Pendekatan Teoritis Untuk Pekerjaan Dan Jabatan Serta Memahami Pembagian Kerja Dan Konsekuensinya - SA - PSI
Pendekatan Teoritis Untuk Pekerjaan Dan Jabatan Serta Memahami Pembagian Kerja Dan Konsekuensinya - SA - PSI
2.3 Deskilling
Deskilling adalah konsep yang sering kali dikaitkan dengan divisi tenaga kerja. Ini
mengacu pada proses di mana pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan keterampilan
khusus dikurangi menjadi tugas-tugas yang lebih sederhana dan terbatas, yang dapat
dilakukan dengan sedikit atau tanpa pelatihan khusus.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan deskilling dalam divisi tenaga kerja meliputi:
1. Spesialisasi dan fragmentasi: Dalam divisi tenaga kerja yang kuat, pekerjaan sering
kali dibagi menjadi tugas-tugas yang sangat terfragmentasi dan terpisah. Setiap
pekerja bertanggung jawab hanya untuk satu atau beberapa tugas spesifik. Dalam
proses ini, elemen pekerjaan yang lebih kompleks dan beragam sering kali dihapus,
sehingga mengurangi kebutuhan akan keterampilan yang lebih luas.
2. Peningkatan teknologi: Kemajuan teknologi sering kali menghasilkan otomatisasi dan
mekanisasi dalam produksi. Proses-proses yang sebelumnya membutuhkan
keterampilan manusia dapat digantikan oleh mesin atau perangkat otomatis. Hal ini
mengurangi kebutuhan akan keterampilan manusia yang kompleks dan memperkuat
deskilling.
3. Standarisasi: Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi produksi, pekerjaan sering
kali disederhanakan dan diatur dengan standar yang ketat. Prosedur kerja yang
terstandarisasi memungkinkan pekerja yang kurang terampil untuk mengikuti
instruksi yang jelas, tanpa membutuhkan pemahaman mendalam tentang proses secara
keseluruhan.
Dampak dari deskilling dapat bervariasi. Beberapa dampak negatif meliputi:
Menurunnya nilai pekerjaan: Keterampilan yang dikurangi dalam pekerjaan dapat
mengurangi nilai dan pengakuan pekerja tersebut di mata masyarakat dan dalam pasar
tenaga kerja.
Penurunan kepuasan kerja: Ketika pekerjaan menjadi rutin, sederhana, dan kurang
menantang, pekerja dapat merasa bosan, kurang termotivasi, dan kurang puas dengan
pekerjaan mereka.
Potensi hilangnya keterampilan: Kurangnya kebutuhan akan keterampilan khusus
dapat mengarah pada hilangnya keterampilan tersebut dalam jangka panjang, yang
dapat mengurangi fleksibilitas dan peluang kerja di masa depan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua pekerjaan mengalami deskilling.
Dalam beberapa kasus, perkembangan teknologi dan perubahan struktur pekerjaan
dapat memerlukan adanya peningkatan keterampilan yang lebih kompleks. Jadi,
perubahan dalam divisi tenaga kerja dapat melibatkan deskilling dalam beberapa
pekerjaan, sementara pekerjaan lainnya mungkin mengalami peningkatan
keterampilan.
2.4 Dehumanisasi
Dehumanisasi adalah konsep yang terkait dengan divisi tenaga kerja. Ini merujuk
pada penurunan martabat dan perasaan manusiawi dalam pekerjaan akibat pengaruh divisi
tenaga kerja. Dampak dari dehumanisasi dalam divisi tenaga kerja dapat meliputi penurunan
kepuasan kerja, stres, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan mental. Untuk mengatasi
dehumanisasi, penting untuk mencari cara-cara untuk meningkatkan keterlibatan pekerja,
membangun lingkungan kerja yang mendukung, dan menghargai aspek-aspek manusiawi
dalam pekerjaan
Beberapa faktor yang menyebabkan dehumanisasi dalam konteks divisi tenaga kerja
meliputi:
1. Perlakuan sebagai objek: Ketika pekerjaan terbagi menjadi tugas-tugas yang terpisah
dan terfragmentasi, individu sering kali dianggap sebagai objek atau bagian dari
mesin produksi. Pekerja hanya diperlakukan sebagai alat yang digunakan untuk
mencapai hasil produksi, dan aspek-aspek kemanusiaan mereka diabaikan atau tidak
dihargai.
2. Hilangnya interaksi sosial: Dalam divisi tenaga kerja yang kuat, pekerja sering kali
bekerja secara terisolasi, terutama dalam pekerjaan yang sangat terfragmentasi. Ini
dapat mengakibatkan hilangnya interaksi sosial yang lebih dalam antara sesama
pekerja dan antara pekerja dengan manajemen. Pekerja mungkin merasa terputus dari
komunitas kerja dan kurangnya dukungan sosial.
3. Ketidakpuasan emosional: Divisi tenaga kerja yang ekstrem dapat mengurangi
kemampuan pekerja untuk mengekspresikan emosi mereka dan merasa terhubung
secara emosional dengan pekerjaan mereka. Ketika tugas-tugas pekerjaan sangat
terbatas dan rutin, pekerja mungkin kehilangan rasa kepuasan dan pencapaian pribadi
yang sering kali terkait dengan pekerjaan yang lebih kompleks dan bermakna.
4. Pengabaian kebutuhan individu: Divisi tenaga kerja yang berlebihan sering kali
mengabaikan kebutuhan individu dalam hal pengembangan keterampilan,
keberagaman tugas, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pekerja mungkin
merasa direduksi menjadi bagian kecil dari rantai produksi, tanpa perhatian terhadap
kebutuhan pribadi, keinginan, atau aspirasi mereka.
2.5 Pekerjaan dan Identitas
Perspektif mengenai hubungan antara pekerjaan dan identitas individu menekankan
pentingnya peran pekerjaan dalam membentuk dan mencerminkan identitas seseorang.
Pekerjaan dapat menjadi bagian integral dari identitas individu dan mempengaruhi bagaimana
seseorang melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.
Beberapa aspek yang menunjukkan hubungan antara pekerjaan dan identitas individu
adalah sebagai berikut:
Pengaruh terhadap status sosial: Pekerjaan sering kali memiliki kaitan erat dengan
status sosial seseorang dalam masyarakat. Pekerjaan yang dianggap bergengsi atau
memiliki keahlian khusus dapat memberikan rasa prestise dan pengakuan dalam
komunitas. Identitas individu terkait dengan pekerjaan mereka dapat tercermin dalam
cara orang lain memandang mereka dan memperlakukan mereka.
Penyediaan peran sosial: Pekerjaan dapat memberikan peran sosial yang jelas dalam
kehidupan individu. Identitas pekerjaan seseorang dapat mencerminkan peran mereka
sebagai karyawan, profesional, atau ahli di bidang tertentu. Peran ini tidak hanya
mempengaruhi bagaimana individu melihat diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana
orang lain melihat dan berinteraksi dengan mereka.
Pencapaian dan kepuasan: Pekerjaan yang memenuhi kebutuhan individu,
memberikan tantangan, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan yang mendalam.
Identitas individu dapat terhubung dengan pencapaian yang mereka raih melalui
pekerjaan mereka, baik dalam hal pengakuan profesional, pertumbuhan karir, atau
kontribusi positif yang mereka berikan melalui pekerjaan mereka.
Nilai-nilai dan kepercayaan: Pekerjaan dapat mencerminkan nilai-nilai dan
kepercayaan individu. Seseorang mungkin memilih pekerjaan yang sejalan dengan
keyakinan dan nilai-nilai pribadi mereka, dan identitas mereka terkait dengan
pekerjaan ini dapat mencerminkan komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut.
Perspektif ini menggaris bawahi betapa pentingnya pekerjaan dalam membentuk identitas
individu. Pilihan pekerjaan, pengalaman kerja, dan peran yang dimainkan dalam konteks
profesional dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap bagaimana seseorang
mengartikan dan menyusun identitas mereka.
Studi kasus ini menggambarkan bagaimana pendekatan teoritis terkait pembagian kerja dapat
berdampak pada pekerjaan dan jabatan.