Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Teknologi Terapan | Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN 2477-3506

PERANCANGAN KONTROL MULTIVARIABEL SISTEM PENGADUK


PEMURNIAN URANIUM

Karsid1, Rofan Aziz2


1,2
Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri Indramayu
1,2
Jl. Raya Lohbener Lama No. 8 Lohbener Indramayu.
E-mail : karsids@yahoo.co.uk1, sambalewa@gmail.com2
Abstrak
Telah dianalisa sistem pengaduk homogenitas dari unit Instalasi Penurnian Uranium yang berfungsi
mengubah yellow cake ( uranium alam ) menjadi serbuk uranium UO2. pada sistem ini uranium alam
dalam bentuk effluen UO2(NO3)2 dijaga homogenitasnya, dengan level ketinggian permukaan tangki
yang tetap. Sistem pemurnian Uranium melibatkan 2 (dua) tangki yang saling mempengaruhi
keluaran, agar keluaran yang didapat sesuai dengan nilai sett-point, maka system perlu di
decoupling . Maka system kendali yang diterapkan pada Level ketinggian tangki menggunakan
decouling control dengan metode pergeseran nilai eigen.

Kata Kunci: Uranium, homogenitas dan effluen.


Abstract
Stirrer system has analyzed the homogeneity of Uranium Penurnian Installation unit which serves to
change the yellow cake (natural uranium) into uranium UO2 powder. in this system of natural uranium
in the form of effluent UO2 (NO3)2 maintained homogeneity, with a surface elevation level fixed tank.
Uranium purification system involves two (2) tanks interplay output, so the output is obtained in
accordance with the sett-point value, then the system needs to be in decoupling. Then the control
system is applied to the height of the tank using decouling Level control with shift method eigenvalues.

Keywords : Uranium, Homogenity, effluent

menyebabkan proses pengendalian mengalami kesulitan,


I. PENDAHULUAN seperti penundaan waktu, interaksi multivariabel dan
Proses pemurnian uranium harus dijaga dinamika non minimum fase [1]. Proses yang
homogenitasnya, dimana dilakukan dengan mengaduk mempunyai satu keluaran dapat dikontrol menggunakan
tangki pemurnian uranium, pengadukan ini dilakukan manipulasi varibel tunggal. Kontrol seperti ini
oleh mixer. Selain itu juga level cairan didalam tangki dinamakan single input-single output (SISO). Pada
harus dijaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan industri proses tidak hanya memiliki satu kalang kontrol.
yang diinginkan. Proses pemurnian uranium harus dijaga Pada faktanya pada banyak aplikasi memerlukan kontrol
homogenitasnya, dimana dilakukan dengan mengaduk paling sedikit dua variabel. Sistem dengan yang
tangki pemurnian uranium, pengadukan ini dilakukan memiliki kalang kontrol lebih dari satu disebut multi
oleh mixer. Selain itu juga level cairan di dalam tangki input multi output (MIMO) atau sistem multivariabel [2].
harus dijaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
yang diinginkan. Sistem pemurnian uranium ini II. METODE
melibatkan 2 tangki proses dimana proses pada masing- Secara garis besar unit pemurnian uranium
dirumuskan sebagai berikut :
masing tangki saling mempengaruhi. Dikarenakan
melibatkan dua masukan dan dua keluaran yang saling 1/3 U3O8 + 2.4 HNO3 + 0.2/3 O2  UO2(NO3)2 + 0.4
mempengaruhi pada sistem, maka diterapkan kendali NO2 + 1.2 H2O.
multivariabel pada sistem .Dikarenakan melibatkan dua
masukan dan dua keluaran yang saling mempengaruhi Reaksi uranium alam ( U3O8 ) dengan asam nitrat
pada sistem, maka diterapkan kendali multivariabel pada (HNO3) pekat menghasilkan effluen Uranium
sistem (UO2(NO3)2). Effluen ini harus dijaga nilai
homogenitasnya dengan mengunakan sistem pengaduk
Pada aplikasi industri sistem-sistem saling
atau alat Mixer Settler, yang beroperasi beroperasi
berhubungan satu dengan yang lainnya. Seperti yang kontinyu. Pada gambar 1 menunjukan unit instalasi
terdapat pada : petro-kimia, pembuatan kertas dan pemurnian uranium dimana terdapat dua unit tangki,
instalasi pengolahan air. Banyak dari aplikasi ini tangki yang pertama adalah dengan mixer settler MS

16
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN 2477-3506

401, sedangkan tangki yang kedua adalah mixer settler


MS 402. Pada dasarnyaya alat ini digunakan untuk Tabel 1. Parameter Masukan :
pemisahan uranium dari hasil belah serta aktinida minor
seperti Amerisium, Neptunium dan Curium dari Nama Nilai Keterangan
Plutonium dengan cara basah atau ektraksi cair. Untuk Parameter
pemumian uranium dari penambangan setelah melalui H1 30 cm = 0,3 m Tinggi Permukaan
proses pelindihan, pengolahan awal, pengendapan dan tangki 1
lain sebagainya. Dasar Alat mixer settler adalah H2 30 cm = 0,3 m Tinggi Permukaan
pengadukan dan pengenapan campuran dua fasa air dan tangki 2
fasa organik kedua larutan tersebut dalam bentuk Q1 15 liter/menit = Debit tangki 1
larutan yang digunakan untuk mengekstrak salah satu 2,5.10-4 m3/s
unsur yang diinginkan, dimana unsur tersebut dapat Q2 15 liter/menit = Debit tangki 2
larut didua fasa, sedangkan unsur unsur yang tidak 2,5.10-4 m3/s
dinginkan sebagai unsur pengotor tidak dapat larut di C1 16 x 5 liter = Kapasitas tangki 1
dalam fasa pengekstrak. Pada umumnya fasa 8.10-2 m3
pengesktrak berupa senyawa organik seperti tri built C2 16 x 6 liter = Kapasitas tangki 2
pospat (TBP) dengan pengencer normal dodekan atau 9,6.10-2 m3
kerosene[3].
Persamaan sistem dengan keluaran h1dan h2 :
Mixer Settler MS 401
Persamaan pada tangki 1 :

C1.dh1  (qi1  q1 ).dt (1)


Mixer Settler MS 402 h  h2
Dimana : q1  1 (2)
R1

Persamaan pada tangki 2 :

C2 .dh2  (q1  qi2  q0 ).dt


(3)
h2
Dimana : q0  (4)
Gambar 1. Sistem Pengaduk Homogenitas Instalasi R2
Pemurnian Uranium Eliminasi persamaan (1) dan (2), didapat :
dh1 1  h h 
Dari gambar diatas dapat disederhanakan sebagai berikut   qi1  1 2  (5)
: dt C1  R1 

Eliminasi persamaan (3), (2) dan (4), didapat :


dh2 1  h1  h2 h 
   qi2  2  (6)
dt C2  R1 R2 

Deskripsi Sistem Dalam Ruang Keadaan :


  
 x
x  Ax  Bu , dimana x   1 
 
 x2 
y 
Gambar 2. Penyederhanaan sistem unit instalasi y  C x  Du , dimana y   1 
pemurnian uranium  y2 
Parameter :
Dimana untuk sistem nyata D = 0,
Q1 , Q2: Laju fluida masuk pada steady state ( m3/s )
H1 , H2: Tinggi permukaan pada steady state ( m )
Tempat kedudukan :
qi1,qi2: Perubahan laju fluida masukan (m3/s )
Keluaran : x1 = h1 = y1 dan x2 = h2 = y2
qi , qo : Perubahan laju fluida keluaran (m3/s )
Masukan : u1 = qi1 dan u2 = qi2
h1, h2 : perubahan tinggi ( m )

17
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN 2477-3506

Dari persamaan (5) : Dimana R adalah matriks pengendali dan V adalah


matriks kompensator. Pemilihan R dan V sedemikian
dh1 1  h  h  qi h h rupa sehingga sistem dapat stabil. Adapun langkah-
  qi1  1 2   1  1  2 langkah perumusan sinyal kendali adalah :
dt C1  R1  C1 C1.R1 C1.R1  Menyusun persamaan diferensial untuk
masing-masing yi dalam ketergantungannya
Didapat : terhadap w
 1 1 1  Dekopel persamaan diferensial melalui
x1  .U1  .x1  .x2 (7) penentuan R dan V yang tepat.
C1 R1.C1 R1.C1 Penentuan R dan V, didahului oleh penentuan
controlabillity Q dan decouplibillity D*, dimana :
Dari persamaan (6) : Q = [B AB A2B] , dan
dh2 1  h1  h2 h  1  1 1  1  C T BA1 B
   qi2  2   h1     .h2  .qi2
dt C2  R1 R2  R1.C2  1 2 2 2
R .C R .C C D*   1  (11)
2
 C T BA1 B 
Didapat :  2
 1 1 1 1 Setelah Q dan R diketahui kemudian ditentukan
x2  .x1  [  ].x2  .U 2 (8) matriks kompensator V dan R, melalui :
R1C2 R1.C2 R2 .C2 C2
R  D* Q , sedangkan (12)
Dari persamaan (7) dan (8) dibuat persamaan ruang V  D*1 K , dengan syarat det D*  0 (13)
keadaan ( state space ) :
Dimana,
 1 1  1 
    R .C  C 0 K 0 
x
 
R1.C1
  x  u  K  1 (14)
1 1 1

1
  1  1 
   1

 1 1   x2   1  u2  0 K2 
 x2   -   0
 1 2  1 2 2 .C2 
R .C R .C R  C2 
Setelah sistem terdekopel, maka persamaan output
Dengan persamaan output sebagai berikut : menjadi :
K1 , K2
 y1  1 0   x1  Y1  Y2  (15)
 y   0 1  x2 
S  K1 S  K2
 2  Dimana, K1 dan K2 adalah nilai eigen.

Dengan memasukan parameter pada tabel diatas, Perancangan kendali dilakukan dengan menggeser
didapat nilai persamaan ruang keadaan : nilai eigen untuk melihat pada pergeseran berapakah
didapatkan sistem kendali yang paling efektif.
 1 1 
    x1  12,5 0  u1  III. HASIL DAN PEMBAHASAN
x
  96 96 (9)
1
 
  1 5   x2   0 12,5 u2  Untuk mengetahui apakah sistem dapat dikontrol
 x2   -
115, 2 288 
maka sistem harus diuji controlabillity. Sisten juga perlu
diuji decouplibillity untuk mengetahui apakah sistem
Dengan persamaan output sebagai berikut :
dapat di decoupling.

 y1  1 0   x1 
 y   0 1  x2 
(10) 3.1. Uji Controllability Sistem
 2 
Prinsip Dasar Sintesa Kendali Penempatan Kutub A= 
 0.0104 0.0104 

Diagram blok sistem pada representasi sistem dalam  0.0087 0.0174 
persamaan ruang keadaan dapat dilihat pada gambar 3.
 0.1989 0.2894 
A2 =  
w u  x x
C y  0.2411 0.5918 
V x  Ax  Bu
B = 
12,5 0 

 0 12,5 
0.1302 0.1302 
R AB =  
 0.1085 0.2170 
Gambar 3. Diagram blok sistem dengan pengendali dan
pre-kompensator

18
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN 2477-3506

 0.0025 0.0036  Hasil perhitungan keluaran sistem Y1, Y2, matriks


A2B =   pre-kompensator V dan matriks pengendali R,
 0.0030 0.0049  dengan pergeseran 2 (dua), 3 (tiga) dan 4 (empat)
kali nilai eigen awal dapat dilihat di table 2.
Didapatkan matriks controlabillity sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil perhitungan keluaran sistem, matriks pre-
Q = [B AB A2B] kompensator dan matriks pengendali
Q=
12,5 0 0.1302 0.130 0.0025 0.0036  Pergeseran Pergeseran Pergeseran
 2(Dua) Nilai 3(Tiga) Nilai 4(Empat) Nilai
 0 12.5 0.1085 0.2170 0.0030 0.0049  Eigen Awal Eigen Awal Eigen Awal
0.0076 0.0113 0.0151
Y1  W1 Y1  W1 Y1  W1
Baris ke 1 dan ke 2 matriks Q adalah saling bebas S  0.0076 S  0.0113 S  0.0151
linier maka sistem memiliki rank matriks sempurna, Y2 
0.0480
W2 Y2 
0.0720
W2 Y2 
0.0960
W2
maka sistem controllable sempurna. S  0.0480 S  0.0720 S  0.0960
 0.0006 0   0.0009 0   0.0012 0 
V   V   V  
 0 0.0038   0 0.0044 
 0 0.0077 
3.2. Uji Decouplibillity
 0.0052 0.0008   0.0001 0.0008   0.0004 0.0008 
R  R  R 
 Untuk i=1,  0.0030 0.0008   0.0007 0.0044   0.0007 0.00044 
12,5 0 
C1T B  1 0    Untuk melihat hasil pengendalian terhadap sistem
 0 12,5  dilakukan simulasi pada program SIMULINK, dengan
C1T B  12,5 0  diagram blok dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini :

 1  0
 1
 Untuk i=2,
12,5 0 
C2T B   0 1  
 0 12,5 
C2T B   0 12,5
 1  0 (a)
 1
 T 1 B 
 Jadi D*   C1 BA 
 C T BA1 B 
 2 
 12,5 0  ….|D |
*
D*   
 0 12,5 

maka sistem dapat di dekopling

III. Perancangan Kendali dengan Penggeseran


Nilai Eigen 2 (dua), 3 (tiga) dan 4 (empat) kali (b)
Nilai Eigen Awal Gambar 4. Diagram blok SIMULINK sistem
(a) Sistem keseluruhan
Nilai eigen sistem setelah pergeseran 2 (dua) dua (b) Sistem Z pada gambar (a)
kali adalah
Adapun hasil simulasi dari program
det(SI-A) SIMULINK dengan masukan fungsi undak dapat dilihat
pada gambar 5 untuk keluaran Y1 dan gambar 6 untuk
keluaran Y2.
 S 0   0.0104 0.0104  
= -|    1, untuk t  1
S   0.0087 0.0174   W1(t )  { (16)
 0 0, untuk t  1
1, untuk t  1
=  S  0.0038  ( S  0.0240) W2(t )  { (17)
0, untuk t  1

Jadi nilai eigen adalah 0.0038 dan 0.0240

19
Jurnal Teknologi Terapan | Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN 2477-3506

mengakibatkan nilai eigen lebih besar menyebabkan


tanggapan transien lebih cepat lagi mengakibatkan
sistem tidak stabil.

V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Anca Maxim, Clara M.Ionescu, Cosmin Copot
and Robin De Keyser, Multivariable Model-
Based Control Strategies for Level Control in a
Quadruple Tank, System Theory, Control and
Computing (ICSTCC), 2013 17th International
Conference IEEE 343 – 348, 2013.
[2] M.T.Tham, Multivariable Control : An
Introduction to Decoupling Control,
Gambar 5. Grafik perbandingan keluaran Y1 hasil Departement of Chemical and Process
penerapan kendali dengan pergeseran nilai eigen Engineering, University of Newcastle upon
Tyne, 2009
Dari simulasi dapat dilihat bahwa bahwa desain [3] Murni,Tri, Pengenalan Dan Pendayagunaan
pengendali dengan menggeser 2 (dua) kali nilai eigen Alat Pengaduk Dan Pengenap Untuk Pemurnian
awal belum berhasil untuk mengendalikan sistem, Uranium, Seminar Iptek Nuklir Dan Pengelolaan
dimana masih terdapat error atau tanggapan sistem Y1 Sumber Daya Tambang, Pusat Pengembangan
dan Y2 belum mengikuti masukan yang diberikan maka Bahan Galian Dan Deologi Nuklir, Batan,
penggeseran nilai eigen harus lebih besar. Pergeseran 3 Jakarta, 2012
(tiga) kali nilai eigen awal dapat mengendalikan sistem [4] Ogata, Katshuhiko, Teknik Kontrol Automatik,
dengan ditandai error nol. Sedangkan penggeseran 4 Edisi Kedua Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta,
(empat) kali nilai eigen untuk desain pengendali 1996
membuat tanggapan transien sistem lebih baik jika [5] C. Kuo, Benjamin, Teknik Kontrol
dibandingkan penggeseran 3 (tiga) kali nilai eigen awal. Automatik, Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1, PT.
Prenhallindo, Jakarta, 1998.
[6] Wahyu D.H., Thomas dan Agung P.,Y.
Wahyu, Analisis dan Desain Sistem Kontrol
dengan MATLAB, Penerbit Andi, Yogyakarta,
2002.

Gambar 6. Grafik perbandingan keluaran Y2 hasil


penerapan kendali dengan pergeseran nilai eigen

IV. PENUTUP
Kesimpulan
Perancangan kendali dengan metode decouling pada
sistem di atas dapat diterapkan.Tanggapan sistem yang
stabil diperoleh dari penggeseran nilai eigen dari nilai
awal minimal 3 kali .Semakin besar penggeseran nilai
eigen menyebabkan tanggapan transien lebih cepat.
Akan tetapi nilai dari pre-kompensator dan pengendali
semakin membesar. Kestabilan sistem juga dipengaruhi
oleh pengaruh perubahan ketinggian h1 dan h2 dimana

20

Anda mungkin juga menyukai