Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH OBSTETRI OPERATIVE

BLOK 6.1

Dosen Pengampu :
dr. Firmansyah, Sp.OG., Subsp.Obgins

Anggota Kelompok 10:


Audia Ramadhani G1A121092

Najla Zhafira Rizkina G1A121093

Aliya Yumna Ubada G1A121094

Dwi Astika G1A121095

M. Reza Julian Fajra G1A121096

Adiza Scorpion Diana G1A121097

Tiara Reyhantika Purdy G1A121098

Muhammad Atha Muafa G1A121099

Wekel Triosi Ariani G1A121100

Salma Salsabil G1A121101

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Tiada kata yang mewakili perasaan kami saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, kami
ucapkan terimaakasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi kami bisa melaluinya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami dengan senang hati mempersembahkan makalah ini yang membahas topik yang
penting dan menarik. Dalam makalah ini, Kami akan mengulas dengan detail tentang
subjek yang telah kami teliti dan pelajari dengan cermat.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang
lebih mendalam tentang topik yang kami bahas. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca dalam memperluas pengetahuan
mereka tentang subjek yang dibahas.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga ingin menyampaikan
permohonan maaf jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jambi, 5 Maret 2024

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1. Definisi Ekstraksi Vakum .................................................................................3
2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Vakum ..................................................3
2.2.1. Indikasi ....................................................................................................3
2.2.2. Kontraindikasi .........................................................................................3
2.3. Prosedur Pelaksanaan Ekstraksi Vakum ...........................................................3
2.4. Komplikasi Ekstraksi Vakum ...........................................................................5
2.5. Definisi Ekstraksi Forceps ................................................................................6
2.6. Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Forceps ................................................6
2.6.1. Indikasi ....................................................................................................6
2.6.2. Kontraindikasi .........................................................................................7
2.7. Prosedur Pelaksanaan Ekstraksi Forceps ..........................................................7
2.8. Komplikasi Ekstraksi Forceps ..........................................................................8
2.9. Definisi Sectio Caesarea ...................................................................................8
2.10. Indikasi dan Kontraindikasi Sectio Caesarea .................................................8
2.10.1. Indikasi ...............................................................................................8
2.10.2. Kontraindikasi ..................................................................................10
2.11. Prosedur Pelaksanaan Sectio Caesarea.........................................................11
2.12. Komplikasi Ekstraksi Sectio Caesarea .........................................................13
BAB III PENUTUP ..............................................................................................14
3.1. Kesimpulan .....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Jenis
persalinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:1
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan yang terjadi dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir. Mekanisme persalinan normal pada
persalinan kala II atau “Seven Cardinal Movements of Labor”, meliputi
engagement, desensus, fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi eksternal, dan
ekspulsi.
b. Persalinan buatan atau operatif, yaitu persalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan vakum/forceps dan persalinan
sectio caesarea.
c. Persalinan anjuran. Persalinan dilakukan dengan pemberian obat-obatan
baik disertai ataupun tanpa pemecahan ketuban.
Ekstraksi vakum dan forcep merupakan tindakan obstetri yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengedan ibu dan ektraksi pada bayi. Bila diperlukan akan diambil tindakan
mengeluarkan bayi secara langsung dengan membuka bagian perut ibu. Inilah
yang disebut sebagai sectio caesarea atau bedah Caesar.1

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi ekstraksi vakum?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya ekstraksi vakum?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan ekstraksi vakum?
4. Apa saja komplikasi dari ekstraksi vakum?
5. Apa definisi ekstraksi forceps?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya ekstraksi forceps?

1
7. Bagaimana prosedur pelaksanaan ekstraksi forceps?
8. Apa saja komplikasi dari ekstraksi forceps?
9. Apa definisi sectio caesarea?
10. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya sectio caesarea?
11. Bagaimana prosedur pelaksanaan sectio caesarea?
12. Apa saja komplikasi dari sectio caesarea?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi ekstraksi vakum?
2. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi
dilakukannya ekstraksi vakum?
3. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan ekstraksi vakum?
4. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari ekstraksi vakum?
5. Untuk mengetahui dan memahami definisi ekstraksi forceps?
6. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi
dilakukannya ekstraksi forceps?
7. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan ekstraksi
forceps?
8. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari ekstraksi forceps?
9. Untuk mengetahui dan memahami definisi sectio caesarea?
10. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi
dilakukannya sectio caesarea?
11. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan sectio caesarea?
12. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari sectio caesarea?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekstraksi Vakum


Vakum Ekstraksi adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan
ekstraksi pada bayi. Kerja sama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan
bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan
akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.2

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Vakum


2.2.1 Indikasi
Indikasi dalam persalinan menggunakan vakum ekstraksi adalah kala II lama
dengan presentasi belakang kepala/verteks. Syarat untuk melakukan ekstraksi
vakum yaitu pembukaan lengkap atau hampir lengkap, penurunan janin di
hogde III atau IV, presentasi belakang kepala, janin cukup bulan (tidak
prematur), tidak ada kesempitan panggul, kontraksi baik, dan ibu kooperatif
atau ibu kuat mengedan.3

2.2.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi persalinan menggunakan vakum ekstraksi adalah panggul
sempit (dispoporsi kepala-panggul), mal presentasi kepala janin (dahi, muka,
bokong, puncak kepala), bayi prematur, dan caput succedaneum yang sudah
besar.3

2.3 Prosedur Pelaksanaan Ektraksi Vakum


Teknik dalam melakukan vakum ekstraksi menurut 18 yaitu:4
1. Kaji ulang dengan syarat-syarat (presentasi belakang kepala/verteks, janin
cukup bulan, pembukaan lengkap, kepala di Hogde III-IV atau 1/5 – 2/5);
2. Persetujuan tindakan medis, dan berikan dukungan emosional;
3. Persiapan alat-alat sebelum tindakan: untuk pasien, penolong (operator
dan asisten), dan bayi serta pencegahan infeksi sebelum tindakan;

3
4. Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba sutura
sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior;
5. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan
pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis
+1 cm anterior dari ubun-ubun kecil;
6. Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada
saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat perinium
meregang, ketika kepala akan lahir;
7. Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit;
8. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif -0,2 kg/cm2
(Malmstrom), dan periksa aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan
tekanan secara bertahap);
9. Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif -0,6 kg/cm2
(Malmstrom), periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi;
10. Periksa apakah ada jarinagn yang terjepit, jika ada maka turunkan tekanan
dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut;
11. Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah
dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok;
12. Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir;
13. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran;
14. Posisi tangan: tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada
mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi;
15. Tarikan bisa duiulangi 3 kali saja. Lakukan pemeriksaan diantara kontraksi
(denyut jantung janin dan aplikasi mengkok);
16. Saat subokciput sudah dibawah simpisis, arahkan tarikan keatas hingga
lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu;
17. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan negatif;
18. Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan
persalinan normal; dan

4
19. Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum Sim’s atas dan
bawah untuk melihat apakah ada robekan pada dinding vagina atau
perpanjangan luka episiotomi.

2.4 Komplikasi Ekstraksi Vakum


Pada persalinan vakum ekstraksi bisa menyebabkan yaitu:5
• Ibu
a. Robekan bibir servik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan cup,
b. Bisa terjadi perdarahan akibat atonia uteri atau trauma, trauma jalan
lahir dan infeksi,
c. Robekan kandung kencing dan rectum, fistula, dan
d. Komplikasi perdarahan karena atonia uteri dan komplikasi infeksi.
• Anak
a. Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya menghilang
dalam 3-4 minggu. Dapat terjadi juga subgaleal hematoma,
b. Perdarahan subaponeurotik,
c. Fetal distress,
d. Trauma janin,
e. Infeksi,
f. Nekrosis kulit kepala,
g. Kerusakan N VI dan N VII,
h. Ekskoriasi kulit kepala,
i. Asfiksi/ anoksi
j. Paresis/ paralisis,
k. Fraktur tulang tengkorak,
l. Perdarahan intracranial sangat jarang terjadi dan memerlukan
perawatan neonatus segera.

5
2.5 Definisi Ekstraksi Forceps
Persalinan forceps adalah salah satu bentuk persalinan dengan bantuan
yang dapat membantu ibu melahirkan bayinya secara pervaginam saat proses
persalinan tidak berjalan. Tang kebidanan digunakan untuk memegang bayi di
dalam jalan lahir dan membantu membimbing mereka keluar. Jika berhasil,
mereka dapat membantu orang tua yang melahirkan menghindari operasi
Caesar.1

2.6 Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Forceps


2.6.1 Indikasi
Ada indikasi ibu dan janin untuk persalinan pervaginam operatif, yang
mencakup penggunaan forsep. Tidak ada indikasi yang mutlak. Indikasi janin
umumnya merupakan penelusuran yang tidak meyakinkan ketika verteks
berada jauh di bawah spina iskiadika yang dapat menghalangi persalinan sesar.
Indikasi ibu meliputi kelelahan ibu dan persalinan kala dua yang lama
(nulipara: 4 jam dengan anestesi regional dan 3 jam tanpa anestesi regional,
multipara: 3 jam dengan anestesi regional dan 2 jam tanpa). Keduanya
menyiratkan upaya mengejan ibu yang memadai dengan kontraksi.) Menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists, kriteria berikut
diperlukan sebelum melanjutkan persalinan dengan forsep.6
1. Serviks melebar penuh
2. Pecahnya membran
3. Kepala janin bergerak (presentasi vertex)
4. Mengetahui posisi janin
5. Berat janin telah diperkirakan
6. Pelvis ibu cukup untuk persalinan pervaginam
7. Anestesi diberikan
8. Kandung kemih ibu kosong
9. Persetujuan ibu diperoleh, risiko dan manfaat dijelaskan secara
menyeluruh
10. Rencana cadangan jika metode pengiriman operatif gagal

6
11. Penyakit jantung atau neurologis ibu saat mengejan ibu tidak
memungkinkan

2.6.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi ibu mutlak untuk persalinan pervaginam operatif adalah
sebagai berikut:6
1. Serviks tidak sepenuhnya melebar
2. Membran utuh
3. Kepala janin tidak bergerak
4. Posisi janin tidak diketahui
5. Disproporsi sefalopelvik
Kontraindikasi ibu relatif termasuk malpresentasi (kecuali ekstraksi sungsang
yang direncanakan) dan gangguan jaringan ikat. Kontraindikasi janin absolut
meliputi adanya gangguan perdarahan (hemofilia, trombositopenia, penyakit
von Willebrand) atau demineralisasi tulang (osteogenesis
imperfekta). Kontraindikasi janin relatif meliputi prematuritas dan
makrosomia. Tidak ada konsensus tentang perkiraan berat janin minimum atau
maksimum untuk persalinan forsep.6

2.7 Prosedur Pelaksanaan Ekstraksi Forceps


Fungsi forceps adalah traksi dengan kompresi minimal selama kontraksi.
Rotasi, bila perlu dilakukan di antara kontraksi. Forceps dipasang dari bawah
kepala janin sambil duduk. Kekuatan traksi berasal dari lengan bawah, bukan
dada. Bidang traksi adalah dengan kurva panggul (manuver Saxtorph-Pajot).
Traksi harus stabil tanpa gerakan goyang. Episiotomi awal biasanya RML
(Right Middle Lobe) untuk menghindari cedera rektal dilakukan untuk
memungkinkan lebih banyak ruang dan pencegahan laserasi vagina. Saat BPD
(Biparietal Diameter) melewati cincin vulva, lepaskan forsep dengan urutan
terbalik. Sebagian besar kasus berkembang dengan tarikan pertama atau kedua
dan persalinan dengan tarikan ketiga atau keempat.6
Berdasarkan kemajuan persalinan/ penurunan kepala di dalam rongga
panggul, pemakaian forcep dibagi menjadi:6

7
1. Forcep tinggi (high forceps) : ekstraksi forcep oada keadaan kepala masih
berada di atas pintu atas panggul. Saat ini tidak dipakai lagi karena
trauma yang terjadi sangat berat. Pertolongan persalinan untuk keadaan
ini digantikan dengan section caesarea.
2. Forcep tengah (mid forceps) : ekstraksi forcep pada keadaan kepala sudah
cakap atau engaged tetapi belum memenuhi syarat untuk forcep rendah.
Saat ini juga sudah jarang dipakai, pertolongan persalinan untuk keadaan
ini digantikan dengan ekstraksi vakum atau section caesarea.
3. Forcep rendah (outlet/low forceps) : ekstraksi forcep pada keadaan
kepala sudah mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis janin
sudah berada dalam keadaan anteroposterior. Pemakaian forcep untuk
keadaan ini yang paling sering digunakan.

2.8 Komplikasi Ekstraksi Forceps


Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yaitu laserasi perineum, laserasi
vagina, dan hematoma, cedera sfingter anus, komplikasi jangka panjang
prolaps organ panggul. Komplikasi janin diantaranya, laserasi wajah, cedera
saraf wajah, trauma okular, patah tulang tengkorak, perdarahan intrakranial,
hematoma subgaleal, hiperbilirubinemia, kematian janin.6

2.9 Definisi Sectio Caesarea


Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinandengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari sisi
ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada janin,
serta indikasilainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun janin.7
Sectio Caesarea dilakukan melalui sayatan perut terbuka (laparotomi) dan
sayatan di rahim (histerektomi).8

2.10 Indikasi dan Kontraindikasi Sectio Caesarea


2.10.1 Indikasi

8
Ada berbagai alasan mengapa janin tidak bisa, atau tidak boleh dilahirkan
melalui vagina. Beberapa dari indikasi ini dianggap tidak fleksibel karena
persalinan pervaginam akan berbahaya dalam kasus klinis tertentu. Misalnya,
kelahiran sesar sering kali merupakan tatalaksana yang direkomendasikan
jika pasien pernah mengalami bekas luka sesar klasik atau sebelumnya
terdapat riwayat ruptur uteri. Namun, karena potensi komplikasi persalinan
sesar, banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari cara untukmengurangi
angka operasi sesar.8
Terdapat penurunan pada jumlah kali pertama pasien mendapatkan
operasi caesar, karena banyak wanita yang melahirkan kali pertama dengan
metode sesar pada akhirnyaakan memiliki sisa anak mereka melalui operasi
caesar. Pasien mungkin memilih operasi caesar karena berbagai alasan, atau
mungkin bukan kandidat untuk kelahiran pervaginam berikutnya. Misalnya,
jika pasien memiliki serviks yang tidak produktif pada waktunya, pematangan
serviks dengan obat-obatan seperti misoprostol tidak dianjurkan karena
peningkatan risiko ruptur uterus dengan obat-obatan tersebut. Dalam artikel
yangditerbitkan pada tahun 2011 “Pencegahan Aman Kelahiran Caesar
Primer,” penulismembahas indikasi yang paling sering didokumentasikan
untuk kelahiran sesar kali pertama (distosia persalinan, pola detak jantung
janin abnormal, malpresentasi janin, kehamilan ganda, dan dugaan
makrosomia janin), dan mitigasi bagaimana faktor-faktor tersebut.8
Indikasi Ibu untuk Operasi Caesar yakni sebagai berikut.8
1. Persalinan sesar sebelumnya
2. Permintaan ibu
3. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis
4. Trauma perineum sebelumnya
5. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal
6. Herpes simpleks atau infeksi HIV
7. Penyakit jantung atau paru
8. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa

9
9. Patologi yang membutuhkan pembedahan intraabdominal secara
bersamaan
10. Sesar perimortem
Indikasi Uterine / Anatomis untuk operasi caesar yakni sebagai berikut:8
1. Plasentasi abnormal (seperti plasenta previa, plasenta akreta)
2. Solusio plasenta
3. Riwayat histerotomi klasik
4. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya
5. Riwayat dehiscence insisi uterus
6. Kanker serviks invasive
7. Trakelektomi sebelumnya
8. Massa obstruktif saluran genital
9. Cerclage permanen
Indikasi Janin untuk operasi caesar yakni sebagai berikut:8
1. Status janin yang tidak meyakinkan (seperti pemeriksaan Doppler tali
pusat abnormal) atau detak jantung janin yang abnormal
2. Prolaps tali pusat
3. Gagal melahirkan pervaginam operatif
4. Malpresentation
5. Makrosomia
6. Anomali kongenital
7. Trombositopenia
8. Trauma kelahiran neonatal sebelum
2.10.2 Kontraindikasi
Berikut merupakan hal yang menjadi kontraindikasi dilakukannya operasi
Sectio Caesarea.8
1. Janin mati
2. Shock
3. Anemia berat
4. Kelainan kongenital berat
5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

10
6. Fasilitas yang kurang memadai dalam operasi sectio caesarea
Pelaksanaan persalinan SC tanpa didasari indikasi medis adalah tidak etis,
kecuali jika telah melalui tahapan konseling. Pasien memiliki hak otonomi
untuk meminta dilakukan persalinan SC, bila pasien sadar dan tanpa tekanan
dalam memutuskan untuk dilakukan persalinan SC. Tetapi indikasi medis yang
tentu harus jelas, ibu seharusnya menjalani persalinan normal. Namun, masih
banyak persepsi yang belum menemukan titik tengah tentang persalinan SC.
Akibatnya, persalinan pervaginam maupun SC dijadikan pilihan dalam
persalinan, walaupun persalinan SC merupakan pilihan jika terdapat
kedaruratan dalam persalinan.8
2.11 Prosedur Pelaksanaan Sectio Caesarea
Operasi caesar adalah prosedur yang rumit. Penanganan jaringan yang
tepat, hemostasis yang adekuat, menghindari iskemia jaringan, dan mencegah
infeksi sangat penting untuk penyembuhan luka dan mengurangi pembentukan
adhesi berikutnya. Selama operasi itu sendiri, beberapa teknik dapat digunakan
pada setiap langkah atau lapisan jaringan. Banyak faktor yang berkontribusi
pada keputusan ahli bedah tentang teknik. Seperti halnya aspek praktik medis
lainnya, mendasarkan keputusan tersebut pada bukti yang direkomendasikan.
Beberapa jenis Teknik persalinan Caesar, yaitu metode Pfannenstiel-Kerr,
metode Joel-Cohen, metode Misgav-Ladach, dan metode Misgav-Ladach yang
dimodifikasi. Berikut ini adalah ringkasan dari empat metode operasi tersebut.8
1. Metode Pfannenstiel-Kerr
• sayatan kulit Pfannenstiel
• Diseksi tajam pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tajam dari bukaan fasia
• Entri tajam ke peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara manual
• Penutupan rahim terputus satu lapis
• Penutupan peritoneum
• Penutupan fasia yang terputus

11
• Jahitan terus menerus pada kulit
2. Metode Joel-Cohen
• sayatan kulit Joel-Cohen
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara spontan
• Penutupan rahim terputus satu lapis
• Non-penutupan peritoneum
• Penutupan fasia yang terputus
• Jahitan terus menerus pada kulit
3. Metode Misgav-Ladach
• sayatan kulit Joel-Cohen
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara manual
• Penutupan uterus satu lapis
• Non-penutupan peritoneum
• Penutupan terus menerus dari fasia
• Kasur jahitan penutupan kulit
4. Metode Misgav-Ladach yang dimodifikasi
• sayatan kulit Pfannenstiel
• Diseksi tumpul pada lapisan subkutan
• Perpanjangan tumpul dari pembukaan fasia
• Masuk tumpul ke dalam peritoneum
• Tajam dangkal kemudian tumpul masuk ke dalam rahim
• Pengangkatan plasenta secara spontan

12
• Penutupan uterus satu lapis
• Penutupan peritoneum
• Penutupan terus menerus dari fasia
• Jahitan terus menerus pada kulit

2.12 Komplikasi Sectio Caesarea


Beberapa komplikasi yang paling banyak terjadi dalam SC adalah akibat
tindakan anastesi, jumlah darah yang diekeluarkan oleh ibu selama operasi
berlangsung, komplikasi penyulit, Endometriosis (radang endometrium),
Tromboplebitis (gangguan pembekuan darah pembuluh balik), Embolisme
(penyumbatan pembuluh darah paru), dan perubahan bentuk serta letak Rahim
menjadi tidak sempurna. Komplikasi serius pada tindakan SC adalah
perdarahan karena atonia uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan
plasenta, hematoma ligamentum latum (Broad Ligament), infeksi pada saluran
genetalia, padadaerah insisi, dan pada saluran perkemihan.9

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Salah satu jenis persalinan adalah Persalinan buatan atau operatif, yaitu
persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi
dengan vakum/forceps dan persalinan sectio caesarea. Pemilihan metode
persalinan buatan atau operatif tergantung pada indikasi dan
kontraindikasi yang dimiliki pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Marlina E. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Menurut Poedji Rochjati dengan
Jenis Persalinan di RSUD Wates Kulon Progo. Repository Poltekkesjogja
[Internet]. Eprints.poltekkesjogja.ac.id. 2020 [cited March, 14th 2022]. Available
from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/3973
2. Septina Y, Srimulyawati T. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan. Bogor: Penerbit
Lindan Bestari; 2020
3. Widiastuti, F. (2022). HUBUNGAN TINDAKAN VAKUM EKSTRAKSI DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
4. Prawirohardjo S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2020
5. Syaiful Y, Fatmawati L. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: Jakad
Publishing; 2020
6. Bonilla, E. P., & Riggs, J. (2019). Forceps delivery.
7. Geraldy, Y. (2020). Profil Persalinan Seksio Sesarea Pada Hipertensi Dalam
Kehamilan Berdasarkan Hasil Luaran Ibu Di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar
(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
8. Sung, S., & Mahdy, H. (2022). Cesarean section. In StatPearls [Internet].
StatPearls Publishing.
9. WACIKADEWI, N. (2021). Manfaat Media Lembar Balik Flipchart Terhadap
Tingkat Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pasca Plasenta
Pada Ibu Bersalin Sectio Caesarea (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Denpasar).

15

Anda mungkin juga menyukai