Anda di halaman 1dari 2

Diskusi 6

1. Perbedaan antara Sistem Manajerial Mekanik dan Sistem Manajerial Organik

1. Sistem Manajerial Mekanik :

 Dalam mekanika manajerial, otoritas dan keputusan yang diambil pada tingkat atas manajemen.

 Struktur organisasi cenderung hierarkis dan terdiri dari banyak tingkatan.

 Komunikasi umumnya bersifat vertikal, dengan arus informasi yang mengalir dari atas ke bawah.

 Pekerjaan dan tugas dipecah menjadi bagian-bagian yang terpisah dan spesifik.

 Pengambilan keputusan didasarkan pada aturan dan prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya.

 Contoh: Perusahaan manufaktur tradisional dengan rantai komando yang jelas, di mana
keputusan penting dibuat oleh manajemen puncak dan diteruskan ke bawahan.

2. Sistem Manajerial Organik :

 Dalam sistem manajerial organik, otoritas dan keputusan tersebar di seluruh organisasi.

 Struktur organisasi lebih fleksibel dan cenderung datar, dengan sedikit tingkat hierarki.

 Komunikasi bersifat lateral dan kolaboratif, dengan arus informasi yang mengalir secara
horizontal.

 Pekerjaan dan tugas sering kali terintegrasi dan saling terkait.

 Pengambilan keputusan didasarkan pada pemahaman situasional dan pengetahuan kolektif.

 Contoh: Startup teknologi yang mendorong tim kolaborasi, di mana keputusan dibuat secara
bersama-sama dan tanggung jawab diberikan kepada individu yang paling kompeten dalam
bidangnya.

Dalam praktiknya, banyak organisasi menggabungkan elemen-elemen dari kedua sistem manajerial ini
untuk mencapai keseimbangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan mereka.

2. Hubungan antara Diferensiasi dan Spesialisasi KerjaDiferensiasi dan spesialisasi kerja adalah dua
konsep yang saling terkait dalam konteks organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Dalam
konteks ini, diferensiasi mengacu pada variasi atau perbedaan dalam tugas dan tanggung jawab
yang dimiliki oleh individu dalam organisasi. Di sisi lain, spesialisasi kerja mengacu pada fokus yang
lebih sempit atau keterampilan yang sangat khusus yang dimiliki oleh individu dalam melaksanakan
tugas mereka.Dalam organisasi yang lebih besar, diferensiasi kerja sering terjadi untuk membagi
tugas dan tanggung jawab yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terkelola
dengan lebih efisien. Dalam hal ini, diferensiasi kerja dapat mencakup pembagian tugas berdasarkan
fungsi, departemen, atau unit kerja yang berbeda. Misalnya, dalam sebuah perusahaan manufaktur,
ada departemen produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia yang memiliki tugas
dan tanggung jawab yang berbeda.Spesialisasi kerja, di sisi lain, terjadi ketika individu
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang sangat khusus dalam melaksanakan tugas
mereka. Ini dapat mencakup menjadi ahli dalam bidang tertentu, seperti ahli akuntansi, ahli
pemasaran, atau ahli teknologi informasi. Spesialisasi kerja memungkinkan individu untuk fokus
pada tugas-tugas yang mereka kuasai dengan baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
efisiensi dan kualitas pekerjaan.Dalam hubungan antara diferensiasi dan spesialisasi kerja,
diferensiasi kerja menciptakan kebutuhan akan spesialisasi kerja. Ketika tugas dan tanggung jawab
dalam organisasi terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, individu perlu mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang khusus untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Dengan kata lain, diferensiasi kerja menciptakan permintaan untuk spesialisasi kerja.Namun, perlu
diingat bahwa terlalu banyak diferensiasi dan spesialisasi kerja juga dapat memiliki dampak negatif.
Terlalu banyak diferensiasi dapat menyebabkan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara
bagian-bagian yang berbeda dalam organisasi. Terlalu banyak spesialisasi juga dapat menyebabkan
kurangnya fleksibilitas dan kesulitan dalam menggantikan individu yang memiliki keterampilan
khusus tersebut.
Dalam kesimpulannya, diferensiasi dan spesialisasi kerja saling terkait dalam konteks organisasi.
Diferensiasi menciptakan kebutuhan untuk spesialisasi kerja, di mana individu mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang khusus untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Namun, perlu diingat bahwa keseimbangan antara diferensiasi dan spesialisasi kerja penting untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas dalam organisasi.

3. Pendekatan dalam Perancangan Kerja


Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam perancangan kerja, yaitu:
1) Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada aspek teknis dalam perancangan kerja.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan dengan
mengoptimalkan penggunaan alat, metode, dan prosedur yang tepat. Contohnya adalah
penggunaan mesin otomatis dalam proses produksi untuk mengurangi waktu dan tenaga yang
diperlukan.
2) Pendekatan Ergonomi: Pendekatan ini berfokus pada aspek kesehatan dan kenyamanan pekerja.
Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang ergonomis, di mana pekerja dapat
bekerja dengan nyaman dan aman. Contohnya adalah desain kursi yang ergonomis untuk
mengurangi risiko cedera punggung dan leher.
3) Pendekatan Psikologis: Pendekatan ini berfokus pada aspek psikologis pekerja. Tujuannya adalah
untuk memahami dan memenuhi kebutuhan psikologis pekerja, seperti motivasi, kepuasan kerja,
dan keseimbangan kerja-kehidupan. Contohnya adalah memberikan pengakuan dan
penghargaan kepada pekerja yang berprestasi untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja.

Dengan menggunakan ketiga pendekatan ini, perancangan kerja dapat menciptakan lingkungan
kerja yang efisien, aman, nyaman, dan memenuhi kebutuhan psikologis pekerja.
Sumber Referensi : BPM ADPU4441

Anda mungkin juga menyukai