Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TRANS METRO BANDUNG (TMB)

DALAM MENGATASI KEMACETAN DI KOTA BANDUNG

Asep Muhidin Abdul Zaelani


Program Studi Administrasi Publik, Universitas Pasundan
E-mail : Muhidinabdulzaelanasep@gmail.com

SUMMARY

Perkembangan Kota Bandung sebagai metropolitan dimulai dengan


pertumbuhan wilayah sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung
mengalami peningkatan jumlah penduduk yang berbanding lurus dengan
pertumbuhan kendaraan. Titik kemacetan yang terjadi di Kota Bandung sebagai
dampak dari banyaknya kendaraan yang memadati ruas jalan. Oleh karena itu,
pemerintah Kota Bandung menentukan arah kebijakan salah satunya dengan
memperhatikan pengembangan transportasi publik melalui Peraturan Walikota
Bandung Nomor 704 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM)
pengoperasian Trans Metro Bandung (TMB) dalam mengurai kemacetan di Kota
Bandung Tahun 2022.
Penelitian ini menganalisi implementasi program kesehatan Trans Metro
Bandung (TMB) di Kota Bandung, dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui analisi dokumen, interpretasi
data, dan pengumpulan data. Penelitian ini menemukan bahwa implementasi
program kesehatan TMB 2022 tidak optimal karena hasil kesehatan yang buruk,
perubahan yang tidak memadai, sumber daya yang tidak memadai, dan strategi
kebijakan sosial yang tidak memadai.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, TMB, Kemacetan

PENDAHULUAN
Kemacetan terjadi permasalahan utama di kota-kota besar, terutama jika tidak
diisertai dengan ketersediaan transportasi yang baik dan memadai. Kemacetan
bisa terjadi akibat kurangnya infrastruktur jalan dan kepadatan penduduk
semakin meningkat terutama yang terjadi di Kota Bandung. Penumpukan
kendaraan di jalan tidak membentuk sarana dan prasarana lalu lintas, yang
menyebabkan kendaraan terhambat dan kecepatan dalam berkendara turut
membat dan menghambat efisiensi waktu.
Bandung, sebuah kota di Indonesia, menghadapi tantangan dalam hal
transportasi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Surabaya.
Pemerintah kota ini telah mengimplementasikan program-program untuk
meningkatkan transportasi, seperti pemeliharaan jalan, mengimplementasikan
rencana transportasi umum, dan mengubah infrastruktur kota. Pemerintah juga
bertujuan untuk meningkatkan transportasi umum dengan
mengimplementasikan Trans Metro Bandung, layanan transportasi umum yang
beroperasi di kota ini. Trans Metro Bandung menghubungkan wilayah Bandung
Utara dengan wilayah Bandung Selatan, Gunung Batu, dan Bandung Timur,
dengan total jalan sepanjang 56 kilometer. Tujuannya adalah untuk
mengoptimalkan transportasi umum dan meningkatkan kapasitas transportasi
kota.

DP 22 Policy Brief | 1
Pemerintah Indonesia menerapkan Trans Metro Bandung (TMB) untuk
meningkatkan layanan transportasi umum dari pusat kota sebagai hub. TMB
bertujuan untuk menyediakan layanan transportasi yang cepat, efisien,
terjangkau, dan dapat diandalkan. Pemerintah telah menerapkan berbagai
peraturan untuk memastikan kelancaran operasi TMB, termasuk tingkat layanan
minimum, aksesibilitas, dan kualitas layanan. Namun, implementasinya telah
menghadapi tantangan, seperti pandemi Covid-19 tahun 2022, yang telah
meningkatkan risiko kasus Covid-19 baru di Indonesia. Hal ini telah
menyebabkan peningkatan mobilisasi penduduk, dengan Work From Home
(WFH) menjadi kegiatan baru bagi orang-orang untuk terlibat dalam kegiatan di
luar pekerjaan, menyebabkan penggunaan transportasi umum menjadi lebih
mendesak.

Pendekatan dan Hasil


Program Trans Metro Bandung adalah layanan transportasi umum yang
diberikan kepada masyarakat Bandung, yang masih berkembang untuk
berintegrasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan transportasi umum dan
ekonomi dengan mengurangi biaya dan meningkatkan Pembangunan Kawasan
Bandung (PAD) dengan memfasilitasi pergerakan masyarakat dari Timur ke Barat
dan Utara ke Selatan.
Program Trans Metro Bandung adalah solusi yang baik untuk
mempromosikan transportasi dari Timur ke Barat dan Utara ke Selatan,
menawarkan fasilitas yang terjangkau dan tarif ekonomis. Namun, banyak orang
tidak memiliki keterampilan teknologi dan tidak memiliki informasi tentang
layanan. Program ini dapat membantu memobilisasi populasi tetapi dapat
menyebabkan pandemi. Trans Metro Bandung telah berkembang tanpa
menggunakan energi terbarukan, dan pemerintah belum menerapkan transisi
energi. Pemerintah juga bertujuan untuk mengurangi kemacetan dari jalan-jalan
yang sibuk. Banyak upaya dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung, tetapi ada
kurangnya koordinasi antara pemerintah dan otoritas lokal lainnya, yang
menyebabkan konflik antara Trans Metro Bandung (TMB) dan otoritas lokal
lainnya.
Trans Metro Bandung (TMB) adalah sistem transportasi umum yang
bertujuan untuk meningkatkan mobilitas dan kecepatan. Namun, penggunaan
kendaraan pribadi tidak optimal karena tingginya jumlah orang yang
menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi umum. TMB
baru mencapai 1003 unit pada tahun 2022, sedangkan populasi diperkirakan
akan mencapai 2,4 unit pada tahun 2024.
Proses pengambilan keputusan program Trans Metro Bandung melibatkan
berbagai departemen termasuk Departemen Pekerjaan Umum, UU Perkotaan,
Pekerjaan Umum, dan Perencanaan Transportasi di Bandung. Proses
pengambilan keputusan diawasi oleh badan legislatif dan eksekutif, termasuk
DPRD Kota Bandung, yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan
mengenai regulasi, konstruksi, dan pemantauan. Proses pengambilan keputusan
juga mencakup partisipasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk DPRD,
partisipasi masyarakat, organisasi masyarakat, lembaga akademik, dan
masyarakat itu sendiri.
Implementasi program sangat penting untuk implementasi optimal
program Trans Metro Bandung (TMB). DPRD Kota Bandung memainkan peran
penting dalam melaksanakan program dan mengelola dana secara efektif.
DP 22 Policy Brief | 2
Departemen Pekerjaan Umum (DPRD) bekerja dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk memastikan kelancaran operasi program. Komunikasi antara
pemangku kepentingan program sangat penting, tetapi respons yang cepat
terhadap masalah keuangan dapat mencegah program dihentikan. Peran DPRD
Kota Bandung dalam berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan sangat
penting untuk mengevaluasi program dan memastikan efektivitasnya bagi
masyarakat.
Pelaksanaan program Trans Metro Bandung (TMB) bergantung pada
dukungan pemerintah dan sumber daya manusia yang tersedia. Departemen
Pekerjaan Umum mengoperasikan 42 stasiun, dengan satu stasiun dipersenjatai
dan beroperasi selama Covid-19. Fasilitas lain seperti pegangan tangan, kursus
pelatihan, kursus prioritas, dan papan nama telah disediakan dengan kualitas
yang baik. Kehadiran alarm kebakaran dan sistem alarm kebakaran juga
disediakan untuk mencegah kecelakaan. Sumber daya manusia juga merupakan
faktor penting dalam keberhasilan program. Sumber daya manusia yang tersedia
di stasiun sangat penting untuk menyediakan layanan dan memastikan kinerja
program yang optimal. Sistem manajemen sumber daya manusia didasarkan pada
penerapan SIM B Universal dan pelatihan.
Departemen Perhubungan di Bandung telah menerapkan program kerja
sama dengan sektor publik, berdasarkan Walikota Peraturan. Pekerjaan ini
bertujuan untuk mengembangkan model bisnis untuk transportasi umum, yang
membutuhkan anggaran yang signifikan. Pemerintah dan masyarakat juga
berkolaborasi dalam pengembangan Trans Metro Bandung. Strategi sosio-
ekonomi program termasuk menerapkan pengurangan pajak untuk pertama
kalinya sejak awal program. Namun, penerapan strategi ini telah menghadapi
tantangan, seperti biaya tinggi, kecelakaan di jalan, dan kebutuhan akan
transportasi umum.
Kota dan kotamadya bekerja sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi
masyarakat dengan menciptakan platform media sosial untuk DPRD Kota
Bandung. Pemerintah juga sedang mengerjakan implementasi proyek Trans
Metro Bandung, yang diluncurkan pada tahun 2018. Namun, proyek tersebut
telah menghadapi tantangan, seperti kurangnya sumber daya dan implementasi
yang tepat. Kotamadya juga bekerja untuk meningkatkan kecepatan dan kualitas
layanan yang diberikan oleh Trans Metro Bandung. Kotamadya juga sedang
berupaya mengatasi masalah pelecehan seksual melalui media sosial, seperti
Instagram, yang dapat diakses dengan cepat. Kotamadya juga bekerja untuk
mengatasi masalah pelecehan seksual melalui media dan pemerintah daerah.

Kesimpulan
Program Trans Metro Bandung dilaksanakan oleh badan legislatif dan
eksekutif, dengan DPRD Bandung bertindak sebagai badan legislatif yang
bertanggung jawab atas regulasi, monitoring, dan monitoring. Departemen
Pekerjaan Umum (LSM) dan Pemerintah Kota (DPRD) bertanggung jawab atas
implementasi program, mengoordinasikan pemangku kepentingan untuk
memastikan koordinasi antara badan eksekutif dan legislatif dalam mengevaluasi
program. Indikator pelaksanaan antara lain sub-indikator mengenai kekuatan,
kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, Trans Metro Bandung dari segi
efisiensi dan hari tanggap, dan karakteristik program, Pemerintah Kota, dan DPRD
Bandung turut dikritik melalui media sosial. DPRD Bandung juga telah menerapkan
langkah-langkah untuk meningkatkan teknologi yang digunakan dalam program,
DP 22 Policy Brief | 3
memastikan bahwa program tersebut memenuhi standar yang diperlukan.

Rekomendasi
1) Menyeimbangkan dengan regulasi pendukung lainnya untuk memperjelas
pengaturan angkutan umum agar tidak terjadi konflik-konflik horizontal
antar sopir angkutan lainnya yang kerap terjadi.
2) Pengoptimalan penegakan hukum serta sanksi yang lebih tegas atas segala
bentukcpelanggaran demi tercapainya fungsi kebijakan.
3) Adanya penambahan armada dan menyediakan jalur khusus bagi Trans
Metro Bandung untuk memperbaiki ketepatan waktu Trans Metro Bandung
4) Memperbaiki fasilitas yang rusak demi meningkatkan kenyamanan
masyarakat sebagai pengguna Trans Metro Bandung (TMB).
5) Melakukan sosialisasi secara menyeluruh dengan memperhatikan
komunikasi interaksi bersama masyarakat. Pemerintah perlu menekankan
pentingnya penggunaan transportasi publik dalam mengurai kemacetan di
Kota Bandung. Melakukan rebranding pada sosial media agar masyarakat
dapat tertarik menggunakan transportasi publik.
6) Menyediakan fasilitas call center/hotline yang dapat dihubungi ketika
kondisi darurat terjadi dilapangan. Memperhatikan kenyamanan
penumpang untuk mencegah adanya pencurian dan kekerasan seksual
dengan meningkatkan keamanan di dalam angkutan.

Referensi/Rujukan

Agustino, Leo. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Winarno, Budi. (2002). Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Presindo.

Syafiie, Inu Kencana. (2013). Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Islamy, M. Irfan. (2009). Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:


Bumi Aksara.

Kadir, Abdul. (2020). Fenomena Kebijakan Publik dalam Perspektif Administrasi


Publik di Indonesia. Medan : CV Dharma Persada.

Agusta, I. (2003). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Pusat Penelitian
Sosial

Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27. Anderson, James E. (1970). Public Policy
Making, New York: Reinhart and Wiston.

Gumilang, G. S. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan


konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2).

Mappiare, A. (2009). Dasar-dasar Metodologi Riset Kualitatif untuk Ilmu Sosial dan
Profesi. Malang: Jenggala Pustaka Utama Bersama Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.

DP 22 Policy Brief | 4

Anda mungkin juga menyukai