝑇 = ℎ (11,4)
4 −ℎ5𝑠3

Besarnya daya listrik adalah

𝑊𝑒𝑙 = 𝜂𝑔𝑒𝑛 𝑊𝑇 (11,5)

3. Kondenser

Kondenser berfungsi untuk mengkondensasikan uap dari turbin menjadi cair


dengan cara menciptakan tekanan vakum (tekanan dibawah tekanan atmosfer).
Proses terjadinya pada kondisi vakum secara termodinamika dan bukan secara
mekanik. Fluida yang keluar dari turbin masuk ke condenser sebagian besar adalah
uap bercampur dengan air dingin, di kondensor akan mencapai kesetimbangan
massa dan energi. Pada volume yang sama, air akan mempunyai massa ratusan kali
lipat dibandingkan dengan uap. Sehingga jika uap dalam massa tertentu mengisi
seluruh ruangan dalam kondensor, kemudian disemprotkan air maka uap akan
menyusut volumenya, karena sebagian atau seluruhnya berubah menjadi air
(tergantung jumlah air yang disemprotkan) yang memiliki volume jauh lebih kecil.
Akibat penyusutan volume uap dalam kondensor inilah akan mengakibatkan
kondisi ruangan dalam kondensro menjadi vakum.

Laju panas yang diserap oleh air pendingin [Qkond] dengan mengabaikan adanya
panas yang ke luar ke lingkungan pada persamaan (11,6) Sedangkan laju massa air
pendingin [mair pend] yang diperlukan dapat dievaluasi berdasarkan kaidah kekekalan
energi pada persamaan (11,7)

𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑚𝑢𝑎𝑝 (ℎ5 − ℎ6 ) (11,6)

109
𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑
𝑚𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑑 = (𝐶𝑝 (11,7)
𝑎𝑖𝑟 −(𝑇6 −𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑑 )

4. Pompa

Pompa merupakan salah satu komponen digunakan pembangkit panasbumi. Pompa


berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondenser ke cooling tower untuk
kemudian didinginkan. Daya pompa dapat dihitung menggunakan persamaan (9,8)
𝑀𝑤𝑓 (ℎ5𝑠 −ℎ4)
𝑊𝑝 = (11,8)
(𝜂𝑝 )

XI.3 Combined cycle

Combined cycle merupakan gabungan antara siklus single flash dan binary cycle.
Mekanisme kerja dari combined cycle adalah memanfaatkan fluida brine hasil
pemisahan dari separator yang temperature telah turun sebagai source untuk
dimanfaatkan kembali memanaskan fluida kerja pada siklus ORC. Terdapat dua
jenis siklus binary cycle yaitu ORC (Organic Rankine Cycle) dan Kalina cycle. Jika
temperatur dari fluida geotermal yang digunakan sebagai fluida pemanas kurang
dari 180oC maka penggunaan ORC akan lebih efisien dan ekonomis. Komponen
utama yang digunakan dalam sebuah siklus binary yaitu heat exchanger, turbin,
condenser, dan pompa. Perhitungan pada turbin, condenser dan pompa sama
dengan persamaan pada siklus single flash.

110
Gambar XI.3 Siklus combined cycle

1. Heat Exchanger

Heat exchanger berfungsi sebagai alat menukarkan panas antar 2 jenis fluida. Heat
Exchanger pada siklus binary biasanya terbagi atas tiga bagian yaitu Pre-Heater,
Evaporator dan Recuperator. Pre-Heater berfungsi untuk memanaskan fluida kerja
(bentuk cair) hingga mencapai kondisi saturasinya (dua fasa) sehingga siap untuk
diuapkan pada evaporator. Pada evaporator, fluida kerja berubah fasanya dari dua
fasa menjadi fasa uap dengan kondisi isobaric dan tidak terjadi perubahan
temperatur. Recuperator adalah komponen yang digunakan untuk mengubah fasa
fluida kerja sebelum masuk ke dalam kondenser untuk diubah dari dua fasa menjadi
fasa air sepenuhnya agar tidak menyulitkkan kinerja dari kondenser. Adapun
persamaan yang digunakan adalah:

𝑄𝐸,𝑃𝐻,𝑅𝑒𝑐 = 𝑚𝑏𝑟𝑖𝑛𝑒 𝐶𝑝𝑏𝑟𝑖𝑛𝑒 (𝑇𝐴 − 𝑇𝐶 ) = 𝑚𝑤𝑓 (ℎ1 − ℎ5 ) (11,9)

XI.4 Skenario Pengembangan

Berdasarkan hasil kajian resource assessment dan keekonomian maka strategi


Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi yang digunakan adalah
1×10 MW. Skenario pengembangan yang digunakan pada lapangan WKP Cisolok-

111
Cisukarame dibagi menjadi dua yaitu skenario satu menggunakan pengembangan
single flash dan skenario dua menggunakan pengembangan combined cycle. Kedua
skenario ini dipilih berdasarkan karakteristik fluida yang ada di kepala sumur.

Lapangan Cisukarame memiliki 3 sumur yang telah dilakukan pemboran terlebih


dahulu yaitu XPL1, XPL-2 dan XPL3. Sumur XPL-1 dan XPL-3 digunakan sebagai
sumur produksi dikarenakan permeabilitas dari sumur yang tinggi sedangkan pada
sumur XPL-2 dijadikan sumur injeksi dengan pertimbangan sumur tersebut
memiliki nilai injektivitas yang rendah dan fluida yang bersifat asam. Berdasarkan
data, kapasitas masing-masing sumur produksi sebesar 4 MW/sumur sehingga
diperlukan tambahan sumur pengembangan sebanyak 2 sumur.

XI.4.1 Skenario 1: Pengembangan single flash

Dalam menghitung kebutuhan uap, diperlukan beberapa nilai parameter operasi.


Nilai parameter-parameter untuk tiap komponen pembangkit listrik single flash
ditunjukkan oleh Tabel XI.1

Tabel XI.I Parameter operasi single flash

Parameter Value
Sistem konversi Single flash
WHP 10 bara
Turbine Inlet Pressure 7,35 bara
Condensor Pressure 0,1 bara
Efisiensi turbin 85%

Parameter pada table XI.1 akan digunakan untuk menghitung nilai dari Specific
Steam Consumption (SSC) dan jumlah brine yang harus diinjeksikan. Desain dan
kondisi operasi single flash telah diilustrasikan pada Gambar XI.4.

112
Separator
P : 7,35 bara
X2 : 27%
SSC: 2,09 kg/s/MW
Mv : 7,5 kg/s SSC: 7,5 ton/jam/MW
Ml : 20,2 kg/s
Wellhead
10MW
P : 10 bara Turbine

M1 : 27,7 kg/s P : 7,35 bara

WT : 4 MW
X : 25 % mv : 7,5 kg/s

Kondensor
P : 0,1 bara

Brine Injection
Well
P : 7,35 bara
T : 167oC
Ml : 20,2 kg/s

Gambar XI.4 Desain single flash

Pada Gambar XI.4 Laju alir massa dari wellhead ke separator sebesar 27,7 kg/s dan
tekanan separator 7,35 bara serta nilai-nilai komponen pendukung lainnya seperti
pada Gambar 9.2, maka daya yang dihasilkan oleh unit 1 adalah 10 MW. Hal ini
dapat terjadi apabila semua sumur pada unit 1 dapat memenuhi kebutuhan tekanan
dan massa uap di turbine untuk menghasilkan daya sebesar 55 MW. Specific Steam
Consumption (SSC) yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya pada pembangkit
panasbumi Unit 1 Cisukarame sebesar 7,5 ton/jam/MW.

XI.4.2 Skenario 2: Pengembangan combined cycle

Pada skenario pembangkitan combined cycle atau gabungan antara single flash dan
binary cycle, brine hasil pemisahan dari separator yang harusnya di injeksikan ke
sumur re-injeksi tetapi tidak dilakukan dan brine tersebut digunakan sebagai
sumber panas untuk memanaskan fluida kerja pada sistem binary. Binary
cycle adalah sebuah proses termodinamika dimana sumber utamanya adalah fluida

113
panas yang digunakan untuk memanaskan fluida kerja melalui heat exchanger.
Kajian pengembangan combined cycle dilakukan untuk melihat kemungkinan
untuk dimanfaatkan secara maksimal pengembangan PLTP single flash. Desain
siklus combined dan kondisi operasi dapat dilihat pada gambar XI.5. Brine
memiliki laju alir massa sebesar 20,2 kg/s dengan temperature 167 oC yang akan
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memanaskan fluida kerja pada sistem
ini. Teknologi ORC mampu mengolah temperature low-medium yang tidak dapat
dilakukan oleh pembangkit lain karena faktor keekonomian dan efektivitas kerja.

Gambar XI.5 Desain siklus Combined Cycle

Dengan menggunakan siklus biner sebagai gabungan dari single flash, maka akan
mendapatkan tambahan daya yang dihasilkan sebesar 2 MWe dengan menggunakan
n-pantane sebanyak 15 kg/s. Tekanan inlet turbin pada siklus biner yang digunakan
adalah 9,5 bar dengan tekanan outlet turbin sebesar 1,6 bar. Pemilihan fluida kerja
dapat dilahat pada Tabel XI.2.

114
Tabel XI.II Pemilihan fluida kerja berdasarkan lingkungan, keamanan dan
kesehatan

Sumber: (DiPippo, 2007)

XI.5 Direct use

Lindal diagram merupakan refrensi dalam merancang sebuah siklus direct use
cascade sistem dapat dilihat Gambar XI.6 dengan range temperature 40°C sampai
dengan 110°C. Berdasarkan referensi Lindal diagram, maka pada temperature kerja
level 3 dapat digunakan sebagai:

1. Pengeringan biji kopi


2. pengeingan ikan laut
3. Pemandian air panas

115
Gambar XI.6 Lindal Diagram

Penetapan jenis pemanfaatan energi panas bumi pada level 3 sesuai dengan potensi
yang ada di wilayah Cisolok. Tiga produk dikawasan Cisolok yang berpeluang
ditransformasikan menjadi nilai tambah adalah hasil laut berupa pengeringan ikan,
hasil perkebunan berupa pengeringan biji kopi, dan pariwisata berupa pemandian
air panas pada Table XI.6. Tujuan utama penggunaan konsep casecade sistem
adalah:

1. Menciptakan produk olahan baru


2. Meningkatkan stock pangan
3. Menarik perhatian wisatawan
4. Meningkatkan lapangan pekerjaan pada wilayah Cisolok

Tabel XI.III Potensi Komoditas Perikanan dan Perkebunan di Kabupaten Sukabumi


No. Komoditas Produksi (Ton/tahun)
1 Teh 602.3
2 Karet 4769.9
3 Kelapa Hibrid 442.6
4 Kakao 237.6
5 Cengkeh 604.7
6 Kopi 55
7 Ikan laut 11.055

116
Skema pengembangan cascade sistem menggunakan teknologi heat transfer
dimana secara skematis dapat digambarkan pada Gambar XI.7. Brine dengan
temperature 110°C digunakan sebagai input dan output temperature dengan nilai
40°C. Brine tersebut digunakan untuk memanaskan fluida air dingin menggunakan
Heat exchnger, fluida air yang telah terpanaskan ini dimanfaatkan untuk
mengeringkan biji kopi, pengeringan produk laut dan pemandian air panas. Brine
yang digunakan untuk memanaskan fluida air dingin akan dialirkan ke sumur
injeksi. Pada perhitungan lebih detai butuh kajian lebih lanjut.

Gambar XI.7 Skema direct use

Penentuan lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi pada WKP Cisolok-
Cisukarame berdasarkan beberapa studi yaitu level kemiringan lereng, jarak dengan
permukiman, akses jalan, jarak PLTP dengan wellpad. Berdasarkan hasil studi
tersebut Ascarya Ltd akan membangun pembangkit dengan ketinggian 550 mdpl
dan tingkat kemiringan slope 0-8% yang mengindikasikan lokasi tersebut
merupakan daerah datar Dengan kondisi tersebut maka tidak banyak diperlukan
pekerjaan site preparation seperti cut and fill sehingga dapat mengurangi biaya
proyek. Lokasi pembangkit dan wellpad berdekatan sedangkan jarak pembangkit
ke perumahan warga cukup jauh sekita 2 km. Jarak pada wellpad mempengaruhi

117
waktu dalam hal monitoring karena semakin dekat jarak antar welpad dan
pembangkit maka semakin mudah dalam monitoring dan mengurangi biaya
operasonal. Jarak pembangkit dan permukiman yang jauh memberikan keamanan
dan menguranggi gangguan sosial.

Gambar XI.8. Lokasi PLTP

Dalam tahapan eksplorasi di daerah Cisukarame, pembangunan jalan dengan


panjang 2 km berdasarkan analisis morfologi permukaan di daerah tersebut dan
analisa konektivitas akses dengan jalur yang tersedia saat ini. Pada Gambar XI.8,
rencana pembangunan yang baru digambarkan dengan garis berwarna hijau. Lokasi
yang dekat sumur di XPL-2, XPL-3 dan XPL-4, pada WKP Cisukarame.

Disamping pertimbangan aspek teknis topografi dan ekonomis, aspek kemudahan


akses dan lokasi menjadi pertimbangan juga menentukan lokasi. Dimana dari aspek
kemudahan akses dan lokasi terdapat dua hal utama yaitu:

1. Akses Jalan

Keberadaan akses road sangat diperlukan untuk mengurangi biaya yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek seperti pembebasan lahan dan menghemat waktu dalam

118
melakukan proses perijinan. Perusahaan tetap perlu melakukan pembukaan jalan
perusahaan dengan memperhatikan luas jalan

2. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dapat diakses melalui Pelabuhan Ratu

Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dapat dilakukan melalui jalur laut dan jalur
darat. Jalur laut lebih diutamakan karena beberapa faktor seperti keamanan,
keselamatan, harga, dan waktu. Jarak proyek Ratu relative dekat yaitu sejauh 17 km
dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Jarak mobilsasi dan demobilisasi proyek
akan mempengaruhi besarnya biaya, dikarenakan semakin jauh jarak yang di
tempuh maka semakin besar biaya yang akan di tangung
olehpengembang/perusahaan. Dengan semakin dekatnya lokasi pelabuhan maka
dapat dilakukan penghematan dalam hal perkuatan jalur mobilisasi dan
demobilisasi.

XI.6 Steam Above Ground System

Pengembangan PLTP juga ditentukan dengan menentukan Steam Above Ground


System (SAGS) yang akan diterapkan. Tata layout SAGS ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut (AECOM, 2011):

1. Menghindari aliran dua fase yang menanjak dari wellpad produksi ke


separator.
2. Penggunaan injeksi gravitasi jika praktis, untuk menghindari kerumitan
sistem tambahan dan modal serta biaya pengoperasian yang terkait dengan
pompa injeksi ulang.
3. Meminimalkan biaya jaringan pipa dan pekerjaan teknik sipil.
4. Meminimalkan dampak terhadap masyarakat lokal dan lingkungan yang
disebabkan oleh perpipaan dan peralatan fisik SAGS, kebisingan dan
tampilan visual.
5. Injeksi kondensat pembangkit listrik di sumur khusus.
6. Secara umum, sistem SAGS utama harus mampu melakukan turndown
hingga 30% dari aliran beban penuh. Hal ini memungkinkan salah satu dari
dua generator turbin menjadi off-line sementara yang lain berjalan pada
beban yang dikurangi.

119
7. Sistem uap SAGS dirancang sebagai sistem "dua-setengah", masing-masing
secara nominal mesupport satu unit turbin-generator. Kedua bagian
biasanya saling berhubungan dan keduanya berfungsi tetapi memiliki katup
isolasi untuk memungkinkan shutdown yang aman dari satu setengah
sementara yang lain terus beroperasi. Cold reinjection system: Kondensat
hasil cooling tower dialirkan ke sumur injeksi.

XI.7 Kesimpulan

Berdasarkan data diatas diperoleh skenario 1 sebagai skenario terbaik yaitu single
flash untuk kapasitas pembangkitan 10 MW dan jumlah sumur produksi yang akan
dibor sebanyak 3 sumur dengan kapasitas 4 MW untuk memenuhi pembangkitan
110 MW.

XI.8 Rekomendasi

1. Diperlukan kajian lebih lajut untuk menentukan potensi masing-masing


sumur produksi dengan melakukan uji komplesi dan uji produksi jika tidak
mencapai 4 MW.
2. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai pengembangan direct use pada
wilayh cisolok

120
BAB XII Kajian Finansial

XII.1 Pendahuluan

Lapangan panas bumi membutuhkan investasi besar pada awal pengembangan,


sehingga diperlukannya kajian finansial untuk menentukan kelayakan dari proyek
tersebut. Analisis kajian finansial bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dengan melihat parameter yang
digambarkan melalui model finansial. Faktor-faktor yang dapat menjadi
pertimbangan dalam kajian finansial suatu proyek panas bumi adalah besar
cadangan yang tersedia, besar kapasitas pembangkit, teknologi konversi yang
digunakan, jumlah sumur yang dibutuhkan, serta desain fasilitas diatas permukaan.

XII.2 Parameter perhitungan keekonomian

Model finansial digunakan untuk menghitung, memprediksi atau memperkirakan


angka keuangan. Dalam kegiatan usaha panas bumi, model finansial dibangun
melalui beberapa parameter. Parameter tersebut saling berhubungan dalam suatu
model keuangan. Struktur keseluruhan dan keterkaitannya ditunjukkan pada
Gambar XII.I.

Gambar XII.I Struktur model finansial (Winofa, dkk, 2020)

121
XII.3 Parameter model finansial

1. Schedule projek geothermal


Jadwal kegiatan dibuat dengan pendekatan faktorial atau persentase pencapaian
proyek per tahun. Tabel XII.1 dan XII.2 menunjukkan jadwal proyek panas bumi
lapangan Cisukarame sekanrio 1 dan 2.

2. Revenue
Pendapatan panas bumi berasal dari penjualan listrik panas bumi. Besarnya
penerimaan dipengaruhi oleh tarif listrik dan capacity factor panas bumi. Kinerja
yang baik dari beberapa pembangkit panas bumi di seluruh dunia menggunakan
availability faktor antara 90-97%.

3. Tangible dan Intangible capital investment


Investasi model finansial panas bumi adalah salah satu yang mengintegrasikan
semua biaya melalui semua fase pengembangan dan menyajikan informasi yang
dihasilkan dengan cara membantu berbagai pengguna membuat keputusan yang
tepat. Capital investment dalam bisnis panas bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu
modal investasi hulu dan hilir. Investasi modal hulu menyangkut ketersediaan uap
dan investasi hilir terkait pembangkit listrik. Capital Investment proyek skenario 1
dirangkum pada tabel XII.3 dan skenario 2 pada tabel XII.4

4. Incentive tax
Pajak insentif diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2010
mengenai pemberian fasilitas perpajakan dan kepabeanan bagi kegiatan
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Insentif pajak berupa pengurangan pajak
penghasilan meliputi:

a. Investment Tax Allowance.

Tarif penurunan laba bersih sebesar 30% dari total investasi yang dikenakan selama
enam tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.

b. Depreciation dan Amortisasi.

Depreciation dan rate dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan jenis


aset. Kelompok tiga memiliki masa depresiasi 8 tahun dan tingkat depresiasi
25% (decline balance).

122
c. Production bonus
Pemilik izin panas bumi harus mengeluarkan bonus produksi kepada pemerintah
daerah pada wilayah kerja yang bersangkutan. Bonus produksi diatur dalam UU
No. 21/2014 tentang panas bumi. Bonus produksi dibebankan dengan persentase
tertentu dari pendapatan kotor sejak unit pertama diproduksi secara komersial.
Besaran bonus produksi diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28/2016. Bonus
produksi dibebankan sebesar 0,05% dari pendapatan kotor penjualan tenaga listrik
dengan ketentuan belum berproduksi pada saat UU No 21/2014 berlaku, mulai dari
unit pertama diproduksi secara komersial.

5. Taxable Income
Tarif pajak penghasilan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 mengenai Pajak Penghasilan. Tarif yang sesuai untuk perusahaan panas bumi
adalah 25% dari pendapatan kotor (setelah pengurangan pajak insentif), yang
berlaku sejak tahun pajak 2010.

6. Loan
Ekuitas dapat disesuaikan oleh pengguna, dengan nilai tipikalnya adalah 70:30.
Dalam pinjaman, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu jangka waktu
pengembalian, interest during construction (IDC) dan bunga. Lamanya jangka
waktu pembayaran akan mempengaruhi jumlah pembayaran tahunan. Lamanya
jangka waktu pembayaran, IDC dan bunga tergantung pada jenis bank yang
memberikan pinjaman.

7. Indikator keekonomian
Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih yang telah diskon (nilai sekarang) dari
pengeluaran dan pendapatan selama umur proyek dengan menggunakan tingkat
discount rate yang ditawarkan. Jika NPV lebih besar dari nol, maka investasi lebih
menarik daripada tingkat discount rate. Tarif discount rate untuk proyek panas
bumi biasanya ditetapkan sebesar 10%.

123
Discount rate di mana sekarang bersih adalah nol adalah Internal Rate of Return
(IRR). Jika IRR lebih besar dari Required Rate of Return (RRR), maka proyek yang
diusulkan layak untuk dilaksanakan.

PI adalah rasio jumlah arus kas nilai sekarang di masa depan dengan jumlah nilai
sekarang dari investasi awal. Jika PI lebih tinggi dari satu, maka investasi lebih
menarik daripada discount rate. PI lebih tinggi dari 1,2 yang lebih banyak dicari
dalam bisnis panas bumi.

POT adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan semua biaya yang
dikeluarkan dalam suatu proyek. POT dapat menjadi pertimbangan dalam
berinvestasi karena jangka waktu yang lebih lama biasanya tidak terlalu diinginkan
dalam investasi panas bumi. Semua variabel yang mempengaruhi pemodelan
finansial dirangkum pada Tabel XII.5.

XII.4 Model finansial proyek

Berdasarkan hasil dari kajian Plan of Development (POD) direncanakan untuk


pengembangan dibagi dalam dua skenario dengan kapasitas sebesar 1 x 10 MW.
Skenario 1 yaitu teknologi konversi menggunakan single flash dan skenario 2
menggunakan combined cycle. Skenario ini direncanakan berjalan selama 3 tahun
mulai dari tahun 2020, serta 30 tahun masa operasi yaitu tahun 2053. Project
schedule ini secara garis besar dijelaskan sesuai tahapan umum pembangunan
pembangkit geotermal mulai dari perhitungan biaya eksplorasi, pengeboran sumur,
pembangunan power plant serta biaya Operation & Maintenance (O&M) pada
tahap produksi dan eksploitasi lapangan. Perbedaan scenario 1 dan 2 yaitu pada
teknologi konversi yang digunakan. Perhitungan analisa keekonomian pada
masing-masing strategi pengembangan yang telah ditentukan dengan keluaran
berupa total nilai investasi, investasi per MW, Rate of Return, dan parameter
keekonomian berdasarkan evaluasi Biaya Pokok Produksi (BPP) pada wilayah
Jawa Barat, pada Tabel XII.VI berdasarkan Keputusan Menteri ESDM nomor:
169.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan
Pembangkitan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN/Persero) tahun 2020 dirangkum
pada tabel XII.VII merupakan hasil dari model finansial proyek skenario 1 dan 2.

124
1. Skenario 1: Single flash
Berdasarkan perhitungan model finansial skenario 1 yaitu dengan
pengembangan kapasitas 1x10 MW menggunakan teknologi konversi
single flash, didapatkan nilai NPV sebesar 11,77 juta USD dan PI 1,2.
IRR on equity dari skenario 1 didapatkan sebesar 13,64%. Total capital
investment pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD 58,997 Million
dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million.
2. Skenario 2: Combined cycle
Berdasarkan perhitungan model finansial skenario 1 yaitu dengan
pengembangan kapasitas 1x10 MW menggunakan teknologi konversi
combined cycle, didapatkan nilai NPV sebesar 6,59 juta USD dan PI
0,98. IRR on equity dari skenario 2 didapatkan sebesar 12,54%. Total
capital investment sebesar USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe
USD 6,424 Million.

125
Tabel XII.I. Jadwal proyek kegiatan scenario 1 dan 2

2020 2021 2022 2023 2024-2056


Kegiatan Time
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Eksplorasi pendahuluan
Kajian geologi, geokimia dan geofisika 9 bulan
Analisa data sumur Existing (CSL-1) 2 bulan
Pra-studi kelayakan (Pre-feasibility study) 1 bulan
Eksplorasi
Kajian 3G rinci
Kajian geologi rinci 6 bulan
Kajian geokimia rinci 6 bulan
Kajian geofisika rinci 6 bulan
Resource assessment 3 bulan
Model konseptual 3G 1 bulan
Pengeboran eksplorasi
Persiapan lahan dan infrastruktur 3 bulan
Pengeboran sumur eksplorasi lanjut (3) 3 bulan
Pengujian sumur dan evaluasi reservoir 12 bulan
Studi kelayakan
Re-evaluasi resource assessment 3 bulan
Update model konseptual 1 bulan
Plan of Development (POD) 3 bulan
Time schedule 3 bulan
Cost estimation 3 bulan
Analisa keekonomian 3 bulan
Kajian lingkungan 3 bulan

126
Penyusunan laporan kajian studi kelayakan (blankable report) 1 bulan
Development
Persiapan lahan dan infrastruktur 6 bulan
Rig mobilisasi 3 bulan
Pengeboran sumur produksi (2) 3 bulan
Pengujian sumur dan evaluasi reservoir 3 bulan
Power plant construction (Single flash) 9 bulan
Steam Gathering System and Substation, Connection to Grid 9 bulan
(transmission)
Commissioning 1 bulan
Operation 30 tahun
Manajemen reservoir 30 tahun
Pengeboran sumur make-up /10 tahun

Tabel XII.II Jadwal investasi proyek scenario 1 dan 2

2021 2022 2023


Deskripsi
1 2 3
Eksplorasi
Biaya Studi Geologi dan Geophysics 100% 0% 0%
Biaya Konstruksi (jalan, well pad, jetty) pengadaan tanah dan perizinan 50% 50% 0%
Biaya Drilling Sumur Eksplorasi 70% 30% 0%
Pengujian Sumur 50% 50% 0%
Rig mobilisations 100% 0% 0%
Development

127
2021 2022 2023
Deskripsi
1 2 3
Biaya Studi Kelayakan dan studi G&G 100% 0%
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 100% 0%
Biaya Drilling Sumur Development 100% 0%
Biaya Manajemen Proyek 0% 100%
Gathering & Separation System 50% 50%
EPC Power Plant (MW) 50% 50%
Biaya Overhead Pengembang 0% 100%
Pengujian Sumur 100% 0%

Tabel XII.III Capital investment skenario 1

No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber


Eksplorasi
1 Eksplorasi lanjut
Biaya Studi 3G 1 44,305 44,305 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Konstruksi (jalan, well pad, jetty) pengadaan tanah dan perizinan 1 2,500,000 2,500,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Drilling Sumur Eksplorasi (standar hole) 3 4,500,000 13,500,000 GT Management, (2019)
Pengujian Sumur 3 120,000 360,000 GT Management, (2019)
Rig mobilisation 1 2,000,000 2,000,000 Wahjosoedibjo & Hasan (2018)
Total Biaya Eksplorasi 18,404,305
Eksploitasi-Development
2 Eksploitasi
Biaya Studi Kelayakan dan studi G&G 1 150,000 150,000 GT Management, (2019)

128
No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 1 1,000,000 500,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Drilling Sumur Produksi (standar hole) 2 4,500,000 9,000,000 GT Management, (2019)
EPC Power Plant (10 MW) 10 2,000,000 20,000,000 Winofa et al., (2021)
Gathering & Separation System 1 670,000 670,000 Winofa et al., (2020)
Pengujian Sumur 2 120,000 240,000 GT Management, (2019)
3 Operasi
Biaya Manajemen Proyek 5% 1,033,500 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Overhead Pengembang 1 9,000,000 9,000,000 GT Management, (2019)
Total Biaya Eksploitasi - Development 40,593,500
TOTAL 58,997,805
Biaya per MW 5,899,781

Tabel XII.IV Capital Investment skenario 2

No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber


Eksplorasi
1 Eksplorasi lanjut
Biaya Studi 3G 1 44,305 44,305 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Konstruksi (jalan, well pad, jetty) pengadaan tanah dan perizinan 1 2,500,000 2,500,000 Wahjosoedibjo & Hasan (2018)
Biaya Drilling Sumur Eksplorasi (standar hole) 3 4,500,000 13,500,000 GT Management, (2019)
Pengujian Sumur 3 120,000 360,000 GT Management, (2019)
Rig mobilisation 1 2,000,000 2,000,000 Wahjosoedibjo & Hasan (2018)
Total Biaya Eksplorasi 18,404,305
Eksploitasi-Development
2 Eksploitasi

129
No Kegiatan Unit Harga Jumlah Sumber
Biaya Studi Kelayakan dan studi G&G 1 150,000 150,000 GT Management, (2019)
Biaya Konstruksi (jalan dan well pad), pengadaan lahan dan perijinan 1 1,000,000 500,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Drilling Sumur Produksi (standar hole) 2 4,500,000 9,000,000 GT Management, (2019)
EPC Power Plant (10 MW) 10 2,500,000 25,000,000 Perhitungan Ascarya Ltd
Gathering & Separation System 1 670,000 670,000 Winofa et al., (2020)
Pengujian Sumur 2 120,000 240,000 GT Management, (2019)
3 Operasi
Biaya Manajemen Proyek 5% 1,283,500 Perhitungan Ascarya Ltd
Biaya Overhead Pengembang 1 9,000,000 9,000,000 GT Management, (2019)
Total Biaya Eksploitasi - Development 45,843,500
TOTAL 64,247,805
Biaya per MW 6,424,781

Tabel XII.V Parameter keekonomian proyek

Parameter Nilai Referensi


Parameter teknis
Capacity factor 90% Sarmiento et al., (2013)
Jam kerja sehari 24 Ascarya Energy Ltd
Hari kerja dalam setahun 365 Ascarya Energy Ltd
Sumur eksplorasi
Success ratio eksplorasi 59% Winofa et al., (2020)
Jumlah sumur eksplorasi 3 sumur Ascarya Energy Ltd
Jumlah sumur eksplorasi sukses 2 sumur Ascarya Energy Ltd
Alih fungsi ke sumur produksi 2 sumur Ascarya Energy Ltd
Alih fungsi ke sumur injeksi 1 sumur Ascarya Energy Ltd

130
Parameter Nilai Referensi
Parameter teknis
Sumur development produksi
Success ratio 80% Winofa et al., (2020)
Jumlah sumur produksi 1 sumur Ascarya Energy Ltd
Alih Fungsi ke Sumur Injeksi 1 sumur Ascarya Energy Ltd
Sumur Make-up
Success Ratio 80% Winofa et al., (2020)
Jumlah sumur Make-up 3 sumur Ascarya Energy Ltd
Parameter finansial
Tangible cost 30% Damar & Sukyar, (2010)
Depreciation periode 8 Tahun Kementrian keuangan (2010)
Depreciation rate 25% Kementrian keuangan (2010)
Equity : Debt 30 : 70 Quinlivan et al, (2015)
Loan period 20 Tahun Quinlivan et al, (2015)
Interest 4% Quinlivan et al, (2015)
Interest During Constraction (IDC) 4% Quinlivan et al, (2015)
Production bonus 0.50% Kemenrian ESDM (2016)
Tax rate 25% Kementrian ESDM (2008)
Discount rate 10% Quinlivan et al, (2015)

131
Tabel XII.VI Biaya Pokok Penyediaan Tahun 2020 (Keputusan Menteri ESDM nomor: 169.K/HK.02/MEM.M/2021)

Wilayah BPP (US Cent/kWh)


Nasional 7.86
Jawa Barat 6.23

Tabel XII.VII Model Finansial skenario 1 dan 2 proyek

Skenario 1 Skenario 2
Parameter Satuan
Single flash Combined cycle
Total Capital 58,997 64,247 USD*1000
Total Cost/Mwe (Total 10MW) 5,899 6,424 USD*1000
NPV 11,77 6,59 Juta USD
IRR 13,64 12,54 %
PI 1,2 0,98
Payback 9,15 9,20 Tahun
Tarif listrik 16,95 17,12 US cent/kWh

132
XII.5 Kesimpulan

Dengan nilai NPV positif dan PI lebih dari 1, tetapi kisaran harga listrik masih
berada diatas BPP Jawa Barat, maka proyek ini dapat dikatakan tidak feasible
secara keekonomian. Total capital pada project ini untuk Skenario 1 adalah USD
58,997 Million dengan Invesment/Mwe USD 5,899 Million. Sedangkan untuk
Skenario 2 adalah USD 64,247 Million dengan Invesment/Mwe USD 6,424
Million. Dengan demikian harga listrik yang disarankan untuk Skenario 1 yaitu
16,95 USD cent/kWh (IRR 13,64%; NPV USD 11,77 Million; payback period 9,15
tahun). Sedangkan untuk Skenario 2 yaitu 17,12 USD cent/kWh (IRR 12,54%;
NPV USD 17,12 Million; payback period 9,20 tahun). Dengan nilai listrik yang
lebih murah, maka skenario yang disarankan adalah skenario 1, tetapi harus adanya
kerjasama dari pemerintah dan turut andil dalam menurunkan harga jual ini untuk
memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) serta peran pemerintah dalam
menurunkan harga jual beli listrik. Untuk meningkatkan keekonomian agar menjadi
feasible dapat juga mengembangkan pemanfaatan langsung panas bumi pada area
Cisukarame seperti yang disarankan pada area Cisolok.

133
BAB XIII Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup

Proyek pengembangan lapangan Cisukarame dengan kapasitas 10 MW


direncanakan beroperasi pada tahun 2023 dapat memberikan pengaruh terhadap isu
lingkungan hidup dan munculnya masalah masyarakat sekitar wilayah kerja panas
bumi. Pemanfaatan memberikan dampak baik bagi lingkungan maupun sosial
secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan dan sosial ini perlu dikaji
dengan teliti dan benar-benar penanganannya agar pengembangan proyek
Cisukarame dapat dilaksanakan dengan standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang mendukung kelestarian lingkungan hidup. Adapun rencana Pengelolaan
dan Pemantauan lingkungan hidup dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Pra-Konstruksi

Tahap ini merupakan tahap di mana aktivitas pembebasan lahan dilakukan


setelah rencana pengembangan selesai dirumuskan.

2. Tahap Konstruksi

Tahap ini merupakan tahap pembuatan sumur sampai konstruksi pembangkit


listrik hingga fasilitas tersebut siap untuk beroperasi.

3. Tahap Pengoperasian

Tahap ini merupakan tahap eksploitasi fluida geotermal dilakukan. Tahap ini
memiliki perkembangan yang lebih fleksibel yaitu disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan di rangkum
pada tabel XII.I dan lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.

134
Tabel XIII.I Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan

Komponen aktivitas
Dampak potensial
lingkungan
Tahap pra-konstruksi
Izin dan Sosialisasi 1. Pengurusan izin untuk pembebasan lahan
2. Terdapat pihak-pihak yang menuntut hak atas lahan
3. Terjadi keresahan masyarakat

Tahap Konstruksi
Pembukaan lahan 1. Habitat flora dan fauna terganggu
2. Vegetasi berkurang
Pengeboran 1. Risiko terjadi pencemaran udara akibat non condensible gas seperti H 2S
dan pengujian sumur 2. Risiko terjadi pencemaran air akibat logam berat, limbah berbahaya dan beracun (B3)
3. Risiko terjadi pencemaran suara akibat kebisingan yang timbul karena mobilisasi peralatan, pengeboran
sumur, proses rig-up dan rig-down, dan kegiatan uji produksi

Tahap Pengoperasian
Pengoperasian PLTP 1. Risiko terjadi pencemaran suara akibat kebisingan di area PLTP
2. Risiko terjadi pencemaran udara akibat kadar emisi NCG dan kebocoran uap sumur/pipa atau uap
isopentane
3. Risiko kebakaran area pembangkit
4. Tuntutan keterbukaan kesempatan kerja untuk masyarakat total
5. Timbul keresahan masyarakat selama kegiatan pengoperasian PLTP

135
Daftar Pustaka

AECOM: Geothermal Training Workshop, Geothermal Power Plants, FS and


FEED for Preparing Geothermal Fields for Development PT. Pertamina
Geothermal Energy, Indonesia, 2011

Badan Standardisasi Nasional (SNI 13-6482-2000). Standar Nasional: Model


Estimasi Potensi Energi Panas Bumi. Jakarta.

Ditjen EBTKE. 2017. “Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1” ISBN 978-602-
50394-0-9 ISBN 978-602-50394-1-6, Jakarta: Direktorat Panas Bumi
Direktorat Jenderal Energi Baru.

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya


Mineral. 2021. Konferensi Pers Perkembangan dan Arah Kebijakan
Subsektor Ketenagalistrikan. www.gatrik.esdm.go.id/

Google maps akses lokasi. Link: https://www.google.com/maps/place/Cisolok

GT Management. 2019. Cost of Production from Geothermal Power Projects in


Indonesia.

Hochstein, M.P. dan Browne, P.R.L., 2000, Surface Manifestation of Geothermal


Sistems with Volcanic Heat Sources. San Diego: Academic Press

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2016. Besaran dan Tata
Cara Pemberian Bonus Produksi Panas Bumi (Republic of Indonesia)
Government Regulation No. 28/2016

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2008) Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
(Republic of Indonesia) Law No. 36/2008

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Penetapan Wilayah
Kerja Panas bumi di Daerah Cisolok-Cisukarame, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2021. link:
http://203.189.88.27/index.php/web/result/957/detail

Mulyana, C., Adiprana R., Saad, A.H., H., M.R., & Muhammad, F. 2 0 1 6 .
The thermodynamic cycle models for Geothermal power plants by

136
considering the working fluid characteristic. AIP conference proceedings
Vol.1712, pp. 020002–1–020002–7.

Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids , Springer Verlag, Inc., Berlin

Quinlivan P, Batten A, Wibowo M, Hinchliffe S, Rahayu D, Doria I, Yahmadi A


and Tondang H Y T. 2015. Assessing Geothermal Tariffs in the Face of
Uncertainty, a Probabilistic Approach Proceedings World Geothermal
Congress 2015

Sarmiento Z F, Steingrímsson B and Axelsson G. 2013. Volumetric Resource


Assessment Presented at Short course V on Conceptual Modelling of
Geothermal Systems organized by UNU-GTP and LaGeo

Saptadji, N., M. 2020. Teknik Geotermal. Bandung: ITB Press

Winofa, N., C., Lesmana, A., Pratama, HB., Saptadji, NM., Ashat, AA. 2020. The
Application of Numerical Simulation Result for Geothermal Financial Model
with Probabilistic Approach: A Comprehensive Study. IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science 417.

Winofa, NC., Stephani, J., Situmorang, J., & Harry, M. 2021. Techno-economic
Analysis in Developing Low to Intermediate Temperature Geothermal
System in the Eastern Region of Indonesia. PROCEEDINGS, 46th Workshop
on Geothermal Reservoir Engineering.

137
Lampiran

Lampiran 1 Diagram Cl-SO4-HCO3 Air Panas Area Cisolok

138
Lampiran 2 Diagram Cl-SO4-HCO3 Air Panas Area Cisukarame

139
Lampiran 3 Diagram Cl-Li-B Air Panas Area Cisolok

140
Lampiran 4 Diagram Cl-Li-B Air Panas Area Cisukarame

141
Lampiran 5 Diagram Na-K-Mg Air Panas Area Cisolok

142
Lampiran 6 Diagram Na-K-Mg Air Panas Area Cisukarame

143
Lampiran 7 Geothermometer Giggenbach Na-K-Mg Cisolok

144
Lampiran 8 Geothermometer Giggenbach Na-K-Mg Cisukarame

145
Lampiran 9 Isotop Air Panas Cisolok

146
Lampiran 10 Isotop Air Panas Area Cisukarame

147
Lampiran 11 Analisis Gas Manifestasi Fumarol, Cisukarame

148
Lampiran 12 Geothermometer Gas Cisukarame

149
Lampiran 13. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Tahap pra-konstruksi
Izin dan 1. Pembebasan 1. Rencana pembebasan lahan 1. Melakukan WKP Selama tahap
Sosialisasi lahan sesuai dengan peraturan pemetaan Cisukarame pra- konstruksi
2. Hak atas lahan yang ada kepemilikan tanah
3. Keresahan 2. Melakukan kegiatan yang akan
masyarakat sosialisasi dengan digunakan untuk
masyarakat setempat pengembangan
mengenai pengembangan 2. Membuat peta
wilayah panas bumi kepemilikan tanah
3. Memastikan legalitas bekerja sama
pemilikan tanah dengan Biro
4. Bersikap terbuka terhadap Pengelolaan Tanah
masyarakat dan selalu Kabupaten
melakukan dialog atas Sukabumi
rencana pembebasan lahan 3. Mencatat segala jenis
keresahan
masyarakat yang
ditimbulkan dan
berusaha
memberikan
feedback yang positif
terhadap keluhan
yang diajukan

150
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Tahap Konstruksi
Pembukaan 1. Habitat flora dan Tidak melakukan pembangunan Memantau flora dan WKP Seminggu sekali
lahan fauna di kawasan sensitif (Hutan fauna dan kondisi Cisukarame selama
2. Vegetasi lindung, daerah pemandangan, vegetasi tahap konstruksi
dll) dan melakukan rehabilitasi
setelah kegiatan konstruksi
Pengeboran Kualitas udara 1. Lokasi pengeboran dan uji Pengukuran H2S WKP Selama tahap
dan pengujian (Konsentrasi H2S) produksi dilengkapi dengan dengan menggunakan Cisukarame konstruksi
sumur peralatan monitoring H2s peralatan yang telah
2. Membatasi akses warga lokal memenuhi standar
selama pengeboran dan
pengujian sumur
3. Pekerja harus dilengkapi
dengan PPE (Personal
Protective Equipment)
4. Apabila hasil monitoring
H2S melebihi standar batas,
maka sumur produksi akan
dikurangi hingga konsentrasi
H2S normal kembali

151
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengeboran Kualitas air dan 1. Limbah dibuang sesuai 1. Mengukur jumlah WKP Selama tahap
dan pengujian limbah standar negara limbah padat yang Cisukarame konstruksi
sumur (Limbah, logam 2. Limbah dikumpulkan dalam dihasilkan dari
berat, berbahaya dan kolam pembuangan, hitungan truk yang
beracun (B3)) digunakan dalam proses keluar-masuk dari
pengeboran sebagai area pembuangan
komponen lumpur limbah
pengeboran yang nantinya 2. Memantau
akan dikembalikan ke dalam penanganan limbah
sumur. sesuai dengan SOP
3. Pelatihan untuk pekerja yang 3. Melaksanakan uji
menangani limbah B3 TCLP untuk lumpur
pengeboran, limbah
setengah cair, dan
bubuk pengeboran

152
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengeboran Kebisingan 1. Memasang silencer Mengukur tingkat WKP Selama tahap
dan pengujian (Mobilisasi, 2. Menanam pohon dengan kebisingan yang Cisukarame konstruksi
sumur pengeboran sumur, menutupi area dihasilkan
proses rig-up dan pengembangan menggunakan alat
rig-down, uji 3. Mengurangi kecepatan pengukuran yang valid
produksi) kendaraan hingga maksimum
20 km/jam
4. Merencanakan kerja pada
malam hari/libur
5. Lokasi jauh dari permukiman
warga
6. Memasang tanda pengaman
bahwa akan terjadi tingkat
kebisingan yang lebih dari
normal untuk meningkatkan
kewaspadaan
Tahap Pengoperasian
Pengoperasian Tingkat kebisingan 1. Pekerja menggunakan ear Dilakukan pengukuran Area PLTP 3 bulan sekali tahun
PLTP plug pada area PLTP tingkat kebisingan dan area pertama dan 6 bulan
2. Melakukan instalasi peredam sesuai dengan metode sekitar PLTP sekali pada tahun
diarea PLTP yang tepat yang masih berikutnya
3. Menanam pohon dengan menjangkau
menutupi area PLTP aktivitas
penduduk

153
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengoperasian Kualitas udara Memasang alat detektor Melakukan sampling Area sekitar Satu bulan sekali
PLTP (kadar emisi NCG kebocoran udara ambient dan cooling tower, selama
dari fluida serta dianalisis di power station, operasional PLTP
kebcoroan uap laboartorium untuk sekitar sumur
sumur/pipa atau uap mengetahui tingkat (produksi dan
isopentane) konsentrasi dan injeksi) dan
dibandingkan dengan jalur
tingkat batas wajar pipa
Pengoperasian Kemungkinan Memasang tanda flammable di Memasang gas detector Area dalam Monitoring
PLTP kebakaran area sekitar lokasi pembangkit, dan pemantauan PLTP dan area kebocoran
pembangkit rambu larangan merokok, dan pembangkit dan pipa sekitar PLTP setiap hari
memasang detektor asap
Pengoperasian Kesempatan kerja 1. Menyediakan lapangan kerja Mendata jumlah, Area Setiap enam bulan
PLTP kepada masyarakat lokal persentase, dan asal Cisukarame sekali serta review
yang memenuhi persyaratan daerah para pekerja yang kinerja dari pekerja
dan kualifikasi PT.PLN kontraktor dan PT. digunakan
2. Mendorong kontraktor untuk PLN dari data tenaga sebagai lokasi
mempekerjakan tenaga kerja kerja yang tersedia pengembangan
lokal sebanyak mungkin PLTP dan area
sekitar serta
area kantor
PT. PLN

154
Komponen
Jangka waktu dan
aktivitas Dampak potensial Mitigasi Pemantauan Lokasi kerja
frekuensi
lingkungan
Pengoperasian Keresahan 1. Merencanakan penerimaan Mencatat segala jenis Desa-desa di Setiap enam bulan
PLTP masyarakat tenaga kerja lokal secara adil keresahan atau area sekali
dan terbuka keluhan masyarakat Cisukarame
2. Melakukan sosialisasi yang ditimbulkan dan Kantor
kegiatan pengoperasian dan akibat adanya PT.PLN
transmisi pembangkit pengembangan PLTP pada lokasi
proyek

155

Anda mungkin juga menyukai