Anda di halaman 1dari 21

Rekonstruksi Pemikiran Kalam: Analisis Perbandingan Antara Al-Mu'tazilah dan

Perspektif Syi'ah

Reconstruction of Kalam Thought: A Comparative Analysis Between Al-Mu'tazilah and


Shi'a Perspectives

1
Royyan abdunnashir, 2Arsandi
1
Program Studi ahwalul syakhsiyah, Universitas Muhammadiyah Palu
(Email: royanjr4.@gmail.com)
2
Program Studi Ahwalul Syakhsiyah, Universitas Muhammadiyah Palu
(Email:
arsandisandi4304.@gmail.com
)

ABSTRAK
Artikel ini membahas gagasan Al-mu’tazilah dan syi’ah dalam sejarah teologi
Islam. Keduanya memiliki pemikiran dan cara-cara menjalani pemikirannya.
Dari pertentangan keduanya, memantik pemikiran-pemikiran baru . Penelitian ini
bertujuan untuk membahas perbandingan antara pemikiran kalam aliran Al-
mu’tazilah dan aliran syi’ah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
kualitatif atau metode studi literatur dengan mencari referensi yang berhubungan
dengan persoalan al-mu’tazilah dan syi’ah. Objek formal penelitian ini adalah
perbandingan, sedangkan objek materialnya ialah pemikiran dalam aliran
mu’tazilah dan syi’ah. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini adalah al-
mu’tazilah dan syi’ah dalam konsep keyakinan dari kedua aliran.
Kata Kunci: Pemikiran Kalam, al-mutazilah dan syi’ah

Abstrak:

Pemikiran kalam memiliki peran sentral dalam sejarah pemikiran Islam, memainkan
peran penting dalam mengartikulasikan keyakinan-teori tentang Tuhan, keadilan, dan
konsep-konsep lainnya yang fundamental bagi pemahaman agama Islam. Artikel ini
bertujuan untuk melakukan rekonstruksi pemikiran kalam melalui analisis perbandingan
antara dua aliran utama dalam tradisi kalam Islam, yaitu Al-Mu'tazilah dan Perspektif
Syi'ah.
Melalui pendekatan analisis perbandingan, artikel ini mengeksplorasi persamaan dan
perbedaan antara kedua aliran tersebut dalam berbagai aspek, termasuk konsepsi tentang
sifat-sifat Tuhan, hubungan antara kehendak manusia dan ketentuan ilahi, serta
pendekatan terhadap otoritas al-Quran dan hadis. Artikel ini juga memperhatikan konteks
sejarah dan sosial di mana kedua aliran ini berkembang, untuk memahami pengaruh-
pengaruh yang membentuk pemikiran kalam mereka.
Dengan menyoroti persamaan dan perbedaan antara Al-Mu'tazilah dan Perspektif Syi'ah,
artikel ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik
tentang keragaman dalam tradisi kalam Islam, serta relevansinya dalam konteks
kontemporer. Dengan demikian, artikel ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
berharga bagi para pembaca yang tertarik dalam studi kalam dan pemikiran Islam.

ABSTRACK
This article discusses the ideas of Al-mu'tazilah and Shi'ah in the history of
Islamic theology. Both have their thoughts and ways of living their thoughts. From
the contradiction between the two, it sparked new thoughts. This research aims to
discuss the comparison between the kalam thought of the Al-mu'tazilah school and
the Shi'a school. This research uses a qualitative approach or literature study
method by looking for references related to al-mu'tazilah and shia issues. The
formal object of this research is comparison, while the material object is thought
in the mu'tazilah and shia schools. The results and discussion in this study are al-
mu'tazilah and shia in the concept of belief from both schools.

Keywords: Kalam thinking, mu’tazilah, syiah


PENDAHULUAN

Seperti kita ketahui, banyak sekali firqoh yang terdapat dalam Islam. Mereka

mengamalkan beberapa ajaran yang mengatasnamakan Islam, ajaran tersebut jelas-jelas

menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya, ajaran yang mengutamakan Al-Quran

dan Hadits sebagai sumber utamanya. Contoh berbagai aliran yang akan dibahas dalam

artikel ini adalah aliran Mu'tazilah dan aliran Syiah. Aliran Mu'tazilah merupakan aliran

yang menggunakan akal sebagai sumber untuk mengenal Tuhan. Dengan demikian, aliran

Syiah merupakan aliran yang mengusung doktrin bahwa segala petunjuk agama berasal

dari Ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk agama dari teman-teman yang bukan Ahl al-

bait atau pengikutnya. Firqoh ini dilatarbelakangi oleh politik yang kemudian berdampak

pada agama. Oleh karena itu, pemahaman hukum Islam secara mendalam dipandang

perlu, terutama di zaman modern dengan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di

kalangan pelajar.

Dalam gelombang dinamika pemikiran Islam, telaah mendalam terhadap tradisi kalam

menjadi penting untuk memahami kompleksitas filosofi agama dalam tradisi Islam.

Dalam artikel ini, kami melakukan sebuah rekonstruksi yang teliti terhadap pemikiran

kalam, dengan memusatkan perhatian pada dua aliran yang signifikan: Al-Mu'tazilah dan

Perspektif Syi'ah. Dalam analisis perbandingan ini, kami menyelidiki akar pemikiran,

konsepsi tentang Tuhan, relasi antara kehendak manusia dan ketentuan ilahi, serta

pandangan tentang otoritas keagamaan. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk

menyajikan landasan yang kuat bagi pemahaman lebih mendalam tentang perbedaan dan

persamaan esensial antara dua tradisi kalam ini, serta implikasinya dalam konteks

kekinian pemikiran Islam.

Catatan dalam Diskusi bisa dianalisis untuk dimasukkan dalam isi.

Nikah mut'ah, juga dikenal sebagai "nikah sementara" atau "nikah mut'ah" adalah
sebuah praktik dalam Islam yang telah menjadi bahan perdebatan di antara
berbagai mazhab dan aliran. Pandangan Syiah terhadap nikah mut'ah berbeda
dengan mayoritas mazhab Sunni. Berikut adalah beberapa pandangan dan
alasannya yang mendasari praktik ini dalam tradisi Syiah:

1. Nikah Mut'ah dalam Tradisi Syiah:


 Dalam tradisi Syiah, nikah mut'ah diperbolehkan dan dianggap sah.
 Nikah mut'ah merupakan pernikahan yang memiliki batas waktu
yang ditentukan, biasanya dalam rentang waktu tertentu, dan
kontrak pernikahan ini berakhir setelah masa yang ditentukan telah
berlalu.
2. Alasan Pendukung Nikah Mut'ah oleh Syiah:
 Dasar Hukum: Pendukung nikah mut'ah dalam tradisi Syiah
mengutip beberapa hadis dari Imam Syiah yang mengindikasikan
bahwa praktik ini disetujui oleh Nabi Muhammad SAW dan
dianggap sah dalam Islam. Mereka berpendapat bahwa praktik ini
memiliki dasar hukum dalam Al-Quran dan Sunnah, meskipun
interpretasi tentang ayat-ayat dan hadis-hadis yang relevan
mungkin berbeda-beda.
 Fleksibilitas: Nikah mut'ah dianggap sebagai bentuk fleksibilitas
dalam hukum Islam yang memungkinkan individu untuk menikah
dalam situasi-situasi tertentu di mana pernikahan permanen tidak
praktis atau memungkinkan, seperti perjalanan atau untuk
memenuhi kebutuhan emosional atau seksual yang sementara.
 Perlindungan Perempuan: Para pendukung nikah mut'ah di
kalangan Syiah berpendapat bahwa praktik ini memberikan
perlindungan kepada perempuan dalam situasi-situasi di mana
mereka mungkin membutuhkan dukungan ekonomi atau
keamanan, namun tidak ingin atau tidak bisa menikah secara
permanen.
3. Pandangan Kontroversial dan Kritik:
 Mayoritas mazhab Sunni menolak praktik nikah mut'ah,
menganggapnya sebagai praktik yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam dan menimbulkan masalah moral dan sosial.
 Beberapa kritik terhadap praktik ini termasuk pandangan bahwa
nikah mut'ah dapat mengeksploitasi perempuan, mengabaikan
prinsip-prinsip kesetiaan dan tanggung jawab dalam pernikahan,
serta merusak institusi pernikahan secara keseluruhan.

Dengan demikian, pandangan Syiah tentang nikah mut'ah didasarkan pada


penafsiran tertentu terhadap sumber-sumber hukum Islam dan kebutuhan sosial
serta konteks historis. Meskipun diperbolehkan dalam tradisi Syiah, praktik ini
tetap menjadi bahan perdebatan dan kontroversi di dunia Muslim.

Pemahaman bahwa Syiah membenci Aisyah tidak sepenuhnya akurat. Prinsip Ahlul Bait,
yang menekankan penghormatan terhadap keluarga Nabi Muhammad SAW, memang
menjadi salah satu prinsip utama dalam kepercayaan Syiah. Namun, tidak benar untuk
mengatakan bahwa semua Syiah membenci Aisyah. Ada perbedaan pandangan di antara
umat Islam, termasuk di antara para pemeluk Syiah, tentang peran dan karakter tokoh-
tokoh penting dalam sejarah Islam, termasuk Aisyah.

Adapun alasan di balik ketegangan historis antara sebagian kalangan Syiah dan Aisyah,
ini dapat dijelaskan dengan beberapa faktor:

1. Perbedaan Politik dan Sejarah: Sejarah Islam mencatat adanya konflik dan
ketegangan politik di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW sendiri.
Terdapat konflik politik dan pergolakan di antara kelompok-kelompok yang
berbeda setelah wafatnya Nabi. Beberapa kelompok Syiah menafsirkan sejarah ini
secara berbeda, dan ada yang menganggap bahwa Aisyah, sebagai tokoh yang
terlibat dalam peristiwa-peristiwa politik setelah kewafatan Nabi, memiliki peran
yang kontroversial.
2. Perspektif Sejarah Berbeda: Pandangan sejarah tentang peristiwa-peristiwa
seperti Perang Jamal dan Perang Siffin dapat berbeda di antara Sunni dan Syiah.
Dalam konteks ini, Aisyah terlibat dalam Perang Jamal melawan Imam Ali, yang
menjadi salah satu sumber ketegangan.
3. Konteks Politik dan Kultural: Ada faktor-faktor politik dan kultural yang
mempengaruhi persepsi terhadap tokoh-tokoh sejarah. Di beberapa komunitas
Syiah, terutama di masa lalu, terdapat narasi-narasi yang menekankan konflik
antara Ali dan Aisyah, yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadapnya.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua Syiah membenci Aisyah.
Banyak umat Islam, baik Sunni maupun Syiah, menghormati Aisyah sebagai salah satu
istri Nabi Muhammad SAW dan sebagai tokoh penting dalam sejarah Islam.
Keseluruhan, penting untuk memahami keragaman pandangan di antara umat Islam dan
menghindari generalisasi yang tidak akurat.

Pandangan Syiah terhadap Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW dan istri Ali bin Abi
Thalib, umumnya sangat tinggi dan dihormati. Fatimah dianggap sebagai salah satu tokoh
sentral dalam Islam oleh umat Syiah, dan penghargaan terhadapnya mencerminkan
kedalaman kecintaan dan penghormatan mereka terhadap keluarga Nabi.

Berikut adalah beberapa poin tentang pandangan Syiah terhadap Fatimah:

1. Kedudukan Khusus:
 Fatimah dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Islam
oleh Syiah. Mereka menganggapnya sebagai tokoh yang paling mulia
setelah Nabi Muhammad SAW.
 Fatimah juga dianggap sebagai sumber inspirasi spiritual dan moral bagi
umat Islam, terutama bagi umat Syiah.
2. Kedalaman Penghargaan:
 Syiah meyakini bahwa Fatimah memiliki peran yang penting dalam
melindungi dan menyebarkan ajaran Islam setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW.
 Mereka menekankan pengorbanan dan kesetiaan Fatimah terhadap ajaran
Islam, serta ketabahannya dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.
3. Kisah Tragis Wafatnya:
 Syiah mengenang dengan penuh duka cita kisah tragis wafatnya Fatimah.
Mereka percaya bahwa dia meninggal dunia dalam keadaan tertekan
akibat peristiwa pengepungan pintu rumahnya yang menyebabkan
kematian anaknya yang belum lahir dan cedera berat pada dirinya sendiri.
Peristiwa ini, yang dikenal sebagai peristiwa Pengepungan pintu Fatimah,
menjadi salah satu peristiwa penting yang disorot dalam sejarah Syiah.
4. Sumber Inspirasi dan Keteladanan:
 Bagi umat Syiah, Fatimah adalah sumber inspirasi bagi perempuan
Muslim dan umat Islam pada umumnya. Mereka meneladani
ketabahannya, keberanian, dan kesetiaannya terhadap ajaran Islam.

Sementara pandangan Syiah terhadap Fatimah sangat tinggi, penting untuk memahami
bahwa perbedaan pandangan antara Syiah dan Sunni bukan berarti ada kebencian
terhadap tokoh-tokoh yang dianggap penting dalam Islam. Meskipun terdapat perbedaan
interpretasi sejarah dan hadis, kebencian terhadap tokoh-tokoh tertentu tidak selalu
mencerminkan pandangan resmi dari salah satu mazhab tersebut.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif atau

metode studi literatur (Darmalaksana, 2020) dengan mencari referensi yang

berhubungan dengan persoalan Jabariyah dan Qadariyah. Studi literatur

adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku, dan dokumen

lain yang mendeskripsikan teori serta informasi kemudian mengorganisasikan

pustaka ke dalam topik dan dokumen yang dibutuhkan (Creswell, John W. 2007).

Selain itu penulis juga menggunakan metode studi pemikiran tokoh. Metode

pengumpulan data berasal dari buku ataupun jurnal yang sesuai dengan tema

bahasan sebagai sumber primer, jurnal-jurnal terkait berasal dari Google Scholar

yang menjadi pijakan utama dalam mencari data.


KAJIAN TERDAHULU

Hasil penelitian terdahulu terkait perbandingan antara mu’tazilah dan

syi’ah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Antara lain laporan penelitian

dilakukan oleh Andi safri bactiar (2013), “Analisis Pemikiran Harun Nasution:

teologi islam,” UI jakarta. Penelitian ini memiliki tujuan mengkaji mu’tazilah dan

syi’ah dalam sebuah analisis pemikiran. Hal ini didasarkan pada pemikiran

aliran pecahan dari islam yang kerap menjadi bahan diskusi panjang di kalangan

pemikir dan cendekiawan, salah satunya adalah pernyataan menolak semua tafsir

dan hadist dan lebih mementingkan akal dalam memahami agama serta pernyataan

bahwa ali yang lebih pantas menggantikan rasulullah. Pemikiran ini mendapat

respon beragam dari para pemikir dan cendekiawan, sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti pemikirannya.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif kepustakaan

dan analisis interpretatif, penulis berupaya mengumpulkan data kemudian

menyaring dan mengutip berbagai sumber data yang selanjutnya diinterpretasi

dalam rangka memperolah sebuah kesimpulan yang valid. Metode validasi

penulis menggunakan triangulasi metode, waktu dan teori. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa aliran mu’tazilah adalah gologan orang-orang yang

memahami agamam hanya menggunakan akal dan syiah adalah sekte orang-orang

yang mengagungkan ali serta menjadikan imam-imam yang dipilih sebagai

otoritas dalam spiritual


. Hasil penelitian terdahulu dan penelitian sekarang memiliki kesamaan dan

sekaligus perbedaan. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama

meneliti konsep kedudukan akal di mu’tazilah dan konsep immah dalam

pandangan syi’ah..

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ; Menjawab rumusan


masalah yg sudah
diketengahkan pada
pendahuluan
B. Pembahasan

1. Pemikiran
mu’tazilah

Secara harafiah kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti

memisahkan atau memisahkan, juga berarti menjauh atau meninggalkan. Secara

teknis, istilah Mu'tazilah merujuk pada dua golongan.

Kelompok pertama (disebut Mu'tazilah Pertama) muncul murni sebagai

respons politik. Kelompok ini tumbuh sebagai kelompok yang netral secara

politik, terutama dalam arti moderasi dalam mendukung konflik antara Ali bin Abi

Thalib dengan lawan-lawannya, khususnya Muawiyah, Aisyah dan Abdullah bin

Zubair. Menurut penulis, kelompok ini awalnya disebut Mu tazilah karena mereka

menarik diri dari konflik khilafah. Kelompok ini netral secara politik, tanpa hinaan

teologis seperti Mu'tazilah yang berkembang kemudian.

Kelompok kedua (disebut juga Mu'tazilah Kedua) muncul sebagai respon

persoalan teologis agama yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murji'ah

pasca tahkim. Kelompok ini muncul karena mereka mempunyai pandangan yang

berbeda dengan Khawarij dan Murji'ah. Para anggota Murji'ah berkepentingan

untuk memberi kepada orang-orang yang telah melakukan dosa berat hingga

tingkat kekafiran. Mu'tazilah II lah yang akan dikaji. Dalam sejarah

kemunculannya memiliki banyak versi. Beberapa versi tentang Penamaan


kelompok kedua Mu'tazilah didasarkan pada peristiwa antara Wasil bin Atha, Amr

bin Ubaid, dan Hasan Al-Basri di Basra pada abad kedua hijriah tahun 105-1010 H

pada masa khalifah abdul malik bin Marwah dan hisyam bin abdul malik. Ketika

Wasil mengikuti majelis yang diberikan Hasan Al Basri di masjid basra. Ada

seseorang menanyakan pendapat Hasan Al Basri tentang orang-orang yang

melakukan dosa berat. Sementara Hasan Al Basri masih berpikir.

Wasil mengutarakan pendapatnya dengan berkata, “Menurutku orang yang

berbuat dosa besar itu bukanlah orang yang beriman dan tidak pula kafir, namun

dia berada pada kedudukan di antara keduanya, dia bukanlah orang yang beriman

atau kafir. dia bangkit dan meninggalkan Hasan Al Basri, dan pergi ke bagian lain

masjid, di sana dia mengulangi pendapatnya. Tentang peristiwa ini, Hasan Al

Basri berkata: “Wasil meninggalkan kami (I'tazaala' anna)..” . Maka dia dan

teman-temannya, kata al-Syahrastani, disebut Mu'tazilah.

Menurut al-Baghdadi, Hasan Al-Basri mengeluarkan Wasil dan temannya

'Amr ibn Ubaid Ibn Bab o;eh hasan al basri karena perselisihan di antara mereka

mengenai masalah Qadr dan pendosa besar. Mereka berdua menjauhkan diri dari

Hasan Al-Bashri. dan mereka serta para pengikutnya disebut Mu'tazilah. karena

mereka menjauhkan diri dari pemahaman umat Islam mengenai persoalan orang-

orang yang berdosa besar.

Ada gagasan-gagasan baru yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, bahwa

nama Mu’tazilah sudah ada sebelum kejadian Wasil dan Hasan Al Basri serta

sebelum muncul gagasan bahwa kedudukannya berada di antara kedua kedudukan

tersebut.mereka orang-orang yang tidak mau terlibat dalam politik yang terjadi

pada masa Usman Ibnu Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka menjauhkan diri

dari kelompok kontroversial. Dalam suratnya kepada khalifah “mu’tazilin”. al

Tabari menyebut nama Mu’tazilin”, sedangkan Abu al-fida sendiri menggunakan

kata al mu’tazilah.
Mencari asal muasal nama Mu'tazilah sungguh sulit. Yang jelas nama

Mu'tazila adalah aliaran teologi yang rasional dan mementingkan akal sehat dalam

memahami Islam, muncul sesudah peristiwah Wasil dengan Hasan al Basri di

Basra dan jauh sebelum itu terjadi di Basra, dan ada kata I'tazalah, al- Mu'tazilah.

tapi apa hubungannya antara Mu'tazilah pertama dan Mu'tazilah kedua, fakta yang

ada belum bisa memberikan kepastian. Ada 5 dasar teologi mu’tazilah:

1. At-tauhid

Dalam Tauhid (pengesaan Allah) merupakan prinsip dasar dan hakikat

ajaran Mu'tazilah. tauhid mempunyai makna khusus: Tuhan harus

disucikan dari segala sesuatu yang dapat mereduksi makna

kemahakuasaan-Nya. Menurutnya Tuhan itu Esa, tidak ada yang seperti

dia, tidak ada massa, tidak ada jauhar, tidak ada 'aradl, waktu tidak

bersesuaian dengan-Nya, dia tidak menempati ruang atau tempat, dia tidak

dapat dicirikan oleh sifat-sifat yang ada pada makhluk, tidak melahirkan

dan tidak dilahirkan, tidak dapat dijangkau panca indera.

2. Al-Adl

Ajaran ini berusaha memposisikan Tuhan sebagai sosok yang benar-benar

adil dalam sudut pandang manusia, karena pada hakikatnya alam semesta

ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Allah dipandang adil bila

hanya berbuat baik (ash-shalah) dan yang terbaik (al-ashalah) dan bukan

yang tidak baik. Begitu pula Tuhan itu adil jika tidak mengingkari

janjinya. Oleh karena itu, Allah terikat dengan janjinya.

Ajaran keadilan mencakupi beberapa hal:

a.perbuatan manusia

Menurut Mu'tazilah, manusia melakukan dan menciptakan perbuatannya

sendiri, terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, baik langsung


maupun tidak langsung. Manusia benar-benar bebas menentukan apakah

perbuatannya baik atau buruk.

b. berbuat baik dan terbaik

Artinya sudah menjadi kewajiban Tuhan untuk berbuat baik, bahkan lebih

baik lagi, bagi umat manusia. Tuhan tidak bisa jahat dan menganiaya

karena hal itu akan memberikan kesan bahwa Tuhan adalah penjahat.

Tuhan adalah penjahat yang berbuat sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan.

3. . Al-Wa’d wa al-Wa’id

Ajaran ketiga berkaitan erat dengan ajaran kedua. Al-Wa’d wa al-Wa’id

artinya janji dan ancaman. Tuhan Yang Maha Adil dan Bijaksana tidak

akan mengingkari janjinya. Tindakan Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-

Nya sendiri. Artinya, memberikan pahala surga kepada orang yang

berbuat baik (al-muthni) dan ancaman siksa neraka kepada orang yang

durhaka (al-ashi). Demikian pula janji Tuhan untuk mengampuni orang

yang bertobat adalah benar adanya. Hal ini sesuai dengan asas keadilan:

Sesungguhnya orang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan.

Siapapun yang berbuat jahat akan menerima hukuman yang sangat pedih.

4. Al-Manzilah bain al-manzilatain (posisi diantara dua posisi)


Inti dari ajaran ini adalah bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa
berat dan belum bertaubat bukan lagi mukmin atau kafir, melainkan fasik.
Izusu mengutip Ibnu Hazm, menjelaskan pandangan Mu'tazilah sebagai
berikut: “Orang yang melakukan dosa besar disebut fasik; dia bukan
mukmin, bukan kafir, dan bukan pula munafik.” Mengomentari pandangan
tersebut, Izutsu menjelaskan bahwa sikap Mu'tazilah adalah membolehkan
hukum perkawinan dan warisan antara mukmin yang melakukan dosa
besar dengan mukmin lainnya, serta membolehkan hewan sembelihannya.
Menurut Mu'tazilah, orang yang melakukan dosa besar tidak bisa disebut
mukmin mutlak. Hal ini karena iman memerlukan ketaatan kepada Tuhan;
Pengakuan dan pembenaran saja tidak cukup. Dosa besar bukanlah
ketaatan, melainkan kemaksiatan. Pelakunya tidak bisa dikatakan kafir
mutlak karena ia masih beriman kepada Tuhan, Rasul-Nya dan beramal
shaleh. Hanya saja kalau meninggal sebelum bertobat ,ia dimasukkan ke neraka dan
akan kekal di dalamnya.orang mukmin masuk surga dan orang kafir masuk neraka.

5. . Al-Amr bin al-Ma’ruf Wa an-nahyin an Munkar

Ajaran dasar yang kelima adalah meresepkan kebajikan dan melarang

kejahatan. Ajaran ini menekankan keselarasan dengan kebenaran dan

keadilan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan yang hanya

ditunjukkan dengan perbuatan baik, termasuk memerintahkan manusia

untuk berbuat baik dan mencegahnya dari berbuat maksiat. Salah satu isi

mendasarnya adalah kewajiban untuk memberontak terhadap

pemerintahan Muslim yang dzolim.

Salain 5 landasan pokok aliran ini, mereka juga memiliki pemikiran lain seperti;

1.mendahulukan al-quran,assunnah,dan ijma ulama


2.mengingkari azab kubur,syaffat Rasulullah untuk para pelaku dasa besar
3.mengingkari ru’yatullah(melihat allah)pada hari kiamat
4.mengingkari timbangan amal dihari kiamat
5.mengingkari ash-shirat
6.mengingkari keluarnya dajjal
7.mengingkari telah diciptakan Jannah dan an naar(pada saat ini)
8.mengingkari adanya telaga al-kausar
9.mengingkari turunnya allah pada sepertiga malam di langit bumi
10.mengingkari hadist ahad(selain mutawattir) dan sebagainya
2. Perspektif syi’ah
Dari segi kebahasaan Syiah berarti pengikut, pendukung, partai atau
kelompok, sedangkan secara terminologi adalah sebagian umat Islam yang
dalam lingkup spiritual dan keagamaannya selalu mengacu pada keturunan
Nabi Muhammad SAW. Atau orang menyebutnya ahlal-bait. Poin penting
dalam doktrin Sy’iah menolak semua petunjuk-petunjuk agama dari sahabat
salain ahlal bait.
Syiah merupakan golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali
secara berlebihan, karena menganggap beliaulah yang berhak menjadi penerus
Nabi Muhammad SAW, sesuai wasiatnya, sedangkan khalifah seperti Abu
Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap
penggasab atau perampas khilafah.
Maklum, ketika fitnah mulai merebak di kalangan umat Islam, penyebab
utamanya adalah Abdullah Bin Saba', seorang Yahudi yang berniat masuk
Islam. Fitnah tersebut cukup berhasil, dengan terpecah belah umat yang
bersatu, dan muncullah Syiah sebagai sekte pertama.
Di kalangan Syi’ah sendiri, kebangkitan Syi’ah tidak lepas dari
permasalahan penerus (khilafah) Nabi SAW: mereka menolak kekhalifahan
Abu Bakar, Umar bin Khttab dan Utsman bin Affan karena menurut mereka
hanya Ali bin Abi Thalib berhak menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali
dalam pandangan Syiah sejalan dengan tanda-tanda yang diberikan Nabi SAW
semasa hidupnya. Awal mula kenabiannya, ketika Muhammad SAW
diperintahkan untuk menyampaikan dakwah kepada kerabatnya. Yang pertama
menerimanya adalah Ali bin Abi Thalib. Nabi saat itu konon bersabda bahwa
orang pertama yang memenuhi undangannya adalah penerus dan ahli warisnya.
Lebih jauh lagi, sepanjang kenabian Muhammad, Ali adalah sosok yang
menunjukkan perjuangan luar biasa. dan pengabdian
Bertentangan dengan ekspektasi mereka, ketika Nabi wafat dan jenazahnya
belum juga dikuburkan, para kerabat dan beberapa sahabat sibuk dengan
persiapan dan upacara pemakaman. Teman-teman dan pengikut Ali mendengar
kabar bahwa ada kelompok lain yang pergi ke masjid tempat jamaah
berkumpul. Mereka bersatu untuk menghadapi hilangnya tersebut. Kelompok
ini, yang kemudian menjadi mayoritas, melangkah lebih jauh dan tergesa-gesa
memilih pemimpin umat Islam dengan tujuan menjaga kesejahteraan
masyarakat dan menyelesaikan permasalahannya saat itu. Mereka melakukan
hal tersebut tanpa berkonsultasi dengan Ahlul Bait, keluarga atau sahabat yang
sibuk dengan acara pemakaman dan tidak menceritakan apapun kepada
mereka. Oleh karena itu, teman-teman Ali dihadapkan pada situasi yang tidak
dapat diubah lagi.
Dari kenyataan tersebut timbul sikap di kalangan sebagian umat Islam yang
menentang kekhalifahan dan menolak mayoritas, dengan tetap
mempertahankan pendirian bahwa penerus Nabi dan penguasa agama yang sah
adalah Ali. Hal inilah yang kemudian disebut dengan Syi’ah, namun yang lebih
penting, seperti dikatakan Nasr, alasan utama munculnya Syi’ah terletak pada
kenyataan bahwa kemungkinan tersebut ada pada wahyu Islam itu sendiri,
sehingga harus diwujudkan.
Perlu diketahui bahwa syiah ali pada awalnya adalah kaum muslimin yang
bersih berpegang teguh kepada Al-quran dan as-sunnah tidak merendahkan
keutamaan para sahabat yang lain,mereka juga tidak menunding para sahabat
kafir,namun tokoh syiah modern abdul husain al musawi mengklaim bahwa
kelompok sahabat yang dia sebut adalah tokoh syiah yang dijadikan teladan
pada saat sekarang.padahal para sahabat memiliki Aqidah yang loyal(tawalli)
kepada keempat khulafaurrasyidin mereka tidak berlepas diri dan juga tidak
mencaci syaikhain(abu bakar dan umar bin khattab).
Tetapi seiring perkembangan zaman syiah ali yang murni tidak bertahan lama
Pada abad berikutnya menjadi sarang persembunyian musuh dan pembenci
islam untuk membuat makar dan memecah belah islam

Syiah dibagi menjadi tiga golongan pada saat itu


1.golongan yang menganggap ali itu tuhan
Ketika mengetahui adanya sekte ini ali membakar mereka dan membuat
parit-parit di depan pintu masjid bani kandah untuk membakar mereka,didalah
kitab shahih imam bukhari meriwayatkan dari ibnu abbas’suatu Ketika ali
memerangi dan membakar orang-orang zindiq(orang-orang yang menuhankan
ali) andaikan aku yang melakukannya,aku tidak akan membakar mereka karena
rosul melarang untuk menyiksa sebaimana siksaan allah tapi akan ku pastikan
memenggal leher mereka,karena, nabi bersabda:”siapa yang mengganti
agamnya bunuhlah dia”(H.R Bukhari 3017,Nasai 4059 dan yang lain-lain)
2.golongan sabbah (pencela)
ali mendengar tentang abu sauda(Abdullah bin saba) ia pernah mencela abu
bakar dan umar maka ali mencarinya,ada yang mendengar ali mencarinya dan
akan membunuhnya,tapi ia melarikan diri.
3.golongan mufadhdhilah
Mereka orangg-orang yang mengutamakan ali atas abu bakar dan umar

Didalam Sejarah syi’ah terbagi menjadi lima sekte yaitu


kayyisaniah,imamiyah(rafidha,zaidiyah,ghulat dan Ismailiyah. Kemudian dari lima
sekte ini lahirlah sekian banyak sekte lainnya.

Dokteri-dokterin yang ada di aliran syiah ada beberapa macam yaitu:


1.syiah Syi’ah Itsna Asyariyah
Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep UsulAd-Din. Konsep ini terjadi akar atau fondasi
pragmatisme agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar:
 Tauhid (The Devine Unity).
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak.
Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu
diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak
murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri,tidak
dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
 . Keadilan (The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan dan alam semesta ini adalah keadilan. Dia
tidak pernah mempercantik ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. Karena
ketidakadilan dan kekejaman terhadap sesama merupakan tanda
kebodohan dan ketidakberdayaan dan sifat-sifat tersebut jauh dari
kesempurnaan kehendak Tuhan. Tuhan memberi manusia alasan untuk
mengetahui baik atau buruk dari hati. Manusia dapat memanfaatkan
penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya, baik untuk kebaikan
maupun keburukan. Oleh karena itu, manusia dapat menggunakan
kapasitas intelektualnya sebagai anugerah Tuhan untuk memahami dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
 Nubuwwah (Apostleship)

Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan


petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul
merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus
untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan
yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah,
tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada
manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid
dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya
adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif
perubahan, atau tambahan
 Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di akhirat.
Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah
dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari
kehidipan dunia nemuju ke akhirat.

 Imamah (The Devine Guidance)


Imamah adalah intuisi yang dianagurasikan Tuhan untuk memberikan
petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan ibrahim dan
didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan rasul
terakhir.
 Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna
asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan
furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji,
zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-
amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar
2. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah
itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam,
yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan
Ismail bin ja’far. Karena dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah
disebut juga Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna asyariyah membatalkan ismail bin
ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan dia wafat
mendahului bapaknya,ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail.
Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam
dalam syi’ah dan menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti
oleh putranya yang tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
3. S’yiah zaidiyah
Imamah sebagaimana telah disebutka merupakan doktrin fundamental dalam Syi’ah secara
umum.Berbeda dengan doktrin imamah yang lain .Syi’ah Zaidiyah merngembangkan
doktrin imamah yang tipikal. Kaum Zaidiyah menolak pandanagn yang menyatakan
bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi SAW.telah ditentukan nama dan
orangnya oleh Nabi,tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.Ini jelas berbeda dengan
sekte Syi’ah lain yang percaya bahwa Nabi SAW telah menunjuk Ali sebagai imam
setelah Nabi wafat karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang
lain ,seperti keturunan bani hasyim ,wara (saleh menjauhkan diri dari segala dosa )
bertakwa, baik,dan membaur dengan rakyat untuk mengajak mereka hingga mengakuinya
sebagai iman.
Selanjutnya menurut Zaidiyah seorang imam paling tidak harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.Pertama,merupakan keturunan ahl al bait,baik melalui garis Hasan maupun Husein
kedua,. memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri
atau menyerang . ketiga, memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan
melalui ide dan karya dalam bidang keagamaan.
4. Syi’ah Ghulat
Sesungguhnya Syiah Ghulat daalah keturunan kaum gnostik lama,yang islamnya semata-
mata karena mengganti kristus dengan Muhammad atau Ali. Mereka sesungguhnya adalah
kaum docet dalam islam.kaum Nusauriyah yang percaya bahwa Ali itu adalah
Tuhan .Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu
tanasukh, bada’, raj’ah,dan tasbih. Moojan momen menambahkannya dengan hulul dan
ghayba
5. Kedudukan imam syi’ah
Ajaran Syi’ah menyatakan bahwa para imam mereka memiliki derajat yang lebih
tinggi dari para Nabi dan Rasul. Imam Khumaini (imam mereka) menyatakan
bahwa, ‘Sesungguhnya imam mempunyai kedudukan yang terpuji, derajat yang
mulia dan kepemimpinan mendunia, dimana seisi alam ini tunduk dibawah
wilayah kekuasaanya. Dan termasuk para Imam kita mempunyai kedudukan yang
tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin ataupun nabi yang diutus
6. Nikah mut’ah
Menutut Syi’ah, nikah mut’ah boleh bahkan akan mendapat pahala yang besar.
Ulama Syi’ah menyatakan bahwa nikah mut’ah (kawin kontrak) tidak perlu
mempedulikan apakah si wanita punya suami atau tidak. Boleh juga nikah mut’ah
dengan pelacur. Nuri Al-Thabarsi (ulama Syi’ah), menjelaskan bahwa dalam
nikah mut’ah boleh dengan wanita bersuami asal dia mengaku tidak punya suami
7. Pemahaman Syi’ah Mengenai Al-Qur’an
Berhubung mereka sangat membenci dan bahkan mengkafirkan para
sahabat dan istri-istri Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sudah tidak
heran jika mereka akhirnya mempunyai pandangan baru dalam memahami
Al-Qur’an. Menurut seorang ulama Syi’ah al-Mufid dalam kitab Awail al-
Maqalat, menyatakan bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini tidak orisinil. Al-
Qur’an sekarang sudah mengalami distorsi, penambahan dan pengurangan.
Hal senada juga dikatakan imam-imam mereka seperti Al-Qummi seorang
tokoh mufassir Syi’ah, Ahmad bin Ali al-Thabarsi seorang tokoh syi’ah
abad ke 6 H, Ni’matullah al-Jazairi dll
3. Perbandingan Pemikiran Aliran Jabariyah dan
Qadariyah

Kedua aliran ini memiliki pemikiran dan konsep yang berbeda,tetapi keduanya adalah
aliran yang eksrem.dari Konsep takdir dan keadilan: Meski sama-sama menekankan
keadilan Allah, Mu'tazilah cenderung lebih menekankan kebebasan manusia dari takdir
ketuhanan, sedangkan kaum Syi'ah menjaga keseimbangan antara takdir ketuhanan dan
kebebasan manusia.Mu'tazilah lebih menekankan pada akal sebagai alat untuk
memahami agama, sementara kaum Syi'ah juga menghargai tradisi dan otoritas para
imam.dari segi keyakinan Kaum Syi'ah percaya bahwa kepemimpinan umat Islam
setelah Nabi Muhammad harus dilanjutkan oleh para imam yang dipilih oleh Allah dan
percaya pada konsep imamah.sementara Mu'tazilah berpendapat bahwa akal dan
rasionalitas harus digunakan untuk memahami ajaran agama. Mereka mengutamakan
akal dan nalar ketika menafsirkan Al-Quran. Kaum Mutazilah tidak mempunyai konsep
imamah seperti kaum Syi’ah. Mereka lebih fokus pada keadilan Tuhan dan
menggunakan akal untuk memahami agama.sementara Syiah tidak mengakui otoritas
khalifah yang dipilih oleh mayoritas umat Islam. Mereka meyakini bahwa hanya imam-
imam yang dipilih oleh Allah yang memiliki hak untuk memimpin umat. Perbedaan
keyakinan ini menyebabkan kaum Mu'tazilah dan Syi'ah mempunyai praktik ibadah dan
pandangan agama yang berbeda. Baik kelompok Mu'tazilah maupun Syi'ah terus
mempengaruhi pemikiran Islam kontemporer. Pemikiran rasional kaum Mu'tazilah
masih diperdebatkan dalam kajian Islam modern, sedangkan Syi'ah tetap menjadi salah
satu mazhab Islam yang memiliki jumlah pengikut signifikan di seluruh dunia. Oleh
karena itu, pengaruh dan relevansi kelompok Mu'tazilah dan Syi'ah tidak hanya sebatas
sejarah saja, namun juga terus berdampak pada perkembangan pemikiran dan
pengamalan keagamaan dalam Islam hingga saat ini.

KESIMPULAN

Aliran mu’tazilah merupakan aliran yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih
mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan
Murji’ah .mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama “kaum Rasionalitas
islam”.sedangkan aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam.
Aliran ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti Nabi
adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam
alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas
menjadi pemimpin adalah seseorang yang ma’shum(terhindar dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim
yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali lebih tinggi daripada

Nabi Muhammad SAW. Di antara mereka juga ada golongan Rafidhah yang suka mencac
Sayidina Abu Bakar dan Umar radhiyallahuanhuma., membenci para sahabat nabi dan
berlebihan dalam mencintai Sayidina Ali da anggota keluarganya, semoga Allah meridhai
mereka semua. Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka
bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat
Islam dari aliran ini.
Berkata Al Qadhi Iyadh dalam kitab AsySyifa bi Ta’rif Huquq Al Musthafa, dari
Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah shallallahul’aihiwasallam bersabda: Takutlah kepada
Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan
mereka sebagai sasaran caci maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka,
maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barangsiapa membenci mereka, maka berarti
semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah
menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan
barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (Hadits
riwayat Tirmidzi dalam Sunan At-Tirmidzi Juz V hal. 696 hadits no.3762).
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. (2007). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publication,


Inc: California.

Darmalaksana, Wahyudin. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan


Studi
Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Harun Nasution. (2008). Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa


Perbandingan.
Harun Nasution. Jakarta: UI-Press.
Andi safri bactiar(2013),studi komperatif pemikiran kalam mu’tazilah dan syi’ah isna asyariyah
tentang usulul khamsah,universitas alaudin makassar,

As-syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal , (bina ilmu;2009)


Tim penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan SYI’AH di
Indonesia.(FORMAS, (Forum Masjid Ahlussunnah:tth)
Bin Sulaimi, Ruwaifi (Diringkas dari kitab Lamhah ‘Anil-Firaq Adh-Dhallah).
21Sep2011 Pukul : 9:52 AM. Posted by: Novi Effendi
sumber: (http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=171)
publish ulang http://www.assunnah-qatar.com/artikel/manhaj/item/1070-mutazilah-kelompok-sesat-
pemuja-akal.html
Ari Wahyudi, Abu Mushlih , Beberapa Aliran Sesat, Artikel www.muslim.or.id
https://muslim.or.id/1963-beberapa-aliran-sesat.html ,3 February 2010.
M.Ag., Anwar, Rosihan, DR; M.Ag., Rozak, Abdul, Drs. 2007. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Nasir, H.Sahilun A, Drs.1991.Pengantar Ilmu Kalam.Jakarta:CV Rajawali Pers.
Nasution Harun .2011.Teologi Islam.Jakarta: Penerbit Universitas indonesia
Idris, A. (2017). Faham Jabariyah dan Faham Qadariyah dalam Perdebatan
Mahasiswa pada Mata Kuliah Ilmu Kalam. PIONIR: Jurnal Pendidikan, 5(1).

Pratama, F. A., & Sumantri (2022). Analisis Pemikiran Harun Nasution:


Kekuasaan, Kehendak Mutlak Tuhan dan Kebebasan Manusia. Jurnal Studi Islam,
13(1), 1–16.

Sidik. (2016). “Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah. IAIN Palu, Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah.” Rausyan Fikr 12: 273–87.

Anda mungkin juga menyukai