Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ Kaidah Ketiga : Keyakinan ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Quwaid Fiqhiyah

Disusun Oleh:
Kelompok: 4 (Empat)
1. Jhodico Aldino ( 2210103003 )
2. Resmia Afriani ( 2220103056 )
3. Rizqya Amalul Husna ( 2220103138 )
4. Yulia Okta Citra ( 2220103112 )

Dosen Pengampu:
MUHAMAD HARUN, M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGNATA

‫الر ِحيْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــــم هللا‬
ِ ‫س‬ْ ‫ِب‬

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa sholawat dan salam
tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW. yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, Amiin ya robbal
alamin.
Makalah ini sebagai salah satu tugas perkuliahan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Muhammad Harun, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Quwaid
Fiqhiyah. Sebagai rasa terima kasih atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua
pihak, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikan makalah ini.
Apa yang kami upayakan ini sesungguhnya merupakan rintisan awal, yang secara terus
menerus diupayakan penyempurnaanya agar dapat mencapai tujuan yang diingingkan.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena masih banyak kekurangan
kekurangan baik dari segi materi maupun dalam penyajiannya. Hal tersebut disebabkan oleh
karena kemampuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas, oleh karena itu, maka
kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan untuk pembuatan maklah dihari
yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palembang , 17 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
pengertian dari Kaidah Kedua .......................................................................................... 3
perbedaan antara Yakin dan Syak ..................................................................................... 3
dasar hukum yang digunakan dalam kaidah baik dari Al-Qur’an maupun Hadits ........... 5
contoh contoh dari kaidah tersebut ................................................................................... 5
BAB III............................................................................................................................. 6
PENUTUP ........................................................................................................................ 6
Kesimpulan ....................................................................................................................... 6
Saran ................................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 7

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kaidah Fiqhiyah tentang keyakinan yang tidak bisa dihilangkan dengan adanya
keraguan merupakan salah satu prinsip dasar dalam hukum Islam yang berhubungan dengan
aspek keyakinan dan kepastian. Kaidah ini memiliki implikasi yang sangat signifikan dalam
menentukan hukum dan aturan dalam kehidupan sehari hari seorang muslim.
Seseorang dalam kesehariannya selalu diliputi oleh keraguan, oleh karenanya perlu
adanya patokan yang akan membuatnya yakin, membiarkan keraguan akan membiarkan
beban dan kesulitan yang selalu membuatnya ragu, dengan sebab itulah kita perlu mencari
jalan keluarnya yaitu dengan adanya keyakinan1
Keyakinan dalam Islam merupakan konsep penting yang ditekankan dalam Al Qur’an
dan Hadits serta sebagai fondasi bagi tindakan dan keputusan seseorang, terutama dalam
konteks hukum islam (fiqih).
Kaidah ini menggaris bawahi prinsip bahwa jika seseorang telah mencapai keyakinan
yang kuat tentang suatu masalah atau hukum, maka keraguan tidak dapat menghilangkan
keyakinan tersebut. Namun perlu diingat bahwa kaidah yang memiliki prinsip seperti ini
tidak berarti bahwa keraguan tidak pernah dipertimbangkan dalam fiqh.
Makalah ini akan membahas mengenai kaidah ketiga keyakinan yang tidak bisa
dihilangkan dengan adanya keraguan secara lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kaidah Kedua ?
2. Apa perbedaan antara Yakin dan Syak ?
3. Apa dasar hukum yang digunakan dalam kaidah tersebut baik dari Al-Qur’an
maupun Hadits ?
4. Apa contoh contoh dari kaidah tersebut ?

1
Muchroji, “Kaidah fiqh tentang keyakinan dan keraguan” Kompasiana (29 Juli 2013), (diakses pada tanggal 07
Oktober 2023 pukul 15:24).

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahu kaidah kedua dari sudut pengertian.
2. Mengetahui perbedaan antara yakin dan syak.
3. Mengetahui dasar hukum yang digunakan dalam kaidah tersebut baik dari Al-
Qur’an maupun Hadits.
4. Mengetahui contoh contoh dari penerapan kaidah tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Kaidah
Kaidah ‫ ا ْليَ ِق ْينُ الَيُ َزا ُل ِبالش َِّك‬memiliki makna yaitu semua hukum yang berlandaskan pada
suatu keyakinan maka tidak dapat dipengaruhi oleh adanya keragu raguan yang muncul
kemudian, dengan demikian makna dari kaidah kedua ini adalah tercapainya kemantapan hati
pada suatu obyek yang dikerjakan.
Apabila kemantapan hati disertai dengan keragu raguan pada saat pekerjaan
dilaksanakan, hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai yakin, karena keraguan itu masih
menjadi tanda tanya, sehingga tidak dapat disejajarkan dengan suatu hal yang sudah
diyakini.2

B. Perbedaan Yakin dan Syak


a. Yakin
Secara etimologi yakin berarti pengetahuan atau ilmu yang tanpa dibarengi keraguan
didalamnya (Sesuatu yang tetap)3, sedangkan menurut istilah yakin adalah keyakinan yang
kokoh yang selaras dengan kenyataan yang tetap4.
Menurut As-Suyuthi menyatakan yakin adalah sesuatu yang tetap dan pasti yang dapat
dibuktikan dengan penelitian dan menyertakan bukti bukti sebagai pendukungnya. Ulama
sepakat dalam mengartikan yakin yang artinya pengetahuan5.
Secara kesimpulan yakin adalah pengetahuan dan tidak ada keraguan di dalamnya,
ilmu tentang sesuatu yang membawa kepastian dan kemantapan hati.6
Yakin ada tingkatannya7:
1. Yakin karena merasakan atau mengalami sendiri (Haqqul Yaqin)

2
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 62.
3
Firman Arifandi, “Qawaid Fiqhiyyah: Kaidah Asasiyah 2; Keyakinan tidak dihilangkan oleh keraguan” Buku
Rumah Fiqih, 6., (diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 pukul 18:59).
4
Firman Arifandi, “Qawaid Fiqhiyyah: Kaidah Asasiyah 2; Keyakinan tidak dihilangkan oleh keraguan” Buku
Rumah Fiqih, 7.
5
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 63.
6
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 78.
7
Ahda Bina, “Qawaid Fiqhiyah 2: Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan Keraguan” September 2, 2019., (diakses
pada tanggal 7 Oktober 2023 pukul 22:33).

3
Seperti, saya yakin bahwa api itu panas, karena saya pernah mengalami bahwa
tangan saya pernah tersentuh api.
2. Yakin karena melihat sendiri, (Ainul Yaqin)
Seperti saya yakin bahwa bapak guru itu telah datang ke sekolah, karena saya
sendiri yang melihat beliau sedang duduk di ruang kantor.
3. Yakin karena memperoleh informasi yang menurut saya sangat akurat dan
tidak mungkin salah. (‘ilmul yaqin)
Seperti saya yakin, bahwa malaikat itu ada, karena disebutkan di dalam Al-
Qur’an.

b. Syak
Menurut bahasa syak berarti sesuatu yang membingungkan, sedangkan menurut istilah
syak adalah sesuatu yang tidak menentu atau meragukan antara ada dan tidak ada8.

Menurut Asy Syaikh al-Imam Abu Hamid al-Asyfirayniy, ada tiga macam, yaitu9:
1. Keragu raguan yang berasal dari haram
Misalnya, ada seekor kambing yang disembelih disekitar pemukiman muslim
dan majusi, maka sembelihan tersebut telah dipastikan haram, kecuali benar
benar telah diketahui bahwa yang menyembelih tersebut benar benar
beragama islam.

2. Keragu raguan yang berasal dari mubah


Misalnya, ada air yang berubah, yang mungkin pula disebabkan terlalu lama
tergenang, maka air tersebut dapat dijadikan untuk bersuci, sebab pada
dasarnya air itu suci
3. Keragu raguan atas sesuatu yang tidak diketahui asalnya
Misalnya seseorang yang bekerja dengan orang yang memiliki modal sebagian
besar modal nya haram, dan tidak dapat dibedakan modal mana yang halal dan
haram. Maka keadaan seperti ini diperbolehkan jual beli karena dimungkinkan
modalnya halal dan belum jelas keharaman tersebut.
8
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 64.
9
Muamala, “Pengertian Qowaid Fiqhiyah dan Contoh Penerapannya” Januari 15, 2018., (diakses pada tanggal
07 Oktober 2023 pukul 22:41).

4
C. Dasar Hukum Kaidah
a. Al-Qur’an
‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫ق‬ َّ ‫َو َما يَتَّبِ ُع ا َ ْكث َ ُر ُهم ا َِّال َظنًّا اِنَّ ال‬
ِ ‫ظنَّ َاليُ ْغنِى ِمنَ ْل َح‬
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran.” (QS. Yunus:36)10.

b. Hadits
َ‫َد ْع َما َي ِر ْيبُكَ إلَى َم َااليَ ِر ْيبُك‬
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, berpindahlah kepada yang tidak
11
meragukanmu.” (HR. al-Nasa’i) .

D. Contoh Penerapan Kaidah


1. Apabila seseorang telah yakin bahwa sebuah pakaian terkena najis, akan tetapi dia
tidak tahu dibagian mana dari pakaian tersebut yang tidak terkena najis maka dia
harus mencuci pakaian itu seluruhnya.12

2. Apabila seseorang menyangka kepada orang lain melakukan kejahatan, maka


sangkaan tersebut tidak dapat diterima, kecuali ada bukti-bukti yang sah dan
meyakinkan13.

3. Apabila seseorang merasa pernah punya hutang, kemudian dia ragu apakah dia
sudah membayar hutang tersebut atau belum, maka wajib baginya untuk
membayar hutang tersebut, kecuali jika pihak yang menghutangi menyatakan
bahwa dia telah membayar hutangnya14.

10
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 65.
11
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 65.
12
Hidayatullah, “Kaedah Fikih “Al Yaqiinu La Yazuulu bisy Syakki“ Muslim.or.id (16 September 2021), (diakses
pada tanggal 07 Oktober 2023 pukul 22:06).
13
Mif Rohim, “Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum)”, (Jombang: LPPM
UNHASY TEBUIRENG JOMBANG, 2019), 67.
14
Hidayatullah, “Kaedah Fikih “Al Yaqiinu La Yazuulu bisy Syakki“ Muslim.or.id (16 September 2021),
(diakses pada tanggal 07 Oktober 2023 pukul 22:06).

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaidah Kedua Kaidah ‫ ا ْليَ ِق ْينُ الَيُ َزا ُل بِالش َِّك‬memiliki makna yaitu semua hukum yang
berlandaskan pada suatu keyakinan maka tidak dapat dipengaruhi oleh adanya keragu raguan
yang muncul kemudian, dengan demikian makna dari kaidah kedua ini adalah tercapainya
kemantapan hati pada suatu obyek yang dikerjakan.
Yakin Secara etimologi yakin berarti pengetahuan atau ilmu yang tanpa dibarengi
keraguan didalamnya (Sesuatu yang tetap) , sedangkan menurut istilah yakin adalah
keyakinan yang kokoh yang selaras dengan kenyataan yang tetap .
Syak Menurut bahasa syak berarti sesuatu yang membingungkan, sedangkan menurut
istilah syak adalah sesuatu yang tidak menentu atau meragukan antara ada dan tidak ada .
Keragu raguan yang berasal dari haram Misalnya, ada seekor kambing yang disembelih
disekitar pemukiman muslim dan majusi, maka sembelihan tersebut telah dipastikan haram,
kecuali benar benar telah diketahui bahwa yang menyembelih tersebut benar benar beragama
islam.
Keragu raguan yang berasal dari mubah Misalnya, ada air yang berubah, yang mungkin
pula disebabkan terlalu lama tergenang, maka air tersebut dapat dijadikan untuk bersuci,
sebab pada dasarnya air itu suci
Keragu raguan atas sesuatu yang tidak diketahui asalnya Misalnya seseorang yang
bekerja dengan orang yang memiliki modal sebagian besar modal nya haram, dan tidak dapat
dibedakan modal mana yang halal dan haram.

B. Saran
Kritik dan saran yang membangun kami. Kami harapkan demi kebaikan makalah ini
kedepannya. Akhir kata, kami seluruh penyusun berharap agar makalah ini mampu
memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi para pembaca dan lingkungan
akademis. Terima kasih.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arifandi Firman, 2023, Qawaid Fiqhiyyah: Kaidah Asasiyah 2; Keyakinan tidak dihilangkan
oleh keraguan” Buku Rumah Fiqih, (diakses pada tanggal 07 Oktober 2023
pukul 18:59).
Bina Ahda, 2019, Qawaid Fiqhiyah 2: Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan Keraguan (diakses
pada tanggal 7 Oktober 2023 pukul 22:33).
Hidayatullah, 2021, Kaedah Fikih “Al Yaqiinu La Yazuulu bisy Syakki (diakses pada tanggal
07 Oktober 2023 pukul 22:06).
Muamala, 2018, Pengertian Qowaid Fiqhiyah dan Contoh Penerapannya, (diakses pada
tanggal 07 Oktober 2023 pukul 22:41).
Rohim Mif, 2019. Buku Ajar Qowaid Fiqhiyyah (Inspirasi dan Dasar Penetapan Hukum,
Jombang: LPPM UNHASY TEBUIRENG JOMBANG,

Anda mungkin juga menyukai