Anda di halaman 1dari 2

Sebenarnya kita perlu melihat ke belakang, belajar dari filosofi Ki Hajar

Dewantara seperti yang sering dikutip Mendikbud Ristek Nadiem Makarim


dan Dirjen GTK Iwan Syahril yang menyebutnya sebagai proses
pembelajaran “menghamba” pada murid. Menghamba disini bukanlah
semakna dengan menghambanya makhluk kepada ALLAH Subhanahu
Wata’ala Sang Maha Pencipta, namun kata menghamba di sini dalam
konteks memuliakan, menghormati karakter, kebutuhan hak asasi, hak dasar
siswa untuk tumbuh berkembang sesuai potensi, bakat, minat dan
keinginannya,” ujar Kang Deni.

Dalam hal ini guru-guru diminta bergerak ikut menginisiasi sebuah ekosistem
kebaikan dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Melalui Program
Guru Penggerak (GP) para guru Indonesia dari Sabang sampai Merauke
diajak untuk bertransformasi membuat perubahan cara pandang terhadap
siswa yang diajarnya. Dimana siswa tidak dipandang sebagai objek,
melainkan mitra dalam proses pembelajaran. Mereka tidak datang ke kelas
sebagai gelas kosong, melainkan sudah memiliki pengetahuan dasar tentang
materi yang akan diberikan guru.

Siswa perlu dipandang sebagai seseorang yang perlu kita bantu untuk
tumbuh berkembang dengan layak sesuai hak asasinya. Esensi guru
penggerak sendiri tak lain adalah sebuah inisiatif perubahan sikap guru
dalam rangka mewujudkan transformasi pendidikan dari cara konvensional
menjadi cara milenial. Lebih dari itu seorang guru penggerak akan
berorientasi pada peserta didik dengan memperhatikan habituasi atau
karakter pembelajaran, bukan sekedar fokus kepada angka-angka dan nilai,
serta capaiannya saja.

Guru dari Sabang sampai Merauke diharapkan mau menginisiasi perubahan


kecil praktik baik pembelajaran apapun itu yang ujungnya bagaimana kita
bisa menghadirkan kepemimpinan pembelajaran yang benar-benar mampu
berpihak pada siswa. Diakui memang ada kekeliruan dalam menerapkan
kurikulum 2013 yang se-ruh dengan kebijakan guru penggerak ini. Dimana
orientasi guru masih berfokus pada nilai akademik semata mengingat ada
target dan tujuan pembelajaran yang perlu dicapai. Tujuan dan target
memang dibutuhkan namun dalam proses mengejar hal tersebut guru perlu
melakukan reorientasi dan lebih memihak kepada kepentingan siswa. Guru
yang keren itu harus mampu memenuhi kebutuhan belajar semua siswa
yang berbeda-beda. Ada yang siswa yang dominan kinestetik, ada juga
yang auditif, tentu perlu pendekatan yang berbeda.
belajar hanya akan bermakna jika Anda dapat menerapkannya dalam
konteks pemecahan masalah yang Anda hadapi sehari-hari. Oleh karena
itu, langkah awal yang Anda ambil akan menjadi sangat penting. Mulailah
dengan langkah kecil, sedikit demi sedikit. Bersiaplah untuk kesalahan
dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, namun bertahanlah dan
segera lakukanlah refleksi. Kesalahan yang Anda buat seharusnya dapat
meningkatkan keterampilan Anda dalam memecahkan masalah. Riset
membuktikan bahwa belajar dari kesalahan memiliki potensi untuk
meningkatkan keterampilan metakognisi Anda dan efikasi diri Anda,
karena Anda akan merasa memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menyelesaikan pekerjaan Anda dengan baik.
Jadi, tetaplah semangat!

Anda mungkin juga menyukai