Anda di halaman 1dari 5

MODUL 2 : MANUSIA & PEKERJAANNYA

MODUL 2

MANUSIA DAN PEKERJAANNYA

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja

Faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan kerja yaitu


a) Kelompok faktor-faktor diri (individual)
yaitu faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan seringkali sudah
ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang dipekerjaannya.,
Yaitu : attitude, sifat, karakteristik fisik, minat, usia, jenis kelamin, pendidikan dan
pengalaman.

b) Kelompok Faktor Situasional


Faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya
dalam penguasannya pemimpin untuk merubahnya, disebut faktor Manajemen
Yaitu
✓ faktor fisik : mesin, peralatan, bahan, lingkungan fisik, metode kerja, dll
✓ faktor sosial & Keorganisasian : lingkungan sosial, perupahan,
karakteristik perusahaan, pendidikan & latihan, pengawasan.

II. Beberapa segi mengenai faktor-faktor diri

Setiap pekerjaan memiliki ciri-ciri sendiri dari mana timbul tuntutan masing-masing
tentang pekerjaan seperti apa yang dibutuhkannya. Karena faktor-faktor diri kebanyakan
tidak dapat dirubah maka agar suatu pekerjaan dapat dijalankan dengan baik haruslah
dilakukan pemilihan terlebih dahulu terhadap calon-calon pekerja yang meliputi
pengukuran terhadap kemampuan-kemampuan diri calon pekerja dan penilaian
kecocokannya dengan tuntutan pekerjaan.

II- 1
MODUL 2 : MANUSIA & PEKERJAANNYA

Kecocokan antara pekerja dengan pekerjaannya merupakan suatu syarat penting


karena jika diabaikan hasil kerjanya akan rendah.Dan begitu pekerja yang bersangkutan
menyadari hal ini apabila jika dengan demikian ia kehilangan kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

III. Beberapa Masalah Tentang Perubahan

Hal-hal yang seringkali merupakan penghambat terlaksananya perubahan :


Ketidaksediaan pekerja menerimanya. Tantangan ini tidak terbatas pada hal-hal yang
dirasakan memberatkan, tehadap hal-hal yang secara obyektif menguntungkan pun
sering dihadapi pekerja dengan penuh curiga.

Seringkali suatu sistem kerja telah begitu lama berjalan sehingga pekerja betul-betul
telah terbiasa sehingga perbaikan yang menuntut perubahan kebiasaan dirasakan
sebagai suatu yang menyulitkan Penyebab lain yaitu ketidaksabaran akan pentingnya
perubahan bagi keuntungan perusahaan.Ketidak yakinan untuk keberhasilan .

IV. Manusia sebagai Komponen dalam Sistem Manusia Mesin

Secara umum sistem manusia mesin dapat didefinisikan sebagai ”set of object together
with relationship between the objects and between their attributes”. Suatu sistem akan
terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul lingkungan ini
akan mempengaruhi sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Yang dimaksudkan
dengan sistem manusia mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia
dengan satu atau beberapa ”mesin” dimana salah satu dengan yang lainnya akan saling
berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan
yang diperoleh. Yang dimaksud dengan ”mesin” dalam hal ini akan mempunyai arti yang
luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan
benda-benda yang biasa digunakan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dibandingkan dengan mesin, manusia sebagai komponen yang ada dalam proses
produksi akan memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain sebagai berikut
:
❖ Tidak bisa menghasilkan tenaga fisik ataupun tekanan dalam jumlah besar

II- 2
MODUL 2 : MANUSIA & PEKERJAANNYA

❖ Tidak bisa menggunakan kekuatan ototnya dengan intensitas yang tetap


❖ Tidak bisa menampilkan kecepatan kerja yang tinggi dan gerakan-gerakan yang
berulang tanpa kenal lelah, bosan maupun menimbulkan kesalahan
❖ Tidak bisa melakukan analisa dan kalkulasi perhitungan masalah-masalah yang
terlalu kompleks secara cepat dan tepat
❖ Tidak bisa menyimpan dan memanggil/mengingat kembali sejumlah data dalam
jumlah besar secara tepat dan akurat
❖ Tidak bisa memberikan tanggapan secara cepat terhadap sinyal kendali yang
berubah-ubah dalam frekuensi yang seringkali
❖ Tidak bisa memberikan performans dan fungsi kerja secara memuaskan
bilamana kondisi lingkungan fisik kerja seperti panas, dingin, bising, kelembaban
dan sebagainya berada diatas ambang batas kesanggupannya

Dibandingkan dengan manusia, mesin-istilah ini juga dipakai untuk menyebut fasilitas
kerja lainnya yang ”non human”- secara umum juga memiliki keterbatasan-keterbatasan
antara lain sbb :
• Tidak bisa memberikan tanggapan terhadap ”perintah-perintah yang di luar batas
kemampuan yang telah dirancang sebelumnya
• Tidak bisa memberi tanggapan terhadap kejadian-kejadian yang tidak
diramalkan sebelumnya
• Tidak bisa ”berpikir”induktif yaitu menarik kesimpulan umum dari hal-hal yang
bersifat khusus
• Tidak bisa bertindak fleksibel, seperti alternatif-alternatif baru yang tidak
dirancang/diprogram sebelumnya
• Tidak bisa berfungsi secara layak di luar batas atau kapasitas normalnya

V. Perancangan Kerja (Job Design) : Upaya Pendekatan Dalam Restrukturisasi Kerja

Pendayagunaan secara efektif tentang fungsi dan peran manusia sebagai komponen
dalam suatu sistem produksi haruslah melalui pertimbangan yang seksama pada
perancangan kerja (Job Design). Dalam memainkan perannya sebagai komponen kerja
dalam satu atau lebih aktivitas operasional dan proses produksi manusia umumnya
akan bertanggungjawab untuk tiga fungsi dasar berikut :

II- 3
MODUL 2 : MANUSIA & PEKERJAANNYA

➢ Menerima data/informasi mengenai apa yang harus dikerjakan ataupun perlu


segera diambil tindakan.
➢ Mengolah informasi, membentuk persepsi dan membuat keputusan berdasarkan
informasi yang diterima-baik yang dilihat dan/atau yang diterima melalui indera
yang dimiliki dan yang tersimpan dalam memorinya
➢ Melakukan tindakan sesuai dengan keputusan yang diambil dengan melakukan
berbagai macam aktivitas fisik ataupun mental

Perancangan Kerja yang harus dilakukan oleh seorang individu meliputi aktivitas mental
(mental task) dan aktivitas fisik (physical task). Aktivitas mental dalam hal ini akan dapat
bervariasi dari aktivitas sederhana seperti menerima/mengumpulkan dan menyimpan
informasi sebagai input kerja sampai dengan aktivitas berfikir kreatif dan memecahkan
persoalan. Dengan aktivitas fisik akan terkait dengan tindakan yang harus dilakukan
dalam bentuk gerakan-gerakan manual dan kontrol yang memerlukan anggota tubuh
ebagai sumber tenaga ataupun suara.

VI. Spesialisasi Kerja

Sejak Revolusi Industri I sekitar dua abad yang lalu, arah kecendrungan terhadap
perubahan tata cara kerja yang paling signifikan adalah penerapan konsep spesialisasi
dalam kerja. Adam Smith, mengemukakan bahwa dengan spesialisasi kerja makaakan
diperoleh beberapa manfaat :
• Mengurangi waktu belajar (learning time) untuk penyelesaian aktivitas tertentu
• Waktu pelatihan relatif singkat dan bisa memanfaatkan tenaga ”unskilled”
• Kecepatan kerja bisa dikembangkan karena disini operator dapat
mengkhususkan diri pada satu atau dua jenis kegiatan saja
• Lebih ekonomis (efisien) karena waktu tidak produktif
• Memungkinkan diaplikasikan proses mekanisasi atau otomatisasi khususnya
untuk kegiatan-kegiatan yang sederhana yang harus dikerjakan secara berulang-
ulang

Walaupun banyak perubahan yang mengarah pada peningkatan produktivitas sebagai


konsekwensi dari spesialisasi kerja, dijumpai pula beberapa dampak negatifnya, seperti
o Kemungkinan pengembangan ketrampilan lain di luar spesialisasi jadi terlambat

II- 4
MODUL 2 : MANUSIA & PEKERJAANNYA

o Suasana kerja terasa monoton, rutin, membosankan sehingga akhirnya ”labor


turnover” dan ketidak-hadiran tinggi
o Adanya perasaan terasing akibat kesulitan di dalam membuat identifikasi terhadap
output/hasil kerja

Untuk mengatasi dampak negatif psikologis yang ditimbulkan akibat spesialisasi kerja,
maka sejumlah ahli psikologis dan sosilogis sejak tahun 1920-an telah melakukan
banyak penelitian yang mengarah bagaimana suatu pekerjaan bisa dirancang tidak saja
efektif-efisien dalam aspek teknis tetapi juga memberikan kepuasaan psikologis bagi
yang melaksanakannya. Rotasi kerja (job rotation), pembesaran kerja (job enlargement)
dan pengkayaan kerja (job erichment) merupakan langkah-langkah yang diambil untuk
mengatasi dampak sosial psikologis akibat diterapkannya spesialisasi kerja

II- 5

Anda mungkin juga menyukai