Makalah Obstetri Operative - Kelompok 10
Makalah Obstetri Operative - Kelompok 10
BLOK 6.1
Dosen Pengampu :
dr. Firmansyah, Sp.OG., Subsp.Obgins
Tiada kata yang mewakili perasaan kami saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, kami
ucapkan terimaakasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi kami bisa melaluinya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami dengan senang hati mempersembahkan makalah ini yang membahas topik yang
penting dan menarik. Dalam makalah ini, Kami akan mengulas dengan detail tentang
subjek yang telah kami teliti dan pelajari dengan cermat.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang topik yang kami bahas. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca dalam memperluas pengetahuan
mereka tentang subjek yang dibahas.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga ingin menyampaikan
permohonan maaf jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana prosedur pelaksanaan ekstraksi forceps?
8. Apa saja komplikasi dari ekstraksi forceps?
9. Apa definisi sectio caesarea?
10. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya sectio caesarea?
11. Bagaimana prosedur pelaksanaan sectio caesarea?
12. Apa saja komplikasi dari sectio caesarea?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi persalinan menggunakan vakum ekstraksi adalah panggul
sempit (dispoporsi kepala-panggul), mal presentasi kepala janin (dahi, muka,
bokong, puncak kepala), bayi prematur, dan caput succedaneum yang sudah
besar.3
3
4. Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba sutura
sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior;
5. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan
pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis
+1 cm anterior dari ubun-ubun kecil;
6. Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada
saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat perinium
meregang, ketika kepala akan lahir;
7. Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit;
8. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif -0,2 kg/cm2
(Malmstrom), dan periksa aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan
tekanan secara bertahap);
9. Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif -0,6 kg/cm2
(Malmstrom), periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi;
10. Periksa apakah ada jarinagn yang terjepit, jika ada maka turunkan tekanan
dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut;
11. Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah
dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok;
12. Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir;
13. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran;
14. Posisi tangan: tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada
mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi;
15. Tarikan bisa duiulangi 3 kali saja. Lakukan pemeriksaan diantara kontraksi
(denyut jantung janin dan aplikasi mengkok);
16. Saat subokciput sudah dibawah simpisis, arahkan tarikan keatas hingga
lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu;
17. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan negatif;
18. Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan
persalinan normal; dan
4
19. Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum Sim’s atas dan
bawah untuk melihat apakah ada robekan pada dinding vagina atau
perpanjangan luka episiotomi.
5
2.5 Definisi Ekstraksi Forceps
Persalinan forceps adalah salah satu bentuk persalinan dengan bantuan
yang dapat membantu ibu melahirkan bayinya secara pervaginam saat proses
persalinan tidak berjalan. Tang kebidanan digunakan untuk memegang bayi di
dalam jalan lahir dan membantu membimbing mereka keluar. Jika berhasil,
mereka dapat membantu orang tua yang melahirkan menghindari operasi
Caesar.1
6
11. Penyakit jantung atau neurologis ibu saat mengejan ibu tidak
memungkinkan
2.6.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi ibu mutlak untuk persalinan pervaginam operatif adalah
sebagai berikut:6
1. Serviks tidak sepenuhnya melebar
2. Membran utuh
3. Kepala janin tidak bergerak
4. Posisi janin tidak diketahui
5. Disproporsi sefalopelvik
Kontraindikasi ibu relatif termasuk malpresentasi (kecuali ekstraksi sungsang
yang direncanakan) dan gangguan jaringan ikat. Kontraindikasi janin absolut
meliputi adanya gangguan perdarahan (hemofilia, trombositopenia, penyakit
von Willebrand) atau demineralisasi tulang (osteogenesis
imperfekta). Kontraindikasi janin relatif meliputi prematuritas dan
makrosomia. Tidak ada konsensus tentang perkiraan berat janin minimum atau
maksimum untuk persalinan forsep.6
7
1. Forcep tinggi (high forceps) : ekstraksi forcep oada keadaan kepala masih
berada di atas pintu atas panggul. Saat ini tidak dipakai lagi karena
trauma yang terjadi sangat berat. Pertolongan persalinan untuk keadaan
ini digantikan dengan section caesarea.
2. Forcep tengah (mid forceps) : ekstraksi forcep pada keadaan kepala sudah
cakap atau engaged tetapi belum memenuhi syarat untuk forcep rendah.
Saat ini juga sudah jarang dipakai, pertolongan persalinan untuk keadaan
ini digantikan dengan ekstraksi vakum atau section caesarea.
3. Forcep rendah (outlet/low forceps) : ekstraksi forcep pada keadaan
kepala sudah mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis janin
sudah berada dalam keadaan anteroposterior. Pemakaian forcep untuk
keadaan ini yang paling sering digunakan.
8
Ada berbagai alasan mengapa janin tidak bisa, atau tidak boleh dilahirkan
melalui vagina. Beberapa dari indikasi ini dianggap tidak fleksibel karena
persalinan pervaginam akan berbahaya dalam kasus klinis tertentu. Misalnya,
kelahiran sesar sering kali merupakan tatalaksana yang direkomendasikan
jika pasien pernah mengalami bekas luka sesar klasik atau sebelumnya
terdapat riwayat ruptur uteri. Namun, karena potensi komplikasi persalinan
sesar, banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari cara untukmengurangi
angka operasi sesar.8
Terdapat penurunan pada jumlah kali pertama pasien mendapatkan
operasi caesar, karena banyak wanita yang melahirkan kali pertama dengan
metode sesar pada akhirnyaakan memiliki sisa anak mereka melalui operasi
caesar. Pasien mungkin memilih operasi caesar karena berbagai alasan, atau
mungkin bukan kandidat untuk kelahiran pervaginam berikutnya. Misalnya,
jika pasien memiliki serviks yang tidak produktif pada waktunya, pematangan
serviks dengan obat-obatan seperti misoprostol tidak dianjurkan karena
peningkatan risiko ruptur uterus dengan obat-obatan tersebut. Dalam artikel
yangditerbitkan pada tahun 2011 “Pencegahan Aman Kelahiran Caesar
Primer,” penulismembahas indikasi yang paling sering didokumentasikan
untuk kelahiran sesar kali pertama (distosia persalinan, pola detak jantung
janin abnormal, malpresentasi janin, kehamilan ganda, dan dugaan
makrosomia janin), dan mitigasi bagaimana faktor-faktor tersebut.8
Indikasi Ibu untuk Operasi Caesar yakni sebagai berikut.8
1. Persalinan sesar sebelumnya
2. Permintaan ibu
3. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis
4. Trauma perineum sebelumnya
5. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal
6. Herpes simpleks atau infeksi HIV
7. Penyakit jantung atau paru
8. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa
9
9. Patologi yang membutuhkan pembedahan intraabdominal secara
bersamaan
10. Sesar perimortem
Indikasi Uterine / Anatomis untuk operasi caesar yakni sebagai berikut:8
1. Plasentasi abnormal (seperti plasenta previa, plasenta akreta)
2. Solusio plasenta
3. Riwayat histerotomi klasik
4. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya
5. Riwayat dehiscence insisi uterus
6. Kanker serviks invasive
7. Trakelektomi sebelumnya
8. Massa obstruktif saluran genital
9. Cerclage permanen
Indikasi Janin untuk operasi caesar yakni sebagai berikut:8
1. Status janin yang tidak meyakinkan (seperti pemeriksaan Doppler tali
pusat abnormal) atau detak jantung janin yang abnormal
2. Prolaps tali pusat
3. Gagal melahirkan pervaginam operatif
4. Malpresentation
5. Makrosomia
6. Anomali kongenital
7. Trombositopenia
8. Trauma kelahiran neonatal sebelum
2.10.2 Kontraindikasi
Berikut merupakan hal yang menjadi kontraindikasi dilakukannya operasi
Sectio Caesarea.8
1. Janin mati
2. Shock
3. Anemia berat
4. Kelainan kongenital berat
5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
10
6. Fasilitas yang kurang memadai dalam operasi sectio caesarea
Pelaksanaan persalinan SC tanpa didasari indikasi medis adalah tidak etis,
kecuali jika telah melalui tahapan konseling. Pasien memiliki hak otonomi
untuk meminta dilakukan persalinan SC, bila pasien sadar dan tanpa tekanan
dalam memutuskan untuk dilakukan persalinan SC. Tetapi indikasi medis yang
tentu harus jelas, ibu seharusnya menjalani persalinan normal. Namun, masih
banyak persepsi yang belum menemukan titik tengah tentang persalinan SC.
Akibatnya, persalinan pervaginam maupun SC dijadikan pilihan dalam
persalinan, walaupun persalinan SC merupakan pilihan jika terdapat
kedaruratan dalam persalinan.8
2.11 Prosedur Pelaksanaan Sectio Caesarea
Operasi caesar adalah prosedur yang rumit. Penanganan jaringan yang
tepat, hemostasis yang adekuat, menghindari iskemia jaringan, dan mencegah
infeksi sangat penting untuk penyembuhan luka dan mengurangi pembentukan
adhesi berikutnya. Selama operasi itu sendiri, beberapa teknik dapat digunakan
pada setiap langkah atau lapisan jaringan. Banyak faktor yang berkontribusi
pada keputusan ahli bedah tentang teknik. Seperti halnya aspek praktik medis
lainnya, mendasarkan keputusan tersebut pada bukti yang direkomendasikan.
Beberapa jenis Teknik persalinan Caesar, yaitu metode Pfannenstiel-Kerr,
metode Joel-Cohen, metode Misgav-Ladach, dan metode Misgav-Ladach yang
dimodifikasi. Berikut ini adalah ringkasan dari empat metode operasi tersebut.8
1. Metode Pfannenstiel-Kerr
• sayatan kulit Pfannenstiel
• Diseksi tajam pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tajam dari bukaan fasia
• Entri tajam ke peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara manual
• Penutupan rahim terputus satu lapis
• Penutupan peritoneum
• Penutupan fasia yang terputus
11
• Jahitan terus menerus pada kulit
2. Metode Joel-Cohen
• sayatan kulit Joel-Cohen
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara spontan
• Penutupan rahim terputus satu lapis
• Non-penutupan peritoneum
• Penutupan fasia yang terputus
• Jahitan terus menerus pada kulit
3. Metode Misgav-Ladach
• sayatan kulit Joel-Cohen
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara manual
• Penutupan uterus satu lapis
• Non-penutupan peritoneum
• Penutupan terus menerus dari fasia
• Kasur jahitan penutupan kulit
4. Metode Misgav-Ladach yang dimodifikasi
• sayatan kulit Pfannenstiel
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara spontan
12
• Penutupan uterus satu lapis
• Penutupan peritoneum
• Penutupan terus menerus dari fasia
• Jahitan terus menerus pada kulit
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Salah satu jenis persalinan adalah Persalinan buatan atau operatif, yaitu
persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi
dengan vakum/forceps dan persalinan sectio caesarea. Pemilihan metode
persalinan buatan atau operatif tergantung pada indikasi dan
kontraindikasi yang dimiliki pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Marlina E. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Menurut Poedji Rochjati dengan
Jenis Persalinan di RSUD Wates Kulon Progo. Repository Poltekkesjogja
[Internet]. Eprints.poltekkesjogja.ac.id. 2020 [cited March, 14th 2022]. Available
from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/3973
2. Septina Y, Srimulyawati T. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan. Bogor: Penerbit
Lindan Bestari; 2020
3. Widiastuti, F. (2022). HUBUNGAN TINDAKAN VAKUM EKSTRAKSI DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
4. Prawirohardjo S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2020
5. Syaiful Y, Fatmawati L. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: Jakad
Publishing; 2020
6. Bonilla, E. P., & Riggs, J. (2019). Forceps delivery.
7. Geraldy, Y. (2020). Profil Persalinan Seksio Sesarea Pada Hipertensi Dalam
Kehamilan Berdasarkan Hasil Luaran Ibu Di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar
(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
8. Sung, S., & Mahdy, H. (2022). Cesarean section. In StatPearls [Internet].
StatPearls Publishing.
9. WACIKADEWI, N. (2021). Manfaat Media Lembar Balik Flipchart Terhadap
Tingkat Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pasca Plasenta
Pada Ibu Bersalin Sectio Caesarea (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Denpasar).
15