Anda di halaman 1dari 35

SEMINAR PROPOSAL

“ANALISIS NORMA SOSIOMATEMATIK MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN DARING (ONLINE) PADA SISWA SMA DI JAKARTA”

DISUSUN OLEH :

ADAM FIRDAUS

1601105091

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA


2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……...…………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………….…………………….iii

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang Masalah................................................................................1
B. Fokus Penelitian............................................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian....................................................................................7
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
E. Manfaat Penelitian........................................................................................8
BAB II....................................................................................................................10
KAJIAN TEORI....................................................................................................10
A. Norma Sosiomatematik...............................................................................10
B. Pembelajaran Daring (Online) pada Era Covid-19.....................................17
C. Penelitian Relevan.......................................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN.......................................................................................22
A. Jenis Penelitian............................................................................................22
B. Subjek Penelitian.........................................................................................22
C. Tempat dan Waktu penelitian.....................................................................23
D. Rancangan Penelitian..................................................................................24
E. Prosedur Penelitian.....................................................................................24
F. Data dan Sumber Data................................................................................26
G. Teknik pengumpulan data...........................................................................26
H. Teknik Analisis Data...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki pengaruh

cukup besar terhadap kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan pemanfaatan

matematika dalam kehidupan sehari-hari, di mana matematika merupakan

human activity, matematika memiliki nilai-nilai penting untuk membantu

siswa menghadapi berbagai tantangan hidup dalam berbagai problematika

yang dihadapinya (Kadir, 2008). Dengan kata lain matematika merupakan

salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan

yang berkaitan di kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika merupakan

ilmu pengetahuan yang mendasari lahirnya pengetahuan lain, karena

matematika merupakan ilmu dasar sebelum menguasai ilmu-ilmu lainya

seperti sains, teknologi, atau disiplin ilmu lainnya. Oleh karena itu,

matematika menjadi mata pelajaran yang wajib di sekolah, baik di jenjang

pendidikan dasar (SD/sederajat), pendidikan menengah (SMP/sederajat dan

SMA/sederajat) maupun pendidikan tinggi (Universitas).

Dalam artikel yang dikemukakan oleh Cobel dan Sfard, pada zaman

modern ini pembelajaran matematika diterima sebagai suatu aktivitas sosial

(Chaviaris & Kafoussi, 2010). Suatu aktivitas sosial yang dimaksud adalah

interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa. Siswa yang

selama ini dianggap sebagai subyek pengetahuan secara otomatis akan diakui

1
2

sebagai subyek sosial berdasarkan sejarah dan kebudayaan mereka. Namun

pada kenyataannya masih terdapat beberapa orang yang meyakini bahwa

pembelajaran matematika hanyalah sebuah proses individu dan interaksi

sosial tidak berperan penting. Keyakinan tersebut dapat menciptakan relasi

antar siswa menjadi kurang baik selama proses interaksi sosial. Contohnya

dalam diskusi matematika, ide-ide dari siswa-siswa yang berprestasi lebih

cepat diterima dibandingkan dengan ide-ide yang diajukan oleh siswa-siswa

biasa. Dengan demikian peran guru disini sangatlah penting, yaitu melatih

siswa untuk dapat bekerja sama dengan siswa lainnya, hal itu bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan interaksi sosial antar siswa. Kemampuan

seseorang dalam berinteraksi tidak akan menjadi lebih baik jika hanya

dipelajari secara teoritis, melainkan harus dipraktekkan sendiri secara

langsung sehingga kemampuan berinteraksi seseorang tersebut dapat terus

ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Mengingat bahwa guru memainkan

peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dikelas

maka guru perlu mengeksplorasi jenis metode pengajaran, sehingga dapat

mendukung meningkatkan kemampuan interaksi sosial antar siswa dikelas.

Dalam suatu interaksi sosial, sikap dan perilaku merupakan unsur-unsur

yang penting untuk menciptakan suatu relasi yang baik. Aturan tentang

bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku sering disebut sebagai norma.

Cobb, Wood dkk (1992) dan Yackel & Cobb (1996) memperkenalkan istilah

“norma” untuk menggambarkan komunikasi atau interaksi antara guru dan

siswa maupun antara siswa dan siswa yang terjadi pada proses pembelajaran
3

(dalam Rizkianto, 2013). Norma digunakan sebagai suatu aturan dalam

berperilaku, sangat memungkinkan dapat berfungsi sebagai pengatur jalannya

interaksi dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran, terutama dalam

pembelajaran matematika, dikenal dengan dua norma, yaitu norma sosial dan

norma sosiomathematik (Adi Widodo, Turmudi, & Afgani Dahlan, 2019).

Secara umum, norma yang digunakan dalam berinteraksi sosial di kelas

maupun di kehidupan sehari-hari adalah norma sosial. Tujuan adanya norma

sosial dalam kehidupan manusia yaitu untuk mengatur hubungan antara

masyarakat dalam berinteraksi agar tercipta dengan baik dan sesuai aturan

yang berlaku. Dengan kata lain, adanya norma digunakan sebagai landasan

dalam menciptakan suatu aturan agar proses interaksi sosial antar masyarakat

berjalan dengan baik. Cobb et al. menegaskan bahwa norma-norma dan

praktik-praktik di kelas mempengaruhi bagaimana siswa memahami peran

mereka di dalam kelas serta keyakinan mereka tentang aktivitas matematika

(dalam Fukawa-Connelly, 2012). Sedangkan pada konteks pembelajaran

matematika, norma yang mengatur dikenal sebagai norma sosiomatematik.

Norma sosiomatematik berkaitan dengan bagaimana siswa menyakini dan

memahami pengetahuan matematika serta menempatkan diri dalam suatu

interaksi sosial dalam membangun pengetahuan matematika (Sulfikawati,

2016). Norma sosiomatematik adalah tingkah laku normatif yang terjadi

dalam hubungan antara siswa dan matematika dalam situasi pembelajaran

matematika di kelas (Kadir, 2008). Norma sosiomatematik di kelas itu bersifat

fleksibel, dimana guru, siswa dapat menjadi agen dalam proses


4

pembentukannya (Rizkianto, 2013). Berdasarkan berbagai pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa norma sosiomatematik merupakan norma yang

mengatur interaksi sosial dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

dengan masalah matematika. Implementasi norma sosiomatematik dalam

pembelajaran matematika di kelas bukan hanya dapat menghidupkan interaksi

antar siswa melainkan juga dapat membentuk pengetahuan matematika.

Norma sosiomatematik sangat penting diterapkan dalam pembelajaran

matematika, karena dengan adanya norma sosiomatematik terdapat aturan

yang mengatur proses pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

matematika menjadi lebih efektif dan efesien karena terjadinya interaksi antar

siswa. Dengan adanya aturan tersebut maka setiap siswa bebas berpendapat

dalam proses pembelajaran namun tetap harus menghargai pendapat orang

lain. Selain itu dapat melatih siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan

masalah matematika dengan siswa lain. Lebih lanjut, dalam artikel Chaviaris

dan Kafoussi (2010) menyebutkan bahwa norma sosiomatematik berkaitan

dengan keyakinan siswa terhadap aktivitas kolaborasi dalam pembelajaran

matematika. Dengan kata lain, aktivitas kolaborasi memiliki peranan yang

sangat penting didalam terjadinya suatu interaksi antar siswa dikelas pada

pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik apabila

siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik pada saat

pembelajaran matematika.

Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus

dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika. Hal itu sejalan dengan
5

National Council of Teachers of Mathematic (NCTM), melalui Principles and

Standard for School Mathematic, menempatkan komunikasi sebagai salah

satu bagian penting dalam matematika dan pendidikan matematika. Dalam

memecahkan masalah matematis siswa ,memerlukan komunikasi yang jelas.

Masalah matematika yang digunakan bersifat terbuka (open-ended) sehingga

mendukung terjadinya diskusi antar siswa (Rizkianto, 2013). Melalui

komunikasi, siswa dapat bertukar gagasan dan sekaligus mengklarifikasi

pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pembelajaran.

Seseorang dikatakan memahami matematika bukan hanya pada saat orang

tersebut dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar. Namun juga

harus mampu mengkomunikasikan idenya dengan baik agar dapat diterima

oleh orang lain. Kemampuan komunikasi ini tentunya juga harus ditunjang

dari pengadaan masalahan matematika yang menantang (Challenging

problem).

Pembelajaran matematika hendaknya dirancang dengan benar sehingga

memungkinkan semua siswa dapat aktif berpartisipasi dalam

menyumbangkan ide-ide yang dimiliki, sehingga mencipatakan proses

interaksi di kelas. Kadir (2008) mengusulkan pembelajaran matematika

dilaksanakan melalui kelompok kecil, bukan pembelajaran klasikal dan

mempertimbangkan perbedaan kemampuan maupun latar belakang dalam

setiap kelompok. Karena melalui pembentukan kelompok kecil siswa dapat

bertukar gagasan dan ide antar anggota kelompok dalam menyelesaikan

permasalahan matematika. Kemampuan dan latar belakang siswa dalam


6

pembentukan kelompok harus diperhatikan, agar proses interaksi antar siswa

dapat berjalan dengan baik. Lebih lanjut Gardner menyebutkan bahwa salah

satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan

interpersonal yang juga mencakup kemampuan berinteraksi adalah melalui

suatu bentuk pengalaman (ber)sosial (sosial experiment) (dalam Wijaya,

2008).

Penelitian yang berhubungan dengan norma sosiomatematik sudah

dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Silvi

Annisa (2018) menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki norma

sosiomatematik yang sangat baik tentu memiliki minat belajar yang tinggi

terhadap pelajaran matematika dibandingkan siswa yang memiliki minat

belajar sedang dan rendah terhadap matematika. Kadir (2008) menyimpulkan

bahwa norma sosiomatematik dapat dikembangkan dengan menggunakan

beberapa pendekatan pembelajaran, seperti pendekatan pembelajaran

kontekstual, pembelajaran berbasis masalah, pendekatan matematika realistik,

dan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Diana Sulfikawati

(2016) melakukan penelitian terkait norma sosiomatematik dalam

pembelajaran kolaboratif yang dapat disimpulkan bahwa subyek yang

memiliki kemampuan komunikasi matematik dan keterampilan sosial yang

baik akan cenderung menekankan aspek familiaritas (teman dekat) dalam

pola-pola hubungan sosial mereka karena akan lebih mudah dalam menerima

dan menghargai upaya-upaya yang dilakukan dan membuat rasa nyaman

dalam proses pembelajaran. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan


7

sebelumnya, penelitian ini memfokuskan pada norma sosiomatematik siswa di

dalam pembelajaran matematika pada era pandemi COVID-19 melalui sistem

pembelajaran online (daring) yang dilakukan di rumah. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Norma Sosiomatematik

melalui Model Pembelajaran Daring (Online) pada Siswa SMA di

Jakarta”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dijelaskan diatas, maka fokus penelitian

ini adalah pentingnya penerapan norma sosiomatematik didalam

pembelajaran matematika selama pandemic COVID-19 melalui sistem

pembelajaran daring (online) yang dilakukan di SMA se-Jakarta.

Penerapan norma sosiomatematik memiliki peranan penting dalam

pembelajaran matematika. Karena dengan penerapan norma

sosiomatematik bukan hanya dapat menghidupkan interaksi antar siswa

melainkan juga dapat membentuk pengetahuan matematika.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan norma sosiomatematik penting dalam pembelajaran

matematika?
8

2. Bagaimana penerapan norma sosiomatematik dalam pembelajaran

matematika melalui sistem pembelajaran daring (online) pada siswa

SMA di Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang dikemukakan di

atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan norma

sosiomatematik dalam pembelajaran matematika di era pandemic COVID-

19 melalui sistem pembelajaran daring (online) pada siswa SMA di

Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, penulis dapat mengembangkan diri dalam

menuangkan ide dan gagasan dalam menyelesaikan permasalahan

norma sosiomatematik yang terjadi pada kegiatan pembelajaran

matematika.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan

dengan norma sosiomatematik, agar nantinya guru dapat


9

mengembangkan norma sosiomatematik siswa dalam proses

pembelajaran matematika.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa

untuk lebih menyadari pentingnya berinteraksi dalam pembelajaran

matematika. Serta dapat mengembangkan aspek sosial dalam

pembelajaran matematika.

4. Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan siswa secara sosial, agar nantinya siswa

mampu beradaptasi dalam lingkungan sekolah dan lingkungan

bermasyarakat.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Norma Sosiomatematik

Dalam proses pembelajaran matematika di kelas, selalu ditemukan

beberapa kebiasaan rutin sebagai wujud keragaman aktivitas siswa.

Dengan adanya beberapa karakteristik siswa berdampak dibutuhkannya

norma untuk menciptakan keteraturan di dalam pembelajaran matematika

di kelas (Kadir, 2008). Hal itu dikarenakan, norma dapat mampu

mengorganisasikan keragaman karateristik siswa, sehingga proses

pencapaian tujuan pembelajaran matematika tidak terganggu. Konsep

norma itu sendiri berasal dari ide yang lebih luas dari “prescription” yang

berarti tingkah laku yang mengindikasikan tingkah laku lainnya harus

melekat (Rizkianto, 2013). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, mengartikan norma sebagai aturan atau ketentuan yang

mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan,

tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima (Utari,

2017). Dengan kata lain, norma digunakan sebagai aturan yang mengatur

seseorang dalam berperilaku di dalam kehidupan sosial agar hubungan

antar masyarakat tetap berjalan dengan baik.

Menurut pendapat Bauersfeld dkk. (1988), Voight (1985), bahwa

norma muncul sebagai akibat adanya pola interaksi. Voigt juga

mengemukakan bahwa konsep norma adalah “obligation”, yaitu konsep

10
11

yang berhubungan dengan berbagai kebiasaan dalam kelas dan mengatur

tingkah laku guru dan siswa (Rizkianto, 2013). Pola yang muncul dalam

rutinitas kelas dapat dilihat ketika guru memberikan suatu masalah yang

terbuka (open question) kemudian siswa dapat mendiskusikan masalah

tersebut untuk mendapatkan penyelesaian masalah secara bersama-sama.

Menurut Cobb, Wood, Yackel, & McNeal (1992), ada lima jenis norma

kelas yaitu: pengaturan (regulation), kebiasaan (convention), moral

(morals), kebenaran (truth), dan perintah (instruction) (dalam Herbel-

eisenmann, 2003).

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa norma

merupakan pola keteraturan yang disepakati bersama sebagai hasil

interaksi siswa di kelas untuk mencapai suatu tujuan bersama (Kadir,

2008). Dengan kata lain, norma digunakan sebagai aturan yang mengatur

agar proses interaksi guru dengan siswa maupun antar siswa dapat berjalan

dengan baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Ada dua istilah norma yang dikenal dalam pembelajaran matematika,

yaitu norma sosial (social norms) dan norma sosiomatematik

(sociomathematical norms). Penelitian yang dilakukan oleh Erna Yackel

dan Paul Cobb menegaskan adanya perbedaan antara norma sosial dan

norma sosiomatematik (dalam Rizkianto, 2013). Menurut McClain &

Cobb norma sosial terdiri dari beberapa macam, yaitu: menjelaskan dan

membenarkan solusi, mendengarkan dan membuat pengertian dari tiap

solusi lain, menandai yang tidak dipahami dan bersikap memberikan


12

pertanyaan ketika tidak memahami, dan menjelaskan mengapa mereka

tidak menerima penjelasan terhadap pertimbangan mereka yang tak

berlaku (dalam Herbel-eisenmann, 2003). Sedangkan norma

sosimatematik, secara khusus dikaitkan pada argumentasi secara

maematika, yaitu bagaimana siswa melakukan proses interaksi dan

negosiasi untuk memahami konsep-konsep matematika. Yackel dan Cobb

menyebutkan bahwa pemahaman dan kesadaran yang dimiliki siswa

tentang bagaimana cara yang tepat untuk mengkomunikasikan solusi dan

cara berfikir merupakan salah satu contoh norma sosial, sedangkan

pemahaman tentang argumentasi seperti apa yang bisa diterima secara

matematis merupakan contoh dari norma sosiomatematik (Yackel & Cobb,

1996).

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, norma

sosial merupakan norma yang berkaitan dengan adab dalam

berkomunikasi, sedangkan norma sosiomatematik melibatkan pembahasan

matematika di setiap langkahnya dalam menyelesaikan suatu

permasalahan. Dengan kata lain, semua bentuk interaksi sosial yang diatur

di dalam norma sosial jika interaksi tersebut di tafsirkan dalam bentuk

matematika maka bisa disebut norma sosiomatematika.

Wedege menyimpulkan bahwa sosiomatematika adalah suatu konsep

analitis, yang meliputi studi tentang berhitung, etnomatematika, dan

matematika di tempat kerja dalam suatu istilah tunggal. Istilah tunggal

tersebut meliputi suatu ladang masalah mengenai hubungan antara


13

individu, matematika, dan masyarakat, dan suatu lapangan pokok yang

mengkombinasikan matematika, individu, dan masyarakat. Wedege juga

menyatakan, sebagai ladang masalah, sosiomatematika didefinisikan

sebagai suatu perspektif kultur sosial pada pendidikan matematika

(Wedege, 2003). Dengan kata lain, norma sosiomatematik digunakan

untuk melihat hubungan antara individu, matematika, dan masyarakat

yang kemudian mengaplikasikan hubungan tersebut pada saat

pembelajaran matematika di kelas.

Norma sosiomatematik terkait dengan hubungan individu,

matematika, dan masyarakat yang terbentuk dalam kelas matematika,

maka norma sosiomatematik juga terkait dengan pembelajaran

matematika. Soedjadi menyatakan, dalam pembelajaran matematika

terdapat beberapa nilai, yaitu: kerjasama, disiplin, kebebasan, bebas

berpendapat, cermat-tekun, menerima pendapat, sikap hormat, dan

kesepahaman (Kadir, 2008). Sedangkan norma sosiomatematik menurut

Herbel-Eisenmann (2003) terutama sekali difokuskan pada kebenaran,

peran, tanggung jawab, dan harapan yang satu sama lain dinegosiasikan

antara guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk menguji bagaimana norma

ditempatkan melalui cerita di kelas. Norma sosiomatematik memiliki

peran penting di dalam pembelajaran matematika, karena dengan adanya

norma sosiomatematik terdapat aturan yang mengatur proses

berlangsungnya pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

matematika menjadi lebih efektif dan efesien karena terjadinya interaksi


14

antar siswa. Dengan adanya aturan tersebut maka setiap siswa bebas

berpendapat dalam proses pembelajaran namun tetap harus menghargai

pendapat orang lain. Hal yang sama juga diungkapkan Rizkianto (2013),

bahwa norma sosiomatematik dapat mempengaruhi partisipasi siswa

dalam aktivitas matematika dan berkaitan dengan bagaimana siswa

meyakini dan memahami pengetahuan matematika.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa norma

sosiomatematik adalah tingkah laku normatif yang terjadi dalam hubungan

antara siswa dan matematika dalam situasi pembelajaran matematika di

kelas. Norma sosiomatematik tersebut tersusun berdasarkan nilai-nilai

matematika dan pembelajaran matematika di kelas, yaitu kebenaran, peran,

tanggung jawab, harapan, kerjasama, disiplin, kebebasan, bebas

berpendapat, cermat – tekun, menerima pendapat, sikap hormat,

kesepahaman, kesepakatan, konsistensi, kesemestaan, dan ketat.

Secara khusus, Lopez (2007) membedakan norma sosiomatematik

menjadi dua, yaitu:

1. Norma sosiomatematik terkait dengan proses pemecahan masalah.

Norma ini fokus pada ekspektasi bagaimana pemecahan masalah

harus dilakukan. Sebagai contoh adalah mencoba berbagai macam

strategi pemecahan masalah dan verifikasi hasil penyelesaian.

2. Norma sosiomatematik terkait dengan partisipasi dalam aktivitas

bersama untuk pemecahan masalah. Norma ini fokus pada bentuk

ideal interaksi sosial yang diharapkan dapat mendukung aktivitas


15

penyelesaian masalah secara produktif. Norma sosiomatematik ini

cenderung merupakan bentuk norma sosial, namun Lopez

menekankan pada “objek matematis” dalam norma yaitu “pemecahan

masalah”

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa norma

sosiomatematik merupakan aturan yang mengatur suatu proses interaksi

dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi selama

pembelajaran matematika. Norma sosiomatematik dapat berkembang

dalam proses interaksi selama pembelajaran matematika berlangsung, hal

tersebut dikarenakan norma sosiomatematik pada dasarnya merupakan

norma sosial yang ditafsirkan dalam bentuk matematika sehingga dapat

berkembang mengikuti proses interaksi yang terjadi pada saat

pembelajaran matematika di kelas. Adapun interaksi yang diamati dalam

penelitian ini adalah interaksi yang terjadi ketika siswa bekerja sama

dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Ada dua elemen penting

dalam proses interaksi yang mempengaruhi baik tidaknya jalinan interaksi

tersebut, yakni komunikasi matematis dan keterampilan sosial (Tatsis,

2007; Yackel & Cobb, 1996). Didalam aktivitas kerjasama, siswa

menggunakan kemampuan komunikasi matematis serta keterampilan

sosialnya untuk mencapai pemahaman dan kesepakatan. Lebih lanjut,

Chaviaris dan Kafoussi (2010) menyebutkan bahwa norma

sosiomatematik berkaitan dengan keyakinan siswa terhadap aktivitas

kolaborasi dalam pembelajaran matematika. Dengan kata lain, aktivitas


16

kolaborasi memiliki peranan yang sangat penting didalam terjadinya suatu

interaksi antar siswa dikelas pada pembelajaran matematika. Hal tersebut

dapat berjalan dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan baik pada saat pembelajaran matematika.

Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus

dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika. Hal itu sejalan dengan

National Council of Teachers of Mathematic (NCTM) (Rizkianto, 2013),

melalui Principles and Standard for School Mathematic, menempatkan

komunikasi sebagai salah satu bagian penting dalam matematika dan

pendidikan matematika. Melalui kegiatan komunikasi, siswa dapat

bertukar gagasan dan sekaligus mengklarifikasi pemahaman dan

pengetahuan yang mereka peroleh dalam pembelajaran. Seseorang

dikatakan memahami matematika bukan hanya pada saat orang tersebut

dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar, namun juga harus

mampu mengkomunikasikan idenya dengan baik agar dapat diterima oleh

orang lain. Kemampuan komunikasi ini tentunya juga harus ditunjang

dengan pengadaan masalahan matematika yang menantang (Challenging

problem), sehingga kemampuan komunikasi siswa dapat berkembang di

dalam proses penyelesaian permasalahan tersebut. Masalah matematika

yang disajikan juga harus bersifat terbuka (open-ended) sehingga

mendukung terjadinya diskusi antar siswa.

Peran guru dan siswa dalam menciptakan norma sosiomatematik di

kelas sangatlah penting. Dimana guru berperan sebagai fasilitator yang


17

memberikan suatu permasalahan matematika yang menantang sehingga

dapat mendukung terjadinya aktivitas kerjasama antar siswa dalam

menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran

matematika hendaknya dirancang sehingga memungkinkan semua siswa

dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses interaksi yang terjadi

dikelas. Adapun pembelajaran matematika yang dilaksanakan pada

penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang implementasinya

menggunakan pembelajaran daring (online) dikarenakan kondisi saat ini

yang sedang dilanda pandemi covid-19, sehingga pembelajaran ini

dianggap dapat meminimalisir penyebaran covid-19 di sekolah.

B. Pembelajaran Daring (Online) pada Era Covid-19

Sejak merebaknya pandemi yang disebabkan oleh virus covid-19 di

Indonesia, banyak sektor-sektor yang terganggu karena kebijakan

pemerintah dalam menerapkan pembatasan sosial untuk memutus mata

rantai covid-19. Sebagai usaha untuk mengurangi penyebaran covid-19,

banyak cara yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah

melalui surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun 2020 tentang

pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di sekolah dan

perguruan tinggi (Firman & Rahayu, 2020). Melalui surat edaran

teresebut pihak Kemendikbud memberikan instruksi kepada sekolah dan


18

perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pembelajaran daring (online)

dan menyarankan siswa dan mahasiswa untuk belajar dari rumah masing-

masing.

Menurut Moore, Dickson-Deane, & Galyen (2011) Pembelajaran

online merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet

dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk

memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran (Firman & Rahayu,

2020). Pembelajaran dengan menggunakan internet dapat memungkinan

guru dan siswa untuk berada di tempat berbeda selama proses

pembelajaran. Guru dapat memberikan materi yang dapat di akses oleh

siswa secara online dimana saja dan kapan saja. Hal ini memungkinkan

dapat meminimalisir kontak fisik yang terjadi antar siswa dan guru

sehingga dianggap dapat mengurangi potensi penyebaran covid-19 di

lingkungan sekolah.

Penerapan pembelajaran online memungkinkan siswa untuk

mengikuti pembelajaran dari rumah masing-masing. Model

pembelajaran daring (online) tidak lagi berpusat pada guru namun siswa

secara mandiri mencari informasi dengan pengawasan orang tua.

Sehingga diharapkan model pembelajaran ini dapat mendorong siswa

untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Karena dalam hal ini siswa

secara mandiri dan lebih leluasa mencari informasi dan sumber belajar

secara online atau daring. Membentuk karakter siswa yaitu mandiri

dalam hal ini seperti yang terdapat pada 5 nilai utama, salah satunya
19

adalah nilai mandiri. Siswa secara mandiri dan bertanggung jawab atas

pengetahuan siswa (Kurniawan, Nindiasari, & Setiani, 2020).

Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan

perangkat-perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet dan laptop yang

dapat digunakan untuk mengakses informasi dimana saja dan kapan saja

(Firman & Rahayu, 2020). Namun dari kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah tentunya tidak memastikan semuanya akan berjalan

sebagaiman mestinya disemua kalangan, khususnya di daerah desa-desa

yang masih kekurangan fasilitas perangkat-perangkat yang dibutuhkan,

namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki perangkat

tersebut dikarenakan keterbatasan ekonomi. Sehingga hal tersebut

membuat pembelajaran daring (online) menjadi terhambat.

Konektivitas internet juga masih menjadi salah satu kendala dalam

pembelajaran daring (online). Hal tersebut masih sering terjadi di daerah-

daerah yang berada di perdesaan dikarenakan tidak semua wilayah

memiliki sinyal internet, jika pun ada, sinyal yang didapat sangat lemah.

Untuk dapat mengikuti pembelajaran online siswa-siswa yang berada di

perdesaan harus mencari tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan atau

pusat kota untuk mendapatkan sinyal internet. Hal ini membuat siswa

menjadi terhambat dalam menerima informasi pembelajaran dan

mengumpulkan tugas.

Selain kendala konektivitas internet, tantangan lain yang harus

dihadapi dalam menjalalankan pembelajaran daring (online) adalah


20

kendala biaya. Siswa menyatakan bahwa untuk mengikuti pembelajaran

daring (online), mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli

kuota data internet. Menurut siswa, pembelajaran yang dilaksanakan

dalam bentuk konferensi video memnghabiskan kuota yang sangat

banyak, sementara diskusi online melalui aplikasi pesan instan tidak

membutuhkan banyak kuota. Dikutip dari CNN Indonesia (2020)

konsumsi data untuk video konferensi menggunakan aplikasi Zoom

dengan kualitas video 720p selama satu jam menghabiskan data sebesar

540 MB. Hasil survey peneliti di beberapa situs resmi provider seluler

menunjukkan harga kuota data sebesar 1 GB berkisar antara Rp.20.000

hingga Rp.50.000. jika diasumsikan bahwa rata-rata siswa

memprogramkan 8 mata pelajaran tiap semester dan masing-masing mata

pelajaran melaksanakan belajar online menggunakan aplikasi konferensi

video selama satu jam setiap minggu, maka siswa harus menghabiskan

dana antara Rp.80.000 hingga Rp.200.000 per minggu, tergantung

provider seluler yang digunakan.

C. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Sulfikawati yang berjudul

“Analasis Norma Sosiomatematik dalam Pembelajaran Kolaboratif


21

Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat di Kelas VII-C SMP Negeri

11 Jember”, penelitian hasil analisis norma sosiomatematik

menunjukan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki

kategori keyakinan positif terhadap aktivitas kolaborasi dan memiliki

rata-rata presentase norma sosiomatematik diatas 50% atau dengan

kata lain subjek tersebut memiliki kemampuan komunikasi matematik

dan keterampilan sosial yang baik bahkan sangat baik. Persamaan

dalam penelitian relevan di atas yang penulis lakukan yaitu sama-

sama menggunakan variabel norma sosiomatematik. Perbedaan

penelitian di atas meneliti tentang analisis norma sosiomatematik

dalam pembelajaran kolaboratif pokok bahasan segitiga dan

segiempat, sedangkan penelitian penulis lakukan adalah analisis

norma sosiomatematik melalui model pembelajaran daring (online)

pada siswa SMA di Jakarta.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan diteliti, maka penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu

fenomena atau kenyataan sosial yang terjadi dikehidupan sehari-hari,

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan

masalah dan unit yang diteliti. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan norma sosiomatematik dalam pembelajaran

matematika melalui model pembelajaran daring (online) pada siswa SMA

di Jakarta.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang akan diteliti dan diamati oleh

penulis dalam sebuah penelitian. Subjek pada penelitian ini adalah siswa

kelas XI SMA Jakarta tahun pelajaran 2020/2021

22
23

C. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 106 Jakarta dan

SMA PGRI 4 Jakarta yang beralamat di Jalan Gandaria I,

RT.12/RW.09, Pekayon, Kec. Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur,

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 13710 dan Jalan Cipayung Raya,

RT.01/RW.03, Cipayung, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah

Khusus Ibu Kota Jakarta 13840.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran Genap 2020-

2021. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI. Alokasi penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Bulan
No Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli
Persiapan
1
Penelitian
Perizinan serta
2 penyerahan surat
penelitian
Pelaksanaan
3
penelitian
Pengumpulan
4
data
5 Pengelolaan data
Penyusunan
6
laporan
24

D. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan materi turunan fungsi

aljabar dengan menggunakan model pembelajaran daring (online) dimana

model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan

tidak secara tatap muka melainkan menggunakan internet yang

memungkinkan guru dan siswa untuk berada ditempat yang berbeda

selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran ini dilakukan karena

kondisi di era covid-19 yang tidak memungkinan pembelajaran dilakukan

secara tatap muka. Selanjutnya, peneliti juga melakukan pengambilan data

melalui kuesioner/angket untuk menentukan subjek penelitian serta

melakukan wawancara terhadap subjek penelitian yang telah ditentukan

dan mengumpulkan data-data yang diperoleh selama penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksaan, dan tahap analisis data. Masing-masing tahap

akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini meliputi sebagai berikut:

a. Meminta izin untuk melakukan penelitian di SMAN 106 Jakarta

dan SMA PGRI 4 Jakarta.


25

b. Membuat kesepakatan dengan guru bidang studi matematika di

SMAN 106 Jakarta dan SMA PGRI 4 Jakarta mengenai kelas dan

waktu yang akan digunakan untuk penelitian.

c. Menyusun instrument penelitian meliputi kisi-kisi pedoman

wawancara, lembar observasi dan kuesioner/angket mengenai

pembalajaran daring (online) yang dilakukan selama pandemi

covid-19.

d. Melakukan uji validasi instrument yang meliputi pedoman

wawancara dan kuesioner/angket mengenai implementasi norma

sosiomatematik dalam pembelajaran matematika oleh dosen dan

guru kelas XI

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

a. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

matematika yang dilakukan secara daring (online) di SMAN 106

Jakarta dan SMA PGRI 4 Jakarta untuk mengetahui proses belajar

mengajar secara keseluruhan.

b. Memberikan soal kuesioner/angket kepada siswa kelas XI SMAN

106 Jakarta dan SMA PGRI 4 Jakarta untuk memilih subjek

penelitian.

c. Melakukan wawancara kepada 6 siswa kelas XI SMAN 106

Jakarta dan SMA PGRI 4 Jakarta dengan kriteria tinggi,


26

menengah atau rendahnya tingkat keaktifan dan keyakinan siswa

terhadap aktivitas kolaborasi dalam pembelajaran matematika.

3. Tahap Analisis

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan

teknik analisis data yang telah dipelajari sebelumnya.

F. Data dan Sumber Data

Data penelitian pada dasarnya terdiri dari semua informasi atau bahan

yang harus dicari, dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Menurut Edi

Subroto data penelitian adalah informasi yang terdapat pada segala sesuatu

apapun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian (Nugrahani, 2014).

Data penelitian dapat dikumpulkan melalui berbagai sumber data. Sumber

data dalam penelitian kualitatif biasanya meliputi: kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen atau sumber data

tertulis, foto, dan statistik (Rijali, 2019).

G. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan fenomena

penyelesaian masalah penelitian terhadap masalah matematika, peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang umum, yaitu


27

Observasi, Wawancara, Kuesioner/angkat, dan Dokumentasi. Adapun

metode pengumpulan data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif, melalui observasi peneliti dapat mengamati dan merefleksi

secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian

didalam pembelajaran matematika. Pada penelitian ini, penulis

melakukan observasi pada siswa kelas XI di SMAN 106 Jakarta dan

SMA PGRI 4 Jakarta untuk mengamati perilaku siswa selama proses

pembelajaran matematika.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah indepth

interview (wawancara mendalam). Wawancara ini dilakukan terhadap

siswa untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa terhadap aktivitas

kolaborasi dalam pembelajaran matematika. Wawancara ini juga

dilakukan terhadap guru bidang studi matematika guna mengetahui

norma sisomatematik dan aktivitas kolabarasi antar siswa dikelas

matematika.

3. Kuesioner (angket)

Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan bagi

pengumpulan data dalam penelitian. Peneliti dapat memanfaatkan

kuesioner untuk segera memperoleh informasi yang bersifat umum

dalam waktu yang cepat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan


28

angket berupa ganda maupun isian, disertai dengan sebuah pernyataan

yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

penilaian, misalna mulai dari tidak setuju sampai sangat setuju, dimana

responden tinggal memberikan tanda check pada kolom yang sesuai

dengan pilihan responden. Peneliti memilih metode kuesioner atau

angket untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan diri, minat

belajar, dan aktivitas kolaborasi siswa dalam mata pelajaran

matematika.

4. Dokumentasi

Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah arsip nilai

ulangan harian peserta didik, hasil pekerjaan peserta didik, hasil analisis

jawabn peserta didik, dan catatan hasil wawancara baik tertulis maupun

rekaman suara secara digital. Dokumen ini digunakan untuk menjamin

keakuratan data hasil penelitian yang telah dilakukan

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data

kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan

bagian-bagiannya dan hubungan keseluruhannya. Artinya , semua analisis

data kualitatif akan mencakup penulusuran data, melalui catatan-catatan

(pengalaman lapangan) untuk menemukan pola-pola budaya yang dikaji

oleh peniliti. Peniliti disini melakukan analisis data menurut Miles dan
29

Huberman yaitu ada tiga tahapan, (1) reduksi data (data reduction), (2)

paparan data (data display), (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi

(conclusion drawing/verifying). Adapun penjelasannya masing-masing

sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema

dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

Temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki

pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian

kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang tersembunyi dibalik

pola dan data yang tampak.

Reduksi data dalam penelitian ini, peneliti memasuki setting

sekolah sebagai tempat penelitian, maka dalam mereduksi data peneliti

akan memfokuskan perhatian pada siswa XI di SMAN 106 Jakarta dan

SMA PGRI 4 Jakarta.

2. Penyajian Data (Data Display)

Data yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Penyajian data ini dilakukan sebagai sekumpulan

informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data digunakan


30

untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan

mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion

Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan

dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada

kajian penelitian. Dari data yang telah dianalisis, peneliti

menyimpulkan hasil penelitiannya untuk menjawab rumusan masalah

yang telah ada. Apabila kesimpulan data yang ditemukan pada tahap

awal atau display telah didukung oleh bukti-bukti yang kuat, maka

akan didapat kesimpulan yang kredibel.


DAFTAR PUSTAKA

Adi Widodo, S., Turmudi, & Afgani Dahlan, J. (2019). Can Sociomathematical
Norms Be Developed with Learning Media? Journal of Physics: Conference
Series, 1315(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1315/1/012005
Anisa, S. (2018). Analisis Norma Sosiomatematik ditinjau dari Minat Belajar
Matematika Siswa SMP. Skripsi. Lampung : Pendidikan Matematika,
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Unversitas Islam Negeri Raden Intan.
Chaviaris, P., & Kafoussi, S. (2010). Developing Students‟ Collaboration in a
Mathematics Classroom through Dramatic Activities Petros Chaviaris &
Sonia Kafoussi University of the Aegean. International Electronic Journal
of Mathematics Education, 5(2), 91–110.
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-
19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81–89.
https://doi.org/10.31605/ijes.v2i2.659
Fukawa-Connelly, T. (2012). Classroom sociomathematical norms for proof
presentation in undergraduate in abstract algebra. Journal of Mathematical
Behavior, 31(3), 401–416. https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2012.04.002
Herbel-eisenmann, B. (2003). Examining “norms” in mathematics education
literature: Refining the lens. 1–17.
Kadir. (2008). MENGEMBANGKAN NORMA SOSIOMATEMATIK
(SOCIOMATHEMATICAL NORMS) DENGAN MEMANFAATKAN
PPOTENSI LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
MENGEMBANGKAN NORMA SOSIOMATEMATIK
(SOCIOMATHEMATICAL NORMS) DENGAN MEMANFAATKAN
PPOTENSI LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kurniawan, R. I., Nindiasari, H., & Setiani, Y. (2020). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dengan Menggunakan Pembelajaran Daring.
Jurnal Inovasi Dan Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 37–47.
Mottier Lopez, L., & Allal, L. (2007). Sociomathematical norms and the
regulation of problem solving in classroom microcultures. International
Journal of Educational Research, 46(5), 252–265.
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2007.10.005
Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. 信阳师范学院, 1(1), 32. Retrieved from
http://e-journal.usd.ac.id/index.php/LLT%0Ahttp://jurnal.untan.ac.id/
index.php/jpdpb/article/viewFile/11345/10753%0Ahttp://dx.doi.org/
31
10.1016/j.sbspro.2015.04.758%0Awww.iosrjournals.org
Rijali, A. (2019). Analisis Data Kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah,
17(33), 81. https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2374
Rizkianto, I. (2013). Norma Sosiomatematik Dalam Kelas Matematika. Prosiding
Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, (November),
978–979.
Sulfikawati, D. (2016). Analisis Norma Sosiomatematik dalam Pembelajaran
Kolaboratif Pokok Bahasan Segitiga dan Segiamepat di Kelas VII-C SMP
Negeri 11. Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember, 1(3), 1–56.
Sulfikawati, D., Suharto, S., & Kurniati, D. (2016). Analisis Norma
Sosiomatematik dalam Pembelajaran Kolaboratif Pokok Bahasan Segitiga
dan Segiempat di Kelas VII-C SMP Negeri 11 Jember. Jurnal Edukasi, 3(3),
1. https://doi.org/10.19184/jukasi.v3i3.3513
Tatsis, K. (2007). Investigating the influence of social and sociomathematical
norms in collaborative problem solving. Cerme 5, 5, 1321–1330.
Utari, R. S. (2017). Implementasi Nilai-Nilai Karakter Dan Norma
Sosiomatematik Dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar
Nasional 20 Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang,
(November). Retrieved from
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/01/men
Wedege, T. (2003). Sociomathematics : people and mathematics in society. Adults
Learning Maths Newsletter, (20), 2–4.
Wijaya, A. (2008). Permainan (Tradisonal) untuk Mengembangkan Interaksi
Sosial, NOrma Sosial dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 287.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Yackel, E., & Cobb, P. (1996). Sociomathematical norms, argumentation, and
autonomy in mathematics. Journal for Research in Mathematics Education,
27(4), 458–477. https://doi.org/10.2307/749877

32

Anda mungkin juga menyukai