Anda di halaman 1dari 8

Hukum Arisan Menurut Syariah

Robiah Husna Afkarina

Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor

Email : Husnaafkarina4@gmail.com

Rachmad Risqy Kurniawan

Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor

Email : Rah.rizqy@gmail.com

Abstract : This study aims to find out how the arisan law in Islamic sharia. The practice of
muamalah that applies in society is basically something that has been agreed upon by the
community itself, both in writing and in writing, but it does not rule out the possibility that the
agreement is contrary to Islamic sharia. Not infrequently the scholars also differ in opinion in
determining the laws in Islam, including the law regarding social gathering itself. Therefore it
is important for us to know how the laws are in accordance with the provisions of Islamic law
so that they can be applied in everyday life. The method used in this study is the istinbath fiqh
method, by taking sources from the Qur’an and hadith then understanding and studying the
laws and wisdom that can be drawn from these two sources.

Keywords : Arisan, Law, Islamic Sharia

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hukum arisan dalam syariah
Islam. Praktik muamalah yang berlaku di masyarakat pada dasarnya adalah sesuatu yang telah
disepakati oleh masyarakat itu sendiri, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, tapi tidak
menutup kemungkinan bahwa kesepakatan tersebut bertentangan dengan syariah islam. Tak
jarang para ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan hukum-hukum dalam Islam,
termasuk juga hukum tentang arisan itu sendiri. Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui
bagaimana hukum-hukum yang sesuai dengan ketentuan syariat islam agar bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode istinbath fiqih, dengan mengambil sumber dari Al-Qur’an atau hadits kemudian
memahami dan mengkaji hukum-hukum serta hikmah yang bisa diambil dari kedua sumber
tersebut.

Kata Kunci : Arisan, Hukum, Syariah Islam

Pendahuluan

Pada hakikatnya Allah SWT menciptakan manusia yaitu agar manusia menjadi
makhluk sosial, yang dimana manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan
manusia lainnya. Dalam menjalani kehidupan tentunya manusia harus bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya agar bisa bertahan hidup. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut manusia bisa melakukan interaksi sosial dengan cara bermuamalah yang baik. Dengan
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


mengetahui bagaimana cara bermuamalah yang baik, kita harus mempelajari ilmu fiqih
muamalah, yang dimana membahas tentang aturan yang mengatur berbagai akad transaksi
yang memperbolehkan manusia memiliki harta benda dan saling memberi manfaat kepada
sesama berdasarkan syariat Islam yang telah ditetapkan.

Tidak asing lagi bahwa arisan telah menjadi kegiatan yang banyak dilakukan oleh
kelompok manusia di Indonesia, terkhususnya para kaum hawa. Kegiatan tersebut sudah
dilakukan sejak dulu hingga sekarang. Yang dimana kegiatan didalamnya yaitu mengumpulkan
uang atau barang yang senilai harganya oleh beberapa orang dalam sebuah kelompok kepada
satu orang yang menjadi penanggung jawabnya kemudian untuk menentukan siapa yang
beruntung mendapatkannya yaitu dengan cara diundi atau secara bergantian. Dan ini dilakukan
secara terus menerus sampai semua anggota mendapatkan gilirannya.

Praktik arisan juga sudah menjadi suatu hal yang biasa dipandang dan dilakukan oleh
masyarakat Indonesia, karena kegiatan arisan tersebut dinilai sebagai kegiatan yang dapat
membantu masyarakat, tapi juga perlu diketahui bagaimana hukum arisan dalam pandangan
islam, Para ulama terdahulu memiliki pendapatnya masing-masing mengenai hukum arisan
dalam syariah Islam, sehingga mereka juga mendapatkan hasil yang berbeda beda.

Pengertian dan Macam-macam Arisan

Istilah arisan tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, bahkan sudah banyak
masyarakat yang mempraktekkannya. Biasanya praktek arisan banyak diikuti oleh kaum hawa,
mulai dari anak muda hingga orangtua turut serta dalam arisan yang biasa dilakukan secara
berkelompok. Adapun arisan menurut KBBI adalah pengumpulan barang atau barang yang
bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi oleh kelompok tersebut. Undian dilakukan
secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. 1

Arisan adalah kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur pada tiap-tiap
periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai
pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, namun ada juga
kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian. 2

Dalam hukum Islam dikenal banyak sekali jenis muamalah yang banyak dilakukan oleh
masyarakat, salah satunya adalah kegiatan atau transaksi berupa arisan. Kegiatan arisan
berkembang dalam kehidupan masyarakat karena menjadi sarana menabung dan pinjam
meminjam bagi semua masyarakat. Menjadi anggota kelompok arisan berarti harus
memaksakan diri untuk menabung agar bisa digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
yang sekiranya mendesak.

Secara umum ada tiga macam arisan, yaitu arisan uang, arisan barang dan arisan
spiritual :

1. Arisan uang
Merupakan arisan yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia pada
umumnya, yaitu dengan mengumpulkan uang yang besarnya sudah ditentukan dari

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indoensia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2008) hlm. 90
2
Ulfatiana Rujiati Makrufah, “Arisan Sistem Gugur Menurut Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus Di
Koperasi Simpan Pinjam Syariah Sarana Aneka Jaya Batur Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten)”, Skripsi,
Diterbitkan, Surakarta: IAIN Surakarta, 2018, hlm. 23.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


kesepakatan para peserta. Setelah uang terkumpul akan diadakan undian untuk tau
siapa yang berhak mendapatkannya.

2. Arisan Barang
Arisan barang sama halnya dengan arisan uang, yang membedakan yaitu
hasil arisan tidak yang berupa uang, melainkan berupa barang jika memenangkan
arisan. Barang yang didapatkan biasanya berupa barang mahal, seperti motor, mesin
cuci, kulkas dan masih banyak lagi lainnya. Arisan barang dianggap sebagai solusi
meringankan beban anggota arisan yang biasanya tidak mampu untuk membeli
barang yang mahal dengan uang tunai atau cash.

3. Arisan Spiritual
Merupakan bentuk arisan dimana objek arisannya bukan berupa uang
maupun barang, melainkan berupa jasa, biasanya berupa perjalanan haji, umrah,
qurban atau sebagainya yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,
misalnya mendapatkan biaya untuk menunaikan ibadah haji atau untuk
mendapatkan hewan qurban.3

Hukum Arisan Menurut Syariah

Secara umum hukum arisan termasuk muamalah yang tidak disinggung secara rinci
dalam Al-Qur’an dan Sunnah secara langsung, maka dengan itu hukum arisan dikembalikan
kepada asal hukum muamalah pada umumnya yaitu dibolehkan. Secara konsep hukum arisan
adalah mubah. Seperti kaidah fiqh mengatakan :

َ ‫اإلبَا َحةُ االَّ أَنْ يَدُ َّل َدلِ ْيلٌ ع‬


‫َلى تَح ِْر ْي ِم َها‬ ْ َ ‫األ‬
ِ ‫ص ُل فِي ال ُمعَا َملَ ِة‬
“Hukum asal semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
Mengharamkannya.”

Hukum arisan dalam Islam diperbolehkan sesuai dengan hukum asal muamalah yang
memiliki arti, hukum asal muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang melarangnya. Hal ini
juga didukung oleh para ahli fikih adalah apa yang ditulis oleh Al-Qalyubi (abad 11 H/17 M)
dalam kitabnya yang berjudul Hasyiyah Al-Qalyubi. Beliau sempat menyinggung muamalah
ini dan membahas hukum fikihnya. Pada zaman itu, arisan cukup populer di kalangan para
wanita dan disebut dengan istilah “Jumu’ah”. Abu Zur’ah Ar-Razi (826 H), putra ahli hadis
terkenal; Al-‘Iraqi, dikenal memberi fatwa kebolehan arisan.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum arisan adalah mubah/boleh. Ini adalah
pendapat Ar-Rozi Asy-Syafi’i di kalangan ulama terdahulu, Abdul Aziz bin Baz, dan
Muhammad bin Al-Utsaimin. Dan sebagian ulama berpendapat arisan hukumnya haram.
Diantara yang berpendapat seperti ini adalah Sholih Al-Fauzan, dan Abdul Aziz bin Abdullah
Alu Asy-Syaikh.4

DANI RAMDANI, “TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP JUAL BELI BARANG


3

DENGAN SISTEM ARISAN MERUJUK PADA PENDAPAT ULAMA,” n.d.

4
Rozikin, Mokhamad Rohma. “Hukum Arisan Dalam Islam”, Nizham Journal Of Islamic Studies,
(2019), Vol.6, No.02

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Argumen dibolehkannya arisan :

1. Kaidah hukum asal akad adalah halal. Jadi, semua akad yang tidak dinyatakan
tentang keharamannya hukumnya adalah mubah.

2. Manfaat yang diperoleh pihak yang mengutangi dalam sistem arisan tidak
mengurangi harta yang diutangi sedikit pun. Yang mengutangi mendapatkan
manfaat yang sama dengan yang diutangi. Jadi, dalam sistem ini, ada kemaslahatan
bagi kedua belah pihak.

3. Tidak bersifat merugikan dan menguntungkan.

4. Arisan adalah muamalah yang dibolehkan berdasarkan nash tentang akad utang
piutang yang mengandung unsur saling membantu. Yang mendapat arisan akan
berhutang harta untuk dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu kemudian
dikembalikan tanpa penambahan atau pengurangan.

5. Muamalah ini mengandung unsur tolong menolong. Oleh karena itu, umumnya
terkait dengan teknis mengenai siapa yang mendapatkan arisan terlebih dahulu,
banyak kelompok arisan yang mendahulukan yang butuh sampai yang terakhir yang
paling kecil tingkat kebutuhannya. Kadang-kadang ada yang ikut arisan dengan
tujuan semata-mata ingin membantu mengutangi anggota yang lain. Ada yang
motivasinya untuk menjaga hartanya karena khawatir habis dibelanjakan jika
dipegang. Terkadang motifnya adalah untuk menghindarkan diri dari bank ribawi. 5
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersikap ta'awun.
Sebagaimana Allah jelaskan dalam QS. Al-Ma’idah ayat 2 :

ِ ‫شدِي ُد ٱ ْل ِعقَا‬
٢‫ب‬ َّ َّ‫ٱَّلل ۖ ِإن‬
َ َ‫ٱَّلل‬ ۟ ُ‫ٱإلثْ ِم َوٱ ْلعُد ٰ َْو ِن ۚ َوٱتَّق‬
َ َّ ‫وا‬ ِ ْ ‫علَى‬ ۟ ُ‫اون‬
َ ‫وا‬ َ َ‫علَى ٱ ْل ِب ِر َوٱلت َّ ْق َو ٰى ۖ َو َال تَع‬ ۟ ُ‫اون‬
َ ‫وا‬ َ َ‫َوتَع‬
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.6

Argumen tidak diperbolehkannya arisan :

1. Masing-masing pihak yang terlibat pada sistem arisan memberi utang dengan syarat
mendapatkan utang dari pihak lain dan ini adalah manfaat. Jadi, ini termasuk qordun
jarro naf’ah, sementara kullu qordhin jarro naf’an (setiap utang yang menyeret pada
manfaat) adalah riba. Mengambil keuntungan sekecil apapun dari transaksi utang
piutang, dilarang dalam Islam. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Fudhalah bin
Ubaid radhiyallahu ‘anhu:

‫ض ج ََّر َم ْنفَعَةً فَ ُه َو ِربًا‬


ٍ ‫كُ ُّل قَ ْر‬
“Semua utang yang menghasilkan manfaat statusnya riba” (HR. al-Baihaqi dengan
sanadnya dalam al-Kubro)

5
Safira Rahmawati and Istianah Istianah, “Transformasi Arisan dalam Prespektif Hukum Ekonomi
Syariah,” JURNAL HUKUM EKONOMI SYARIAH 5, no. 2 (November 24, 2022): 99,
https://doi.org/10.30595/jhes.v5i2.14650.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002)
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


2. Arisan bisa menimbulkan ‘adawah (permusuhan), baghdho’ (kebencian),
pertengkaran, kezaliman (karena ada anggota yang sengaja menunda-nunda
pembayaran), dan ihtiyal (mengakali). Kadang orang berdusta bahwa dia tidak
punya uang pada saat ditagih kreditornya, padahal dia “titipkan” uangnya pada
kelompok arisan.

3. Terdapat unsur qur’ah (undian) dan ada unsur pemindahan hak. Pemindahannya
tidak syar’i karena tidak melewati cara-cara yang dihalalkan dalam Islam seperti
waris, jual beli, shadaqah, hadiah, upah, pinjaman, ghanimah, atau hibah. Jadi,
arisan mengandung unsur judi. 7

Islam memperbolehkan praktik arisan, karena pada hakikatnya arisan adalah hutang
yang bergilir. Misal ada 10 orang yang ikut arisan, masing-masing setor uang 50 ribu,
kemudian dikocok dan keluar satu nama, maka nama tersebut berhak mendapat uang 500 ribu
dari pengumpulan 10 orang anggota tadi, dengan begitu orang yang dapat arisan ini hakikatnya
adalah ia berhutang kepada 9 anggota yang tersisa, yang mana pembayarannya akan dilakukan
setiap pengocokan arisan satu demi satu hingga anggota habis. Arisan itu boleh, yang
terpenting pihak yang menghutangi tidak mengambil kemanfaatan dari pihak yang dihutangi
misalnya memberi persyaratan kepada anggota yang keluar namanya.

Berbicara mengenai arisan sama halnya dengan utang-piutang. Dalam kehidupan


sehari-hari, utang-piutang biasa terjadi antar manusia yang memiliki kurang dana untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Hutang merupakan perjanjian antara kedua belah pihak dimana
salah satu pihak rela memberikan pinjaman kepada pihak lain dengan adanya persyaratan
waktu pengembalian. Perjanjian huta harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya
kata sepakat antara kedua belah pihak, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal,
sebagaimana telah ditentukan dalam pasal 1320 kitab Undang-Undang Hukum Perdata.8

Meskipun kegiatan muamalah diperbolehkan dalam Islam, tetapi kita juga harus
mengetahui aturan-aturan yang telah ada pada Al-Quran dan As-Sunnah. Apalagi tentang
berhutang, setiap muslim dianjurkan untuk menyeimbangkan pendapatan dengan pengeluaran,
agar tidak terpaksa berhutang dan merendahkan dirinya dihadapan orang lain. 9 Disamping itu
kesadaran akan pelarangaan riba harus tetap dipatuhi, karena apabila dalam bermuamalah
keluar dari prinsip-prinsip dasar fiqh muamalah akan mendekatkan kepada riba, gharar maupun
maisyir. Padahal Allah telah jelas melarang riba dalam utang-piutang dan transaksi lainnya
yang sifatnya syubhat dan merugikan orang lain.

Mengenai arisan secara umum yang telah ditulis diatas dan tentang aturan dalam Al-
Quran dan As-Sunnah maka arisan diperbolehkan selagi tidak ada unsur riba, gharar
(ketidakjelasan), dharar (merugikan pihak lain), maisyir dan ketidakadilan. Para ulama yang
memperbolehkan praktik arisan menitikberatkan pada tolong menolong antar sesama
anggota.10

Hukum Undian Menurut Syariah

7
Rozikin, Mokhamad Rohma. “Hukum Arisan Dalam Islam”, Nizham Journal Of Islamic Studies,
(2019), Vol.6, No.02
8
Suharnoko, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 1.
9
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 149
10
NIKEN RUSMAIDAH, “TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK ARISAN
ONLINE SISTEM MENURUN,” n.d.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Undian yang dilakukan pada arisan ini merupakan salah satu cara dalam menentukan
siapa yang akan mendapatkan kumpulan uang yang diperoleh dari kumpulan arisan tersebut.
Namun dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena adanya syarat bagi
pengurus mendapatkan arisan pertama kali tanpa diundi, dan bagi peserta yang tidak bisa hadir
dan belum membayar arisan maka tidak diberikan haknya jika namanya keluar, maka dilakukan
pengundian ulang. Sehingga para anggota merasa dikecewakan. Hal ini adanya unsur
ketidakadilan karena lebih menguntungkan pengurus. 11

Adapun cara perolehan arisan dengan cara diundi, maka hal ini juga tidak menjadi
masalah karena dari sisi undian itu sendiri hukumnya mubah, bukan termasuk judi, seperti
halnya yang tercantum dalam hadits :

َ ‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم إذا أراد أ َ ْن يَ ْخ ُرج أ َ ْق َر‬: «‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬
،‫ع بَيْن ِنسائه‬
‫ فَ َخرج فيها‬،‫غ َزاها‬ َ ‫غ ْز َو ٍة‬ َ ‫ فَأ َ ْق َر‬، ‫س ْه ُمها َخ َرج بها النبي صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ع بَ ْينَنَا في‬ َ ‫فأيَّت ُ ُهنَّ يَ ْخ ُرج‬
‫جاب‬
ُ ‫الح‬ ِ ‫ ف َخ َرجْ تُ مع النبي صلى هللا عليه وسلم بَ ْعد ما أُنْ ِز َل‬،‫سه ِْمي‬ َ
Dari Aisyah RA, ia berkata, “Apabila Nabi SAW hendak melakukan perjalanan beliau
mengundi antara para istrinya. Siapa saja yang keluar undiannya, maka Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- akan pergi bersamanya. Beliau pernah mengundi di antara kami pada suatu
peperangan yang beliau ikuti, lalu keluarlah undianku, dan aku pun keluar bersama Nabi SAW
setelah turun perintah berhijab.” - Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Dalam hadis ini Aisyah RA memberitahukan bahwa di antara bentuk kesempurnaan


keadilan Nabi SAW dalam memperlakukan para istrinya adalah apabila beliau hendak pergi
melakukan suatu perjalanan, beliau akan mengundi di antara mereka untuk menenangkan hati-
hati mereka. Jika keluar nama salah satu dari mereka, maka beliau akan mengikutsertakannya.
Beliau SAW pernah mengundi pada suatu pertempuran yang diikutinya, yaitu perang Bani
Mustaliq, lalu keluarlah undian Aisyah dan ia pun ikut menyertai beliau. Kemudian Aisyah
menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah Allah SWT menurunkan perintah untuk
berhijab. Telah dimaklumi tentunya bahwa pada perjalanan beliau SAW berikutnya, beliau
akan mengundi di antara para istrinya yang lain; karena istri yang bagiannya telah keluar pada
pengundian sebelumnya itu telah mendapatkan haknya. Hingga apabila tidak tersisa lagi
kecuali hanya bagian untuk seorang dari mereka, maka sudah jelas dia akan menyertai beliau
dalam perjalanan terakhir tanpa melalui pengundian.

Berdasarkan hadist diatas penulis mengqiyaskan bahwa undian diperbolehkan juga


dalam arisan seperti halnya Rasulullah SAW yang mengundi istri-istrinya ketika hendak
melakukan safar, untuk menentukan siapa yang akan menemani beliau dalam Safar. Undian
jika dipakai hanya untuk menentukan siapa yang paling berhak secara adil pada orang-orang
yang memiliki hak yang sama, yang demikian itu hukumnya mubah. Beda lagi dengan undian
didalam judi yang bersifat haram karena mengandung unsur menunggu kemungkinan untung
rugi dan orang-orang tidak memiliki hak yang sama.

Jika ada yang mengatakan arisan disamakan dengan judi maka hal ini tidak tepat,
karena dalam arisan tidak mengandung unsur kerugian sama sekali juga tidak mengandung
unsur keuntungan. Jika orang mendapatkan arisan pada giliran yang pertama kali, maka harta
yang didapatkan tidak bisa dikatakan sebagai keuntungan, karena dia masih punya kewajiban
untuk membayar sampai semua anggota juga mendapatkan harta arisan. Jika orang
11
“NURDIANA ASTUTI.Pdf,” accessed May 18, 2023,
http://repository.iainbengkulu.ac.id/3399/1/NURDIANA%20ASTUTI.pdf.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


mendapatkan arisan pada giliran terakhir, maka hal itu tidak bisa disebut kerugian karena dia
akan tetap mendapatkan uang sama persis seperti yang dibayarkan jika sudah tiba waktunya.
Seperti halnya utang piutang yaitu hanya menunggu giliran kapan mendapatkan uang yang
telah diutangkan kepada orang lain atau menunggu uang yang dia berutang kepada orang lain.
Jumlahnya sama persis, tidak lebih dan tidak kurang serta tidak merugikan siapa pun. 12

Kesimpulan

Arisan menurut KBBI adalah pengumpulan barang atau barang yang bernilai sama
oleh beberapa orang, lalu diundi oleh kelompok tersebut. Undian dilakukan secara berkala
sampai semua anggota memperolehnya. Secara umum ada tiga macam arisan, yaitu arisan
uang, arisan barang dan arisan spiritual.

Hukum arisan dalam Islam diperbolehkan sesuai dengan hukum asal muamalah yang
memiliki arti, hukum asal muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang melarangnya. Hal ini
juga didukung oleh para ahli fikih adalah apa yang ditulis oleh Al-Qalyubi (abad 11 H/17 M)
dalam kitabnya yang berjudul Hasyiyah Al-Qalyubi. Beliau sempat menyinggung muamalah
ini dan membahas hukum fikihnya. Pada zaman itu, arisan cukup populer di kalangan para
wanita dan disebut dengan istilah “Jumu’ah”. Abu Zur’ah Ar-Razi (826 H), putra ahli hadis
terkenal; Al-‘Iraqi, dikenal memberi fatwa kebolehan arisan.

Meskipun kegiatan muamalah diperbolehkan dalam Islam, tetapi kita juga harus
mengetahui aturan-aturan yang telah ada pada Al-Quran dan As-Sunnah. Mengenai arisan
secara umum yang telah ditulis diatas dan tentang aturan dalam Al-Quran dan As-Sunnah maka
arisan diperbolehkan selagi tidak ada unsur riba, gharar (ketidakjelasan), dharar (merugikan
pihak lain), maisyir dan ketidakadilan. Para ulama yang memperbolehkan praktik arisan
menitikberatkan pada tolong menolong antar sesama anggota.

Adapun hukum undian dalam arisan, Undian jika dipakai hanya untuk menentukan
siapa yang paling berhak secara adil pada orang-orang yang memiliki hak yang sama, yang
demikian itu hukumnya mubah seperti halnya yang dilakukan Rasullah yaitu mengundi isti-
istrinya ketika hendak safar.

DAFTAR PUSTAKA

DANI RAMDANI. “TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP JUAL BELI BARANG


DENGAN SISTEM ARISAN MERUJUK PADA PENDAPAT ULAMA,” n.d.

NIKEN RUSMAIDAH. “TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK


ARISAN ONLINE SISTEM MENURUN,” n.d.

“NURDIANA ASTUTI.Pdf.” Accessed May 18, 2023.


http://repository.iainbengkulu.ac.id/3399/1/NURDIANA%20ASTUTI.pdf.

Putri, Adila Rachmaniar. “ANALISIS KEGIATAN ARISAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


DI KELURAHAN SEMEMI SURABAYA” 1 (2018).

12
Adila Rachmaniar Putri, “ANALISIS KEGIATAN ARISAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DI KELURAHAN
SEMEMI SURABAYA” 1 (2018).
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Rahmawati, Safira, and Istianah Istianah. “Transformasi Arisan dalam Prespektif Hukum
Ekonomi Syariah.” JURNAL HUKUM EKONOMI SYARIAH 5, no. 2 (November 24,
2022): 99. https://doi.org/10.30595/jhes.v5i2.14650.

Ulfatiana Rujiati Makrufah, “Arisan Sistem Gugur Menurut Prespektif Hukum Islam
(Studi Kasus Di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Sarana Aneka Jaya Batur Kecamatan Ceper
Kabupaten Klaten)”, Skripsi, Diterbitkan, Surakarta: IAIN Surakarta, 2018, hlm. 23.

Rozikin, Mokhamad Rohma. Hukum Arisan Dalam Islam, Nizham Journal Of


Islamic Studies, (2019), Vol.6, No.02

Sahroni, O. (2020). Fikih Muamalah Kontemporer Jilid 4. Republika Penerbit.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indoensia. (Jakarta : Balai


Pustaka, 2008) hlm. 90

Ramadhita dan Irfan Roidatul Khoiriyah, Akad Arisan Online: Antara Tolong
Menolong dan Riba?, Jurnal Hukum Islam Dan Pranata Sosial Islam, Vol. 08 No. 1, 2020.

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Jakarta: Kencana, 2004.

Mahfud, Muh, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan Sistem Iuran
Berkembang (Studi Kasus di Desa Marisen Kec. Wonosalam Kab. Demak)”, Skripsi,
Semarang: UIN Walisongo, 2016.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Darus Sunnah,


2002.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Anda mungkin juga menyukai